You are on page 1of 28

Asuhan Keperawatan Post Matur

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan medis yang terjadi pada
ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan postmatur adalah kehamilan yang melampaui
umur 294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 1999).
Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari) dihitung dari HPHT (Hari
Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm) ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu.
Namun, sekitar 3,4-14 % atau rata-rata 10 % kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau
lebih. Prevalensi ini bervariasi bergantung pada kriteria yang dipakai oleh peneliti
(Prawirohardjo, 2008).

Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari HPHT, jadi untuk
menentukan kehamilan Postmatur harus diketahui umur kehamilan yang tepat. Selain dari haid,
penentuan umur kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan mengevaluasi kembali umur
kehamilan dari saat pertama kali ibu datang. Makin awal pemeriksaan kehamilan dilakukan,
umur kehamilan makin mendekati kebenaran. Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran umur
kehamilan dan bila dilakukan sebelum trimester kedua, hasilnya lebih akurat (FK Unpad, 2005).
Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang terjangkau oleh
seluruh masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu
hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Seorang perawat dituntut agar
mampu memberikan pelayanan yang tepat dan akurat. Oleh karena itu, dalam memberikan
pelayanan kesehatan perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari kehamilan postmatur.
2. Mengetahui etiologi dari kehamilan postmatur.Mengetahui patofisiologi dari kehamilan
postmatur.
3. Mengetahui WOC dari kehamilan postmatur.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari kehamilan postmatur.
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk kehamilan postmatur.
6. Mengetahui penatalaksanaan untuk kehamilan postmatur.

7. Mengetahui komplikasi dari kehamilan postmatur.


8. Mengetahui prognosis dari kehamilan postmatur.
9. Mengetahui asuhan keperawatan dari kehamilan postmatur.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
kehamilan postmatur.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktek di rumah sakit maupun di masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan merupakan
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).
Sedangkan menurut Manuaba (1999), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang
melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40
minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir.
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi
terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak
menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin (Helen,
2007).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kehamilan postmatur adalah
kehamilan lebih dari 40 minggu.

2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum diketahui
secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori yang diajukan di antaranya:
1. Pengaruh Progresteron

Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan


endokrin yang penting dalam memacu prose biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan
sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progresteron.
1. Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memgang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan okstitosin
dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu
penyebab kehamilan postterm.
1. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya persalinan adalah
janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan
memperngaruhi plasenta sehingga prosuksi progresteron berkurang dan memperbesar sekresi
esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat
bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis
pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan
dapat berlangsung lewat bulan.
1. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi
uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali
pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
1. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan posterm
mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren
menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami kehamilan posterm.
Menurut (Bayu,2009) penyebab Postmatur pasti belum diketahui, faktor yang dikemukakan
adalah :
1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
2. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan akan stress
merupakan faktor tidak timbulnya His

4. Kurangnya air ketuban


5. Insufiensi plasenta.
2.3 Manifestasi klinis
1. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara
objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa, 2012)
2. Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan
mudah mengelupas.
1. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
1. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Menurut Bayu, 2009 manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature :
1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4. Verniks kaseosa di bidan kurang
5. Kuku-kuku panjang
6. Rambut kepala agak tebal
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
2.4 Patofisiologi
1. Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas lebarlebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut

matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku
biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami hambatan pertumbuhan
karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.banyak bayi
postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium.
Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak. Insidensi sindrom postmaturitas
pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti.
Sindrom ini terjadi pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat
menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang menyertainya secara nyata meningkatkan
kemungkinan postmaturitas.
1. Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada kehamilan yang mencapai
41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada agar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal
pada bayi ini, bahwa terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm
mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa beras pada sat lahir.
Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi plasenta tidak terganggu. Memang,
pertumbuhan janin yang berlanjut, meskipun kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas gestasi
antara 38 dan 42 minggu.
1. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan diameter tali pusat
yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin intrapartum,
terutama bila disertai dengan ologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya
terjadi ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran mekonium oleh
janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah berkurang merupakan penyebab terbentuknya
mekonium kental yang terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.
1. Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna yang seharusnya tanpa
komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan janin terhambat menyertai kasus lahir mati
pada usia gestasi 42 minggu atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan
mortalitas meningkatkan secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan.
Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada kehamilan memanjang merupakan bayibayi dengan hambatan pertumbuhan yang jumlahnya relatif kecil ini.
1. Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan memanjang karena pada wanita
dengan umur kehamilan 41 minggu mempunyai serviks yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks
adalah indicator prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi dalam persalinan.
2.5 WOC (Web of Caution)
Terlampir.

