You are on page 1of 8

Antoni Eka Fajar Maulana (26070300111008)

Essay

INCREASE BYSTANDING CPR


PENINGKATAN EDUKASI, FASILITAS DAN SISTEM

Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Gawat Darurat I
Fasilitator : Ns. Tony Suharsono, M.Kep

Oleh :

Antoni Eka Fajar Maulana


NIM. 26070300111008
MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN EMERGENCY
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I
Increase Bystanding CPR

Antoni Eka Fajar Maulana (26070300111008)

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama
NIM

: ANTONI EKA FAJAR MAULANA


: 26070300111008

dengan ini menyatakan bahwa tulisan dengan judul:

INCREASE BYSTANDING CPR


PENINGKATAN EDUKASI, FASILITAS DAN SISTEM
adalah hasil pemikiran, analisa pustaka dan pemaparan asli yang merupakan hasil karya
saya sendiri yang belum pernah dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun sebagian,
dalam bentuk jurnal, working paper atau bentuk lain yang dapat dipublikasikan secara
umum. Tulisan ini sepenuhnya merupakan karya intelektual saya dan seluruh sumber yang
menjadi rujukan dalam tulisan ini telah saya sebutkan sesuai kaidah akademik yang berlaku
umum, termasuk para pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran pada isi, kecuali
yang menyangkut ekspresi kalimat dan desain penulisan.
Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh tanggung jawab dan
integritas.

Malang, 18 April 2013

Yang menyatakan,

(Antoni Eka Fajar M)

INCREASE BYSTANDING CPR


Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I
Increase Bystanding CPR

Antoni Eka Fajar Maulana (26070300111008)

Latar Belakang
Heart Attack atau sering kita sebut dengan serangan jantung merupakan masalah
yang sering mengakibatkan kematian mendadak, hal ini terlihat seperti fenomena gunung
es, dimana angka kejadian sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang tercatat atau
dilaporkan. Vaillancourt et al (2011), menyatakan bahwa serangan jantung merupakan
penyebab kematian utama di Amerika Utara, terdapat 53 sampai 59 kasus kematian akibat
serangan jantung pada setiap 100.000 populasi. Sedangkan di Kanada ditemukan sekitar
20.000 kasus serangan jantung pertahunnya, dan hanya kurang dari 2000 (10%) yang
mampu bertahan hidup.
Dari sekitar 360.000 kasus serangan jantung yang terjadi di Amerika Serikat, 15%
diantaranya selalu berakhir dengan kematian (AHA, 2013). Di Indonesia sendiri, tingkat
kematian akibat serangan jantung belum dapat dilaporkan secara maksimal dan akurat.
Laporan yang ada sebenarnya hanya sebagian kecil kasus yang ditemukan, banyak kasus
yang terjadi tidak diidentifikasi, dan kebanyakan kasus yang tidak teridentifikasi adalah
kasus-kasus dengan kematian sebelum mencapai Rumah Sakit, atau bahkan masih
ditempat serangan tersebut berlangsung. Pada kasus seperti ini masyarakat pada umumnya
tidak menindaklanjuti untuk melaporkan ke Rumah Sakit atau tempat pelayanan terdekat.
Menurut Herlitz et al, (2004), Prognosis pasien serangan jantung sangat jelek,
kecuali pada saat serangan ada masyarakat yang melakukan CPR (Bystander CPR)
sebelum tim EMS datang, mengingat dua rantai kehidupan pada pasien dengan serangan
jantung adalah CPR. Artinya, tingkat keselamatan pasien dengan serangan jantung akan
sangat bergantung pada kecepatan pertolongan setelah serangan terjadi. Beberapa
penelitian tentang Bystander CPR dihubungkan dengan tingkat adaptasi pasien serangan
jantung terhadap kondisinya saat itu menampakkan kontribusi yang cukup signifikan pada
tingkat keselamatan pasien serangan jantung. Ritter.G,MD et al, (2002) mempelajari efek
Bystander CPR terhadap 2.142 kasus serangan jantung. Pertolongan resusitasi dilakukan
Bystander CPR sebelum EMS datang didapatkan 22,9% dapat diselamatkan sampai
mencapai Rumah Sakit, dan 11,9% dipulangkan dalam keadaan hidup. Sedangkan
pertolongan resusitasi tanpa pertolongan bystander CPR sebelumnya, tercatat hanya
14,6% yang dapat dipertahankan sampai mendapatkan pertolongan di rumah sakit, yang
pulang dalam keadaan hidup hanya sekitar 4,7%.
Penelitian serupa dilakukan oleh Herlitz et al, (2004), pada 29.711 pasien dengan serangan
jantung, 36% diantaranya ditolong oleh Bystander CPR sebelum tim EMS datang, dari
jumlah tersebut, 72% dilakukan oleh masyarakat awam, sedangkan 28% lainnya dilakukan
oleh petugas kesehatan profesional. Hasilnya, hanya sekitar 2,2% pasien tanpa pertolongan
Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I
Increase Bystanding CPR

