Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Nama lain dari morbili adalah campak; measles; rubeola. Morbili ialah penyakit infeki
virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu: a. Stadium kataral, b. Stadium erupsi
dan c. Stadium konvalensi. (Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985)
Morbili disebabkan oleh virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan dengan
droplet dan kontak.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah
menderita morbili maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili
dan dapat menderita penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili
ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus; bila ia
menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau
lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara kita, yakni dengan dilaprkannya kejadian wabah penyakit morbili di
beberapa daerah dengan angka kesakitan dan kematian cukup tinggi. Di Indonesia menurut
suervei kesehatan utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dari 10 macam penyakit pada anak
umur 1 4 tahun (0,77%). Di dunia secara global 10% dari semua penyebab kematian balita
disebabkan oleh campak (kira-kira 800.000 kematian setiap tahun).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian morbili.
2. Untuk mengetahui bagaimana riwayat alamiah dari penyakit morbili.
3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi penyakit morbili.
4. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi penyakit morbili.
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit morbili .
6. Untuk mengetahui bagaiman gejala klinis penyakit morbili.
7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penyakit morbili.
8. Untuk mengetahui bagaimana WOC dari penyakit morbili.
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien penyakit morbili.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan
dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991.
FKUI).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri
limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang
membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh karena itu
campak juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak ini biasanya hidup pada
daerah tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak
pada selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus
campak dapat menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal
serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga
dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum mendapatkan imunisasi
campak, akan mudah sekali terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus.
Penularan virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari
sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama kali timbul.
2.2 Etiologi
(Aziz Alimul, 2006)
Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan, darah, dan urine dari orang yang
terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang
terinfeksi.
Masa inkubasi selama 10 - 20 hari hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari
pertama hingga hari ke 4 setelah timbulnya rash (pada umumnya pada stadium kataral).
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita
menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami
abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau
anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
2.3 Patofisiologi
Morbili merupakan infeksi umum dengan lesi patologis yang khas. Pada stadium
prodromal terdapat hiperplasi jaringan limfoid pada tonsil, adenoid, kelenjar limfe, lien dan
apendiks. Virus morbili dapat disebarkan oleh droplet atau kontak langsung dengan penderita
Biasanya stadium kataral berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
enantema, timbul bercak Koplik yang patogmonorik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.
Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Sebagai
reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan
terjadi peningkatan pada beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat
pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva. Pada konjungtiva,
4
virus measles akan menghasilkan eksudat serosa di sekitar pembuluh kapiler sehingga timbul
peradangan
pada
konjungtiva
atau
disebut
konjungtivitis.
Bila
sudah
terjadi
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivitis dan koriza.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak
Koplik yang patogmonorik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak Koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis
berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum.
Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak Koplik dan penderita
pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2.
Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum
dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya eritema yang
berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Di antara makula terdapat kulit yang
normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang
dengan urutan. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah
leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah.
Variasi dan morbili yang biasa ini ialah black measles, yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
7
3.
Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang
lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
mobili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
Stadium Kataral
a. Biasanya stadium ini berlangsung selama 3 5 hari disertai panas, demam, malaise,
batuk, korise, konjungtivitis, dan fotofobia
b. Menjelang akhir stadium ini 24 jam sebelum timbulnya eritema (titk merah) timbulnya
bercak koplik yang patognomonik tetapi sangat jarang ditemui
c. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebagian ujung jarum dikelilingi oleh eritema,
yang lokasinya di mukosa bukalis berhadapan molar bawah
d. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopetania.
2.
Stadium erupsi
a. Koreza dan batuk-batuk bertambah
b. Timbul eritema (titik merah) di palatum durummole
c. Eritema meningkat, berbentuk makula papula, mula-mula muncul dari belakang telinga,
d.
e.
f.
g.
dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah
Disertai suhu meninggi 40-40,5C (104 105C)
Rasa gatal dan muka bengkak
Kadang-kadang terdapat pendarahan ringan dibawah kulit
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandi bula dan didaerah leher
belakang
h. Terdapat sedikit splenomegali
i. Tak jarang disertai diare dan muntah
8
3.
