Professional Documents
Culture Documents
HIPERTENSI
Hipertensi derajat 2
Sistolik (mmHg)
< 120
120-139
Diastolik (mmHg)
dan
< 80
atau 80-89
140-159
atau
90-99
160
atau
100
Rekomendasi 1
Pada populasi umum usia 60 tahun
Terapi farmakologis dimulai : sistolik 150 mm Hg atau diastolik 90 mm Hg
Target TD : sistolik <150 mm Hg dan diastolik <90 mm Hg
(Strong Recommendation Grade A)
Rekomendasi 2
Pada populasi umum <60 tahun
Terapi farmakologis dimulai : diastolik 90 mm Hg
Target TD: diastolik <90 mm Hg.
(Untuk usia 30-59 tahun, Strong Recommendation Grade A; untuk usia
18-29 tahun, Expert Opinion Grade E)
Rekomendasi 3
Pada populasi <60 tahun
Terapi farmakologis dimulai : sistolik 140 mm Hg
Target TD : sistolik <140 mm Hg
(Expert Opinion Grade E)
Rekomendasi 4
ada populasi usia 18 tahun disertai chronic kidney disease (CKD)
Terapi farmakologis dimulai : sistolik 140 mm Hg atau diastolik 90 mm Hg
Target TD : sistolik <140 mm Hg dan diastolik <90 mm Hg
(Expert Opinion Grade E)
Rekomendasi 5
Pada populasi usia 18 tahun disertai diabetes
Terapi farmakologis dimulai : sistolik 140 mm Hg atau diastolik 90 mm Hg
Target TD : sistolik <140 mm Hg dan diastolik <90 mm Hg
(Expert Opinion Grade E)
Rekomendasi 6
Pada populasi bukan kulit hitam, disertai diabetes
Terapi antihipertensi : thiazide-type diuretic, calcium channel blocker
(CCB), angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) atau angiotensin
receptor blocker (ARB)
(Moderate Recommendation Grade B)
Rekomendasi 7
Pada populasi kulit hitam, disertai diabetes
Terapi antihipertensi : thiazide-type diuretic atau CCB.
For general black population: Moderate Recommendation Grade B
For black patients with diabetes: Weak Recommendation Grade C
Rekomendasi 8
Pada populasi usia 18 tahun disertai CKD
Terapi antihipertensi : ACEI atau ARB untuk memperbaiki fungsi ginjal.
Diaplikasikan untuk semua pasien CKD dengan hipertensi tanpa
memandang ras atau status diabetes
(Moderate Recommendation Grade B)
Rekomendasi 9
Jika tekanan darah tidak mencapai target dalam 1 bulan terapi
tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat ke-2 dari 4 golongan obat
antihipertensi (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, or ARB).
Jika tekanan darah tidak mencapai target dg 2 jenis obat tambahkan obat
ke 3 dan titrasi
Jika TD belum tercapai jg, maka dapat ditambahkan dari kelas yg lain
(Expert Opinion Grade E)
Semua usia
diabetes
diabetes
diabetes
GGK
GGK
TD :<140/<90
mmHg
GGK
TD :<150/<90
mmHg
Kulit hitam
Kulit hitam
Diuretik Thiazid/CCB/dalam
Kombinasi
Diuretik/ACEI/ARB/CCB/
dalam kombinasi
*TD Target
Lanjutkan pengobatan
dan monitoring
C: dimulai dengan obat kombinasi langsung bisa dengan obat terpisah atau menggunakan fixed dose combination
A. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya
terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Diuretik mempunyai 5
golongan, golongan tiazid, diuretik kuat, diuretik hemat kalium, carbonic
anhidrase inhibitor, dan diuretik osmotik. Penjelasan lebih mengenai 5
golongan ini akan dipelajari pada blok NU. Berikut akan dibahas golongangolongan dari diuretik yang digunakan pada terapi antihipertensi :
1. Tiazid
a. Mekanisme kerja
Menghambat transport NaCl di tubulus distal ginjal meningkatkan
ekskresi Na dan Cl
Volume darah
Dosis (mg)
Pemberian
Sediaan (mg)
HCT
12.5-25
1dd
25, 50
Klortalidon
12.5-25
1dd
50
Indapamid
1.25-2.5
1dd
2.5
Bendroflumetiazid
2.5-5
1dd
Metolazon
2.5-5
1dd
2.5, 5, 10
2. Diuretik kuat
a. Mekanisme kerja
Bekerja di di ansa henle asenden bagian epitel yang tebal dengan
menghambat kotranspor Na, K, Cl dan hambat reabsorbsi air dan
elektrolit.