Antoni Eka Fajar Maulana (26070300111008)


Bystander CPR sebelum EMS datang yang mampu bertahan sampai dengan 1 bulan,
sedangkan pada pasien dengan pertolongan bystander CPR awam sekitar 4,7% dan
petugas profesional mencapai 9,2%. Kemudian Herlitz melanjutkan penelitiannya pada 2005
untuk membandingkan tingkat keselamatan pasien serangan jantung pada pertolongan
bystander CPR awam dan petugas kesehatan profesional. Hasilnya, jika pertolongan CPR
dilakukan oleh bystander CPR dari petugas kesehatan profesional, tingkat keselamatan
pasien serangan jantung menjadi lebih tinggi. Pada penelitian-penelitian selanjutnya, hasil
semakin menunjukkan kontribusi yang signifikan adanya pertolongan bystander CPR
sebelum EMS datang terhadap tingkat adaptasi pasien serangan jantung setidaknya sampai
mencapai Rumah Sakit.
Bystander CPR dapat membantu menekan angka kematian akibat serangan jantung,
sehingga peningkatan dan pemanfaatan masyarakat awam dan awam khusus sebagai
ujung tombak yang lebih sering langsung berhadapan dengan kasus serangan jantung itu
sendiri harus dapat dilakukan. Untuk itu diperlukan suatu cara untuk mencapai tujuan
tersebut.
Manfaat
Peningkatan kualitas maupun kuantitas bystander CPR masyarakat awam dan awam
khusus akan sangat diperlukan untuk meningkatkan tingkat adaptasi pasien serangan
jantung terutama untuk memaksimalkan golden period sampai pasien mendapatkan AED
dan pertolongan dari tim EMS atau sampai pasien diterima oleh Rumah Sakit dengan
pelayanan maksimal, tentunya hal ini akan sangat berpengaruh pada tingkat kematian
akibat serangan jantung.
Analisa Literatur
Penelitian tentang hubungan antara bystander CPR dengan tingkat keselamatan
pasien serangan jantung telah banyak dibuktikan, walaupun pada pertolongan orang awam
sebagai bystander CPR menunjukkan angka yang relatif masih kecil dibandingkan dengan
pertolongan petugas profesional sebagai bystander CPR, Kesiapan penolong sangat
mempengaruhi performa tindakan yang dilakukan. Di Singapura, Bystander CPR adalah
satu-satunya independen prediktor adaptasi korban dewasa (95%) dalam studi
observasional prospektif dari 2.428 pasien. Pada serangan jantung pediatrik, Bystander
CPR adalah salah satu dari faktor yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup.
Bystander CPR akan sangat efektif apabila waktu pertolongan dan onset tidak terlalu jauh
(sesegera mungkin), dilakukan dengan kompresi yang baik, dikerjakan oleh petugas
kesehatan profesional non-awam, dan CPR akan lebih efektif pada pasien dewasa, serta
Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I
Increase Bystanding CPR

Antoni Eka Fajar Maulana (26070300111008)


