You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Nama lain dari morbili adalah campak; measles; rubeola. Morbili ialah penyakit infeki

virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu: a. Stadium kataral, b. Stadium erupsi
dan c. Stadium konvalensi. (Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985)
Morbili disebabkan oleh virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan dengan
droplet dan kontak.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah
menderita morbili maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili
dan dapat menderita penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili
ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus; bila ia
menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau
lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara kita, yakni dengan dilaprkannya kejadian wabah penyakit morbili di
beberapa daerah dengan angka kesakitan dan kematian cukup tinggi. Di Indonesia menurut
suervei kesehatan utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dari 10 macam penyakit pada anak
umur 1 4 tahun (0,77%). Di dunia secara global 10% dari semua penyebab kematian balita
disebabkan oleh campak (kira-kira 800.000 kematian setiap tahun).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian morbili?
2. Bagaimana riwayat alamiah dari penyakit morbili?
3. Bagaimana etiologi penyakit morbili?
4. Bagaimana epidemiologi penyakit morbili?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit morbili ?
6. Bagaiman gejala klinis penyakit morbili?
7. Bagaimana pencegahan penyakit morbili?
8. Bagaimana WOC dari penyakit morbili?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien penyakit morbili?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian morbili.
2. Untuk mengetahui bagaimana riwayat alamiah dari penyakit morbili.
3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi penyakit morbili.
4. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi penyakit morbili.
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit morbili .
6. Untuk mengetahui bagaiman gejala klinis penyakit morbili.
7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penyakit morbili.
8. Untuk mengetahui bagaimana WOC dari penyakit morbili.
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien penyakit morbili.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu

stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan
dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991.
FKUI).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri
limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang
membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh karena itu
campak juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak ini biasanya hidup pada
daerah tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak
pada selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus
campak dapat menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal
serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga
dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum mendapatkan imunisasi
campak, akan mudah sekali terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus.
Penularan virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari
sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama kali timbul.

2.2 Etiologi
(Aziz Alimul, 2006)
Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan, darah, dan urine dari orang yang
terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang
terinfeksi.
Masa inkubasi selama 10 - 20 hari hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari
pertama hingga hari ke 4 setelah timbulnya rash (pada umumnya pada stadium kataral).
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita
menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami
abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau
anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

2.3 Patofisiologi
Morbili merupakan infeksi umum dengan lesi patologis yang khas. Pada stadium
prodromal terdapat hiperplasi jaringan limfoid pada tonsil, adenoid, kelenjar limfe, lien dan
apendiks. Virus morbili dapat disebarkan oleh droplet atau kontak langsung dengan penderita
Biasanya stadium kataral berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
enantema, timbul bercak Koplik yang patogmonorik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.
Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Sebagai
reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan
terjadi peningkatan pada beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat
pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva. Pada konjungtiva,
4

virus measles akan menghasilkan eksudat serosa di sekitar pembuluh kapiler sehingga timbul
peradangan

pada

konjungtiva

atau

disebut

konjungtivitis.

Bila

sudah

terjadi

peradangan/inflamasi maka mata akan terasa sensitif terhadap cahaya, fotofobia.


Pada stadium erupsi terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai
menaiknya suhu badan. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka
bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah
leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah.
Adanya eksudat serosa dan proliferasi PMN dan MN di saluran cerna mengakibatkan
hiperplasia jaringan limfoid dan peradangan mukosa usus yang dapat menghasilkan appendiksitis
dan diare sebagai komplikasinya.
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lamakelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula
kulit yang bersisik. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
2.4 WOC

2.5 Gambaran Klinis


(Rampengan, 2007)
Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
1.

Stadium kataral (prodromal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivitis dan koriza.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak
Koplik yang patogmonorik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak Koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis
berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum.
Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak Koplik dan penderita
pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2.

Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum

dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya eritema yang
berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Di antara makula terdapat kulit yang
normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang
dengan urutan. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah
leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah.
Variasi dan morbili yang biasa ini ialah black measles, yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
7

3.

Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang

lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
mobili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

2.6 Tanda dan Gejala


(Ngastiyah, 2005)
Dibagi dalam 3 stadium
1.

Stadium Kataral
a. Biasanya stadium ini berlangsung selama 3 5 hari disertai panas, demam, malaise,
batuk, korise, konjungtivitis, dan fotofobia
b. Menjelang akhir stadium ini 24 jam sebelum timbulnya eritema (titk merah) timbulnya
bercak koplik yang patognomonik tetapi sangat jarang ditemui
c. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebagian ujung jarum dikelilingi oleh eritema,
yang lokasinya di mukosa bukalis berhadapan molar bawah
d. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopetania.

2.

Stadium erupsi
a. Koreza dan batuk-batuk bertambah
b. Timbul eritema (titik merah) di palatum durummole
c. Eritema meningkat, berbentuk makula papula, mula-mula muncul dari belakang telinga,
d.
e.
f.
g.

dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah
Disertai suhu meninggi 40-40,5C (104 105C)
Rasa gatal dan muka bengkak
Kadang-kadang terdapat pendarahan ringan dibawah kulit
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandi bula dan didaerah leher

belakang
h. Terdapat sedikit splenomegali
i. Tak jarang disertai diare dan muntah
8

3.

Stadium konvalensi
a. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hyperpigmentasi) yang
lama-kelamaan akan hilang sendiri
b. Suhu tubuh menurun bila tidak ada komlpikasi

2.7

Komplikasi

(Rampengan, 2007)
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi
alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan
mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensefalitis, bronkopneumonia
dan kelainan neurologis.
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh Pneumococcus,
Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang
masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun (misal
tuberkulosis), leukimia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan
pencegahan.
Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia,
gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis.
Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang vaksin virus
morbili hidup (ensefalitis morbili akut); pada penderita yang sedang mendapat pengobatan
imunosupresif (immunosuppresive measles encephalopathy) dan sebagai subacute sclerosing
panencephalitis (SSPE).
Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan
sisa defisit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1 : 1000
kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap
1.000.000 dosis.

Otitis media merupakan salah satu komplikasi paling sering. Biasa terjadi akibat invasi
virus ke dalam telinga tengah (tuba eustachii). Bila disertai infeksi sekunder, dapat terjadi otitis
media purulenta.
Mastoiditis merupakan komplikasi dari otitis media. Dengan pemberian antibiotik, komplikasi
dapat dicegah.
SSPE adalah suaktu penyakit degenarasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit
ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai oleh gejala yang
terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan
klinis lambat dan sebagaian besar penderita meninggal dunia dalam 6 bulan 3 tahun setelah
terjadi gejala pertama. Meskipun demikian remisi spontan masih bisa terjadi.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan
dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan SSPE
bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi morbili
didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili
adalah 0,5 - 1,1 tiap 10 juta; sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2 9,7 tiap 10 juta.
Immunosuppresive measles encephalophaty didapatkan pada anak dengan morbili yang
sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan
imunosupresif. Di Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili pada anak yang
menderita malnutrisi.

2.8

Penatalaksanaan

(Ngastiyah, 2005)
Pencegahan
1.

Imunisasi Aktif
10

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya
dari Strain Edmonston B. Tersebut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan
Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10
tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum
bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak
terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2.

Imunusasi Pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium

penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan
dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat
dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan
selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
Penatalaksanaan Medis
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi campak. Dengan
istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak dapat sembuh cepat tanpa
menumbulkan komplikasi yang berbahaya pada kasus yang ringan.
Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Isolasi untuk mencegah penularan


Tirah baring dalam ruangan yang temaran (agar tidak menyilaukan)
Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna
Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
Kompres air hangat bila suhu badan tinggi
Obat-obat yang dapat diberika antara lain:
a.Vitamin A dosis tunggal
11

Di bawah 1 tahun 100.000 unit


Di atas 1 taun 200.000 unit
b.Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder (seperti otitis
media dan pnemonia)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MORBILI (CAMPAK)
I. Identitas
1.