b. Indikasi
Hanya diperlukan pada hipertensi berat, adanya gangguan fungsi
ginjal dan payah jantung.
c. ESO
Hampir sama dengan tiazid, kecuali diuretik kuat menimbulkan
hiperkalsiuria dan menurunkan kadar kalsium darah.
d. Dosis dan contoh obat
Obat
Furosemid
Dosis (mg)
Pemberian
20-80
2-3 dd
Sediaan
2.5-10
1-2 dd
0.5-4
2-3 dd
As.etakrinat
25-100
2-3dd
Tab 25 dan 50 mg
c. ESO
-
Ginekomastia
Mastodinia
Gangguan menstruasi
Obat
Amilorid
Dosis (mg)
5-10 mg
Pemberian
Sediaan
1-2 dd
Tab 25 mg,
100 mg
Spironolakton 25-100 mg
1 dd
Tab 50 mg,
100 mg
Triamteren
25-300 mg
1 dd
B. Simpatolitik
1. -bloker
a. Mekanisme
Menghambat reseptor beta adrenergik sehingga :
-
b. Penggunaan
Terutama pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung koroner,
aritmia supraventrikel dan angina pektoris.
c. Kontraindikasi
-
Pasien asma
PPOK
Bradikardi
DM
d. ESO
-
Bronkospasme
Bradikardi
Hambatan nodus SA
Dosis maks
Sediaan
Obat
(mg/hr)
(mg/hr)
1. Kardioselektif
a. Atenolol
b. Metoprolol
25
100
50-100
200
12.5
50
Tab 25 mg
300
Tab 100 mg
2. Kardiononselektif
a. Karvedilol
b. Labetolol
100
2. -blocker
a. Mekanisme kerja
Antagonis reseptor -1 di perifer
c. ESO
-
Sakit kepala
Palpitasi
Edema perifer
Hidung tersumbat
Mual
Dosis awal
Dosis
(mg/hr)
maksimal
Sediaan
(mg/hr)
Prazosin
0.5
Tab 1 mg, 2 mg
Terazosin
1-2
Tab 1 mg, 2 mg
Bunazosin
1-5
Doksazosin 1-2
Tab 1 mg, 2 mg
Mekanisme kerja
Menghambat reseptor angiontensin I (AT1) dan tipe II (AT2).
Obat golongan ini tidak memiliki efek terhadap metabolism bradikinin
dan memiliki potensi menghamat kerja angiotensin secara lebih
menyeluruh.
Penghambatan
pada
AT1
akan
menyebabkan
off the inactive precursor decapeptide angiotensin I. Angiotensin I is then converted, primarily by endothelial ACE, to the arterial
vasoconstrictor octapeptide angiotensin II (Figure 11! 5), which is in turn converted in the adrenal gland to angiotensin III.
Angiotensin II has vasoconstrictor and sodium-retaining activity. Angiotensin II and III both stimulate aldosterone release. Angiotensin
<50% kecuali irbesartan, namun obat ini tinggi terikat dengan protein
may contribute to maintaining high vascular resistance in hypertensive states associated with high plasma renin activity, such as renal
arterial stenosis, some types of intrinsic renal disease, and malignanthypertension, as well as in essential hypertension after treatment
>90%
with sodium restriction, diuretics, or vasodilators. However, even in low-renin hypertensive states, these drugs can lower blood pressure
(see below).
Figure 11! 5
Sites of action of drugs that interfere with the renin-angiotensin-aldosterone system. ACE, angiotensin-converting enzyme; ARBs, angiotensin
receptor blockers.
A parallel system for angiotensin generation exists in several other tissues (eg, heart) and may be responsible for trophic changes such
as cardiac hypertrophy. The converting enzyme involved in tissue angiotensin II synthesis is also inhibited by ACE inhibitors.
Three classes of drugs act specifically on the renin-angiotensin system: ACE inhibitors; the competitive inhibitors of angiotensin at its
2. ESO
a.
b. Hipotensi
c. Oliguria
d. Progressive azotemia
e. Acute renal failure
3. Contoh obat
Mekanisme kerja
Menghambat
converting
enzyme
yang
menghidrolisis
Indikasi
Hipertensi sedang atau berat, gagal jantung, infark miokard,
penyakit ginjal kronik.
3.
Kontraindikasi
Wanita hamil trimester kedua dan ketiga, insufisiensi ginjal, syok
kardiogenik, hipotensi parah
4.
ESO
Paling sering adalah batuk dan angioedema. Batuk terjadi karena
adanya peningkatan reseptor proinflamasi, yakni bradikinin. ESO
lainnya: hipotensi berat, gagal ginjal akut, hiperkalemia, dll.
