Professional Documents
Culture Documents
Kasus :
Seorang pasien berusia 25 tahun dirawat di RS, mengeluh nyeri kepala,
nausea, vomitus, hasil pemeriksaan fisik TD:100/60 mmHg, Nadi: 98 x/menit,
Suhu: 380C, Respirasi: 24 x/menit, TB 150 cm, BB 48 kg, terdapat ptekie pada
tubuh, gusi berdarah. Hasil pemeriksaan biokimia Hb:12,8 g/dl Erit:3,29 jt/ul
Leu:29100 u/l Ht:48% Trom:26000 ribu/ul IgG dan IgM positif demam
dengue Reempleed positif, infuse rl 40 tpm lanjut 20 tpm, anjuran untuk
minum banyak, inj ranitidine 1x1 amp, obat oral,
I. DAFTAR ISTILAH
1. Nausea : Sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mengacu pada
epigastrium dan abdomen, dengan kecenderungan untuk muntah.
2. Ptekie
: 100/60 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Suhu
: 380C
Respirasi: 24x/menit
2. Pemeriksaan lab
Hb
:12,8 g/dL
Erit
:3,29 jt/uL
Leu
:29100 u/L
Ht
:48%
Trom
:26000 ribu/uL
DBD
terjadi
perembesan
plasma
yang
ditandai
dengan
I
II
III
IV
Gejala
laboratorium
Leucopenia,
Serologi
Trombositopenia,
dengue
tidak
ditemukan positif
bukti
adanya
kebocoran plasma
Gejala diatas ditambah Trombositopenia (<100.000/ul)
uji bending positif
bukti ada kebocoran plasma
Gejala diatas ditambah
pendarahan spontan
Gejala diatas ditambah
kegagalan
sirkulasi
(kulit
dingin
dan
lembab serta gelisah)
Syok berat disertai
dengan tekanan darah
dan nadi tidak terukur
(Nanda, 2013).
B. Etiologi
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotype ini ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
merupakan serotype terbanyak.terdapat reaksi silang antara serotype dengue
dengan flavivirus lain seperti yellow fever, Japanese encephalitis dan west
nile virus.
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit
pada siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang
gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan
senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat berupa asimtomatik, atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah
dengue atau sindrom syok dengue (SSD) dan sindrom dengue diperluas.
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang
diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah
tidak demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak
mendapat pengobatan adekuat.
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
-
Nyeri kepala
Mialgia/altralgia
Ruam kulit
Leukopenia
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan
akan tejadi renjatan pada penderita.
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.
E. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti,
sehingga tubuh berespon terhadap infeksi virus yaitu demam, sakit kepala, nyeri
otot, nyeri sendi, mual, pembesaran kelenjar getah bening. Reaksi yang amat
berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi berulang oleh tipe virus
dengue namun
tersebut yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, infeksi oleh salah satu jenis
serotipe
menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Setelah virus dengue masuk
kedalam tubuh kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuk kompleks
antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen.
Akibat aktifasi C3 dan C5, akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran plasma.
Selain itu akibat dari infeksi virus dengue, terjadi depresi sumsum tulang yang
mengakibatkan
turunnya
trombosit,
hemoglobin,
leukosit.
Terjadinya
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam
menurun antara hari ke-3 sampai hari ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi
makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab.
Denyut
nadi teraba cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan
sistolik 80 mmHg atau kurang. Jika keadaan tersebut tidak teratasi dengan baik
dapat menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolik, syok hipovolemik
Dengue Syok Syndrome (DSS) dan kematian.
F. Komplikasi
1. Ensefalopati dengue
2. Kelainan ginjal
3. Udem paru
G. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama
adalah terapi suportif.Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian
dapat diturunkan hingga kurang dari 1%.Pemeliharaan volume cairan
sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus
DBD.Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral.Jika
asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan
suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
hemokosentrasi secara bermakna.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama
dengan Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan
Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun
protokol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa yang berdasarkan
kriteria :
- Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat sesuai
atas indikasi.
- Praktis dalam pelaksanaannya.
- Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000 maka
pemberian cairan sesuai dengan protocol penatalaksanaan DBD
dengan peningkatan Ht > 20%.
