You are on page 1of 140

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY R.

DENGAN
GANGGUAN RASA NYAMAN : NYERI POST
OPERASI SECTIO CAESAREA HARI KE- 1
INDIKASI CPDDI RUANG MELATI
RSUD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON
TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

RATNA AYU NINGSIH


NIM 42010412032

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKes ) CIREBON


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
CIREBON
2015
1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY R.DENGAN


GANGGUAN RASA NYAMAN : NYERI POST
OPERASI SECTIO CAESAREA HARI KE- 1
INDIKASI CPDDI RUANG MELATI
RSUD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON
TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian akhir
Diploma III Keperawatan

RATNA AYU NINGSIH


NIM 42010412032

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKes ) CIREBON


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
CIREBON
2015
i

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL

: ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN


GANGGUAN RASA NYAMAN :NYERI POST OPERASI
SECTIO CAESAREA HARI KE -1 DI RUANG MELATI
RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2015

PENYUSUN

: RATNA AYU NINGSIH

NIM

: 42010412032

Cirebon Maret 2015

Pembimbing I

Pembimbing II

Asiah, S.Kep., Ns.

Sunarti Puji Rahayu, S.Si.T

Menyetujui,
Program Studi D III Keperawatan
Ketua,

R. Nur Abdurakhman , S.Kep., Ns., MH

ii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL

: ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN


GANGGUAN RASA NYAMAN :NYERI POST OPERASI
SECTIO CAESAREA HARI KE-1 DI RUANG MELATI
RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2015

PENYUSUN : RATNA AYU NINGSIH


NIM

: 42010412032

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah D III Keperawatan,
pada
:
Hari
:
Tanggal
:

Penguji I

Penguji II

___________________

______________________

Mengetahui,
Program Studi D III Keperawatan
Ketua,

R. Nur Abdurakhman , S.Kep., Ns., MH

iii

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
TAHUN 2015
ABSTRAK
RATNA AYU NINGSIH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN RASA
NYAMAN : NYERI BERHUBUNGAN DENGAN LUKA POST OPERASI
SECTIO CAESEREA HARI KE-I INDIKASI CPD
Saat ini operasi Sectio Caesaria menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam
20 tahun terakhir angka operasi Sectio Caesaria meningkat pesat. Operasi ini
kadang-kadang terlalu sering dilakukan sehingga para kritikus menyebutnya
sebagai Panacea (obat mujarab) praktek kebidanan. Semakin modern alat
penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat terutama antibiotik dan tingginya
tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya angka operasi Sectio Caesaria
di seluruh dunia.
Adapun tujuan umum pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memperoleh gambaran umum tentang pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian hingga pendokumentasian pada klien Ny.R dengan GangguanRasa
Nyaman Nyeri berhubungan dengan luka post opSectio Caesaria hari ke-1
indikasi CPD
Penyusunan laporan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif
dalam bentuk study kasus dengan pendekatan proses Keperawatan secara
sistematis
yang meliputi pengkajian, menegakan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi
Pengkajian sampai dengan evaluasi telah dilaksanakan pada tanggal 19
sampai 21 februari 2015 , diagnosa ditegakan sesuai data yang di dapat, intervensi
disusun sesuai dengan kebutuhan pasien, implementasi dilkukan sesuai dengan
intervensi dan hasildari asuhan keperawatan Sectio Caeserea masalah teratasi
sebagian, Sehingga penulis memberi saran kepada perawat untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya melalui penerapan asuhan
keperawatan dengan gangguan rasa nyaman : nyeri pada luka post Sectio Caeserea
Indikasi CPD
Kata kunci : Sectio Caesarea
Pustaka
: 11 (1997-2009)

iv

D III NURSING PROGRAM


COLLEGE OF HEALTH SCIENCES (STIKes) CIREBON
2015
ABSTRACT
RATNA AYU NINGSIH
NURSING IN Mrs. R COMFORTABLE WITH DISORDERS: PAIN
ASSOCIATED WITH WOUND POST SURGERY SECTIO CAESEREA
ON 1ST DAY INDICATIONS CPD
Currently operating Sectio Caesaria become a trend for many reasons. In the
last 20 years the numbers increased rapidly Caesaria Sectio operation. This
operation is sometimes too often done so that the critics called it a Panacea (elixir)
midwifery practice. The more modern means of supporting health, the better
drugs, especially antibiotics and high demands on doctors, support the increasing
number Sectio Caesaria operations worldwide.
The general purpose of the writing of this scientific paper is to obtain an
overview of the implementation of nursing care ranging from assessment to
documentation on the client Mrs.R with Disorders Pain Comfortable pain
associated with post-op wound Sectio Caesaria day 1 indication CPD
The preparation of this report scientific papers using descriptive methods in
the form of a case study with nursing process in a systematic approach that
includes assessment, nursing diagnosis enforce, planning, implementation, and
evaluation
Assessment until the evaluation has been carried out on 19 and 21 February
2015, the diagnosis being established according to the data in the can, the
intervention prepared in accordance with the needs of the patient, in accordance
with the implementation interventions and nursing care Sectio Caeserea problem
is resolved in part, so that the author gives advice to nurses to further improve
health services in particular through the implementation of nursing care with
impaired sense of comfort: pain in the wound post Sectio Caeserea Indications
CPD.
Keywords : Sectio Caesarea
Library
: 11 (1997-2009)

