You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cara lain radiasi berinteraksi dengan atom adalah melalui efek compton, dalam mana radiasi
dihamburkan oleh elektron hampir bebas yang terikat lemah pada atomnya. Sebagian energi
radiasi diberikan kepada elektron, sehingga terlepas dari atom energi yang sisa diradiasikan
kembali sebagai radiasi elektromagnet. Menurut gambaran gelombang, energi radiasi yang
dipancarkan itu lebih kecil daripada energi radiasi yang datang (selisihnya berubah menjadi
energi kinetik elektron), namun panjang gelombang keduanya tetap sama.
Konsep foton meramalkan hal yang berbeda bagi radiasi yang dihamburkan. Proses
hamburan ini di analisa sebagai suatu interaksi (tumbukan dalam pengertian partikel secara
klasik) antara sebuah foton dan sebuah elektron, yang kita anggap diam. Elektron pada
keadaan diam memiliki energi diam

m e c 2 . Sebuah inti yang tereksitasi dapat meluruh

dengan cara emisi radiasi elektromagnetik dengan cara konversi internal menuju tingkat
energi inti yang lebih rendah. Proton yang tereksitasi dapat memancarkan radiasi
elektromagnetik sinar gamma melalui proses peluruhan.
Hal ini identik dengan transisi elektron tereksitasi dalam atom dari tingkat energi yang
lebih tinggi ke tingkat energi yang paling rendah disertai dengan pancaran radiasi
elektromagnetik atau pancaran elektron Auger. Compton membolehkan sebuah sinar X yang
panjang gelombangnya

didefenisikan secara tajam jatuh pada sebuah blok graphit. Sinar

masuk terdiri dari satu macam saja panjang gelombang

namun sinar X yang

dihamburkan mempunyai puncak intensitas di dua panjang gelombang tersebut adalah sama
seperti panjang gelombang yang masuk, dan yang lainnya, ,, adalah lebih besar sebanyak
. Pergeseran yang dinamakan pergeseran Compton ( Compton shift)

ini berubah

dengan sudut pada mana sinar X yang terhambur ini diamati.


1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas sinar gamma dengan ketebalan absorber.
2. Untuk menentukan koefisien absorbsi sinar gamma pada beberapa absorber.
3. Untuk mengetahui aplikasi dari sinar gamma

BAB II
LANDASAN TEORI

Di dalam suatu peluruhan gamma, nucleus yang awalnya dalam keadaan tereksitasi akan
membuat transisi ke keadaan energi yang lebih rendah dan dalam prosesnya memancarkan
foton, yang dinamakan sinar-. Ditemukan bahwa sinar- muncul dengan energi-energi
diskret, yang menunjukkan bahwa nukleus-nukleus memiliki tingkat-tingkat energi diskret.
Energi foton sinar- diberikan oleh pernyataan umum berikut:
hv = Eu - El

(2.1)

Jauh berbeda dengan foton-foton yang teremisi dalam transisi-transisi atom, di mana
energinya berorde hanya beberapa eV, energi-energi sinar- berada dalam rentang puluhan
keV sampai MeV.
Lantaran foton-foton sinar- tidak membawa muatan atau massa, nomor atom dan
muatan nukleus tidak mengalami perubahan dalam peluruhan gamma. Jika nukleus yang
tereksitasi ditandai dengan (ZA)*, maka peluruhan gamma ke keadaan dasar dapat ditulis
secara simbolis sebagai
(ZA)* ZA +

(2.2)

Kebanyakan nukleus tereksitasi yang mengalami peluruhan gamma memiliki waktu


paruh kecil berorde 10-14 s yang tidak dapat diukur, lebih singkat daripada waktu paruh
keadaan elektronik tereksitasi.
Namun keadaan tereksitasi beberapa nukleus berlangsung sangat lama dan waktu paruhnya
dapat diukur dengan mudah. Nukleus nukleus tereksitasi ini dinamakan isomer dan keadaan
tereksitasinya dikenal dengan keadaan isomerik.
Seperti halnya inti atom yang tereksitasi maka inti yang tereksitasi dapat
memancarkan foton. Inti atom dapat berada pada keadaan tereksitasi sebagai akibat peluruhan
alfa, beta, atau melalui proses tumbukan dengan zarah lain.
Dalam menuju ke tingkat energi dasarnya, inti atom melepaskan energi dalam bentuk
radiasi foton sinar gamma.
Sebuah inti yang tereksitasi dapat meluruh dengan cara emisi radiasi elektromagnetik
dengan cara konversi internal menuju tingkat energi inti yang lebih rendah. Proton yang
tereksitasi dapat memancarkan radiasi elektromagnetik sinar gamma melalui proses
peluruhan.