2.6 Pemeriksaan diagnostic


Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan postmatur
(Prawirohardjo, 2008), antara lain:
1. Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG pada trimester
pertama. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang kepala-tunggingn (crown-rump
length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. Sedangkan
pemeriksaan sesaat setelah trimester III dapat digunakan untuk menentukan berat janin, keadaan
air ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering berhubungan dengan kehamilan postmatur,
tetapi sulit untuk memastikan usia kehamilan.
1. Pemeriksaan radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Cara ini sekarang jarang digunakan
karena pengenalan pusat penulangan seringkali sulit dan radiologic mempunyai pengaruh yang
kurang baik terhadap janin.
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan kadar lesitin/ spingomielin, aktivitas
tromboplastin cairan amnion (ATCA), sitologi cairan amnion, dan sitologi vagina.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan postmatur ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau bukan.
Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi dari postmatur ini.
2. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
3. Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini memegang
peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur. Sebagian besar kepustakaan
sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun
42 minggu bilamana serviks telah matang.
Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila keadaan janin baik
dapat dilakukan dengan cara:
1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes
tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea.
2. Induksi Persalinan.

Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai berlangsung dengan jalan
merangsang timbulnya his. Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi,
yaitu mekanik dan kimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk mengeluarkan zat
prostaglandin yang fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi.
1)
Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti menggunakan
metode stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan ketuban.
2)
Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan cara
diminum, dimasukan ke dalam vagina, diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung.
Biasanya, tak lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan
datangnya kontraksi
Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :
1. Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat diberikan antra
lain :
1)
Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan bahwa handuk dan atau
selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah tersedia. Pertahankan suhu ruang bersalin pada
suhu 22 C, dengan kelembaban relatif 60%-65%.
2)
Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan, khususnya yang ada di
kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan sebelumnya
3)

Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian

4)

Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan bayi ke ibu

5)

Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan selimut yang hangat
1. Resiko cidera

1)
Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
2)
Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum
pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
3)

Kaji tanda-tanda hipoglikemi

4)

Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan infan

5)

Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap infan

2.8 Komplikasi
Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:

1. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu
komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin seperti gawat janin, gerakan
janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
2. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital, sindroma
aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar (makrosomia) atau
pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka pangjang pada bayi.
2.9 Prognosis
Pada kehamilan 43 minggu jumlah kematian janin/bayi tiga kali lebih besar dari pada kehamilan
40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas
pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang,
sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon, agama,status
perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
2. Keluhan Utama
Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan ibu pada kasus postmatur
adalah :
1)

Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.

2)

Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.

3)

Berat badan ibu mendatar atau menurun.

4)

Air ketuban terasa berkurang.

5)

Gerak janin menurun.


1. Alasan datang : alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan
kata kata sendiri.
2. Riwayat kehamilan sekarang.

Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini. Digunakan sebagai
identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang dilakukan.
1. Riwayat kesehatan masa lalu.
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm
1)

Penyakit waktu kecil dan imunisasi.

2)

Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit infeksi.

3)

Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik, difteri, dan polio.

4)

Masuk rumha sakit.

5)

Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain lain.

6)

Transfusi darah.

7)

Kebiasan : pengguanaan alkohol,merokok

8)

Pola tidur.

9)

Diet.

10) Aktifitas.
11) Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan racun kimiawi.
12) Penyakit spesifik.
13) Pengobatan yang didapat.
1. Riwayat keluarga.
1)

Usia ayah dan ibu, juga statusnya.

2)

Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan persalinan yang sama.
1. Riwayat mestruasi

1)

Umur menarche.

2)

Frekuensi, jarak/siklus jika normal.

3)

Lamanya.

4)

HPHT, lama dan jumlah normalnya.

5)

Disminore.

6)

Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia, dan lain-lain.


1. Riwayat Obstetri.

1)

Gravida/para

2)

Tipe golongan darah (ABO dan Rh)

3)

Kehamilan yang lalu.


1. Tanggal terminasi
2. Usia genital
3. Tempat lahir
4. Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan, dalam persalinan.
5. Riwayat ginekologi

1)

Infeksi vagina.