LEMBAR PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur Kepada Allah SWT . Taburan cinta daan kasih sayangMu
telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmuserta memperkenalkanku
dengan cinta.Atas ckarunia serta kemudahan yang Engkau berikan ahkirnya Karya Tulis
Ilmiah yang sederhana ini dapat terselsaikan .
Kupersembahkan karya sederhana ini Kepada mimi dan bapak tersayang sebagai tanda
bukti hormat, dan rasa terima kasih sayang yang tak terhingga kupersembahkan karya
kecil ini kepada mimi dan bapak yang telah memberikan kasih sayang, segala
dukungan,dan cinta kasi yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya
dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini
menjadi langkah awal untuk membuat mimi dan bapak bahagia karna aku sadar, selama
ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk mimi dan bapak yang selalu membuatku
termotivasi dan selalu menyirami
kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu
menasehatiku menjadi lebih baik .
Untuk kakakku tersayang tiada yang mengharukan saat kumpul bersama kalian,
walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa
tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil ini
yang dapat aku persembahkan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku
akan selalu menjadi yang terbaik untuk kalian.
Untuk Yanto, Hamzah , Dimas, dan adik aku yang paling kecil Intan tiada yang paling
mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering sering bertengkar tetapi hal
itu menjadi warna yang tak bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuankalian
selama ini,hanya karya kecil ini yang dapat aku persembahkan. Maaf belum bisa menjadi
panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk kalian .....
Love u
Untuk kalian para sahabat kalian adalah anugrah terindah yang membuat kampus begitu
menyenangkan.Makasih telah selalu bersedia meminjamkan bahu saat aku sedih dan
selalu mengucap sukur saat aku berbinar bahagia, makasih juga atas smua
doawaktu,airmata dan gelak air mata dan gelak tawa yang kita bagi bersama.
Untuk kamu yang selalu menenangkan dan mencairkan suasana hati dengan penuh
kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan
tugas Ahkir ini .... Love u

vi

KATA PENGANTAR

Puji dann syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas
segala nikmat dan karunia-Nya serta rahmat tiada henti-hentinya dilimpahkan
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Imiah (KTI) walau
dalam untaian kata sederhana yang merupakan salah satu persyaratan penting
dalam menyelesaikan pendidikan program D III Keperawatan STIKes Cirebon.
Ucapkan syukur Kehadirat Allah SWT yang telaah jadi petunjuk jalan
terang bagi seluruh umat manusia dan tidak ada manusia yang mampu menjadi
petunjuk selain beliau.
Penyusun karya tulis ini bermaksud untuk menguraikan secara singkat
mengenai ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R GANGGUAN RASA
NYAMAN : NYERI BERHUBUNGAN DENGAN LUKA POST OPERASI
SECTIO CAESEREA HARI KE-1 PADA TANGGAL 10 FEBRUARI
TAHUN 2015.
Walaupun dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
menemukan kesulitan,namun berkat bantuan dan bimbingan dari bebagai pihak,
maka Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa mengantarkan
ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada :
1. Hj. Isnur Laely,MM selaku ketua Yayasan RISE Indonesia

vii

2. H. Mokh. Firman Ismana, S.Kom, M.M sebagai ketua STIKes Cirebon yang
telah banyak memberi motivasi dan arahan kepada penulis selama dalam
pendidikan maupun dalam penyelesaian karya tulis ilmiah.
3. R.Nur Abdurakhman, S.Kep, Ns.,MH., selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan yang telah memberi motivasi dan arahan kepada penulis selama
dalam pendidikn maupun dalm penyelesaian karya tulis ilmiah
4. Asiah, S.Kep.,Ns., selaku pembimbing dan penguji institusi yang telah banyak
meluangkan waktunya, betul-betul telaten dengan penuh rasa tanggung jawab
membimbing, memberi saran, masukan begitu banyak keritik yang amat
membantu dalam menyelesaikan studi kasus.
5. Sunarti Puji Rahayu, S.Si.T, pembimbing dan penguji institusi yang telah
meluangkan waktunya, betul-betul telaten dengan penuh rasa tanggung jawab
membimbing,memberi saran,masukan dan begitu banyak kritik yang amat
membantu dalam menyelesaikan studi kasus.
6. Bapak dan ibu dosen beserta Staf Kampus STIkes Cirebon yang telah
memberikan pengetahuan bimbingan serta petunjuk kepada penulis selama
mengikuti pendidikan.
7. Ruang Melati Lahan di RSUD Gunung jati Kota Cirebon yang telah
memberikan bimmbingan serta petunjuk selama penulis mengikuti praktek .
8. Pihak RSUD Gunung Jati Kota cirebon yang telah memberikan izin dan
kesempatan kepada penulis, serta waktu dan tempat untuk memperoleh data
dalam melaksanakan asuhan kepeawatan.

viii

9. Kedua Orang Tua ayahhanda dan ibunda yang tercinta yang dengan penuh
kesabaran dan kasi sayang telah mengasuh ,mendidik, memberikan dorongan
baik moril maupun materil dan semangat serta doa yang tulus agar penulis
dapat menjadi lebih baik sehingga dapat mengikuti pendidikan samapai
penyusun Karya Tulis ini.
10. Buat temanteman seperjuangan yang selalu memberi semangat dan
motivasinya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ini
Tidak dapat dipungkiri bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu penulis mengharap saran dan kritikan yang bersifat
membagun.
Semoga KTI ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan tenaga perawat,
khususnya dalam pemberian asuhn kepeawatan pada pasien dengan ganggguan
Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan luka Post OperasiSectio CaesereaHari
ke-1 Ahkir kata semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan sikap dan motivasi bagi tenaga keperawatan.