Hal ini identik dengan transisi elektron tereksitasi dalam atom dari tingkat energi yang
lebih tinggi ke tingkat energi yang paling rendah disertai dengan pancaran radiasi
elektromagnetik atau pancaran elektron Auger. Pada umumnya keadaan inti tidak berupa
keadaan zarah tunggal, sehingga penyusunan kembali nukleon pada peluruhan gamma adalah
sangat kompleks.
Sinar gamma mempunyai energi yang khas dengan rentangan 0,1MeV sampai dengan
10MeV, yang merupakan karakteristik selisih energi antara keadaan-keadaan inti. Energienergi ini bersesuaian dengan panjang gelombang dangan rentang 10 4 fm sampai dengan 100
fm.
Energi sinar gamma yang dipancarkan sama dengan selisih antara tingkat-tingkat
energi dimana inti atom melakukan transisi.
E

E1 -

E2

E2 -

E1

E3 -

E1

(2.3)

(2.4)

(2.5)
E = E
Perhitungan yang lebih teliti harus melibatkan adanya pentalan (recoil) inti atom
pemancar. Berdasarkan kekekalan energi diperoleh :
mi c 2

mc2

E + E R

(2.6)
Energi yang dilepaskan pada saat terjadi transisi energi inti digunakan sebagai tenaga
sinar gamma dan tenaga recoil inti pemancar, sehingga :
E=E + E R
(2.7)
Berdasarkan hukum kekekalan momentum :
0
(2.8)

P + P i

Bila

mi dan

Pi

adalah massa dan momentum linear inti atom pemancar, maka

energi kinetik recoil inti dapat ditentukan secara non relativistik, karena kelajuan recoil inti
sangat kecil, yakni :
E R=

pi 2
2 mi

(2.9)
Dengan menerapkan hukum kekekalan momentum dapat dibuktikan bahwa :
Pi=P =

E
C

(2.10)
Sehingga besar recoil inti :
E R=

E2
2 miC 2

(2.1.1)
Dengan demikian besar energi gamma adalah :
2

E = E=mi c m c =(m m) c

(2.12)

Peluruhan gamma dari inti tereksitasi memerlukan selang waktu tertentu, seperti peluruhan
pada atom yang tereksitasi memiliki umur paruh tingkat eksitasi atom 10 -8 detik untuk
elektron-elektron valensi dan 10-15 detik untuk eksitasi lubang (hole) yang tercipta setelah
terjadi pancaran elektron dari kulit atom yang lebih dalam. Keadaan eksitasi inti memiliki
umur paruh terhadap pancaran gamma pada rentang 10-16 detik sampai lebih dari 100 tahun.
Umur paruh ini dapat diperkirakan secara kasar dengan pendekatan semiklasik. Dapat
ditunjukkan dari persamaan Maxwell bahwa sebuah titik muatan e yang mengalami
percepatan akan memancarkan radiasi elektromagnetik dengan laju : (semua besaran
dinyatakan dalam satuan elektrostatis).
e2 a2
c3

dE 2
=
dt 3
(2.13)

dengan a adalah percepatan gerak muatan yang besarnya dapat ditentukan dari
komponen-komponen
2

kecepatan
2

a = ( a x + a y +a z )1/2

pada

sumbu

x,

y,

dan

sebagai

berikut
(2.14)

Untuk membuat model yang sederhana dari proses emisi, diasumsikan bahwa muatan
yang meradiasi ( elektron di dalam atom atau proton didalam inti) berosilasi dengan gerak
selaras sederhana, secara berturutan pada sumbu x, y, dan z sebagai berikut :
x = x0 cos t
y = y0 cos t
z = z0 cos t
Pemilihan amplitudo gerak selaras tersebut dipilih sedemikian rupa sehingga :
x 20+ y 20+ z 20

