Professional Documents
Culture Documents
Karena bayi sudah bertambah besar dan kuat, yakni telah menjadi kanak-kanak,
maka sudah kodrat bahwa anak-anak mempunyai banyak gerak dan kemauankemauan. Untuk mengendalikan sifat penuh kemauan anak, maka orang tua dan orang
dewasa lainnya bertindak :
a. Akan memanfaatkan kecendrungan universal pada manusia untuk merasa malu.
b. Mendorong anak untuk mengembangkan rasa otonomi dan akhirnya mandri.
c. Dalam mengontrol anak-anak orang-orang dewasa harus benar-benar bersikap
membombong, artinya memberi bimbingan sambil menberi pujian yang
membesarkan hari anak-anak untuk mampu berbuat sesuatu.
d. Mendorong anak-anak untuk mengalami situasi situasi yang menuntut otonomi
dalam melakukan pilihan bebas.
e. Tidak boleh terlalu berlebihan dalam menanamkan rasa malu. Hal ini penting
untuk menghindari :
1) Anak-anak tidak memiliki rasa malu atau memaksanya mencoba melarikan
diri dari hal-hal dengan berdiam diri.
2) Anak-anak tidak berterus terang, tidak suka berbohong.
3) Anak-anak senang bertindak serba diam-diam.
Dalam fase otonomy Vs rasa malu dan ragu, juga berkembang kebebasan
pengungkapan diri dan sifat penuh kasih sayang. Bangkitnya rasa mampu
pengendalian diri pada anak-anak untuk menumbuhkan rasa kemauan baik dan
bangga yang bersifat menetap pada diri anak.
2. Nilai yang menonjol :
Dalam fase maskular-anal ini muncullah nilai kemauan pada anak-anak.
Darimana sumber kemauan anak itu ? sumbernya ialah : kemauan diri yang terlatih
pada anak itu sendiri.
Contoh-contoh kemauan luhur yang diperlihatkan oleh orang lain (dari ibu, ayah,
kakek, nenek dan sebagainya).
Bagaimana kemauan anak itu berkembang ? caranya kemauan anak berkembang
ialah:
a. Anak-anak belajar dari diri sendiri dan orang lain mengenai apa yang diharapkan
dan yang tidak diharapkan.
b. Dengan kemauan maka menyebabkan anak secara bertahap mampu menerima
peraturan-peraturan hukum dan kewajiban.
c. Unsur-unsur kemauan bertambah secara berangsur-angsur melalui pengalaman
pengalaman yang melibatkan kesadaran dan perhatian, manipulasi, verbalisasi,
dan gerak atau lokomosi.
Karena kemauan olah (belajar) kemampuan untuk :
1) Membuat pilihan-pilihan bebas.
2) Memutuskan sesuatu dari berbagai pilihan.
3) Bertindak untuk melaksanakan pilihan tadi.
Kemauan untuk memilih, memutuskan dan bertindak itu berkembang terus
meningkat pada tahapan seterusnya. Jadi, inti perkembangan psikososial tahap kedua
adalah, timbulnya rasa kontrol kemauan dan bangga sebagai rasa otonomi, dan
imbangi dengan tumbuhnya rasa malu dan ragu-ragu jika anak-anak kehilangan atau
berkurangnya kontrol, kemauan, kebanggaan dan otonominya. Inilah kualitas ego
baru yang timbul pada fase maskular-anal menurut teori erikson. Lalu tahapannya
disebutnya otonomi Vs rasa malu dan keragu-raguan.
3. Bahayanya :
Sebaliknya, jika anak-anak kehilangan kontrol diri dapat menyebabkan perasaan
malu dan ragu-ragu, yang juga dapat bersifat menetap.
5. Ritualisme :
Jika terjadi penyimpangan dari ritualisasi tahap kedua ini, ritualismenya disebut
legalisme, yakni :
a. Mengagung-agungkan huruf ketentuan hukum dari pada semangat hukumnya
sendiri
b. Mengutamakan hukuman dari pada balas kasihan
6. Karakteristik toddler normal :
a. Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekelilingnya
b. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing terhadap temannya
c. Memperlihatkan minat terhadap apa yang dikerjakan anak lain dan bermain
dengan mereka.
d. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain diluar
keluarganya.
e. Pada usia todler, mereka memperlihatkan ketakutan dan ketidaksukaan kepada
orang yang tidak dikenal dengan menghindar dan menangis jika orang tersebut
mendekati mereka.
f. Todler lebih suka meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa
g. Menciptakan dunianya sendiri
h. Sejak umur 3 sampai 4 tahun anak mulai belajar bermain seara bersama dalam
kelompok, berbicara satu sama lain didalam kelompok
7. Pola perilaku Anak : (dalam Elizabeth, 2002 )
Pola perilaku sosial anak :
a. Meniru. agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang
sangat ia kagum
b. Persaingan. Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain
sudah tampak pada usia 4tahun. Ini dimulai dirumah dan kemudian berkembang
dalam bermain dengan anak diluar rumah.
c. Kerja sama. Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok
mulai nerkembang dan meningkat baik dalam frequensi maupun lamanya
berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan
anak lain.
d. Simpati. Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan
emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum 3tahun.
Semakin banyak kontak bermain, semakin cepat simpati akan berkembang.
pendapat
yang
berperilaku
sosial,
2. Evaluasi
a. Anak toddler dapat menunjukkan kreativitasnya di dalam keluarga.
b. Anak toddler dapat mandiri saat berpisah dengan orang tua.
c. Anak toddler dapat melakukan perawatan mandiri, berpartisipasi dalam
kegiatannya.
d. Keluarga dapat memberikan reinforcement positif pada anak saat anak melakukan
sesuatu dan menggunakan kata halus untuk melarang anak melakukan sesuatu.
e. Anak toddler menerima saat diberikan teguran.
f. Anak toddler terlihat baik dan mudah bergaul saat bersosialisasi dikeluarga
maupun temannya.
Sumber :
Ki fudyartanta. 2012. Psikologi keperibadian paradigma filosofis, tipologis, psikodinamik
dan organismik-holistik. Yogyakarta : pustaka pelajar.
Indiarti Mt. 2007. A to z the golden age merawat, membesarkan dan mencerdaskan bayi anda
sejak dalam masa kandungan hingga usia 3 tahun. Edisi 1. Yogyakarta : ANDI
Rahmad H Pardede. 2009. Ilmu perilaku manusia pengantar psikologi untuk tenaga
kesehatan. Jakarta : TIM
Elizabeth B hurlock.
Disusun Oleh:
Addinda Fitriasari
Eva Yozian Saputri
Fadillah
Habibillah
Fickry Firmansyah
Fitri Cahyanti
Rovi Irmawan
Ryan Agus Jasmanto