Cirebon, Maret 2015

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .......................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii


ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT .......................................................................................................

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... vi


KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................

1.3 Tujuan.........................................................................................

1.3.1

Tujuan Umum ................................................................

1.3.2

Tujuan Khusus................................................................

1.4 Ruang Lingkup ...........................................................................

1.4.1

Sasaran ...........................................................................

1.4.2

Tempat ............................................................................

1.4.3

Waktu .............................................................................

1.4.4

Manfaat...........................................................................

1.4.5

Metode dan Teknik Memperoleh Data...........................

1.5 Sistematika Penulisan.................................................................


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis ................................................................. 10
2.1.1

Sectio Caesaria ............................................................... 10

2.1.2

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) ............................ 37

2.1.3

Nyeri ............................................................................... 44

2.1.4

Post Partum.....................................................................

2.2 Proses Asuhan Keperawatan ...................................................... 55

BAB III

2.2.1

Definisi ........................................................................... 55

2.2.2

Tujuan Asuhan Keperawatan ......................................... 56

2.2.3

Fungsi Proses Keperawatan ........................................... 57

2.2.4

Tahapan Proses Keperawatan......................................... 57

TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian .................................................................................. 63
3.2 Analisa Data ............................................................................... 71
3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 73
3.4 Intervensi .................................................................................... 74
3.5 Implementasi .............................................................................. 76
3.6 Evaluasi Keperawatan ................................................................ 81

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .................................................................................. 86
4.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 87
4.3 Perencanaan ................................................................................ 90

xi

xii

4.4 Implementasi .............................................................................. 90

4.5 Evaluasi ...................................................................................... 90


4.6 Faktor Pendukung dan Penghambat ........................................... 91
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................. 92
5.2 Saran ........................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan
2. Informed Consent
3. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
4. Leaflet
5. Lembar Bimbingan
6. Daftar Riwayat Hidup

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Saat ini operasi Sectio Caesaria menjadi trend karena berbagai alasan.
Dalam 20 tahun terakhir angka operasi Sectio Caesaria meningkat pesat.
Operasi ini kadang-kadang terlalu sering dilakukan sehingga para kritikus
menyebutnya sebagai Panacea (obat mujarab) praktek kebidanan. Semakin
modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat terutama
antibiotik dan tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya
angka operasi Sectio Caesaria di seluruh dunia.(1)
Di Indonesia angka persalinan Sectio Caesaria di 12 Rumah Sakit
pendidikan antara 2,1 % 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang
diusul oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 %
dari seluruh persalinan Sectio Caesaria nasional.(2) Di Propinsi Gorontalo,
khususnya di RS rujukan angka kejadian SC pada tahun 2008 terdapat 35 %
dan meningkat menjadi 38 % pada tahun 2009. (3)
Ada beberapa indikasi dari Sectio Caesaria, salah satunya adalah
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD). Panggul sempit didefinisikan sebagai
ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin
yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulangtulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentukrongga

panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami.
Data yang diperoleh dari medical record (rekam medis) di RSUD
Gunung Jati kota Cirebon

pada tahun 2015 diperoleh jumlah kasus

persalinan dengan Post Sectio Caesarea sebanyak 57 kasus (46,6%) dari


123 jumlah persalinan. (4)
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami.Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentukrongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami.Bentuk panggul yang menunjukan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam
proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuran ukuran bidang panngul menjadi abnormal.
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik dan termotivasi
untuk

menyusun

Laporan

Kasus

Keperawatan

Maternitas

dengan

mengambil kasus berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Post


OperasiSectio Caesariaea hari ke-1 indikasi CPD Di Ruang Melati RSUD
Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2015.

1.2

Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah :
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Gangguan Rasa
Nyaman

Nyeri

:Berhubungan

Dengan

Luka

Post

OperasiSectio

CaesariaHari Ke - 1 Indikasi CPDdi RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun


2015 ?