(2.15)
Dengan R menyatakan jari-jari atom atau jari-jari inti.
Radiasi elektromagnetik dihasilkan oleh muatan titik yang bergerak. Pada
kenyataannya inti atom merupakan distribusi muatan yang lebih luas. Aliran arus listrik
dibangkitkan oleh gerakan spin dan orbit nukleon-nukleon. Medan listrik dan medan magnet
yang dihasilkan dalam transisi keadaan inti adalah sangat kompleks.
Meskipun dalam persoalan radiasi klasik, sifat paritas tidak begitu penting, namun
pada peluruhan gamma yang terjadi diantara keadaan-keadaan inti, paritas memegang peranan
yang sangat penting. seperti peluruhan pada atom yang tereksitasi memiliki umur paruh
tingkat eksitasi atom 10-8 detik untuk elektron-elektron valensi dan 10-15 detik untuk eksitasi
lubang (hole) yang tercipta setelah terjadi pancaran elektron dari kulit atom yang lebih dalam.
Keadaan eksitasi inti memiliki umur paruh terhadap pancaran gamma pada rentang 10 -16 detik
sampai lebih dari 100 tahun.

Umur paruh ini dapat diperkirakan secara kasar dengan

pendekatan semiklasik. Dapat ditunjukkan dari persamaan Maxwell bahwa sebuah titik
muatan e yang mengalami percepatan akan memancarkan radiasi elektromagnetik dengan laju
: (semua besaran dinyatakan dalam satuan elektrostatis).
Jika radiasi multipol di antara keadaan awal i dan keadaan akhir f menghasilkan
perubahan paritas pt, maka kekekalan paritas mensyaratkan :

(2.16 )
Dalam perhitungan mekanika kuantum masing-masing momen multipol dengan orde
L, menghasilkan radiasi yang membawa momentum sudut dengan besar Lr / h.
(Yusman Wiyatmo, 2006)
Cara lain radiasi berinteraksi dengan atom adalah melalui efek compton, dalam mana radiasi
dihamburkan oleh elektron hampir bebas yang terikat lemah pada atomnya. Sebagian energi

radiasi diberikan kepada elektron, sehingga terlepas dari atom energi yang sisa diradiasikan
kembali sebagai radiasi elektromagnet.
Menurut gambaran gelombang, energi radiasi yang dipancarkan itu lebih kecil
daripada energi radiasi yang datang (selisihnya berubah menjadi energi kinetik elektron),
namun panjang gelombang keduanya tetap sama. Konsep foton meramalkan hal yang berbeda
bagi radiasi yang dihamburkan.
Proses hamburan ini di analisa sebagai suatu interaksi (tumbukan dalam pengertian
partikel secara klasik) antara sebuah foton dan sebuah elektron, yang kita anggap diam.
2
Elektron pada keadaan diam memiliki energi diam me c . Sebuah inti yang tereksitasi dapat

meluruh dengan cara emisi radiasi elektromagnetik dengan cara konversi internal menuju
tingkat energi inti yang lebih rendah. Proton yang tereksitasi dapat memancarkan radiasi
elektromagnetik sinar gamma melalui proses peluruhan.
Hal ini identik dengan transisi elektron tereksitasi dalam atom dari tingkat energi yang
lebih tinggi ke tingkat energi yang paling rendah disertai dengan pancaran radiasi
elektromagnetik atau pancaran elektron Auger.
Compton membolehkan sebuah sinar X yang panjang gelombangnya

didefenisikan secara tajam jatuh pada sebuah blok graphit. Sinar masuk terdiri dari satu
macam saja panjang gelombang

namun sinar X yang dihamburkan mempunyai puncak

intensitas di dua panjang gelombang tersebut adalah sama seperti panjang gelombang yang
masuk, dan yang lainnya, ,, adalah lebih besar sebanyak
pergeseran Compton ( Compton shift)

. Pergeseran yang dinamakan

ini berubah dengan sudut pada mana sinar X

yang terhambur ini diamati.


