You are on page 1of 10

LAPORAN PRATIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 1
PEMBUATAN SIMPLISIA NABATI

Disusun oleh :
Nama

: Sri Putri Lestari

(G1F014011)

Yulia Febrianti

(G1F014013)

Dina Sami Arum Lestari


Melani Dian Arini

(G1F014015)
(G1F014017)

Kelas

:A

Kelompok

: Folium (2)

Asisten

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2015

PEMBUATAN SIMPLISIA NABATI


A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu membuat simplisia nabati dari tumbuhan obat dengan harapan
kandungan zat aktif tidak rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang
lama.
B. PENDAHULUAN
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan
yang telah dikeringkan (Anonim,1979).
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya,
misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan
cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya (Anonim,1979).
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan
madu (Mel deputarum) (Anonim,1979).
c. Simplisia Pelikan dan Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
yang sederhana yang belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk
seng dan serbuk tembaga (Anonim,1979).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan saat pratikum adalah aluminium foil, tampah,bak
plastik, plastik, label/etiket, kertas paying, kain hitam, talenan, timbangan,
pisau dapur,gunting, penggaris,oven.
Bahan-bahan yang digunakan saat pratikum adalah daun pepaya, bayam,
seledri,kumis kucing, kulit jeruk, jahe, kunyit dan bunga alamanda.

D. CARA KERJA
Bahan baku

Dilakukan sortasi Basah


Ditimbang sebanyak 150

gram

untuk daun, dan 250 gram untuk

rimpang.
Ditempatkan diatas nampan
Dicuci dengan air bersih bersih

mengalir
Diubah bentuknya dengan dirajang,
dikupas, dan dipotong

Bahan baku yang sudah diolah

Dibungkus dengan aluminium foil


Dikeringkan sesuai dengan jenis dan

kandungan zat aktifnya


Ditimbang kembali
Disortasi kembali
Dilakukan pengepakan,dimasukkan

keldalan kertas dan disimpan


Dihiting ramendemen simplisia dan
susutan pengeringan

Hasil

E. DATA PENGAMATAN RENDEMEN SIMPLISIA


N

SIMPLISIA

BOBOT

BOBOT

RANDEMEN

O
1
2
3
4
5
6
7
8

Carica papaya
Amaranthus tricolor L
Orthosiphon aristarus
Citrus L
Zingiber officinale
Curcuma dosmotiae
Apium graveolens
Allamanda cathartica

AWAL
250 gr
150 gr
125 gr
250 gr
150 gr
125gr
250 gr
250 gr

AKHIR
55 gr
20 gr
35 gr
50 gr
45 gr
40 gr
35 gr
55 r

22 %
13,33 %
28 %
32 %
22 %
20 %
30 %
14

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Monografi Bahan
a. Jahe (Zingiberis Officinalis Rhizoma)
Rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang pendek, warna putih
kekuningan, bau khas, rasa pedas. Bentuk bundar telur terbalik, pada
setiap cabang terdapat parut melekuk ke dalam. Dalam bentuk
potongan, panjang umumnya 3-4 cm, tebal 1-6,5 mm. bagian luar
berwarna cokelat kekuningan, beralur memanjang, kadang-kadang
terdapat serat bebas. Bekas patahan pendek dan berserat menonjol. Pada
irisan melintang terdapat berturut-turut korteks sempit yang tebalnya
lebih kurang sepertiga jari-jari dan endodermis. Berkas pengangkut
tersebar berwarna keabu-abuan. Sel kelenjar berupa titik yang lebih
kecil berwarna kekuningan (Anonim, 2009).
b. Seledri (Apium graveolens)
Ciri-ciri tumbuhan ini adalah pohonnya kecil, tingginya kurang
dari 1 meter. Daun tersusun majemuk dengan tangkai panjang.
Batangnya biasanya sangat pendek, bersegi dan beralur membujur.
Bunganya tersusun majemuk berkarang, berukuran kecil, dan berwarna
putih kehijauan. Buahnya kecil-kecil berwarna coklat gelap. Tumbuhan