Stadium konvalensi
a. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hyperpigmentasi) yang
lama-kelamaan akan hilang sendiri
b. Suhu tubuh menurun bila tidak ada komlpikasi
2.7
Komplikasi
(Rampengan, 2007)
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi
alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan
mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensefalitis, bronkopneumonia
dan kelainan neurologis.
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh Pneumococcus,
Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang
masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun (misal
tuberkulosis), leukimia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan
pencegahan.
Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia,
gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis.
Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang vaksin virus
morbili hidup (ensefalitis morbili akut); pada penderita yang sedang mendapat pengobatan
imunosupresif (immunosuppresive measles encephalopathy) dan sebagai subacute sclerosing
panencephalitis (SSPE).
Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan
sisa defisit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1 : 1000
kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap
1.000.000 dosis.
Otitis media merupakan salah satu komplikasi paling sering. Biasa terjadi akibat invasi
virus ke dalam telinga tengah (tuba eustachii). Bila disertai infeksi sekunder, dapat terjadi otitis
media purulenta.
Mastoiditis merupakan komplikasi dari otitis media. Dengan pemberian antibiotik, komplikasi
dapat dicegah.
SSPE adalah suaktu penyakit degenarasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit
ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai oleh gejala yang
terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan
klinis lambat dan sebagaian besar penderita meninggal dunia dalam 6 bulan 3 tahun setelah
terjadi gejala pertama. Meskipun demikian remisi spontan masih bisa terjadi.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan
dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan SSPE
bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi morbili
didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili
adalah 0,5 - 1,1 tiap 10 juta; sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2 9,7 tiap 10 juta.
Immunosuppresive measles encephalophaty didapatkan pada anak dengan morbili yang
sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan
imunosupresif. Di Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili pada anak yang
menderita malnutrisi.
2.8
Penatalaksanaan
(Ngastiyah, 2005)
Pencegahan
1.
Imunisasi Aktif
10
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya
dari Strain Edmonston B. Tersebut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan
Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10
tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum
bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak
terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2.
Imunusasi Pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan
dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat
dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan
selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
Penatalaksanaan Medis
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi campak. Dengan
istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak dapat sembuh cepat tanpa
menumbulkan komplikasi yang berbahaya pada kasus yang ringan.
Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MORBILI (CAMPAK)
I. Identitas
1.
Identitas Pasien
Nama
: An.S
Usia
: 1 tahun 9 bulan
Agama
: Islam
12
Suku
: Jawa/indonesia
Alamat
Reg,Med
: 413454
Masuk RS
Pengkajian
II.Riwayat Keperawatan
a. Anamnesa (Alloanamnesis)
1) Keluhan Utama
Kulit tampak bintik-bintik merah diseluruh tubuh disertai demam selama 2 hari.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Bintik-bintik merah disertai demam terus menerus selama 13 hari, disertai dengan
pilek dan batuk produktif, tubuh terlihat lemas, muntah hanya setelah batuk, berisi
makanan yang dimakan, frekuensi 2 x/ hari, terdapat rasa gatal pada tubuh,
BAB cair dengan ampas sedikit berwarna kuning, terdapat lendir, dan tidak ada
darah, frekuensi 4-5x/ hari banyaknya gelas, mata merah, bengkak, nyeri,
berair, bercak merah sejak 7 hari SMRS, awalnya tampak pada wajah, namun
sudah menyebar ke seluruh tubuh. Terdapat kemerah-merahan di belakang telinga.
13
3. Bahasa :
Anak mengucapkan kata papa dan mama dengan jelas usia 12 bulan.
4. Personal sosial :
Takut pada orang lain usia 7 bulan, mulai bermain dengan anak-anak lain usia
18 bulan
Kesimpulan : riwayat tumbuh kembang sesuai usia
9) Riwayat Makanan
ASI diberikan sampai sekarang, usia 7 bulan sudah diberikan bubur susu, usia 14
bulan sudah diberikan makanan keluarga.