tempat onset serangan yang mendukung untuk dilakukannya pertolongan, seperti di rumah,
kantor, mall dan lain lain (Leong, 2011)
CPR yang direkomendasikan pada masyarakat awam dan awam khusus sedikit
berbeda dengan CPR yang dilakukan oleh tim EMS, CPR yang dilakukan oleh bystander
CPR hanya direkomendasikan untuk menggunakan kompresi dada tanpa penambahan
rescue breathing (mouth-to-mouth), AHA (2008). Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang
harus menjadi pertimbangan diantaranya adalah pertimbangan faktor penularan penyakit,
kesiapan dan kesiagaan penolong secara konsep. Konsep ini sempat menjadi kontroversial
pada tahun 2008 menyusul adanya rekomendasi dari American Heart Association (AHA)
tentang penggunaan CPR dengan konsep Resusitasi Cardioserebral, dimana Rescue
breathing tidak ditambahkan sebagai bagian dari siklus CPR. Hal ini didasarkan pada
evidence base yang jelas yaitu ; pada sesaat setelah terjadi serangan, kadar oksigen dalam
darah masih sangat tinggi, dan hal ini memungkinkan cukupnya oksigen untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, sehingga yang perlu dilakukan sesegera mungkin adalah kompresi pada
dada untuk tetap memberikan suplay darah dan oksigen ke seluruh tubuh (AHA, 2013).
Konsep tersebut didukung oleh serangkaian penelitian yang dilakukan, bahwa adanya
penambahan rescue breathing tidak berpengaruh signifikan pada pasien henti jantung
dengan causa Fibrilasi Ventrikel (VF) dan Infark Miokard Akut (AMI), dan kebanyakan henti
jantung sering deisebabkan oleh Fibrilasi Ventrikel dan Infark Miokard Akut. Walaupun
demikian, Rescue breathing dan menjaga ventilasi dalam CPR akan sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup pada anak (Adiellson et al, 2011).
Empat langkah penting yang diperlukan dalam memberikan pertolongan CPR
sebagai bagian dari tanggap darurat masyarakat. Pertama, Penyelamat harus menyadari
bahwa korban membutuhkan bantuan. Identifikasi awal termasuk meyakini bahwa korban
telah mengalami serangan jantung dan membutuhkan bantuan dari EMS. Kedua,
penyelamat harus mangaktifkan ambulan/ EMS terdekat dengan segera. ketiga, panggilan
tersebut akan dialihkan ke operator untuk mengidentifikasi bahwa serangan jantung telah
terjadi dan pengiriman pengiriman bantuan secepatnya. Operator dapat menyediakan "justin-time" atau instruksi CPR yang memandu penyelamat dalam melakukan CPR. Akhirnya,
penyelamat mulai dan terus melakukan CPR pada korban sampai bantuan tiba (AHA, 2013)

Bystand
er
Recogniz
es Event

Bystand
er
Calls
EMS

Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I


Increase Bystanding CPR

Dispatcher
Identifiesvictims
and Provides
CPR Instruction

Bystand
er
Perform
s

Antoni Eka Fajar Maulana (26070300111008)


Bystander CPR dinilai efektif untuk meminimalisir adanya keadaan yang lebih buruk
pada kasus henti jantung, namun bukan berarti tidak ada hambatan yang harus dihadapi.
Berbagai hambatan ini dapat disebabkan banyak faktor, mulai dari penundaan langkah
mengaktifkan EMS untuk memperoleh bantuan, mengharapkan orang lain untuk bertidak
pertama, ketidak pastian bagaimana melakukan CPR dengan benar, dan kualitas CPR yang
dilakukan. Lokasi seranganpun sangat mungkin menjadi penghambat, Lokasi umum seperti
bandara, kantor, sekolah dan rumah mungkin akan sangat mudah mendapatkan
pertolongan, tetapi lokasi terpencil dengan alamat yang tidak jelas akan sangat merepotkan
tim EMS segera datang. Kecacatan fisik dan ketidak mampuan berkomunikasi juga akan
menjadi hambatan yang penting dalam periode melakukan CPR, masalah hukum dan status
sosial, atau adat dan budaya yang mungkin membatasi bersentuhan dengan lawan jenis
juga akan menjadi pembatas sekaligus penyulit (Sasson, AHA,2013)

Laporan ilmiah oleh American Heart Association (AHA, 2013) menyoroti pentingnya
upaya masyarakat untuk menyiapkan dirinya sendiri menghadapi keadaan keadaan
tersebut. Fasilitas harus segera disiapkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan
awam (terutama awam khusus) untuk mampu melakukan kompresi dada dengan baik,
melakukan sistem dan prosedur dengan benar. Salah satu fasilitas yang sangat mungkin
membantu adalah penyediaan pendidikan dan pelatihan singkat melalui media seperti video
pembelajaran khusus orang awam. Pengoptimalan EMS merupakan salah satu langkah
kongkrit yang dapat dilakukan termasuk kesiapan ambulan dan paramedis didalamnya.
Operator untuk panggilan darurat harus mampu menuntun bystander CPR untuk melakukan
CPR secara benar.
Pembahasan dan Strategi Penerapan
Di Indonesia, pelatihan resusitasi hanya terbatas pada petugas kesehatan saja, regulasi
informasi terkait pengembangan ilmu terbaru belum barjalan dengan baik, penyiapan
masyarakat yang tanggap darurat dinilai belum teraplikasi dengan baik, hal ini menjadi
penghambat yang signifikan untuk penerapan bystander CPR. Masih jarangnya pelatihan
Basic Life Support khusus awam menjadi salah satu faktor penting kurangnya kesadaran
Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I
Increase Bystanding CPR