ini dapat tumbuh di dataran rendah atau dataran tinggi, dan berkembang
dengan baik di tempat yang lembab dan subur. Di daerah dataran tinggi,
Seledri tumbuh dengan tangkai dan daun yang tebal. Seledri (Apium
graveolens L.) sudah lama dikenal sebagai obat hipertensi. Tanaman
yang juga terlihat cantik jika ditanam dalam pot ini lebih dulu
dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Daun seledri biasa dipakai
untuk memperkaya cita rasa sajian atau kaldu. Sup kacang merah dan
bubur ayam kurang lengkap rasanya jika tanpa taburan daun seledri di
dalamnya. Berdasarkan penelitian, tanaman keluarga Apiaceae ini
mengandung natrium yang berfungsi sebagai pelarut untuk melepaskan
deposit kalsium yang menyangkut di ginjal dan sendi. Ia juga
mengandung magnesium yang berfungsi menghilangkan stres. Daun
seledri mengandung protein, belerang, kalsium, besi, fosfor, vitamin A,
B1 dan C. Berdasarkan hasil penelitian, seledri juga mengandung
psoralen, zat kimia yang menghancurkan radikal bebas biang penyebab
kanker (Arisandi, 2008).
c. Kunyit (Curcumae Domesticae Rhizoma)
Kepingan ringan, rapuh, warna kuning jingga, kuning jingga
kemerahan sampai kuning jingga kecokelatan; bau khas, rasa agak
pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal; bentuk
hampir bundar sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang; lebar
0,5-3 cm, panjang 2-6 cm, tebal 1-5 mm; umumnya melengkung tidak
beraturan, kdang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar.
Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas. Bekas patahan
agak

rata,

ebrdebu,

warna

kuning

jingga

sapai

cokelat

kemerahan(Kloppenburgh, 2006)
d. Pepaya (Carica papaya)
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit,
tumbuh hingga setinggi 510 m dengan daun-daunan yang membentuk
serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima
dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah.
Bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya
bercangap dalam (Moehd, 2007).

Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah


dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci
(hermafrodit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya gantung",
yang walaupun jantan kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula
secara "partenogenesis". Buah ini mandul (tidak menghasilkan biji
subur), dan dijadikan bahan obat tradisional. Bunga pepaya memiliki
mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada
batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai
panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk (Moehd,
2007).
Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya
meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak
hijau muda hingga kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari
tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci.
Tanaman

banci

lebih

disukai

dalam

budidaya

karena

dapat

menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah
berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah,
tergantung varietasnya. Bagian tengah buah berongga. Biji-biji
berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan
berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya,
biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah
(Moehd, 2007).

Pratikum kali ini pertama-tama dalam proses pembuatan simplisia


dilakukan pencucian tanaman dan buah yang digunakan sebagai sampel.
Setelah ditimbang, sebanyak daun pepaya 250 gram,daun bayam 150
gram, kumis kucing 125 gram,kunyit 250 gram, seledri 150 gram, kulit
jeruk 125 gram, bunga alamanda 250 gram, dan jahe 250 gram. Proses
pencucuian sampel bertujuan untuk membersihkan kotoran yang ada pada
sampel. Setelah itu dikeringkan pada nampan. Penimbangan dilakukan
karena berdasarkan kapasitas kebutuhan yang dibutuhkan.

Kemudian setelah itu dilakukan sortasi basah dengan tujuan untuk


mengilangkan bagian tanaman yang tidak dibutuhkan., kemudian
dilakukan perajangan dengan tujuan memperoleh proses pengeringan dan
pewadahan. Pembuatan simplisia kecuali dinyatakakan lain, seluruh
simplisisa harus dihaluskan menjadi serbuk. Semakin tipis perajangan
maka semakin cepat proses penegringan kecuali tanaman yang
mengandung minyak penguap perajangan tidak boleh terlau tipis karena
menyebabkan berkurangnya zat aktif. Sebaiknya bila perajangan terlalu
tebal pengeringan lama dan mudah berjamur (Anonim,2007).
Setelah dirajang, kemudian simplisia akan dikeringkan dibungkus
aluminium foil dan sisanya di jemur dibawah sinar matahari. Simplisia
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu pemanasan 60 oC hingga
simplisia kering. Sisa simplisia yang telah ditimbang, dijemur dibawah
sinar matahari dengan ditutupi dengna kain berwarna hitam. Kain yang
digunakan berwarna hitam karena agar panas dapat diserap dan
menghindari agar kandungan simplisia tidak rusak akibat paparan
langsung sinar matahari (Anonim,2007).
Adapun beberapa tujuan pengeringan yaitu :
1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relative lama.
2. Mengurangi kadar air sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh
jamur atau bakteri, karena terhentinya proses enximatik dalam jaringan
tumbuhan yang selnya telah amti. Agar reaksi enzimatik tidak dapat
berlangsung, maka kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari 10 %.
3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat
serbuk (Anonim,2007).
Setelah dikeringkan dan simplisisa menjadi kering, dilakukan
penimbangan