Identitas Pasien

Nama

: An.S

Usia

: 1 tahun 9 bulan

Agama

: Islam
12

Suku

: Jawa/indonesia

Alamat

:Jalan Kenanga No. 50, Surabaya

Reg,Med

: 413454

Masuk RS

: 22-08-2015, jam : 09.00 WIB

Pengkajian

: 22-08-2015, jam : 15.00 WIB

Diagnosa Medis : Morbili

j. Identitas Penanggung Jawab


Nama
: Ny. E
Usia
: 27
Agama
: Islam
Suku
: Jawa/Indonesia
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Hub.dng kel
: Ibu
Alamat
: Jalan Kenanga No. 50, Surbaya

II.Riwayat Keperawatan
a. Anamnesa (Alloanamnesis)
1) Keluhan Utama
Kulit tampak bintik-bintik merah diseluruh tubuh disertai demam selama 2 hari.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Bintik-bintik merah disertai demam terus menerus selama 13 hari, disertai dengan
pilek dan batuk produktif, tubuh terlihat lemas, muntah hanya setelah batuk, berisi
makanan yang dimakan, frekuensi 2 x/ hari, terdapat rasa gatal pada tubuh,
BAB cair dengan ampas sedikit berwarna kuning, terdapat lendir, dan tidak ada
darah, frekuensi 4-5x/ hari banyaknya gelas, mata merah, bengkak, nyeri,
berair, bercak merah sejak 7 hari SMRS, awalnya tampak pada wajah, namun
sudah menyebar ke seluruh tubuh. Terdapat kemerah-merahan di belakang telinga.

13

BAK berwarna kuning keruh, frekuensi 2-3x/hari, tidak ada riwayat


kontak dengan penderita campak sebelumnya, tidak ada riwayat bepergian
kedaerah endemis malaria sebelumnya. Namun anak pernah kontak fisik dengan
tetangga yang memiliki tanda dan gejala yang sejenis 15 hari yang lalu.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat campak sebelumnya.
4) Riwayat Pengobatan
Sudah diobati sebelumnya di bidan desa dekat rumah, namun tidak ada
perubahan. Pasien mengaku obat yang diberi hanya penurun panas dan antibiotik.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat TB paru, hipertensi, DM, stroke
dalam keluarga.
6) Riwayat Kelahiran dan Kehamilan
Ibu pasien selalu memeriksakan kehamilannya secara rutin dibidan. Bayi
lahir cukup bulan dirumah dibantu oleh bidan secara spontan langsung menangis.
7) Riwayat Imunisasi (usia 19 bulan)
BCG 1x
Hepatitis B 3x
Polio 4x
DPT 4x
Campak (-)
Kesimpulan : riwayat imunisasi dasar tidak lengkap

8) Pertumbuhan dan Perkembangan (usia 19 bulan)


1. Motorik kasar :
mulai merangkak usia 8 bulan, berdiri dan berjalan usia 12 bulan
2. Motorik halus :
Memegang benda dan membenturkannya usia 7 bulan, Suka memasukkan
benda kedalam mulut usia 10 bulan
14

3. Bahasa :
Anak mengucapkan kata papa dan mama dengan jelas usia 12 bulan.
4. Personal sosial :
Takut pada orang lain usia 7 bulan, mulai bermain dengan anak-anak lain usia
18 bulan
Kesimpulan : riwayat tumbuh kembang sesuai usia
9) Riwayat Makanan
ASI diberikan sampai sekarang, usia 7 bulan sudah diberikan bubur susu, usia 14
bulan sudah diberikan makanan keluarga.