3. Protokol 3.Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Ht >20%.
Meningkatnya Ht >20% menunjukkan bahwa tubuh mengalami
defisit cairan sebanyak 5%.Pada keadaan ini terapi awal pemberian
cairan adalah dengan memberikan infus cairan kristaloid sebanyak 6-7
ml/kg/jam.Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian
cairan.Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda
hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi
urin meningkat maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 5
ml/kgBB/jam. Dua jam kemudian di lakukan pemantauan kembali dan
bila keadaan tetap menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus
dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan keadaan
tetap membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam
kemudian.
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/kgBB/jam
tadi keadaan tetap tidak membaik, yang ditandai dengan hemarokrit dan
nadi meningkat, tekanan nadi menurun < 20 mmHg, produksi urin
menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10
ml/kgBB/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan
bila keadaan menunjukkan perbaikkan maka jumlah cairan dikurangi
menjadi 5 ml/kgBB/jam tetapi bila keadaan tidak menunjukkan
perbaikan maka jumlah cairan infus dinaikkan menjadi 15 ml/kgBB/jam
dan bila dalam perkembangannya kondisi menjadi memburuk dan
didapatkan tanda-tanda syok maka pasien ditangani sesuai dengan
protokol tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa. Bila syok telah
teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti terapi pemberian
cairan awal.
hematokrit
meningkat
berarti
perembesan
plasma
masih
koreksi
terhadap
gangguan
asam
basa,
elektrolit,
Identitas pasien
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang pernah diderita
5. Kondisi lingkungan
6. Pola kebiasaan
7. Data Objektif
a. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh
tinggi; nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas;
tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang).
b. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab, kuku sianosis atau tidak.
c. Sistem Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan
pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan
oksigen.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan
pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara napas
tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal
dan cepat disertai penurunan kesadaran.
d. Sistem Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi 2
7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah; derajat
3 dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami
penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satusatunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura,
ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada
daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya volume
plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock, nadi tidak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
e. Sistem Persarafan
: Tn. O
: 25 tahun
: laki-laki
: Islam
: Kawin
: 25 November 2015, jam 09.50 WIB
: 25 November 2015
: DHF
: cempaka putih I, Jakarta pusat
2. Riwayat Penyakit
A. Keluhan Utama
Klien mengeluh badan panas sudah 5 hari, berkeringat terus menerus,
merasa haus, BAK sedikit berwarna kuning pekat, kepala terasa pusing,
mual muntah, epistasis, nyeri ulu hati, vomitus 3x, badan terasa lemas, ada
bercak merah di badan, serta gusinya berdarah.
4.
5.
6.
7.
4. Data Penunjang
A. Terapi pengobatan
-
B. Hasil laboratorium
Pemeriksaan
DPL
Hasil
Hemoglobin : 13,8
Hematokrit : 48%
Leukosit : 29100
Eritrosit : 3,29 jt
Trombosit : 26 rb
Positif
Nilai Normal
13,00-16,00 gr/dl
40-48%
5000-10.000/mm3
3,8-5,9 jt
150.-400.rb/mm3
No
1
Data
DS :
- Klien mengeluh lemas
- Klien mengatakan BAK
sedikit berwarna kuning
pekat
- Klien mengatakan badan
berkeringat terus
- Klien mengeluh haus terus
- Klien mengatakan muntah 3x
DO :
- Tampak berkeringat
- Suhu 38oC
- Mukosa kering
- TD 100/70 mmHg
- HT 48%
- Nadi 94 x/menit
- Terpasang IVFD RL 500cc/6
jam/40 tpm
Masalah
Kekurangan
volume cairan
Etiologi
pindahnya
cairan
intravaskuler ke
ekstrasesuler
DS :
Klien mengatakan demam sejak
5 hari
DO :
- Kulit tampak kemerahan
- Kulit teraba hangat
- Suhu 38oC
- RR 24 x/menit
Hipertermia
proses infeksi
virus dengue
DS :
- Klien mengeluh mual dan
muntah
- Klien mengatakan nafsu
makan menurun
- Klien mengatakan nyeri di
ulu hati
- Klien mengeluh lemas
DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Porsi makan tidak habis
- BB = 48 kg
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
intake nutrisi
yang tidak
adekuat akibat
mual dan nafsu
makan yang
menurun
Faktor Resiko :
Resiko syok
perdarahan yang
(hypovolemik)
berlebihan,
pindahnya
cairan
intravaskuler ke
ekstrasesuler
6. Diagnose Keperawatan
A. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstrasesuler
B. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
C. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
D. Resiko syok (hypovolemik) b.d perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstrasesuler
7. Intervensi Keperawatan