Professional Documents
Culture Documents
Essay
Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Gawat Darurat I
Fasilitator : Ns. Tony Suharsono, M.Kep
Oleh :
Yang menyatakan,
Latar Belakang
Heart Attack atau sering kita sebut dengan serangan jantung merupakan masalah
yang sering mengakibatkan kematian mendadak, hal ini terlihat seperti fenomena gunung
es, dimana angka kejadian sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang tercatat atau
dilaporkan. Vaillancourt et al (2011), menyatakan bahwa serangan jantung merupakan
penyebab kematian utama di Amerika Utara, terdapat 53 sampai 59 kasus kematian akibat
serangan jantung pada setiap 100.000 populasi. Sedangkan di Kanada ditemukan sekitar
20.000 kasus serangan jantung pertahunnya, dan hanya kurang dari 2000 (10%) yang
mampu bertahan hidup.
Dari sekitar 360.000 kasus serangan jantung yang terjadi di Amerika Serikat, 15%
diantaranya selalu berakhir dengan kematian (AHA, 2013). Di Indonesia sendiri, tingkat
kematian akibat serangan jantung belum dapat dilaporkan secara maksimal dan akurat.
Laporan yang ada sebenarnya hanya sebagian kecil kasus yang ditemukan, banyak kasus
yang terjadi tidak diidentifikasi, dan kebanyakan kasus yang tidak teridentifikasi adalah
kasus-kasus dengan kematian sebelum mencapai Rumah Sakit, atau bahkan masih
ditempat serangan tersebut berlangsung. Pada kasus seperti ini masyarakat pada umumnya
tidak menindaklanjuti untuk melaporkan ke Rumah Sakit atau tempat pelayanan terdekat.
Menurut Herlitz et al, (2004), Prognosis pasien serangan jantung sangat jelek,
kecuali pada saat serangan ada masyarakat yang melakukan CPR (Bystander CPR)
sebelum tim EMS datang, mengingat dua rantai kehidupan pada pasien dengan serangan
jantung adalah CPR. Artinya, tingkat keselamatan pasien dengan serangan jantung akan
sangat bergantung pada kecepatan pertolongan setelah serangan terjadi. Beberapa
penelitian tentang Bystander CPR dihubungkan dengan tingkat adaptasi pasien serangan
jantung terhadap kondisinya saat itu menampakkan kontribusi yang cukup signifikan pada
tingkat keselamatan pasien serangan jantung. Ritter.G,MD et al, (2002) mempelajari efek
Bystander CPR terhadap 2.142 kasus serangan jantung. Pertolongan resusitasi dilakukan
Bystander CPR sebelum EMS datang didapatkan 22,9% dapat diselamatkan sampai
mencapai Rumah Sakit, dan 11,9% dipulangkan dalam keadaan hidup. Sedangkan
pertolongan resusitasi tanpa pertolongan bystander CPR sebelumnya, tercatat hanya
14,6% yang dapat dipertahankan sampai mendapatkan pertolongan di rumah sakit, yang
pulang dalam keadaan hidup hanya sekitar 4,7%.
Penelitian serupa dilakukan oleh Herlitz et al, (2004), pada 29.711 pasien dengan serangan
jantung, 36% diantaranya ditolong oleh Bystander CPR sebelum tim EMS datang, dari
jumlah tersebut, 72% dilakukan oleh masyarakat awam, sedangkan 28% lainnya dilakukan
oleh petugas kesehatan profesional. Hasilnya, hanya sekitar 2,2% pasien tanpa pertolongan
Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I
Increase Bystanding CPR
Bystand
er
Recogniz
es Event
Bystand
er
Calls
EMS
Dispatcher
Identifiesvictims
and Provides
CPR Instruction
Bystand
er
Perform
s
Laporan ilmiah oleh American Heart Association (AHA, 2013) menyoroti pentingnya
upaya masyarakat untuk menyiapkan dirinya sendiri menghadapi keadaan keadaan
tersebut. Fasilitas harus segera disiapkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan
awam (terutama awam khusus) untuk mampu melakukan kompresi dada dengan baik,
melakukan sistem dan prosedur dengan benar. Salah satu fasilitas yang sangat mungkin
membantu adalah penyediaan pendidikan dan pelatihan singkat melalui media seperti video
pembelajaran khusus orang awam. Pengoptimalan EMS merupakan salah satu langkah
kongkrit yang dapat dilakukan termasuk kesiapan ambulan dan paramedis didalamnya.
Operator untuk panggilan darurat harus mampu menuntun bystander CPR untuk melakukan
CPR secara benar.
Pembahasan dan Strategi Penerapan
Di Indonesia, pelatihan resusitasi hanya terbatas pada petugas kesehatan saja, regulasi
informasi terkait pengembangan ilmu terbaru belum barjalan dengan baik, penyiapan
masyarakat yang tanggap darurat dinilai belum teraplikasi dengan baik, hal ini menjadi
penghambat yang signifikan untuk penerapan bystander CPR. Masih jarangnya pelatihan
Basic Life Support khusus awam menjadi salah satu faktor penting kurangnya kesadaran
Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I
Increase Bystanding CPR
Referensi
Anna Adielsson,et al (2011). Increase in survival and bystander CPR in out-of-hospital
shockable arrhythmia: bystander CPR and female gender are predictors of improved
outcome. Experiences from Sweden in an 18-year perspective. Institution of Medicine,
Department of Molecular and Clinical Medicine, Sahlgrenska University Hospital,
Goteborg SE-413 45, Sweden.
Herlitz, J ; et al (2005). Efficacy of bystander CPR: Intervention by lay people and by health
care professionals. Division of Cardiology, Sahlgrenska University Hospital, SE-413 45
Goteborg, Sweden
Leong, BSH. (2011). Bystander CPR and Survival. Singapore Med J. 52 (8) ; 573-578.