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
a. Penampilan
: Klien tampak rewel
b. Kesadaran
: Kualitas : Composmentis, Kuantitas : GCS 4,5,6

2. Tanda Vital, TB dan BB


1) Suhu : 390 C
2) Nadi : 125 x/menit
3) RR : 48 x/menit
4) BB : 9,5 kg
5) TB : 80 cm

3. Pemeriksaan Per Sistem


a. Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi
Palpasi
Mulut

: Terdapat ada nafas cuping hidung, karena ada secret


: tidak ada nyeri tekan

15

Inspeksi

: mukosa bibir lembab

Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : tidak terpasang trakheostomi, simetris kanan kiri
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : pola nafas normal
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler
b. Sistem Kardiovaskuler
Wajah
Inspeksi
Leher
Inspeksi
Palpasi
Dada
Inspeksi
Palpasi

: konjungtiva hiperemis, sklera putih


: tidak ada bendungan vena jugularis
: tidak ada nyeri tekan
: dada terlihat simetris
: letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula
sinistra)

Perkusi
: tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal)
c. Sistem Persyarafan
Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Pasien bisa membedakan aroma saat diberi kopi
Nervus II opticus (penglihatan)
Pasien tidak bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata, (motorik) pergerakan bola mata, mengangkat
kelopak mata = klien berkedip ketika diberi rangsang
Nervus IV toklearis
Pemeriksaan pupil : melebar pada ablasio retina
Nervus V trigeminus
Pasien bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan
16

Nervus VI abdusen
Bola mata simetris, Gerakan bola mata sama saat bergerak.
Nervus VII facialis
Pasien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris.
Nervus VIII auditorius/akustikus
Pasien bisa mendengar nada yang rendah seperti bisikan dari dokter dan perawat.
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan pasien baik dan dapat membedakan rasa pahit.
Nervus X vagus
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan berkataah.
Nervus XI aksesorius
Pasien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan tahanan.
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, pasien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah.

d. Sistem Perkemihan dan Eliminasi Uri


Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varises
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan.

e. Sistem Pencernaan Eliminasi Alvi


Mulut
Inspeksi
Palpasi

: mukosa bibir lembab, kondisi gigi kurang bersih, tidak ada stomatitis
: tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut

Lidah
Inspeksi
Palpasi

: bentuk simetris
: tidak ada nyeri tekan dan odem.
17

Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak kembung, tampak retraksi epigastrium, tidak ada
luka bekas operasi.
Palpasi
Kuadran I (Hepar)
: Tidak ada pembesaran hepar.
Kuadran II (Gaster )
: Tidak ada nyeri.
(Lien)
: Tidak ada nyeri.
Kuadran III (Colon)
: Tidak ada massa.
Kuadran IV ( Apendik)
: Tidak ada nyeri.
Perkusi
Kuadran I (Hepar)
: Didapatkan suara pekak.
Kuadran II ( Gaster)
: Didapatkn suara timpani.
Kuadran III (Colon)
: Didapatkan suara timpani.
Kandung Kemih
: Didapatkan suara sonor
Auskultasi : Bising usus terdengar meningkat dengan frekuensi 18 kali permenit.
f. Sistem Muskuloskeletel dan Integumen
Kulit
: Terdapat bintik-bintik merah diseluruh tubuh, terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
5

Kekuatan otot
5

Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger
Palpasi
: suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidaka da clubbing finger
Palpasi
: suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi
g. Sistem Endokrin
Kepala
Inspeksi : rambut bersih, tidak alophesia (botak)
Palpasi
: tidak ada benjolan
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid
Palpasi
: tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.
18

h. Sistem Reproduksi
Genetalia
Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda - tanda
infeksi
Palpasi
: tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
i. Sistem Persepsi Sensori
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa jernih, sklera
Palpasi

putih, konjungtiva hiperemis, tidak ada sekret, tidak ada oedem.


: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan kelopak mata

Hidung
Inspeksi

: simetris, tidak ada pembesaran conchae, tidak ada polip , distribusi

Palpasi
Mulut
Inspeksi

rambut rata, tidak ada secret


: tidak ada pembengkakan, tidak ada fraktur , dan tidak ada nyeri tekan
: mukosa bibir lembab, tidak ada labio palatoskisis,tidak ada
pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis, tidak ada undulasi.

Telinga
Inspeksi
Palpasi

: simetris, tidak ada oedem, tida ada serumen.


: ada nyeri tekan pada pina dan tulang spinodeus.

