Professional Documents
Culture Documents
1.
Definisi penyakit
Gagal ginjal adalah ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan
Klasifikasi penyakit
Gagal ginjal dibagi 2 : gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik
A.
B.
peritonitis
dan
proses
eksudatif
lain
yang
menyebabkan hipovolemia).
Bila faktor prerenal dapat diatasi, faal ginjal akan menjadi normal
kembai, tetapi jika hipovolemia berlangsung lama, maka akan terjadi
kerusakan pada parenkim ginjal.
B.
Faktor intrarenal
Faktor ini merupakan penyebab gagal ginjal akut terbanyak.
Terjadi kerusakan di gomerulus atau tubulus sehingga faal ginjal langsung
terganggu. Prosesnya dapat berlangsung cepat atau mendadak, atau dapat
juga berlangsung perlahan-lahan dan akhirnya mencapai stadium uremia.
Kelainan di ginjal ini dapat merupakan kelanjutan dari hipoperfusi
prerenal dan iskemia kemudian menyebabkan nekrosis jaringan ginjal.
Berbagai penyebab kelainan ini adalah :
1)
2)
Glomerulopati
(akut)
pascastreptococ,
seperti
lupus
gomerulonefritis
nefritis,
rapidly
akut
progressive
4)
5)
maupun
sebagai
komplikasi
kelainan
struktural
C. Faktor posternal
Semua factor pacarenal yang menyebabkan obstruksi pada saluran kemih
seperti kelainan bawaan, tumor, nefrolitis, keracunan jengkol dansebagainya
harus bersifat bilateral. (Ngastiyah, 1997)
Gagal ginjal akt terjadi akibat :
a. Gangguan sirkulasi ginjal
b. Glomerulonefritis berat
c. Sumbatan traktus urinarius oleh batu (john gibson, 2003)
d. Etiology gagal ginjal kronik
e. Pielonefritis
f. Diabetes mellitus
g. Hipertensi yang tidak terkontrol
h. Obstruksi saluran kemih
i. Penyakit ginjal polikistik
j. Gangguan vaskuler
k. Lesi herediter
l. Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
3.
usia
sel
darah
merah
dan
kehilangan
darah.
(Nursalam, 2006)
4.
PATHWAY GGA
5.
KOMPLIKASI
a. Jantung
b. Gangguan elektrolit
c. Neurologi
d. Gastrointestinal
e. Hematologi
f. Infeksi
6.
EVALUASI DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan biokimia (Ph < 5,3, glukosa, protein < 60Eq/menit) untuk mengetahui
fungsi ginjal dan gangguan elektrolit.
b. Mikroskopik urine menunjukkan kelainan sesuai penyakit yang mendasarinya.
c. Tes serologi (albumin serum menurun < 60Eq/menit) untuk mengetahui penyebab
glomerulonefritis.
d. Peningkatan serum kreatinin atau BUN ( laki-laki : > 1,3 mg%, wanita : > 1,1 mg
%).
e. Pemeriksaan kimia urine untuk membedakan berbagai bentuk gagal ginjal akut.
f. USG untuk memperkirakan ukuran ginjal dan memungkinkan perbaikan sumbatan
uropati. (Nursalam, 2006)
7.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus ditujukan pada penyakit primer yang menyebabkan gagal ginjal
akut ( sepsis, renjatan, dehidrasi, obstruksi, keracunan dan sebagainya). Disamping itu
juga di tujukan pada keadaan ginjal itu sendiri. Karena gangguan faal glomerulus dan
tubulus, maka terganggu pula ekskresi hasil katabolisme badan, keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh dan juga keseimbangan asam dan basa. Faal glomerulus
mungkin terganggu oleh faktor prarenal(kehilangan cairan, renjatan dan sebagainya)
yang menyebabkan penurunan GFR sehingga terjadi retensi fosfat, sulfat, ureum,
kalium, dan lain-lain. Anamesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan urin dapat
membedakan gagal ginjal akut yang disebabkan oleh faktor prarenal atau renal. Bila
jumlah urin sedikit disertai kadar natrium di urin rendah dan berat jenis tinggi, maka
parenkim ginjal tidak banyak mengalami kerusakan, tetapi bila kadar natrium di urin
tinggi dan berat jenis rendah maka parenkim ginjal mengalami banyak kerusakan.