Pada umumnya keadaan inti tidak berupa keadaan zarah tunggal, sehingga penyusunan
kembali nukleon pada peluruhan gamma adalah sangat kompleks. Elektron pada keadaan
2
diam memiliki energi diam me c .

Sebuah inti yang tereksitasi dapat meluruh dengan cara emisi radiasi elektromagnetik
dengan cara konversi internal menuju tingkat energi inti yang lebih rendah. Proton yang
tereksitasi dapat memancarkan radiasi elektromagnetik sinar gamma melalui proses
peluruhan.

Setelah hamburan foton memiliki energi E dan momentum P dan bergerak pada arah
yang membuat sudut terhadap arah foton datang. Elektron memiliki energi total E e dan
momentum Pe dan bergerak pada arah yang membuat sudut terhadap foton datang.
Selama tumbukan-tumbukan foton maka elektron-elektron yang terikat berperilaku
seperti elektron besar yang kita tinjau di dalamnya. Dengan pengecualian bahwa massa
efektifnya adalah jauh lebih besar.
( Kenneth Krane, 1992)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

Peralatan dan Bahan


1

Peralatan
1

Tabung GM
Berfungsi sebagai detektor radiasi sinar gamma.

Rak tabung GM
Berfungsi sebagai tempat untuk tabung GM, Unsur, dan Absorber.

Scaler atau Ratameter


Berfungsi sebagai alat untuk menanpilkan hasil pencacahan.

Stopwatch
Berfungsi untuk mengukur lamanya pencacahan.

Penjepit
Berfungsi untuk menjepit peralatan.

Absorber Al dan Pb
Berfungsi untuk menyerap radiasi sinar gamma.

Tissue dan Serbet


Berfungsi untuk membersihkan peralatan.

Kabel coaxial
Berfungsi sebagai penghubung tabung GM dengan Skalar.

Sarung tangan
Berfungsi sebagai alat untuk melindungi tangan dari radiasi agar tidak kontak
langsung dengan sumber radiasi.

10 Masker
Berfungsi untuk melindungi mulut dan hidung dari radioaktif.
2

Bahan
1

Co-60
Berfungsi sebagai sumber radioaktif radiasi sinar gamma.

Prosedur Percobaan

A Tanpa menggunakan absorber


1

Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan.

Dihubungkan tabung GM dengan scaler dengan kabel coaxial.

Dihubungkan scaler ke sumber arus listrik.

Diletakkan sumber radioaktif radiasi sinar gamma (Co-60) di rak tabung.

Dicatat laju pencacahannya dalam waktu 1 menit sebagai cacah latar

belakang

tanpa menggunakan absorber.


6

Dilakukan pencacahan sebanyak tiga kali dan dihitung nilai rata-rata cacahan.

B Menggunakan Absorber
1

Dipersiapkan semua peralatan pada percobaan.

Dihubungkan tabung GM dan scaler dengan menggunakan kabel coaxial.

Scaler dihubungkan ke sumber arus listrik.

Diletakkan sumber radioaktif radiasi sinar gamma Co-60 pada rak.

Dipersiapkan absorber dengan ketebalan mg/cm2, 2,5 mg/cm2, 5 mg/cm2, 7,5


mg/cm2, 10 mg/cm2, 12,5 mg/cm2, 15 mg/cm2, 20 mg/cm2, 25 mg/cm2.

Diletakkan absorber aluminium dengan ketebalan terkecil pada rak tabung.

Dicatat laju pencacahan sebanyak 3 kali dah dihitung nilai rata-rata cacahannya.

Dilakukan pencacahan sebanyak 3 kali dan dihitung nilai rata-rata cacahannya.

Diulangi langkah 6-8 untuk menggunakan absorber Al dengan ketebalan yang


digunakan mulai dari ketebalan terkecil.

10 Diulangi langkah 5-9 untuk absorber Pb dengan ketebalan 0, 1, 2, 3, 4, 6, 10, 12


dalam satuan mg/cm2.