2)

Penyakit menular seksual


1. Riwayat seksual.

Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan masalah seksual lainya.


1. Riwayat pernikahan.
1)

Nikah atau tidak.

2)

Berapa kali menikah.

3)

Berapa lama menikah.


1. Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam menjalankan
program berKB (Sutjiati, 2010).
1. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1)

Kehamilan

Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa tinggi fundus uteri,
apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak.
2)

Persalinan

Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak perdarahan, waktu persalinan
ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan prematur
sebelumnya.
3)

Nifas

Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
4)

Anak

Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal,
berat badan dan panjang badan waktu lahir.
1. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola kebiasaan seharihari yang perlu dikaji adalah :
1)

Pola nutrisi

Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang lebih 8 gelas per
hari, susu, teh dan air putih.
2)

Pola Aktivitas

Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu.


3)

Pola Seksual

Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan normal dan ada keluhan atau
tidak.
4)

Pola eliminasi

Untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan


5)

Perokok dan pemakai obat-obatan.

Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol.
3.2 Pemeriksaan
1. A.
1)

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum.

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau buruk.
2)

Kesadaran.

Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis, samnolen, atau koma.
Normalnya kesadaran composmentis
3) Tekanan darah.
Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
4) Suhu.
Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah 35,6 0 C 37,60C .
5)

Denyut nadi.

Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal 60-100x/menit.
6) Respirasi.
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit. Batas normal dalam 1
menit adalah 16-24 x/menit
7) Berat badan.
Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil. Penambahan berat badan rata-rata
0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9-12
kg
8) Tinggi badan.
Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau tidak, termasuk resiko tinggi
atau tidak
9) Lila.
Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm
1. B.
1)

Pemeriksaan fisik

Kepala
1. Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak
2. Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak, adakah oedema atau
tidak.
3. Mata

: Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak

4. Hidung

: Untuk mengetahui ada tidaknya polip

5. Telinga
posisinya

: Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk telinga, dan

6. Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan karang gigi
atau tidak
2)

Leher

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran kelenjar limfe dan tyroid
3)

Dada dan axilla


1. Mamae
: Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting, puting susu
menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
2. Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak

4)

Ekstremitas

Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau tidak, reflex patella + / 1. C.
1)

Pemeriksaan khusus obstetri

Inspeksi

Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk abdomen, linea alba / nigra,
striae albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.
2)

Palpasi
1. Tinggi fundus uteri

Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan pita ukur, dilakukan pengukuran dengan
menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis pubis dan tetap menjaga pita ukur agar
tetap menempel pada dinding abdomen da diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri.

Leopold I
: Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada fundus ibu
Leopod II
: Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri perut ibu
Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut ibu dan apakah
sudah masuk PAP atau belum
Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP (pada
primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat persalinan)
HIS / Kontraksi
Pada ibu post matur tidak ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 42 minggu

Tafsiran berat
Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan partus prematurus iminens tafsiran
berat janin adalah > 2500 gram
1. D.
1)

Pemeriksaan dalam anogenital

Vulva/vagina

Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau tidak, pembesaran kelenjar
bartolini, ada pengeluarann pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan,
presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana penurunan kepala.
2)

Perineum.

Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak
3)

Anus.

Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
3.3 Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer (2001), pemeriksaan penunjang yang perlu dialkukan adalah :
1)
plasenta.
2)

USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas


KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin

3)
Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin ). Salah satu tanda dari
postmaturitas adalah air ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium,
menunjukkan bahwa terjadi gawat janin.
4)

Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%

3.4 Diagnosa keperawatan


1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi
serviks
3. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
3.5 Intervensi keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan

: meningkatkan pengetahuan keluarga klien

Kriteria hasil :
-

Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya

Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau nafas dalam dengan efektif

- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir klien
tampak rileks
Intervensi:
1)

Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan

Rasional : Mengurangi ansietas


2)

Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien

Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik dan untuk mempermudah
proses adaptasi
3)

Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan perasaan mereka

Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat melakukan penyesuaian secara


realistis terhadap masalah klien
1. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi
serviks
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan serviks
Intervensi :
1. Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan
diagnostik dan intervensi yang tepat
1. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan resiko komplikasi
maternal atau janin.
1. Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat penurunan janin.

1. Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.


Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk memungkinkan tidur dan
menurunkan tingkat ansietas pada ibu
1. Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His
1. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
Tujuan : resiko cedera pada janin akan berkurang
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
1. Kaji DJJ secara manual atau electronic
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang mungkin disebabkan
stress, hipoksia dan asidosis
1. Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan
internal.
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat mengidentifikasi faktor faktor
yang memperberat disfungsional persalinan.
1. Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada presentase kening,
wajah atau dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar dari tengkorak
janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola persalinan memerlukan kelahiran
secara sesarea.
1. Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang berhubungan
dengan anomaly janin.
3.6 Asuhan Keperawatan kasus
Ny Y berusia 25 tahun dan hamil anak pertama bermaksud memeriksakan keadaan
kandungannya ke rumah sakit pada tanggal 15 Maret 2014. Ny Y juga ingin menanyakan kepada
dokter apakah kandungannya baik- baik saja sebab ini sudah memasuki minggu ke 43 dan janin
belum lahir. Saat dilakukan anamnesa Ny. Y mengatakan bahwa gerak janinnya makin hari

makin berkurang dan ia takut terajdi apa- apa terhadap janinnya. Hasil dari pemeriksaan fisik
untuk TTV ibu sendiri adalah TD 120/80 mmHg, RR 18x/menit, nadi 80x/ menit dan suhu 36oC.

PENGKAJIAN
1. a.
1)

Anamnesa

Identitas klien :

Identitas klien :
Nama istri : Ny. Y

Nama Suami

: Tn. K

Umur

: 25 tahun

Umur

: 27 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Ras

: Jawa

Ras

: Jawa

Alamat

: Mulyorejo

Alamat

: Mulyorejo

Pendidikan: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Pekerjaan

: Wiraswasta

Gravida

: ke-1 (primigravida)

Tanggal anamnesis: 15 Maret 2014 pukul 15.00 WIB


2)

Keluhan Utama

Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. Y adalah usia kehamilannya yang sudah lebih dari 43
minggu tetapi belum terasa ingin melahirkan.
3) Alasan datang : Ny. Y ingin mengetahui kondisi kehamilannya dan menanyakan kepada
dokter apakah janinnya tidak apa- apa karena sampai sekarang belum terasa ingin melahirkan.
4)

Riwayat kehamilan sekarang.

Keluhan lain yang dikeluhkan oleh Ny. Y adalah ia merasa bahwa gerakan janinnya semakin hari
semakin berkurang. Ia juga cemas terhadapa kondisi janinnya. Selama kehamilan ini, Ny. Y rutin
untuk melakukan pemeriksaan antenatal ke bidan puskesmas. Dari riwayat hasil pemeriksaan
antenatal yang dilakukan juga tidak ada masalah apa- apa.
5)

Riwayat kesehatan masa lalu.

Tidak mempunyai penyakit masalalu yang serius, hanya batuk pilek saja. Ny. Y juga tidak pernah
mengalami kecelakaan ataupun sakit parah sebelumnya yang mengharuskan ia MRS. Riwayat
imunisasi Ny. Y saat kecil lengkap. Ia juga imunisasi TT sebelum hamil ini.
Ny. Y merupakan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai aktifitas berlebih. Ia tinggal berdua
bersama suaminya. Ia juga tidak mempunyai riwayat merokok ataupun konsumsi alkohol.
Selama hamil, bidan tidak menyarankan untuk melarang makanan tertentu. Ia hanya dianjurkan
untuk mengonsumsi banyak asam folat seperti ikan untuk kesehatan bayinya.
6)

Riwayat keluarga

Ayah dan ibu Ny. Y saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. Y adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara.
Diantara anggota keluarganya tidak ada yang pernah mengalami gangguan persalinan yang sama
seperti ini.
7)

Riwayat mestruasi
1. Umur menarche

: 13 tahun

2. Siklus

: 28 hari

3. Lamanya

: 5-6 hari

4. Frekuensi

: teratur

5.

8)
4)

6. Sifat darah

: encer

7. Disminorhoe

: kadang- kadang

8. Banyaknya

: 2 x ganti pembalut

9. HPHT

: 17 Mei 2013.

Riwayat Obstetri.
Gravida/para : Ny. Y merupakan primigravida. Adapun skor GPAPAH nya adalah G1P0

5) Tipe golongan : Ny. Y mempunyai golongan darah B dengan Rhesus +


6)
9)

Kehamilan yang lalu : - (pasien primigravida)


Riwayat ginekologi

Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. Y baik itu infeksi vagina maupun penyakit
menular seksual

10) Riwayat seksual.


Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini fre
kuensi berhubungan dalam seminggu adalah 2x. Tidak ada masalah dalam hubungan suami istri.
11) Riwayat pernikahan.

a) Kawin : Iya 1x dengan suami sekarang


b) Usia kawin pertama : 21 th
c) Lamanya perkawinan: 4 th
12) Riwayat keluarga berencana
Pada awal menikah pasien memutuskan untuk mengikuti KB suntik setiap 1 bulan sekali karena
klien sepakat untuk menunda kehamilan dulu bersama suaminya. Klien menggunakan KB
selama 2 tahun dan kemudian berhenti karena menginginkan anak dan baru hamil saat ini.
13) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1. Kehamilan
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai berikut: HPHT klien adalah
pada tanggal 17 Mei 2013, maka saat ini usia kehamilan klien adalah 43 minggu. Berdasarkan
kartu kehamilan, letak janin normal (membujur). Sementara itu, tinggi fundus uteri ibu adalah
37,6 cm.
1. Persalinan
Klien belum pernah mengalami persalinan ataupun abortus sebelumnya.
1. Nifas
Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah melahirkan.
14) Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang lebih 8 gelas per
hari, susu, teh dan air putih.
1. Pola Aktivitas

Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dan melakukan kegiatan sebagai istri saja seperti
memasak, mencuci baju, dll. Risiko dari aktifitas ini berupa kelelahan.
1. Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan tetapi memasuki bulan ke-8
kehamilan klien dan suami sepakat untuk mengurangi kegiatan seksual mereka.
1. Pola eliminasi
Pola BAB = 1-2x sehari, pola BAK : 5-8x sehari dengan intake cairan 2L
1. Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun alkohol.

PEMERIKSAAN
1. A.
1)

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum.

Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan sehat dan sadar penuh.
2)

Kesadaran.

Kesadaran composmentis
3)

Tekanan darah.

Hasil pemeriksaan tekanan darah adalah 120/80 mmHg.


4)

Suhu.

Hasil pemeriksaan TTV untuk suhu tubuh adalah 36 0 C.


5)

Denyut nadi.

Hasil pemeriksaan TTV untuk denyut nadi adalah 80x/ menit.


6)

Respirasi.

Hasil pemeriksaan TTV untuk RR adalah 18x/ menit.


7)

Berat badan.

Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar 11 Kg dari 59Kg menjadi 70
Kg.
8)

Tinggi badan.

Tinggi badan ibu adalah 163cm dan bukan termasuk golongan beresiko.
9)

Lila.

Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 23,5 cm


1. B.

Pemeriksaan fisik

1)

Kepala

a)

Rambut

: rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi yang merata di kepala.

b)

Muka

: muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.

c)

Mata

: Conjungtiva anemis.

d)

Hidung

: tidak ditemukan polip

e)

Telinga

: bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih bebas dari serumen.

f)

Mulut

: mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries maupun karang gigi.

2)

Leher

Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid.
3)

Dada dan axilla

a)
Mamae
: pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting susu menonjol,
colostrum tidak ada.
b)

Axilla

: tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.

4)

Ekstremitas

Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas. Varices (-).
1. C.

Pemeriksaan khusus obstetri

Inspeksi
1. Inspeksi
Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dengan striae nigra dan juga linea livide.

2. Palpasi
1. Tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa seminggu yang lalu adalah 37,6
cm. Berdasarkan kartu kehamilan tersebut juga didapatkan data sebagai berikut:

Leopold I
: tinggi fundus uteri hampir mencapai payudara, bagian pada fundus
adalah kepala dengan persentase melenting.
Leopod II
: bentuk/ posisi janin normal dengan punggung berada di sisi kiri ibu.
Leopold III : janin sudah masuk PAP
Leopold IV : kepala janin sudah berada di PAP
HIS / Kontraksi
Ny. Y tidak merasa ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 43 minggu ini.
Tafsiran berat
Tafsiran berat saat ini: (TFU-11)x 155= (37,6- 11) x 155= 4123 gram.
1. D.