Bila
terjadi
dehidrasi,
asidosis,
hiperkalemia,
hiponatremi,
hipokalsemia,
c. Hiperkalemia
Sebelum diuresis menjadi baik, kalium tidak perlu diberikan. Untuk mencegah
intoksikasi kalium, maka pemberian kalium dengan cairan dan makanan harus
dikurangi. Lemak dapat diberikan peroral untuk protein sparing effect. Perlu
pemberantasan infeksi. Selain untuk memberantas hiperkalemia dipergunakan juga
cation-exchange resin per oral atau per rektum. Juga kombinasi glukosa dan insulin
dengan perbandingan 1 unit untuk tiap 3 gram glukosa, serta larutan NaCl 3%. Bila
perlu kelebihan kalium dapat dikeluarkan dengan dialisis. Kalium dapat diberikan
pada fase poliuri sesudah penetapan kadarnya di dalam darah.
d. Hiponatremia
Dalam fase oliguria disebabkan oleh masukan natrium yang kurang,
pemindahan dari ekstra ke intraseluler, kehilangan di tinja dan retensi cairan
didalam tubuh. Faktor terakhir diberantas dengan pengurangan pemberian cairan.
Natrium baru diberikan bila ada gejala keracunan air( water intoxication) yang
menyebabkan faal ginjal menjadi jelek oleh kekurangan natrium didalam tubuh.
Dalam fase poliuria natrium dapat diberikan untuk mengurangi asidosis tetapi harus
hati-hati terhadap timbulnya edema paru. Klorida biasanya diberikan bersama
natrium.
e. Hipokalsemia
Keadaan ini dapat timbul pada pasien dengan gagal ginjal akut dan
menimbulkan gejala tetani. Untuk memberantasnya diberikan glukonas secara
intravena.
f. Hiperfosfatemia
Terjadi akibat retensi fosfat. Dapat dicegah dengan pemberian fosfat binding
gel. Kadang-kadang ada hiperfosfatemia yang dapat diberantas dengan dialisis.
g. Katabolisme
Kerusakan jaringan menyebabkan hiperkalemia, asidosis dan lain-lain. Zat
hidrat arang dan lemak mempunyai sifat protein sparing effect dan mencegah
kerusakan jaringan. Bila ada muntah, zat hidrat arang dapat diberikan sebagai
larutan glukosa intravena. Anak diberikan 100-150 gram sehari dan pada bayi
jumlah kalori basal untuk mengurangi katabolisme endogen
h. Anemia
Sering keadaan uremia disertai anemia. Bila perlu diberi transfusi darah.
i. Hipertensi
Dapat diobati dengan pemberian obat-obat anti hipertensi seperti: reserpin atau
pemblok beta. Obat-obat tersebut dapat mengurangi filtrasi glomerulus dan harus
digunakan dengan hati-hati. Mungkin terjadi ensefalopati hipertensif dan konvulsi,
terutama pada glomerulonefritis akut. Bila timbul gagal ginjal kongestif dapat
diobati dengan digitalis. Obat ini diberikan dengan pengurangan dosis sehubungan
dengan sifat toksiknya. Bila terjadi edema paru dan gagal jantung diberikan morfin
dan oksigen. Hipervolemia pada glomerulonefritis akut mungkin menyebabkan
gagal jantung dan dapat diberantas dengan dialisis.
II. Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal
dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam
darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal).
(Nursalam, 2006)
Insufisiensi ginjal kronik atau kegagalan dimulai ketika ginjal tidak bisa
memelihara kimia normal cairan tubuh dibawah kondisi normal. Kemunduran
secara progresif lebih dari periode bulan atau tahun menimbulkan keanekaragaman
klinis dan gangguan biokimia yang akhirnya mencapai puncak dari sindrom klinis
disebut uremia.(Whaley & Wong, 2002)
10
Gagal ginjal kronis aatu penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain lain dalam darah). (Brunner &
Suddarth, 2002).
2.
ETIOLOGI
11
12
kognitif.
(Nursalam, 2006)
4.
PATOFISIOLOGI
Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam
angina,
dan
sesak
nafas.
13
meningkatr, maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui
glomerulus ginjal, maka meningkatkan kadar fosfat serum dan sebaliknya, kadar serum
kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dan
kelenjar paratiroid. Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak merespon normal terhadap peningkatan
sekresi parathormon, sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya
perubahan
tulang
dan
penyakit
tulang.