1.3

Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Adapun tujuan umum pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
untuk

memperoleh

gambaran

umum

tentang

pelaksanaan

asuhan

keperawatan mulai dari pengkajian hingga pendokumentasian pada klien


Ny.R dengan GangguanRasa Nyaman Nyeriberhubungan dengan luka post
operasiSectio Caesaria hari ke-1 indikasi CPD di Ruang Melati di RSUD
Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa

mampu

melaksanakaan

asuhan

keperawatan

dari

pengkajian sampai evaluasi


1. Melaksanakan pengkajian pada Ny.R berhubungan dengan luka Post
OperasiSectio Caesaria hari ke-1 indikasi CPD untuk mendapatkan data
subyektif dan obyektif di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2015.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.R dengan gangguan rasa


nyamaan: nyeri berhubungaan dengan luka Post OperasiSectio Caesaria
hari ke-1 indikasi CPD di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2015.
3. Merencanakan Intervensi keperawatan pada Ny. R dengan gangguan rasa
nyaman nyeri : berhubungan dengan luka Post OperasiSectio Caesaria
hari ke-1 indikasi CPD di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2015.
4. Melaksanakan implementasi pada Ny. R dengan gangguan rasa
nyaman:nyeri berhubungan dengan luka Post OperasiSectio Caesaria
hari ke-1 indikasi CPD di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2015.
5. Melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah di lakukan pada
Ny.R dengan gangguan rasa nyaman nyeri : berhubungan dengan luka
Post OperasiSectio Caesariahari ke-1 indikasi CPD di RSUD Gunung
Jati Kota Cirebon Tahun 2015.
6. Pendokumentasian asuhn keperawatan pada Ny. R dengan gangguan rasa
nyaman:nyeri berhubungan dengan luka Post OperasiSectio Caesariahari
ke-1 indikasi CPD di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2015.

1.4

Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran
Sasaran dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah :Klien R dengan
gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan luka Post OperasiSectio
Caesaria hari ke -1 indikasi CPD di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Tahun 2015.

1.4.2 Tempat
Di Ruang Melati RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2015

1.4.3 Waktu
Tanggal : 19-21 Februari 2015
1.4.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan memmberikan informasi baru terhadap :
1. Penulis
Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai
masalah keperawatan mengenai Post OperasiSectio Caesaria.
2. Instansi
a. Pendidikan Keperawatan
Sebagai bahan masukan pada Ny. R dalam Asuhan Keperawatan
mengenai Klien dengan gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan luka Post OperasiSectio Caesaria hari ke- 1 indikasi CPD.
b. Rumah Sakit
Asuhan keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanaan keperawatan
khususnya pada klien dengan gangguan rasa nyaman: nyeri dengan
luka Post OperasiSectio Caesaria hari ke- 1 indikasi CPD.
c. Bagi Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memmberi sumbangan pemikiran
dan informasi di bidang keperawatan maternitas tentang asuhan

keperawatan

dengan gangguan rasa nyaman: nyeri

berhubungan

dengan luka Post OperasiSectio Caesaria hari ke -1 indikasi CPD.

1.4.5 Metode dan Teknik Memperoleh Data


1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pengambilan kasus Karya Tulis
Ilmiah19-21Februari 2015 di ruang perawatan

nifas Ruang Melati

Rumah Sakit Umum Gunung Jati Kota Cirebon.


2. Studi Keputusan
Penulis pembaca buku buku keputusan dan kumpulan kuliah yang
berkaitan dengan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Studi Kasus
Untuk studi kasus, pendekatan yang digunakan adalah proses
keperawatan komprehensif yang meliputi: pengkajian data, analisa
data,diagnosa keperawatan, perencanaan data, implementasi dan evaluasi
untuk menghimpun data yang diperlukan.
4. Studi Dokumentasi
Pemeriksaan

hasil

diagnostik

dilakukan

dengan

membaca

dan

mempelajari catatan medik yang berhubungan dengan klien,baik yang


bersumber dengan catatan maupun dari sumber-sumber yang menunjang.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara

Mengadakan tanya jawab langsung untuk memperoleh data riwayat


kesehatan yang akurat dengan klien, keluarga, perawat dan pihak lain
yang dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan.

b. Observasi
Observasi terdiri dari pengamatan langsung dan tidak langsung pada
klien dengan mengikuti perkembangan selama pelaksanaan asuhan
keperawatan.
c. Observasi secara langsung (pemeriksaan fisik) pemeriksaan fisik yang
dilakukan untuk mendapatkan data obyektif sesuai dengan kebutuhan
pengkajian kasus dengan penggunaan teknik pemeriksaan organ
sisitem terdiri dari 4 teknik diantaranya:
1) Inspeksi
Inspeksi yaitu memperoleh data dengan secara langsung untuk
mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan denganstatus fisik.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan
untuk mendeteksi ciri-ciri jaringan.
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan untuk menentukan batas-batas
organ atau

bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang

ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah

jaringan,dengan perkusi kita dapat meembedakan apa yang ada di


bawah jaringan (udara, air atau zat padat).

4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop untuk memmperjelas pendengaran (bunyi jantung paruparu bunyi usus serta mengukur tekanan darah dan denyut nadi.

