Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
GEDE ROBIN
15350015
: Kamis
Tanggal
Waktu
Tempat
: Di Wisma Seruni
Topik kegiatan
A.
LATAR BELAKANG
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang
diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya
akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut png
yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada
organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel
serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu : masa kanak-kanak, masa
remaja, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik fisik maupun
psikis.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan
bersifat individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak
dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait
dengan faktor biologis, psikologis, spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan
sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini
memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis sehingga
lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia misalnya: stroke,
Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis dapat
menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit
kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh
individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu,
selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila
menimbulkan penyakit fisik.
Pada dasarnya pelayanan sosial lanjut usia (Lansia), selalu mengacu kepada
terpenuhinya kebutuhan lanjut usia (Lansia) yang meliputi kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, intelektual dan spiritual serta kegiatan pengisian waktu luang.
Selain itu, dapat bermanfaat untuk memperpanjang usia harapan hidup dan
produktivitas lanjut usia serta terwujudnya kesejahteraan sosial lanjut usia yang
diliputi rasa tenang, tenteram, bahagia, dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Sampai saat ini, pelayanan sistem Panti atau institusi masih menjadi salah satu
alternatif pelayanan lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia yang kurang mampu
secara sosial ekonomi. Pelayanan sistem institusi dalam banyak hal menjadi
model pelayanan yang dapat diadopsi oleh keluarga dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pelayanan sosial lanjut usia. Disadari, bahwa kehidupan dalam
institusi terkadang monoton dan rutinitas sehingga membuat para lanjut usia
merasa jenuh atau bosan tinggal dan hidup selamanya di dalam Panti atau
institusi.
Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada upaya pengembangan bakat, minat
dan potensi lanjut usia, maka oleh sebab itu perlu diadakan berbagai kegiatan
positip untuk mengisi waktu-waktu luang, dan perlu dirancang berbagai kegiatan
atau aktivitas yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan lanjut usia
(lansia).
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan
suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi
lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi
tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana
lansia itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan apabila dipaksakan
justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam keadaan ini maka
upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus dilakukan
secara rutin dan berkesinambungan.
B.
TUJUAN
a. Tujuan umum
2.
3.
4.
URAIAN TUGAS
Leader
a. Memimpin jalanya Terapi Modalitas Orientasi Realita.
b. Merencanakan, mengontrol dan mengendalikan jalanya terapi.
c. Membuka acara.
d. Menjelaskan aturan main (cara permainan dan waktu permainan).
e. Memimpin terapi modalitas.
f. Menutup acara diskusi.
Co Leader
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien.
b. mengingatkan leader jika kegiatannya menyimpang.
Fasilitastor
a. Memfalisitasi pasien dalam terapi modalitas orientasi realita.
b. Mengarahkan pasien yang kurang kooperatif.
Observer
a. Mengobservasi jalannya terapi modlitas orientasi realita, mulai dari
persiapan, proses dan penutup dengan format evaluasi perilaku.
b. Menilai aspek kemampuan pasien dalam memperkenalkan diri.
F.
1.
2.
LANGKAH-LANGKAH
Tahap pre interaksi ( 5 menit ):
Leader memberikan salam terapeutik, memperkenalkan diri, menjelaskan
tujuan serta peraturan kegiatan dalam kelompok.
Tahap Orientasi ( 10 menit ):
a. Leader mengevaluasi perasaan klien
b. Leader melakukan kontrak (waktu,tempat, topik).
c. Leader menjelaskan tujuan dan prosedur terapi.
3.
Tahap Kerja :
a. Leader : Memimpin pelaksanaan serta mendemonstrasikan kegiatan terapi
modalitas.
b. Fasilisator : Memfasilitasi klien untuk melaksanakan kegiatan terapi
modalitas.
c. Observer : Mengobservasi kemampuan klien dalam pelaksanaan terapi
4.
modalitas.
Tahap Terminasi :
a. Mengevaluasi perasaan klien.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien.
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik : sepakati kegiatan yang akan datang.
- Waktu: sepakati waktu pertemuan yang akan datang.
- Tempat : sepakati tempat pertemuan yang akan datang
G. TATA TERTIB
1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan terapi modalitas okupasi.
2. Berpakaian rapi dan bersih.
3. Peserta tidak diperkenankan makan dan merokok selama terapi.
4. Peserta tidak meninggalkan kegiatan sebelum kegiatan selesai.
5. Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
H.
I.
METODE
Demonstrasi
EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur :
Persiapan telah disiapkan satu hari sebelum acara. Sarana dan prasarana
telah disiapkan satu hari sebelum acara.
2. Evaluasi Proses
Kegiatan terapi modalitas dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 februari
jam 10.00 wib sd 11.00 wib bertempat di ruang tamu wisma kunthi. Lansia
yang mengikuti terapi modalitas sejumlah 9 orang dari 10 orang yang ada
di wisma kunthi. 1 lansia tidak mengikuti terapi modalitas dikarenakan
sakit. Selama berlangsungnya acara tidak ada peserta yang meninggalkan
tempat. Peserta antusias terhadap kegiatan yang di lakukan, namun ada
beberapa peserta yang masih membutuhkan bantuan dari mahasiswa untuk
memasukkan benang nylon ke dalam manik-manik. Masingmasing
mahasiswa bekerja sesuai dengan jobdisc. Kegiatan berjalan dengan lancar
dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
3. Evaluasi Hasil
Peserta dapat membuat tasbih dengan baik.
LAMPIRAN 1
MATERI
1.1
Pengertian
Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang
bagi lansia.
1.2
Tujuan
a. Mengisi waktu luang bagi lansia
b. Meningkatkan kesehatan lansia
c. Meningkatkan produktifitas lansia
d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
1.3
Jenis Kegiatan
1. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
2. Terapi aktivitas kelompok ( TAK )
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk
terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator.
Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
3. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong,
musik dengan gamelan.
4. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dan lainlain.
5.
isu
yang
timbul.
Keluarga
juga
diharapkan
dapat
nama Allah. Itulah sebabnya ada 99 butir mata ornamen dalam sebuah tasbih.
Sebab bagi umat Muslim ada 99 nama Allah. Alangkah senangnya jika dapat
membuat tasbih rancangan sendiri
Tasbih sendiri saat ini bisa dibuat dengan dua pilihan. Yang pertama dan
utama tentunya dengan 99 mata ornamen. Sedangkan yang kedua adalah dengan
dengan 33 mata ornamen. Pilihan kedua ini dibuat sebab 99 adalah kelipatan 3
dari 33. Dengan ukuran yg lebih kecil ini tentunya Tasbih lebih mudah untuk
disimpan dan dibawa kemana-mana.
Alat dan bahan
1. Benang Nylon
6. Setelah itu kedua ujung benang dijadikan satu untuk membuat bagian Imame.
Masukan kedua ujung benang bersamaan ke dalam mata 11rnament yang lebih
panjang. Dan kemudian sebagai Tepelik gunakan tassel mungil dan ikatkan
pada kedua benang menjadi satu. Alternatif lain membuat Imame adalah
menggunakan eye pin yang 11rna kombinasikan dengan mata 11rnament
yang berbeda sehingga lebih menarik. Caranya adalah simpulkan kedua ujung
benang pada ujung eye pin yang satu kemudian masukan beberapa mata
11rnament yang berbeda ke dalam eye pin. Kemudian tekukkan ujung eye pin
itu menggunakan tang Round Nose
Daftar Pustaka