15
Inspeksi
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : tidak terpasang trakheostomi, simetris kanan kiri
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : pola nafas normal
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler
b. Sistem Kardiovaskuler
Wajah
Inspeksi
Leher
Inspeksi
Palpasi
Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal)
c. Sistem Persyarafan
Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Pasien bisa membedakan aroma saat diberi kopi
Nervus II opticus (penglihatan)
Pasien tidak bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata, (motorik) pergerakan bola mata, mengangkat
kelopak mata = klien berkedip ketika diberi rangsang
Nervus IV toklearis
Pemeriksaan pupil : melebar pada ablasio retina
Nervus V trigeminus
Pasien bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan
16
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris, Gerakan bola mata sama saat bergerak.
Nervus VII facialis
Pasien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris.
Nervus VIII auditorius/akustikus
Pasien bisa mendengar nada yang rendah seperti bisikan dari dokter dan perawat.
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan pasien baik dan dapat membedakan rasa pahit.
Nervus X vagus
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan berkataah.
Nervus XI aksesorius
Pasien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan tahanan.
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, pasien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah.
: mukosa bibir lembab, kondisi gigi kurang bersih, tidak ada stomatitis
: tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
Lidah
Inspeksi
Palpasi
: bentuk simetris
: tidak ada nyeri tekan dan odem.
17
Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak kembung, tampak retraksi epigastrium, tidak ada
luka bekas operasi.
Palpasi
Kuadran I (Hepar)
: Tidak ada pembesaran hepar.
Kuadran II (Gaster )
: Tidak ada nyeri.
(Lien)
: Tidak ada nyeri.
Kuadran III (Colon)
: Tidak ada massa.
Kuadran IV ( Apendik)
: Tidak ada nyeri.
Perkusi
Kuadran I (Hepar)
: Didapatkan suara pekak.
Kuadran II ( Gaster)
: Didapatkn suara timpani.
Kuadran III (Colon)
: Didapatkan suara timpani.
Kandung Kemih
: Didapatkan suara sonor
Auskultasi : Bising usus terdengar meningkat dengan frekuensi 18 kali permenit.
f. Sistem Muskuloskeletel dan Integumen
Kulit
: Terdapat bintik-bintik merah diseluruh tubuh, terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
5
Kekuatan otot
5
Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger
Palpasi
: suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidaka da clubbing finger
Palpasi
: suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi
g. Sistem Endokrin
Kepala
Inspeksi : rambut bersih, tidak alophesia (botak)
Palpasi
: tidak ada benjolan
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid
Palpasi
: tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.
18
h. Sistem Reproduksi
Genetalia
Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda - tanda
infeksi
Palpasi
: tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
i. Sistem Persepsi Sensori
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa jernih, sklera
Palpasi
Hidung
Inspeksi
Palpasi
Mulut
Inspeksi
Telinga
Inspeksi
Palpasi
DEFINITION:
Perubahan/gangguan epidermis dan/atau dermis.
19
DEFINING
CHARACTER
ISTICS
RELATED
FACTORS:
Eksternal
Zat kimia
Usia yang ekstrem
Kelembapan
Hipertermia
Hipotermia
Faktor mekanik, (mis., gaya gunting,[shearing forces],
tekanan, pengekangan)
Medikasi
Lembap
Imobilisasi fisik
Radiasi
Internal
Perubahan stastus cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan turgor
Faktor perkembangan
Kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis., obesitas,
emasiasi)
Penurunan imunologis
Penurunan sirkulasi
Kondisi gangguan metabolik
Gangguan sensasi
Tonjolan tulang
20
ASSESSMENT
Suhu : 390 C
Nadi : 125 x/menit
RR : 48 x/menit
BB : 9,5 kg
TB : 80 cm
Kulit bercak merah
sejak 7 hari SMRS di
seluruh tubuh.
Tampak ruam
seluruh tubuh.
Terdapat bercak koplik
pada
dikelilingi
eritema.
Terdapat
oleh
kemerah-
merahan di belakang
DIAGNOSIS
telinga.
Client
Diagnostic
Statement:
dengan
hipertermia
INTERVENSI DIAGNOSA I
21
NIC
INTERVENSI
Perawatan kulit :
NOC
AKTIVITAS
1. Hindari
pengobatan
penggunaan
topikal
alas
Memberikan obat
topikal
atau
memanipulasi
dengan alat untuk
meningkatkan
integritas
kulit
atau
meminimalkan
kerusakan kulit
1. Suhu kulit :
jaringan : kulit
5
2. Eritema : 4
3. Kerusakan
membran
bertekstur
Def :
kasar.