Diagnosa yang muncul :


1. Kerusakan integritas kulit
2. Hipertermi

3.2 Analisa data pasien


DIAGNOSA I
NS.
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)

Kerusakan intregitas kulit

DEFINITION:
Perubahan/gangguan epidermis dan/atau dermis.
19

DEFINING
CHARACTER
ISTICS

RELATED
FACTORS:

Kerusakan lapisan kulit


Gangguan permukaan kulit
Invasi struktur tubuh

Eksternal
Zat kimia
Usia yang ekstrem
Kelembapan
Hipertermia
Hipotermia
Faktor mekanik, (mis., gaya gunting,[shearing forces],

tekanan, pengekangan)
Medikasi
Lembap
Imobilisasi fisik
Radiasi

Internal
Perubahan stastus cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan turgor
Faktor perkembangan
Kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis., obesitas,

emasiasi)
Penurunan imunologis
Penurunan sirkulasi
Kondisi gangguan metabolik
Gangguan sensasi
Tonjolan tulang

20

ASSESSMENT

Subjective data entry


- ibu klien mengatakan

Objective data entry


anaknya Tanda-tanda Vital

menggaruk-garuk tubuhnya karena rasa


gatal pada tubuh.

Suhu : 390 C
Nadi : 125 x/menit
RR : 48 x/menit
BB : 9,5 kg
TB : 80 cm
Kulit bercak merah
sejak 7 hari SMRS di

seluruh tubuh.
Tampak ruam

seluruh tubuh.
Terdapat bercak koplik

pada

berwarna putih kelabu


sebesar ujung jarum
dan
-

dikelilingi

eritema.
Terdapat

oleh

kemerah-

merahan di belakang

DIAGNOSIS

telinga.

Client
Diagnostic
Statement:

Ns. Diagnosis (Specify):


Kerusakan intrigitas kulit.
Related to:
Kerusakan intrigitas kulit
berhubungan

dengan

hipertermia

INTERVENSI DIAGNOSA I

21

NIC
INTERVENSI
Perawatan kulit :

NOC
AKTIVITAS

1. Hindari

pengobatan

penggunaan

topikal

alas

Memberikan obat
topikal

atau

memanipulasi
dengan alat untuk
meningkatkan
integritas

kulit

atau
meminimalkan
kerusakan kulit

1. Suhu kulit :

jaringan : kulit

5
2. Eritema : 4
3. Kerusakan

membran

yang mukosa (1101)

bertekstur

Def :

kasar.
2. Lindungi
daerah

Struktur
yang

mengalami

yang

utuh dan fisiologi

tepat
3. Berikan

mkulit
mukosa.

kulit : 4
4. Pigmentasi
yang

yang normal dari

edema secara

INDICATOR

Kerusakan
tempat dan

tidur

Def :

OUTCOME

dan

tidak

normal : 4
5. Lesi
mukosa
membran : 4
6. Lesi kulit :
4

kompres
hangat

di

daerah sekitar
4. Lakukan
Inspeksi kulit
setiap

hari

untuk melihat
adanya
kerusakan
kulit.
5. Dokumentasik
an

derajat

kerusakan
kulit
6. Berikan
antibiotik
topikal
area

pada
sekitar,
22

secara tepat.

3.4 Implementasi
DIAGNOSA I
No. diagnose
masalah
kolaboratif

Tgl/jam

Kerusakan

23 Mei

intgritas kulit

2015

Tindakan

paraf

1. Menghindari penggunaan
alas tempat tidur yang
bertekstur kasar.
2. Melindungi daerah yang

Pukul
07.00 WIB

mengalami edema secara


tepat
3. Memberikan

kompres

hangat di daerah sekitar


4. Melakukan Inspeksi kulit
setiap hari untuk melihat
adanya kerusakan kulit.
5. Mendokumentasikan
derajat kerusakan kulit
6. Memberikan
antibiotik
topikal pada area sekitar,
secara tepat.
.

23

3.5 Evaluasi
DIAGNOSA I
Masalah
kep/kolaboratif

Tgl/jam

Catatan perkembangan

Kerusakan

23 Mei

S : Ibu klien masih mengeluh

integritas kulit

2015

anaknya masih panas, tapi

Pukul
15.00 WIB

Paraf

sudah agak mendingan.