1.5

Sistematika Penulisan
Pada bagian ini diuraikan sistemstika penulisan laporan hasil
penelitian menerapkan asuhan keperawatan yang terdiri dari Bab 1 sampai
Bab V. Setiap Bab dilaksanakan dengan singkat dan bentuk pengkajian
yaitu :
BAB I

: PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulis, manfaat
penulisan, metode dan teknik penulisan dan serta sistematika
penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Mencakup Konsep dasar medik yang berisi pengertian atau
definisi, indikasi tipe-tipe Sectio Caeserea, patofisiologi,

komplikasi, pemeriksaan diagnostik,perawatan Post Operasi


Sectio Caesarea dan penatalaksanaan
Konsep dasar keperwatan yang berisi pengkajian kebutuhan
dasar manusi, diagnosa, intervensi, implementasi dan Evaluasi

BAB III : TINJAUAN KASUS


Merupakan laporan kasus yang berisi pengkajian, pengumpulan data,
klasifikaasi data dan analisa data, prioritas masalah diagnosa
keperawatan,

perencanaan,tindakan

keperawatan

evaluasi

keperawatan dan catatan perkembangan .


BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada di bahas secara sistematik mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi, implementasi
dan evaluasi
BAB V

: PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan tentang hasil penelitian terhadap
kasus yang diangkat serta saran-saran yang merupakan alternatif
mencapai tujuan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Teori Medis

2.1.1 Sectio Caesaria


a. Definisi Sectio Caesaria
Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram.(5)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang
utuh.(6)
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.(7)
b. Jenis-Jenis
1. Sectio CesariaTransperitonealis Profunda
Sectio Cesaria Transperitonealis Propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b) Bahaya peritonitis tidak besar.

10

c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri


dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus
uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio Caesaria klasik atau Section Caesaria Korporal
Pada Sectio Caesaria klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan,hanya diselenggarakan
apabila

ada

halangan

untuk

melakukan

section

caesaria

transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas


uterus.
3. Sectio Caesaria Ekstra Peritoneal
Section Caesaria Eksrta Peritoneal

dahulu

dilakukan untuk

mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan


pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak
lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien
infeksi uterin berat.
4. Section Caesaria Hysteroctomi
Setelah Sectio Caesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a) Atonia uteri
b) Plasenta accrete
c) Myoma uteri
d) Infeksi intra uteri berat

11

c. Etiologi
Indikasi ibu dilakukan Sectio Caesaria adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor Sectio Caesaria diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab Sectio Caesaria sebagai berikut:(8)
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin
yamenyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulangtulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
Indikasi ibu dilakukan Sectio Caesaria adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000
gram.(8)

12

2. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )


Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulangtulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
3. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
4. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.

13

Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37


minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
5. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio Caesaria.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi
yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
untuk dilahirkan secara normal.
6. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
Pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
7. Kelainan Letak Janin
a) Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
dasar panggul.

14

2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kirakira 0,27-0,5 %.
d. Patofisiologi
Sectio Caesaria merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi
uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan
untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah
dilakukan Sectio Caesariaibu akan mengalami adaptasi post partum baik
dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi
dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah
utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadangkadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah

15

banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret berlebihan karena kerja otot nafas silia
yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat
dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan
yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (7)
e. PathwaySectio Caesaria (SC)

2.1.6 pathway sc +posdate


2.1.7

tehnik penatalaksanaan2.1.8 pemeriksaan penunjang

f. Pemeriksaan Penunjang

16

1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak
yang itdak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian Positron Emission Tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam
otak.
5. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal

: Menganalisis cairan serebrovaskuler

b. Hitung darah lengkap

: Mengevaluasi trombosit dan hematokrit

c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah

17

g. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu Sectio Caesaria adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi:
a) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
c) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena
atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
5. Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal
h. Penatalaksanaan
1. Perawatan awal
a) Letakan pasien dalam posisi pemulihan
b) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
c) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi

18

d) Transfusi jika diperlukan


e) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi,
segera

kembalikan

ke

kamar

bedah

kemungkinan

terjadi

perdarahan pasca bedah.


2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.

19

4. Fungsi gastrointestinal
a) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
b) Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
c) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
d) Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
5. Perawatan fungsi kandung kemih
a) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau
sesudah semalam
b) Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
c) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter
terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
d) Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100
mg per oral per hari sampai kateter dilepas
e) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak

pada

penderita,

menghalangi

involusi

uterus

dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam /


lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
6. Pembalutan dan perawatan luka
a) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut
b) Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan.
c) Ganti pembalut dengan cara steril

20

d) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih


e) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan
kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC
7. Jika masih terdapat perdarahan
a) Lakukan masase uterus
b) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik
atau RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai
pasien bebas demam selama 48 jam :
a) Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
b) Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
c) Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
b) Supositoria = ketopropen sup 2x/ 24 jam
c) Oral

= tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

d) Injeksi

= penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu

10. Obat-obatan lain


Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
11. Hal Hal lain yang perlu diperhatikan
a) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan
komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi

21

b) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya


hematoma.
c) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan
lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
d) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
e) Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadinya infeksi
f) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
g) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen
h) pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena bila
terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang
mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik,
narkotik dan karena tekanan diafragma. Selain itu juga penting
untuk mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya
hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu memantau
TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam
sekali.
i) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri
dan kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu
adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi
dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
j) Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah,
frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin

22

Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya
penyimpangan.
k) Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia;
regional atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan
Sectio Caesaria. Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol
ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan abdomen,
Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter
i. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan Sectio Caesarea, data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
1) Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat menggangu saat ini . keluhan utama yang
lazim didapatkan adalah nyeri pada luka post Sectio Caesarea

23

3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak diikuti tandatanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
4) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.