5.
Contoh obat
Captopril, enalapril, lisinopril, benazepril, ramipril, dll
Captopril : 2-3 kali sehari 6,25 mg - 12,5 mg 1 jam sebelum makan,
sediaan tablet 12,5 mg , 25 mg, 50 mg
Enalapril : 2 kali sehari 1,25 mg. Sediaan tablet 5 mg dan 10 mg
Lisinopril : 1 kali sehari 2,5 mg. Sediaan tablet 5 , 10, dan 20 mg.
Benazepril : 5 80 mg per hari
Ramipril : 1,25-20 mg per hari (dosis tunggal atau terbagi)
6.
Interaksi obat :
a. Suplemen kalium atau diuretic hemat kalium menyebabkan
hiperkalemia.
b. Antiinflamasi non steroid menyebabkan mengganggu efek hipotensi.
7.
Potensi obat
Mekanisme kerja
Obat golongan ini berikatan pada kanal Ca di sisi dalam membrane
Farmakokinetik
Sebagian besar memiliki waktu paruh 3-8 jam setelah dosis oral.
Pengobatan memerlukan 3 x sehari untuk mempertahankan konrol
hipertensi yang bagus.
3.
Indikasi
Angina,
hipertensi,
takiaritmia
supraventrikular,
kardiomiopati
hipertrofik.
4.
Kontraindikasi
Hipotensi
5.
Contoh obat
Golongan dihidropiridin (amlodipin, nifedipin, nikardipin, felodipin
dll) : bekerja efektif di pembuluh darah tapi efek depresi jantung
lebih lemah.
Golongan nondihidropiridin (verapamil, diltiazem): bekerja spesifik
di otot jantung.
6.
ESO
Konstipasi, pusing, sakit kelapa, lesu, edema perifer, depresi jantung
berat (henti jantung, bradikardia dll).
F. Vasodilator
1. Mekanisme kerja secara umum : vasodilator menimbulkan efek
relaksasi pada otot polos arteriol atau vena-vena
vascular sistemik
mengurangi tahanan
4. Contoh obat :
a.
Hidralazin
Menimbulkan efek relaksasi arteriol,
Minoksidil
Efek vasodilator arteriol dihasilkan oleh pembukaan kanal
kalium pada membrane otot polos oleh metabolit aktifnya.
Indikasi : hipertensi parah dan resisten terhadap obat
c.
Natrium nitroprussid
Vasodilator kuat yang diberikan secara parenteral untuk
hipertensi emergency dan gagal jantung berat. Nitroprussid
dapat melebarkan pembuluh darah arteri dan vena
vascular perifer dan << venous return.
<< tahanan
II.
GAGAL JANTUNG
NYHA class I
Nonmedikamentosa:
ACEI
Beta blocker
farmakologi
Cairan berlebih
Diuretic* + ACEI**
Oedem
membaik
ACEI **
+Beta-Blocker***
Spironolakton
(classIII)
Beta-Blocker***
+/- digoxin
+/-antagonis reseptor
angiotensin II
*loop diuretic paling sering digunakan seperti furosemide, meskipun belum ada bukti
bawa loop diuretic lebih efektif dan lebih aman ketimbang tiazid
** jika alergi terhadap ACEI gunakan antagonis reseptor angiotensin II
*** jika pasien telah stabil berikan beta-blocker
ACE-I
Angiotensin
Receptor Blocker
Diuretik
Obat Gagal
Jantung
Beta Blocker
Digitalis
Antagonis
Aldosteron
A. ACE-I
a. Mekanisme Kerja
Secara klinis, bila digunakan untuk pasien gagal jantung maka
ACEI akan bekerja dengan (Klabunde, 2010):
1) Mengurangi afterload, yang meningkatkan stroke volume ventrikel
dan meningkatkan fraksi ejeksi.
2) Mengurangi preload, yang menurunkan kongesti paru dan sistemik
dan mengurangi edema.
3) Menurunkan aktivasi simpatik, yang telah terbukti merugikan pada
gagal jantung.
4) Meningkatkan rasio suplai oksigen dengan permintaan dengan
menurunkan permintaan melalui pengurangan afterload dan
preload.