O : Tanda- tanda Vital
Suhu : 380 C
Nadi : 125 x/menit
RR : 48 x/menit
BB : 9,5 kg
TB : 80 cm

Hipertemi

teratasi

sebagian.
P : lanjutkan intervensi 1-6

DIAGNOSA I
Masalah
kep/kolaboratif

Tgl/jam

Catatan perkembangan

Kerusakan

23 Mei

S : Klien masih mengeluh

integritas kulit

2015

gatal-gatal

Pukul

O : Tanda- tanda Vital

15.00 WIB

Paraf

Suhu : 390 C
Nadi : 125 x/menit
RR : 48 x/menit
24

BB : 9,5 kg
TB : 80 cm
Terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu
sebesar ujung jarum
dan

dikelilingi

oleh

eritema.
A : kerusakan integritas kulit
belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi 1-6

Diagnosa II
Hipetermi

NS.
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)

DEFINITION:

Hipertermi

Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

25

DEFINING
CHARACTER
ISTICS

RELATED

DIAG

ASSESSMENT

FACTORS:

Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal


Takikardia
Takipnea
Kulit terasa hangat

Anestesia
Penurunan prespirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan yang panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu

lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Medikasi
Truma
Aktivitas berlebihan

Subjective data entry


-

ibunya mengeluh An. A demam


terus menerus selama 13 hari.

Client

Objective data entry


Tanda-tanda Vital
- Suhu : 390 C
- Nadi : 125 x/menit
- RR : 48 x/menit
- BB : 9,5 kg
- TB : 80 cm
Laboratorium
- IgM : positif

Ns. Diagnosis (Specify):


Hipertermi

26

NOSIS

Diagnostic
Statement:

Related to:
Hipertermi

berhubungan

dengan penyakit.

27

INTERVENSI DIAGNOSA II
NIC
INTERVENSI
Perawatan

AKTIVITAS

demam

(3740)
Def :
Managemen

pasien

dengan

hiperpireksia

karena

faktor

environmental.

NOC

non

1. Monitor

OUTCOME

suhu Termoregulasi (0800)

tubuh pasien
Def :
2. Kompres
dengan
air
Keseimbangan antara
hangat
panas,
3. Monitor intake produksi

INDICATOR
1. Berkeringat
saat panas : 5
2. RR : 5
3. Peningkatan
suhu kulit : 5
4. Hipertermi : 5

keuntungan
panas,
dan outpute
4. Anjurkan pasien
dan kehilangan panas.
untuk
menggunakan
pakaian

yang

tipis dan mudah


menyerap
keringat
5. Anjurkan pasien
untuk

banyak

minum
Kolaborasi
pemberian cairan
intravena

dan

pemberian

obat

antipiretik

28

No. diagnose
masalah
kolaboratif
Hipetermi

Tgl/jam
23 Mei
2015
Pukul 07.00

Tindakan

paraf

1. Memonitor suhu tubuh pasien


2. Melakukan kompres
dengan air hangat
3. Memonitor intake dan outpute
4. Menganjurkan pasien untuk

WIB

menggunakan
tipis

dan

pakaian

mudah

keringat
5. Menganjurkan
banyak minum
6. Melakukan

yang

menyerap

pasien

untuk

kolaborasi

pemberian cairan intravena dan


pemberian obat antipiretik
.

Evaluasi
Masalah
kep/kolaboratif

Tgl/jam

Catatan perkembangan

hipetermi

23 Mei

S : Ibu klien masih mengeluh

2015

anaknya masih panas, tapi

Pukul
15.00 WIB

Paraf

sudah agak mendingan.


O : Tanda- tanda Vital
-

Suhu : 380 C
Nadi : 125 x/menit
RR : 48 x/menit
BB : 9,5 kg
TB : 80 cm
29

Hipertemi

teratasi

sebagian.
P : lanjutkan intervensi 1-6

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri
limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
30

dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang
membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.

Saran
Dengan adanya makalah ini semoga makalah morbili ini dapat bermanfaat bgi pembaca,
dan semoga dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi pertama. Jakarta:
Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: EGC
Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: CV.
Sagung Seto

31

You might also like