24

c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
e) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif

25

klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat


bayinya.
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebihlebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
5) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
b) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah.
c) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

26

d) Telinga
Biasanya

bentuk

telingga

simetris

atau

tidak,

bagaimana

kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.


e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
g) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.

27

k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
j. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang bernar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar
dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
k. Intervensi
1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang benar
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
klien menunjukkan respon breast feeding adekuat dengan indikator:
a) Klien mengungkapkan puas dengan kebutuhan untuk menyusui
b) Klien mampu mendemonstrasikan perawatan payudara
Intervensi :
a) Berikan informasi mengenai :
1) Fisiologi menyusui
2) Keuntungan menyusui

28

3) Perawatan payudara
4) Kebutuhan diit khusus
5) Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui
b) Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien untuk
melakukan secara teratur
1) Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyimpan,
cara transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi
2) Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan
pemberian Asi eksklusif
3) Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan
payudara, infeksi payudara
4) Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien
dalam pemberian ASI
5) Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan
informasi/memberikan pelayanan KIA
2. Nyeri akut berhubungan dagann injuri fisik (luka insisi operasi)
Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan nyeri berkurang dengan indicator:


a) Mampu

mengontrol

nyeri

(tahu

penyebab

nyeri,

mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,


mencari bantuan)
b) Melaporkan

bahwa

manajemen nyeri

nyeri

berkurang

dengan

menggunakan

29

c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda


nyeri)
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e) Tanda vital dalam rentang normal
f) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
g) Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Gunakan

teknik

komunikasi

terapeutik

untuk

mengetahui

pengalaman nyeri pasien


4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak
efektifan kontrol nyeri masa lampau
7) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
8) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9) Kurangi faktor presipitasi nyeri
10) Pilih

dan

lakukan

penanganan

farmakologi dan inter personal)

nyeri

(farmakologi,

non

30

11) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi


12) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15) Tingkatkan istirahat
16) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
18) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
19) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
20) Cek riwayat alergi
21) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
22) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
23) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
24) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
25) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
26) Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
27) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

31

28) Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan


29) Gunakan

teknik

komunikasi

terapeutik

untuk

mengetahui

pengalaman nyeri pasien


30) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
31) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
32) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak
efektifan kontrol nyeri masa lampau
33) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
34) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
35) Kurangi faktor presipitasi nyeri
36) Pilih

dan

lakukan

penanganan

nyeri

(farmakologi,

non

farmakologi dan inter personal)


37) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
38) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
39) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
40) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
41) Tingkatkan istirahat
42) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
43) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

32

44) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum


pemberian obat
45) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
46) Cek riwayat alergi
47) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
48) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
49) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
50) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
51) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
52) Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
53) Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping)
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post
operasi berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pengetahuan klien meningkat dengan indicator
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar

33

c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang


dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya.
Intervensi
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
g. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kelelahan.
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
ADLs klien meningkat dengan indicator:
a. Klien terbebas dari bau badan
b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan
ADLs
c. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

34

Intervensi
a. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
c. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
e. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
f. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
g. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
h. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan

tindakan invasif, paparan

lingkungan patogen
Tujuan :Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan indicator:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Mendeskripsikan

proses

penularan

penyakit,

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,

faktor

yang

35

c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi


d. Jumlah leukosit dalam batas normal
e. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2) Pertahankan teknik isolasi
3) Batasi pengunjung bila perlu
4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
7) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9) Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10) Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
11) Tingkatkan intake nutrisi
12) Berikan terapi antibiotik bila perlu
13) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
14) Monitor hitung granulosit, WBC
15) Monitor kerentanan terhadap infeksi
16) Batasi pengunjung

36

17) Saring pengunjung terhadap penyakit menular


18) Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

2.1.2 Chepalo Pelvik Disproportion (CPD)


a. Definisi
CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin dengan
bentuk dan ukuran panggul.
Disproporsi Sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak
dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi Sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak
dapat keluar melalui vagina. Disproporsi Sefalopelvik disebabkan oleh
panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul
ibu. Sering kali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras
selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan
medis wanita sebelum ia bahkan buruh. Sebuah misdiagnosis of CPD
account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan bedah Caesar di
Amerika Utara dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak
harus berdampak masa depan seorang wanita melahirkan keputusan.

37

Banyak tindakan dapat diambil oleh ibu hamil untuk meningkatkan


peluangnya untuk melahirkan melalui vagina.
Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan secara
obstetri. Secara anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran
diameternya berada di bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih.
Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih
diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme persalinan
normal.
b. Etiologi CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional )
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu
lambatnya kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan
pada servik, uterus, janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan
lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya
ekspulsif ibu.
a) Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his
b) kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak
nafas.
2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang,
letak dahi, hidrosefalus.
3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang
mempersempit jalan lahir. Pola Kelainan Persalinan, Diagnostik,
Kriteria dan Metode Penanganannya, Pola Persalinan Kriteria

38

Diagnostik

Penanganan

yang

dianjurkan

Penanganan

Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran


kelahiran pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal.
Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi,
lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada
persalinan pervaginam. Panggul sempit yangpenting pada obstetric bukan
sempit secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya
perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan
ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul
Naegele, panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka
dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,
atrofi atau kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi
kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan.
penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul,
pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.