Antoni Eka Fajar Maulana (26070300111008)


masyarakat terhadap tanggap darurat disekelilingnya, hal ini dibuktikan dengan peningkatan
kasus henti jantung setiap tahunnya. Hal lain yang mempengaruhi keadaan ini semakin
buruk adalah kondisi hukum yang saat ini masih menjadi ketakutan tersendiri bagi sebagian
besar masyarakat di Indonesia, sehingga masyarakat enggan terlibat dalam berbagai kasus
yang mungkin berpeluang besar menimbulkan kematian pada seseorang.
Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan persuasif kepada
seluruh jajaran pemerintah untuk mendukung suatu program penyiapan masyarakat yang
tanggap darurat, dimulai dengan masing-masing pemerintah daerah yang memiliki tanggung
jawab sekaligus kewenangan untuk mengadakan berbagai program pelatihan bagi
masyarakatnya. Pembiayaan serta fasilitas program harus segera disediakan guna
mencapai tujuan tersebut. Media juga memegang peranan penting dalam hal ini, Video
pembelajaran, iklan iklan edukasi yang memberikan pencerahan bagi masyarakat akan
pentingnya mempersiapkan diri manghadapi keadaan darurat akan sangat membantu.
Kesimpulan
Peningkatan peran bystander CPR akan sangat membantu meningkatkan kualitas
pertolongan pada pasien henti jantung, Kualitas dan kuantitasnya harus segera ditingkatkan
untuk menekan angka kematian akibat henti jantung. Berbagai usaha dapat dilakukan jika
didukung oleh semua pihak, terutama pihak-pihak yang terkait dan bertanggung jawab
terhadap masalah ini. Program edukasi dapat dipertimbangkan untuk memulai usaha ini
sejak dini dibarengi dengan peningkatan fasilitas dan sistem yang memadai.

Referensi
Anna Adielsson,et al (2011). Increase in survival and bystander CPR in out-of-hospital
shockable arrhythmia: bystander CPR and female gender are predictors of improved
outcome. Experiences from Sweden in an 18-year perspective. Institution of Medicine,
Department of Molecular and Clinical Medicine, Sahlgrenska University Hospital,
Goteborg SE-413 45, Sweden.

Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I


Increase Bystanding CPR

Antoni Eka Fajar Maulana (26070300111008)


Christian Vaillancourt, MD; et al (2011). CAEP position statement on bystander
cardiopulmonary resuscitation. Ottawa Hospital, Civic Campus, Clinical Epidemiology
Unit, F658, 1053 Carling Ave., Ottawa, Canada. 15(3) 530-536.
Comilla Sasson, et al (2013). Increasing Cardiopulmonary Resuscitation Provision in
Communities With Low Bystander Cardiopulmonary Resuscitation Rates : A Science
Advisory From the American Heart Association for Healthcare Providers,
Policymakers, Public Health Departments, and Community Leaders. American Heart
Association. Circulation is published by the American Heart Association, 7272
Greenville Avenue, Dallas.
George Ritter, M.D., et al, (2002) The effect of bystander CPR on survival of out-of-hospital
cardiac arrest victims. Department of Medicine, Division of Cardiovascular
Medicine,Henry Ford Hospital, and the Department of Biostatistics, University of
Michigan. (922-937)

Herlitz, J ; et al (2005). Efficacy of bystander CPR: Intervention by lay people and by health
care professionals. Division of Cardiology, Sahlgrenska University Hospital, SE-413 45
Goteborg, Sweden
Leong, BSH. (2011). Bystander CPR and Survival. Singapore Med J. 52 (8) ; 573-578.

Tugas UTS Mata Kuliah Gadar I


Increase Bystanding CPR

You might also like