BAB IV

DATA DAN ANALISA


4.1 Data Percobaan
(Terlampir)
4.2 Analisa Data
1. Membuat grafik cacah dan tebal dari setiap absorber
(Terlampir)
2. Menentukan koefisien serapan masing-masing data
= 0.693
x
a. Untuk absorber Aluminium

= 0,693 / 0
=~
= 0,693 / 2,5
= 0,27
= 0,693 / 5
= 0,138
= 0,693 / 7,5
= 0,09
= 0,693 / 10
= 0,0693
= 0,693 / 12,5
= 0,055
= 0,693 / 15
= 0,0462
= 0,693 / 20
= 0,03465
= 0.693 / 25
= 0,02772

rata-rata = 0,08143

b. Untuk absorber Timbal

= 0.693 / 0
=~
= 0,693 / 1
= 0,693
= 0,693 / 2
= 0,346
= 0,693 / 3
= 0,23
= 0,693 / 4
= 0,173
= 0,693 / 6
= 0,1155

= 0,693 / 8
= 0,086
= 0,693 / 10
= 0,0693
= 0,693 / 12
= 0,053

rata-rata = 0,196
3. Menentukan koefisien serapan total untuk setiap penyerapan.
t = Al + Pb
t = 0,08143 + 0,196
t = 0,277

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hubungan antara intensitas sinar gamma dengan ketebalan absorber yaitu sinar gamma
bila melewati suatu materi akan menghasilkan beberapa pasang ion primer, dimana ionion primer tersebut selanjutnya akan melakukan proses ionisasi sekunder sehingga
diperoleh pasangan ion yang lebih banyak dibandingkan ion yang terbentuk pada proses
ionisasi primer sehingga sinar gamma itu sering diidentikkan dengan proses ionisasi
sekunder.
2. Menentukan koefisien serapan masing-masing data
= 0.693
x
a. Untuk absorber Aluminium

= 0,693 / 0
=~
= 0,693 / 2,5
= 0,27
= 0,693 / 5
= 0,138
= 0,693 / 7,5

= 0,09
= 0,693 / 10
= 0,0693
= 0,693 / 12,5
= 0,055
= 0,693 / 15
= 0,0462
= 0,693 / 20
= 0,03465
= 0.693 / 25
= 0,02772
rata-rata = 0,08143
b. Untuk absorber Timbal
= 0.693 / 0
=~
= 0,693 / 1
= 0,693
= 0,693 / 2
= 0,346
= 0,693 / 3
= 0,23
= 0,693 / 4
= 0,173
= 0,693 / 6
= 0,1155
= 0,693 / 8
= 0,086
= 0,693 / 10
= 0,0693
= 0,693 / 12
= 0,053
rata-rata = 0,196

3. Aplikasi dari sinar Gamma adalah sebagai pengobatan medis yang menggunakan sinar
gamma untuk menghancurkan penyakit seperti kanker atau tumor, selain itu sangan
berguna dalam bidang pertambangan. Bidang industri, digunakan untuk mensterilkan
makanan dan membunuh bakteri. Bidang pertanian, digunakan untuk menghasilkan
bibit unggul.

5.2 Saran
1.
2.
3.
4.

Diharapkan praktikan datang tepat pada waktunya.


Diharapkan praktikan tertib dalam melakukan praktikum.
Diharapkan praktikan mempersiapkan diri sebelum melakukan praktikum.
Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih hati-hati dalam melaksanakan praktikum.

Grafik cacah dan tebal dari setiap absorber

Grafik cacah vs tebal pada penyerap aluminium


9000
8000
7000
6000
5000
Cacah (cpm)

4000
3000
2000
1000
0
0

10

15

20

Tebal (mg/cm2 )

Slope =

Y
X

40002500
1510

1500
5

= 300

25

30

Grafik cacah vs tebal pada penyerap timbal


12000
10000
8000
Cacah (cpm)

6000
4000
2000
0
0

Tebal (mg/cm2 )

Slope =

Y
X

40001600
42

2400
2

= 1200

10

12

14

GAMBAR PERCOBAAN
ABSORBSI BETA

1. Menggunakan Absorber Alumunium

2. Menggunakan Absorber Karton

3. Menggunakan Absorber Flexiglass

DAFTAR PUSTAKA

Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia


Hal : 376-377
Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir. Jilid I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hal : 172-189

You might also like