Pemeriksaan dalam anogenital

1)

Perineum

: kaku

2)

Dinding Vagina

: Cekung

3)

Ujung sacrum

: Masih teraba

4)

Portio

: Masih tebal

5)

Konsistensi

: tidak lembut

6)

Pembukaan

: tidak ada pembukaan vagina

7)

Ketuban

: masih utuh selapunya

8)

Anus

: tidak ada hemoroid

1. E.

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaaan penunjang dengan USG didapatkan hasil normal, tidak ada oligohidroamnion
dan janin sudah masuk PAP serta tidak ditemukan kegawatan pada janin. Dan pada pemeriksaan
sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%.

ANALISA DATA

No

Data

Etiologi

DS : ibu terlihat
post- matur
sering bertanya dan
mengatakan ia cemas
terhadap kondisi
Anak belum lahir
bayinya
DO:

- Ibu terlihat
gelisah

Cemas terhadap
kondisi janinnya

Masalah keperawatan
Ansietas

Tidak tahu informasi


tentang post matur

Ansietas
2.

DS: ibu mengatakan Post- matur


bahwa ia tidak

merasakan adanya
kontraksi pada
Belum ada dilatasi
rahimnya.
serviks

Resiko Cidera pada ibu

DO: tidak ditemukan


Berat janin besar
tanda- tanda
sekitar 4000gram
kontraksi/ pun
dilatasi serviks

padahal sudah
memasuki minggu ke Seharusnya sudah
43.
memasuki kelahiran
Hasil pemeriksaan
BJJ sekitar 4000
gram

3.

Risiko cedera pada ibu

DS: ibu mengatakan Post- matur


tidak mengalami

kontraksi dan
gerakan janinnya

Resiko cedera pada


janin

melemah dari hari ke Minggu ke 43 belum


hari.
ada kontraksi
DO: hasil
pemeriksaan
penunjang masih
menunjukkan
gerakan janin dan
janin sudah masuk
PAP tetapi janin
belum ingin keluar

Persalinan lama

Risiko cedera pada


janin

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

2)

Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi serviks

3)

Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan

: meningkatkan pengetahuan keluarga klien

Kriteria hasil :
-

Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya

Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau nafas dalam dengan efektif

- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir klien
tampak rileks
Intervensi:
1)

Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan

Rasional : Mengurangi ansietas


2)

Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien

Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik dan untuk mempermudah
proses adaptasi
3)

Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan perasaan mereka

Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat melakukan penyesuaian secara


realistis terhadap masalah klien
1. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi
serviks
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan serviks
Intervensi :
1)

Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan


diagnostik dan intervensi yang tepat
2)

Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.

Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan resiko komplikasi


maternal atau janin.
3)

Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis

Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat penurunan janin.
4)

Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.

Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk memungkinkan tidur dan
menurunkan tingkat ansietas pada ibu
5)

Induksi persalinan dengan oksitosin

Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His


1. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
Tujuan : resiko cedera pada janin akan berkurang
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
1)

Kaji DJJ secara manual atau electronic

Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang mungkin disebabkan


stress, hipoksia dan asidosis
2)

Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal.

Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat mengidentifikasi faktor faktor
yang memperberat disfungsional persalinan.
3)
Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada presentase kening,
wajah atau dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar dari tengkorak
janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola persalinan memerlukan kelahiran
secara sesarea.
4)

Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.

Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang berhubungan
dengan anomaly janin.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan merupakan
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Penyebab terjadinya
kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Namun ada
berbagai teori yang berkembang antara lain : pengaruh progresteron, pengaruh oksitosin,
kortisol, saraf uterus dan herediter. Pada partus postmatur tanda-tandanya Gerakan janin
yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara objektif dengan KTG
(karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa, 2012).
4.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat dan baik karena telah mengetahui penyebabnya serta cara pencegahan maupun
pengobatannya terhadap klien dengan partus postmature.

DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc pada tanggal 18
Maret 2014
Bayu. 2009. Landasan Teori Seronitus. Diambil
melaluihttp://thieryabdee.wordpress.com/2009 pada tanggal 18 Maret 2014
FK UNPAD. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.
Hockenberry, Wilson, (2007). Wongs Nursing Care of Infant and children, 8th edition. Mosby :
Evolve
Ladewig, Patricia W., London, Marcia L., Olds, sally B., (2006). Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir.
Jakarta : EGC

Luxner, Karla L., (2004). Delmars Maternal-Infant : Nursing Care Plans, 2th edition.
Thomson : Delmar Learning
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta: Arcan.
Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R., (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

You might also like