39

c. Penatalaksanaan
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan
antara kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan
dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan
persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his,
daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar
diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang
kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau
kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari
42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi
moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan
menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak
akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran
kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit,
sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas,
kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam
kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila
hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di
dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depandimana

40

sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis.


Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan
tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan
menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian
bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan
bahu depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour
dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan
di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari
trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan
berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labourjarang digunakan
karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan
pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per
vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik.
Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang
sekali kemajuannnya,keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala
tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps
yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

41

2. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.
Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila
ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang
tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan
selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan
dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum
dipenuhi.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan
kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran
kepala

janin

dengan

cara

melubangi

tengkorak

janin

dan

mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapat dengan mudah lahir


pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala janin, yang
biasanya diikuti oleh kranioklasi.
5. Kleidotomi
Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala
dilahirkan, akan tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu
karena terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada keberatan

42

untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau


kedua

klavikula.

Dibawah

perlindungan

spekulum

dan

tangan kiri penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula
belakang

digunting,

dan

selanjutnya

kelahiran

anak

dengan

berkurangnya lebar bahu tidak mengalami kesulitan. Apabila tindakan


dilakukan dengan hati-hati, tidak akan timbul luka pada jalan lahir.
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau
kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak
dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.
d. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal (Nifas)
a) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
c) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

43

e. Pengkajian
1. Sirkulasi : Kehilangan darah selama prosedur kira-kira 400 500 cc.
2. Makanan / cairan : Abdomen lunak tidak ada distensi.
3. Neurosensori : Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat
anestesi spinal epidural
4. Nyeri / Ketidaknyamanan: Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya trauma bedah atau insisi, nyeri penyerta,
distensi kandung kemih atau abdomen, efek-efek anestesi, mulut
kering.
5. Pernafasan : Bunyi paru jelas dan vasikuler.
6. Keamanan : Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda darah atau
kering.
7. Organ Reproduksi : Fundus uteri berkontraksi kuat dan terletak di
umbilicus.
8. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak.
2.1.3 Nyeri
a. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak
menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial.
Menurut International Association for Study of Pain( IASP),nyeri
adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang

44

didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,atau


mengambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
b. Etiologi Nyeri
Adapun Etiologi nyeri yaitu :
1. Trauma pada jaringan tubuh,misalnya kerusakan jaringan akibat
bedah atau cidera
2. Iskemik jaringan
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari
atau tak terkendali dan sering menimbulkan rasa sakit.
Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja
berlebihan,khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam
menahan beban pada posisi yangtetap dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan
tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat
kimia bioaktif lainya.
5. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.
c. Patofisiologi dan Pathway
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan ,maka terbentuklah
zat- zat kimiaseperti bradikinin, sorotonin dan enzim proteotik. kemudian
zat- zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseftor nyeri dan
rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf
asenden, sedangkan korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu
mengalami nyeri, selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat

45

menurun

stimulasi

terhadap

reseptor

makanin

sensitive

pada

termosensitive sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri


d. Manifestasi Klinis
1. Gangguan tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan ( menangis, merintih )
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Nadi meningkat
8. Pernafasan meningkat
9. Depresi,frustasi
e. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Distraksi,mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
Contoh : membaca, menonton tv,mendengarkan musik dan bermain
2. Stimulasi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a) Kompres dingin
b) Couteriritan, seperti plester hangat.
c) Contralateralstimulation yaitu massage kulit pada area yang
berlawanan dengan area yang nyeri.
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen.

46

2. Rontgen untung mengetahui tulang atu organ dalam yang abnormal.


3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
4. CT Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah
yang pecah di otak.
g. Komplikasi
1. Edema

: Penimbunan cairan secara berlebihan didalam


tubuh.

2. Kejang

: Kontraki otot yang berlebihan diluar kehendak

3. Masalah Mobilisasi : Dapat bergerak dan berpindah pindah


4. Hipertensi

: Tekanan darah abnormal tinggi

5. Hipovolemik

: Berkurangnya plsma darah yang beredar

6. Hipertermi

: Keadaan suhu badan yang abnormal

h. Asuhan keperawatan pada gangguan

Rasa

Nyaman

:Nyeri

Berhubungan Dengan Post Sectio Caeserea Dengan Indikasi CPD


1. Nyeri akut
a) Mengkaji perasaan klien
b) Menetapkan respon
c) Mengkaji dan keparahan dan kualitas nyeri
2. Nyeri kronis
Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku efektif dan
kognitif. Selain itu terdapat komponen yang harus diperhatikan dalam
memulai menggkaji respon nyeri yang dialami pasien :