2. Lindungi
daerah
Struktur
yang
mengalami
yang
tepat
3. Berikan
mkulit
mukosa.
kulit : 4
4. Pigmentasi
yang
edema secara
INDICATOR
Kerusakan
tempat dan
tidur
Def :
OUTCOME
dan
tidak
normal : 4
5. Lesi
mukosa
membran : 4
6. Lesi kulit :
4
kompres
hangat
di
daerah sekitar
4. Lakukan
Inspeksi kulit
setiap
hari
untuk melihat
adanya
kerusakan
kulit.
5. Dokumentasik
an
derajat
kerusakan
kulit
6. Berikan
antibiotik
topikal
area
pada
sekitar,
22
secara tepat.
3.4 Implementasi
DIAGNOSA I
No. diagnose
masalah
kolaboratif
Tgl/jam
Kerusakan
23 Mei
intgritas kulit
2015
Tindakan
paraf
1. Menghindari penggunaan
alas tempat tidur yang
bertekstur kasar.
2. Melindungi daerah yang
Pukul
07.00 WIB
kompres
23
3.5 Evaluasi
DIAGNOSA I
Masalah
kep/kolaboratif
Tgl/jam
Catatan perkembangan
Kerusakan
23 Mei
integritas kulit
2015
Pukul
15.00 WIB
Paraf
Hipertemi
teratasi
sebagian.
P : lanjutkan intervensi 1-6
DIAGNOSA I
Masalah
kep/kolaboratif
Tgl/jam
Catatan perkembangan
Kerusakan
23 Mei
integritas kulit
2015
gatal-gatal
Pukul
15.00 WIB
Paraf
Suhu : 390 C
Nadi : 125 x/menit
RR : 48 x/menit
24
BB : 9,5 kg
TB : 80 cm
Terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu
sebesar ujung jarum
dan
dikelilingi
oleh
eritema.
A : kerusakan integritas kulit
belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi 1-6
Diagnosa II
Hipetermi
NS.
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
DEFINITION:
Hipertermi
25
DEFINING
CHARACTER
ISTICS
RELATED
DIAG
ASSESSMENT
FACTORS:
Anestesia
Penurunan prespirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan yang panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu
lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Medikasi
Truma
Aktivitas berlebihan
Client
26
NOSIS
Diagnostic
Statement:
Related to:
Hipertermi
berhubungan
dengan penyakit.
27
INTERVENSI DIAGNOSA II
NIC
INTERVENSI
Perawatan
AKTIVITAS
demam
(3740)
Def :
Managemen
pasien
dengan
hiperpireksia
karena
faktor
environmental.
NOC
non
1. Monitor
OUTCOME
tubuh pasien
Def :
2. Kompres
dengan
air
Keseimbangan antara
hangat
panas,
3. Monitor intake produksi
INDICATOR
1. Berkeringat
saat panas : 5
2. RR : 5
3. Peningkatan
suhu kulit : 5
4. Hipertermi : 5
keuntungan
panas,
dan outpute
4. Anjurkan pasien
dan kehilangan panas.
untuk
menggunakan
pakaian
yang
banyak
minum
Kolaborasi
pemberian cairan
intravena
dan
pemberian
obat
antipiretik
28
No. diagnose
masalah
kolaboratif
Hipetermi
Tgl/jam
23 Mei
2015
Pukul 07.00
Tindakan
paraf
WIB
menggunakan
tipis
dan
pakaian
mudah
keringat
5. Menganjurkan
banyak minum
6. Melakukan
yang
menyerap
pasien
untuk
kolaborasi
Evaluasi
Masalah
kep/kolaboratif
Tgl/jam
Catatan perkembangan
hipetermi
23 Mei
2015
Pukul
15.00 WIB
Paraf
Suhu : 380 C
Nadi : 125 x/menit
RR : 48 x/menit
BB : 9,5 kg
TB : 80 cm
29
Hipertemi
teratasi
sebagian.
P : lanjutkan intervensi 1-6
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri
limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
30
dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang
membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.
Saran
Dengan adanya makalah ini semoga makalah morbili ini dapat bermanfaat bgi pembaca,
dan semoga dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi pertama. Jakarta:
Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: EGC
Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: CV.
Sagung Seto
31