Demikian
juga,
vitamin
(1,25
PATHWAYS GGK
14
5.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
a. Hiperkalemia
b. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
c. Hipertensi
d. Anemia
15
laboratorium
dilakukan
untuk
menetapkan
adanya
GGk,
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaannya adalah :
a.
1)
Pengobatan hipertensi.
16
2)
3)
4)
Mengurangi proteinuria.
5)
Mengendalikan hiperlipidemia.
b.
c.
Hemodialisis (HD = cuci darah) Pada hemodialisis darah dipompa keluar dari tubuh
lalu masuk kedalam mesin dialiser (yang berfungsi sebagai ginjal buatan) untuk
dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus
untuk dialisis. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh.
b.
Dialisis Peritoneal (cuci darah lewat perut) Disini proses cuci darah dilakukan
didalam tubuh melalui selaput/membran peritoneum (selaput rongga perut)
c.
Dialisis peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisis kedalam rongga perut
melalui selang kateter yang telah ditanam dalam rongga perut. Tekhnik ini
memanfaatkan selaput rongga perut untuk menyaring dan membersihkan darah. Ketika
cairan dialisis berada dalam rongga perut, zat-zat racun didalam darah akan
dibersihkan, juga kelebihan air akan ditarik. Proses dialisis peritoneal ini tidak
menimbulkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu yang singkat, terdiri dari 3
langkah : memasukkan dialisat (cairan dialisis) berlangsung selama 10 menit; waktu
tinggal yaitu dimana sesudah cairan dimasukkan, cairan dibiarkan dalam rongga perut
untuk selama periode tertentu (5-6 jam); mengelurkan cairan yang berlngsung selama
20 menit.
17
d.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Anak dengan gagal ginjal akut
Pengkajian awal :
Lakukan pengkajian fisik.
Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai bukti glomelonefritis, uropati
obstruktif, pemajanan atau mencerna toksik kimia (termasuk logam berat. Karbon
tetraklorida atau pelarut organik lainnya; obat-obat nefrotoksik)
Observasi adanya manifestasi gagal ginjal akut
Khusus :
Oliguria dan anuria yang tidak umum (kecuali gangguan obstruktif)
nonspesifik (dapat terjadi)
mual
edema
muntah
hipertensi
mengantuk
pengakjian terus menerus
pemantauan cermat terhadap :
keluaran urine (foley cateter)
18
19
Makanan/cairan
Gejalanya adalah oedema, malnutrisi, anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah ditandai
dengan distensi abdomen/asites, pembesaran hati, perubahan turgor kulit, ulserasi
gusi, penurunan otot, penurunan lemak subkutan, peampilan tak bertenaga.
Neurosensori
Gejalanya adalah sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, kesemutan ditandai dengan
gangguan status mental, kejang, fasikulasi otot, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
Pernafasan
Gejalanya adalah nafas pendek, dispnea noktural paroksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum ditandai dengan takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi pernafasan
kusmaul, batuk produktif edngan produksi sputum merah muda.
Nyeri/kenyamanan
Gejalanya adalah nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki ditandai distraksi,
gelisah.
Keamanan
Gejalanyaadalah kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi ditandai dengan pruritus,
demam (sepsis, dehidrasi), peteki, area ekomosis pada kulit, fraktur tulang, defesi
fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
2. Diagnosa Keperawatan Gagal Ginjal Akut
1.
Sasaran
pasien
pasien
Intervensi keperawatan/raasional
1.
Bantu
dalam
dialisis
20
untuk
sehingga
terlalu dibatasi
6. Bagi
masukan
diizinkanke
dalam
yang
volume
menghindariperiode
cairan.
tanpa
cairan
Intervensi keperawatan/raasional
1. Berikan
cairan
cairan
7. Semprot
melut
dengan
intravena
untuk
mempertahankan
kelebihan
beban
kenyamanan
cairan.
dengan
adekut
mencegah
pecah-pecah
dan
strategi
untuk
2.
SASARAN PASIEN 1 :
memperahankan
diinginkan
normal.
4. Singkirkan
cairan
dari
jangkauan anak.
kadar
pasien
elektrolit
Intervensi keperawatan/rasional
1. Bantu
dialisis
untuk
21
dan tenang
serum.
