You are on page 1of 2

Ajari dan Praktekkan!

Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini sering sekali ditemui


dilakukan hanya dengan menyampaikan materi, padahal sebenarnya cara seperti
ini tidak cocok jika diterapkan pada anak-anak Indonesia. Mengapa demikian?
Karena anak-anak Indonesia cenderung lebih suka untuk mencontoh apa-apa yang
mereka lihat. Misalnya saja anak-anak TK atau PAUD, jika mereka ditanya oleh
gurunya di kelas tentang cita-cita mereka, maka dialognya akan seperti ini,
Aku mau jadi dokter seperti Kakak, biar bisa membantu orang lain,
Aku pengen jadi Power Ranger merah, kayak di TV itu loh Bu, demi
menyelamatkan dunia dari para monster jahat,
Kalau Aku pengen jadi Polisi yang berani melawan kejahatan kayak
Ayah.
Dari semua pernyataan anak-anak di atas, kecenderungan mencontoh dari anakanak ini sudah dapat kita lihat, kan? Bahwa anak-anak Indonesia itu lebih suka
mencontoh figur seseorang yang mereka kagumi dan hormati keberadaannya.
Mengapa hanya menyampaikan materi dan memberitahu saja tidak cukup?
Pada akhirnya, anak-anak jika hanya diberitahu saja mereka hanya akan
mendengarkan, tidak akan melakukan karena mereka tidak pernah melakukan.
Itulah mengapa anak-anak jika ditanya apa hal yang benar, mereka mengetahui
jawaban yang benar, tapi tidak melakukan hal yang benar karena tidak pernah
dipraktekkan bagaimana cara yang benar itu. Ketika anak-anak diberitahu, Nak,
merokok itu tidak baik, Kamu jangan merokok ya, pada saat itu mereka akan
jawab iya, tapi jika orang yang penting dihidupnya seperti Ayah merokok,
apa jadinya?. Ayah, kata bu guru, kita ga boleh ngerokok, ga bagus buat tubuh
kita, apakah setiap anak di seluruh penjuru negeri akan mengikuti nasehat
gurunya atau mengikuti ayahnya?.
Maka dari itu mulai sekarang, mari kita ubah kebiasaan mengajarkan
materi dengan mempraktekkannya. Karena faktanya, anak-anak pada usia sekolah
dari PAUD hingga SD, paling efektif mengingat hal-hal dan nilai-nilai yang

diajarkan padanya itu jika dipraktekkan. Mulai dari hal kecil saja, bersih-bersih
misalnya. Di kelas, terutama pada jam piket, guru tidak hanya menyuruh anakanak untuk membersihkan kelas, tetapi juga ikut membersihkan kelas serta
membimbing mereka bagaimana cara membersihkan kelas dengan benar, dan
akan lebih bagus lagi jika bisa membangun suasana kelas dimana setiap anak bisa
bekerja sama dan saling tolong menolong. Dengan demikian, ketika kegiatan telah
selesai, guru bisa mengevaluasi dan memberikan kesimpulan atas apa yang telah
anak-anak kerjakan, Jadi, anak-anak hari ini sudah bisa bersih-bersih kelas
sendiri. Tadi pas mau membersihkan jendela yang tinggi, ada yang mengambilkan
kursi untuk temannya. Itu artinya kalian sudah saling tolong menolong. Nah, nanti
kalau membantu ibu bersih-bersih di rumah, lakukan seperti di kelas tadi ya?.
Akhirnya diharapkan, dengan memberikan kesimpulan yang memberi nasehat
tersebut sesuai dengan apa yang telah mereka praktekkan, maka anak-anak bisa
mengulangnya kembali dilain waktu.
Dengan adanya fakta bahwa anak suka meniru atau mencontoh, berhatihatilah melakukan hal yang tidak baik, karena anak akan dengan mudah
mencontoh hal tersebut. Misalnya saja memarahi anak dengan memukul, dengan
begitu bisa membuat anak-anak kita ketika sedang bermasalah dengan orang lain
yang mereka lakukan adalah memukul, bukan membicarakannya baik-baik.
Meleraikannya pun susah, karena mereka belum tahu bagaimana cara memaafkan.
Disinilah peran pendidik untuk mengajari dan mengarahkan anak-anak.
Pada akhirnya, entah itu menanamkan nilai-nilai dengan hanya
memberitahu atau mengajari saja atau hanya mempraktekkan saja, keduanya tidak
bisa dipisahkan dalam artian jika berdiri sendiri maka tidak akan ada hasil yang
paling bagus. Kesimpulannya akan lebih bagus jika kita menggabungkan kedua
metode tersebut, yaitu mengajarkan dan mempraktekkannya.

You might also like