kering

untuk

dihitung

randemennya

dan

susutan

pengeringan simplisia. Setelah dilakukkan sortasi kering dengan tujuan


untuk menghilangkan cemaran dan memisahkan bagian yang tidak
digunakan sebelum dikemas (Anonim,2007). Setelah itu dilakukan

pengepakan simplisia. Wadah yang dilakukuan terbuat dari plastik tebal


atau warna gelap dan tertutup kedap memberikan jaminan yang terhadap
isinya.

Ruang

penyimpanan

simplisia

harus

diperhatikan

suhu,

kelembapan udara dan sirkulasi udara ruangan (Amin,2009)


Simplisia harus memenuhi persyaratan umum untuk simplisia
seperti yang disebut dalam buku Farmakope Indnenesia, Ekstrak
Farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesai. Secara umum, simplisia
harus memenuhi persyaratan kadar air yang tepat, tidak berjamur, tidak
mengandung lender, tidak berubah warna dan berubah bau, serta tidak
terserang serangga. Suatu simplisia dapat dinyatakan bermutu jika
memenuhi persyaratan yang disebut dalam buku-buku yang bersangkutan.
Secara umum, simplisisa yang tidak emmenuhi syarat misalnya kekringan
kurang, simplisia yang tidak memenuhu persyaratan misalnya kekeringan
kurang, ditumbuhi kapang, mengandung lendir, berubah warna dan
baunya, dan ada serangga atau termakan serangga ( Anonim, 2009).
Ciri-ciri simplisia yang baik yaitu kering (kadar air < 10%) dengan ciri :

Simplisia daun: bila diremes bergemerisik dan berubah menjadi

serpihan
Simplisia bunga : bila diremes bergemerisik dan berubah menjadi

serpihan atau mudah dipatahkan.


Simplisia buah atau rimpang (irisan) : mudah dipatahkan, tidak
berjamur (bulukan), berbau khas mempunyai bahan segarnya,
berasa khas menyerupai bahan segarnya ( Herawati, 2006).
Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk menegtahui batas

maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan.


Hal ini terkait dengan kemurniaan dan adanya kontaminan dalam simplisia
tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu
berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan.
Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air dari 10%
(Anonim,2009)

Hasil rendemen simplisia lebih dari 10%. Menurut literatur kadar air yang sudah
ditentukan sebagai syarat simplisia yang baik yaitu kurang dari 10%. Hal ini
dikarenakan proses pengeringan yang kurang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, 2009, Buku Ajar Asli Indonesia, Universitas ,uslim Indonesia,
Makassar.
Herawati Dian dan Lilis Nuraida Sumarto,2006. Cara produksi simplisia
yang baik. Seafast Center IPB,Bogor.
Anonim, 2007. Teknologi Penyiapan Siapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat.
Jakarta : Departemen Pertanian.
Amin, Asni, 2010, Buku Ajar Materi Mediak dan Terapi, Farmasi UMI, Makassar.
Anonim, 2009, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Departemen Kesahatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Rukmana Rahmat.2010. Pascapaen,dan Penganekaragaman Pangan. Aneka Ilmu.
CV. Semarang. 1. Amin, Asni, 2010, Buku Ajar Materi Mediak dan Terapi,
Farmasi UMI, Makassar.
Anonim, 2009, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Departemen Kesahatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Moehd, Baga Kalie, Bertanam Pepaya Jakarta : Penebar Swadaya, 2007.
Arisandi, Yohana & Yovita Andriani.2008.Khasiat Berbagai Tanaman Obat untuk
Pengobatan cetakan ke-3.Jakarta : Eska Media.
Dwiyanto.2009.Ramuan Tradisional cetakan ke-1.Yogyakarta : Quills Publisher.
Kloppenburgh Versteegh, Tanaman Berkhasiat Indonesia Volume I, Alih Bahasa
dan Saduran : drh.J.Soegiri, Prof.Dr.drh.Nawangsari, IPB Press, 2006

You might also like