You are on page 1of 2

TINDAK PIDANA ABORSI DAN PENEGAKAN HUKUMNYA

DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Oleh :
HABIBIE JAYA
No. Mahasiswa: 04410576
Program Studi: Ilmu Hukum

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


FAKULTAS HUKUM
2009

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Tindak Pidana Aborsi dan Penegakan Hukumnya di
Yogyakarta. Penelitian ini merupakan kajian komperehensif tentang masalah
penghentian kehamilan yang tidak dikehendaki atau lebih populer disebut sebagai
aborsi. Aborsi merupakan isu peka di semua Negara Islam termasuk Indonesia.
Pada umumnya pandangan awam mengatakan bahwa melakukan aborsi lama
kehamilan, situasi kehamilan, keadaan janin, kesehatan si Ibu, fasilitas kesehatan,
dan pelaku aborsi itu sendiri semuanya di pukul rata dan hukumnya haram.
Sementara itu hukum tentang aborsi di berbagai Negara Islam sangat beragam,
mulai dari yang melarang secara mutlak tidak peduli apapun latar belakangnya,
sampai dengan membolehkan tetapi memiliki syarat-syarat tertentu. Hal ini
senada dengan pandangan ulama-ulama fiqih baik yang klasik maupun yang
kontemporer. Keberagaman pandangan tersebut juga tercermin pada pandangan
ulama yang berasal dari mazhab Syafii, Maliki, Hambali, dan Hanafi. Bahkan
tidak jarang ulama yang menganut mazhab yang sama, seperti ulama syafii
misalnya, juga berbeda pendapat tentang hukum melakukan aborsi tersebut.
Dengan demikian perbedaan pandangan tidak hanya terjadi antara Negaranegara Islam tetapi juga terjadi antar mazhab-mazhab dan intra-mazhab.
Padahal tidak jarang mereka merujuk pada ayat dan hadist yang sama, namun
berakhir pada kesimpulan yang berbeda. Di Indonesia hukum tentang aborsi
termaktub dalam KUHP yang aslinya berasal dari kitab hukum kuno peninggalan
jaman colonial penjajahan Belanda bernama Wet boek van Strafrecht (WvS)
tahun 1918. KUHP tersebut mengancam baik si pelaku, orang yang membantu
maupun para perempuan yang meminta dilakukannya aborsi. Sebenarnya WvS
tersebut ditujukan kepada para dukun beranak, tabib atau tukang obat yang tidak
memiliki pengetahuan yang cukup dan skill untuk melakukan pelayanan aborsi
yang aman sehingga mengancam nyawa perempuan yang sedang hamil.
Sementara itu dalam Undang-undang No. 32 tahun 1992 secara eksplisit
disebutkan: dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan nyawa si Ibu dan atau
janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Apa yang dimaksud dengan
tindakan medis tertentu, memerlukan penjabaran lebih lanjut yang nantinya di
atur dalam Peraturan Pemerintah namun Peraturan Pemerintah itu sampai
penelitian ini dilakukan tidak kunjung dikeluarkan. Hal ini diduga karena
pemerintah tidak mempunyai rujukan yang cukup kuat antara lain fatwa dari
badan yang berwenang untuk itu. Ancaman pidana bagi yang melanggar
Undang-undang No. 32 tahun 1992 tersebut adalah hukuman penjara 15 tahun
dan atau denda sebesar 500.000.000 Rupiah. Hal inilah yang mendorong penulis
untuk mengangkat permasalahan ini.

You might also like