3. Berikan
diet
kalium,
an
diresepkan
rendah
protein,
natrium,
untuk
bila
anak
menurunkan
adanya
bukti-bukti
hiernatremia,
untuk
menjamin
SASARAN
PASIEN
pasien
produk sisa.
PASIEN
2:
pasien
1. Hindari
situasi
meningkatkan
pada
faktor-faktor
anak
dan
karena
ini
yang
meminimalkan
terinfeksi
untuk
pajanan
pada
microorganisme infektif.
yang
ansietas
individu
Intervensi keperawatan/rasional
ketakutan
SASARAN
3.
dapat
pengunjung
perilaku
22
karena
kerentana
menerapkan
praktik
Intervensi keperawatan/rasional
1. Kaji akan masalah
kebutuhan
kesehatan.
akan
keluarga dan
informasi
dan
keluarga
kejang
Keterlibatan neurologis
Sensori dangkal
Tremor
darah,
tanda
neurologis.
Kedutan otot
23
edema,
atau
disfungsi
Kaji
respons
psikologis
terapi
dan
respons nya
Diagnosa keperawatan 1 : Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan
gejala mekanisme regulasi ginjal.
Intervensi/rasional
1. Berikan cairan oral sesuai kebutuhan
2. Lakukan strategi untuk mencegah
masukan yang tidak diinginkan.
SASARAN
PASIEN
pasien
Intervensi/rasional
1. bantu
dengan
untuk
kemajuan
untuk
mengkaji
kemungkinan komplikasi.
untuk
mencegah
peraaan
kering.
mulut
cairan
kelembaban
volume
5. Pertahankan
tepat
melalui
cairan.
Diagnosa keperawatan 2 : perubahan
nutrisi berhubungan dengan
pembatasan diet
Sasaran
pasien
1:
24
pasien
Intervensi keperawatan/rasional
1. Berikan
intruksi
makanan
diet
yang
untuk
menurunkan
protein,
fosfor,
garam,
SASARAN PASIEN 1 :
memperahankan
masukan
memberikan
karbohidrat
kalori
1. Bantu
diet
kalium,
an
diresepkan
4. Observasi
keluarga
uremia)
menu
menurunkan
adanya
bukti-bukti
untuk
hiernatremia,
menjamin
untuk
bila
memahami
mengisi
natrium,
(hiperkalemia,
dan
protein,
rendah
yang
untuk
makanan
dialisis
elektrolit
Intervensi keperawatan/rasional
untuk
kadar
normal.
pasien
pasien
1:
pasien
penatalaksanaan,
dan
hasil
jangka
penatalaksanaan
karena
kemandirian
untuk
membuat
diri positif
Dx kep 4 perubahan proses keluaga
berhubungan dengan anak yang
menderita penyakit kronis
kebutuhan
semua
anggota keluarga.
2. Berikan bimbingan antisipasi yang
anak
7.
panjang.
4. Izinkan
diharapkan
termasuk
perawatan
yang
ggk
lanjut
Hasil
Intervensi/rasional
pengobatan,
berikan
konseling
sesuai
kebutuhan
kejadian
yang
perkirakan
26
ginjalkarena
di
rumah
atau
kontak
periodik
keluarga
pada
lembaga
27
EVALUASI
keanekaragaman
klinis
dan
mengeluarkan pembuangan,
klinis
disebut
uremia
adalah
pengertian
menurut ? .........................
7. Etyologi GGK
adalah ? .........................................
.................................................
8. Sebutkan manifestasi klinis GGK
dari ? ............................................
2. sebutkan klasifikasi dari gagal
persystem ? ...................................
ginjal ? ..........................................
..................
9. Jelaskan Pengkajian lanjutan dan
.....................
3. sebutkan masalah keperawatan
dari gagal
GGK ? ..............................
10. Jelaskan intervensi dari Diagnosa
ginjal ? ..........................................
....
4. jelaskan etiology faktor prerenal
dari
GGA ? ...........................................
...........
5. sebutkan evaluasi diagnostik dari
berbeda ?
GGA ? ...........................................
.................
6. Insufisiensi ginjal kronik atau
kegagalan dimulai ketika ginjal
tidak
normal
kondisi
bisa
memelihara
kimia
Kemunduran
28
DAFTAR PUSTAKA
Medikal
Bedah,
29