5) Mencegah angiotensin II dari memicu remodeling jantung yang
merugikan.
bradikinin
yang
menyebabkan
vasodilatasi
yang
dihasilkan oleh inhibitor ACE dan juga beberapa efek samping dari
ACE inhibitor (batuk dan angioedema) (Klabunde, 2007).
b. ESO
Efek samping dari ARB relatif rendah dan dapat ditoleransi
dengan baik. Obat ini tidak meningkatkan kadar bradikinin seperti
ACE inhibitor, sehingga tidak timbul efek samping seperti batuk
kering dan angioedema. ARB merupakan kontraindikasi pada
kehamilan. Pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral mungkin
mengalami gagal ginjal jika ARB diberikan. Alasannya adalah bahwa
peningkatan sirkulasi dan angiotensin II intrarenal dalam kondisi ini
akan menyempitkan arteriol eferen lebih dari arteriol aferen dalam
ginjal, yang membantu untuk menjaga tekanan kapiler glomerulus dan
filtrasi (Klabunde, 2007).
Menghilangkan penyempitan ini dengan memblokir reseptor
angiotensin II pada arteriol eferen dapat menyebabkan penurunan
mendadak dalam laju filtrasi glomerulus. Namun tidak menjadi
masalah dengan stenosis arteri ginjal unilateral karena ginjal yang
tidak terpengaruh biasanya dapat mempertahankan filtrasi yang cukup
setelah At1 reseptor diblokir (Klabunde, 2007).
C. Diuretik
a. Loop Diuretic
1) Farmakokinetik
Loop diuretic diabsorbsi secara cepat. Mereka dieliminasi
oleh ginjal melalui filtrasi glomerular dan sekresi tubular. Obat ini
bekerja di sisi luminal tubulus, aktivitas diuretik mereka berkorelasi
dengan sekresi mereka ditubulus proksimal. Pengurangan sekresi
diuretik loop dapat terjadi karena adanya pemberian obat seperti
semua
Tiazid
diberikan
peroral.
Klortiazid
(kronotropik
negatif)
dan
memperkuat
kontraktilitas
(inotropik positif).
c. Indikasi
Efektif digunakan sebagai obat hipertensi dan gagal jantung.
d. Kontraindikasi
Pasien asma dikontraindikasikan dengan obat ini. Dahulu beta blocker
dilarang pada kasus gagal jantung, namun sekarang digunakan secara
hati-hati pada pasien gagal jantung kronis, namun tidak pada gagal
jantung akut.
e. Efek samping
Hipotensi, Bradikardi, Rasa lelah, Retensi urin.
f. Contoh dan Bentuk Sediaan Obat
Esmolol
Parenteral: 10 mg/mL for IV injection; 250 mg/ mL for IV infusion
Labetalol
Oral: 100, 200, 300 mg tablets Parenteral:
5 mg/mL for injection Metoprolol
(generic, Lopressor, Toprol)
Oral: 50, 100 mg tabletsOral sustained-release: 25, 50, 100, 200 mg
tablets Parenteral: 1 mg/mL for injection
Nadolol
Oral: 20, 40, 80, 120, 160 mg tablets
Nebivolol
Oral: 2.5, 5, 10 mg tablets
Penbutolol
Oral: 20 mg tablets
Pindolol
Oral: 5, 10 mg tablets
Propranolol
Oral: 10, 20, 40, 60, 80, 90 mg tablets; 4, 8, 80 mg/mL solutions
Parenteral: 1 mg/mL for injection
E. Kardiotonik/Digitalis/Glikosida Jantung
a. Farmakokinetik
65-80% diabsorbsi pada pemberian oral.Saat berada di dalam peredaran
darah, seluruh glikosida jantung didistribusikan ke banyak jaringan,
termasuk sistem saraf pusat.Digoksin tidak dimetabolisme secara luas
oleh manusia.Sebagian besar diekskresikan tanpa perubahan oleh ginjal.
b. Mekanisme Kerja
Digitalis memiliki dua efek besar, yaitu
III.
OBAT ANTIARITMIA
IV.
OBAT ANTIANGINA
A. Capaian pembelajaran
1.
Umum
Mahasiswa dapat
Alat
a. Beaker Glass
b. Spuit Tuberculin
c. Pinset
d. Gunting
e. Perusak SSP Katak
f. Isolasi
g. Papan
h. Penggantung Katak
2.
Bahan
a. Sulfas Atropin 0,5 cc
b. Ringer Laktat
3.
Binatang percobaan
a. 2 Ekor Katak
C. Rencana Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
Jaga jantung katak agar tetap basah dengan diteteskan larutan ringer
laktat secukupnya
6.
7. Catat denyut, ukuran, warna, irama atrium dan ventrikel selama 5 menit
selama 15 menit.
E. Jaga agar jantung katak tetap basah dengan diberikan larutan ringer laktat.
F. Pada
G. Catat