47

a) Penentu ada tindakannya nyeri


Dalam melakukan pengkajian nyeri, perawat harus percaya ketika
pasien melaporkan adanya nyeri, meskipun dalam observasi
perawat tidak menemukan adanya cidera atau luka.
b) Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P.Q.R.S.T
yaitu :
1) P (Pravocate)
Faktor paliatif meliputi faktor pencetus nyeri,terasa setelah
kelelahan,udara dingin saat bergerak.
2) Q (Quality)
Kualitas nyeri meliputi nyeri seperi ditusuk-tusuk, dipukulpukul dan lain- lain.
3) R (Region)
Lokasi nyeri, meliputi byeri abdomen kuadran bawah, luka post
operasi dan lain lain.
4) S (Skala)
Skala nyeri ringan, sedang berat atau sangat nyeri.
5) Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan,berapa lama dan
berakhir.
c) Respon fisiologis
1) Respon simpatik
(a) Meningkatkan frekuensi pernafasan
(b) Dilatasi saluran bronkiolus

48

(c) Peningkatan frekuensi denyut jantung


(d) Dilatasi pupil
(e) Penurunan mobilitas
2) Respon parasimpatik
(a) Pucat
(b) Ketegangan otot
(c) Penurunan denyut jantung
(d) Mual dan muntah
(e) Kelemahan dan kelelahan
d) Respon perilaku
Respon perilaku yang sering ditunjukkan oleh pasien antara
lain oleh perubahan postur tubuh, mengusap, menompong wajah
bagiaan nyeri yang sakit mengertakan gigi, ekspresi wajah
meringis, mengerutkan alis.
e) Respon efektif respon efektif juga perlu di perhatikan oleh seorang
perawat. Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan
gangguan nyeri.
3) Pengkajian fungsi pola gorden
Pola kognitif dan perceptual

49

Keterangan :
0

: Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan


baik
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukan lokasinya,dapat mendeskripsikanya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masirespon terhadap tindakaan dapat menunjukan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidaak dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mammpu lagi
berkomunikasi, memukul.
i. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dengan intake
kurang
5. Defisit perawataan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

50

j. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
masalah teratasi dengan kriteria hasil :
a) Adanya penurunan intensitas nyeri
b) Ketidaknyaman akibat nyeri berkurang
c) Tidak menujukan tanda- tanda fisik dan perilaku dalam
nyeri akut
Intervensi
a) Kaji nyeri
Rasional

:Mengetahui

daerah

nyeri,

Kualitas,

kapannyeri

dirasakan, faktor pencetus, berat ringannya nyeri dirasakan.


dirasakan.
b) Anjarkan teknik relaksasi kepada pasien
Rasional : Untuk mengajarkan pasien apabila nyeri timbul
c) Beikan analgesik sesuai program
Rasional :Untuk mengurangi rasa nyeri
d) Observasi Tanda Tanda Vital
Rasional :Untuk mengetahui keadaan umum

51

2. Nyeri kronis berhubungan dengan cidera fisik


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
nyeri berkurang dengan kriteria hasil :
a) Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada
wajah
b) Tidak ada posisi tubu yang melindungi
c) Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
d) Tidak kehilangan nafsu makan
e) Frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan
menengah atau ringan
Intervensi
a) Kaji keadaan umum, PQRST

Tanda-tanda vital serta efek

penggunaan pengobatan jangka panjang


Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien,: mengetahui
daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan, faktor
pencetus, berat ringannya nyeri yang dirasakan serta
mengetahui efek penggunaan obatsecara jangka panjang
b) Bantu pasien mengidentifikasi tingkat nyeri
Rasional : untuk mengurangi tingkat nyeri pasien
c) Ajarkan pola istirahat dan/ tidur yang adekuat
Rasional :untuk mengurangi rasa nyeri secara adekuat

52

3. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelelahan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ,
masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut:
a) Pasien dapat melakukan aktivitasnya sendiri
b) Pasien tidak lemas
Intervensi
a) Kaji aktivitas dan mobilitas pasien
Rasional : untuk bisa mengeahui perkembangan dari pasien
b) Bantu aktivitas pasien
Rasional : untuk mempelaanjar aktivitas pasien
c) Berikan terapi sesui program
Rasional : untuk memberikan pengobatan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan
(hospitalisasi)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kebutuhan tidur tercukupi dengan kriteriaa hasil sebagai
berikut :
a) Kebutuhan tidur tercukupi
b) Pasien tampak segar
c) Tidak sering terbangan pada saat tidur
Intervensi
a) Kaji pola tidur pasien
Rasional : untuk mengetahui kebutuhan tidur pasien setiap hari

53

b) Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang


c) Batasi pengunjung
Rasional :Agar pasien lebih nyaman dan dapat tidur dengan
nyenyak.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan ,berhubungan dengan perubahan nafsu
makan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
kebutuhan nutrisi pasien tercukupi dengan KH sebagai
berikut :
a) Nafsu makan berubah
b) Pasien tampak lemas
Intervensi
a) Kaji nutrisi pasien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pasien
b) Jelaskan kepada pasien tentang penting nya nutrisi tubuh
Rasional : Membantu pasien dalam memperluas pengetahuan
tentang nutrisi
c) Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Untuk mengetahui gizi yang seimbang

54

k. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengn batas waktu dan
kondisi pasien maka diharapkan :
1. Pasien menunjukan wajah rileks
2. Pasien dapat tidur atau beristirahat
3. Pasien mengatakan sekala nyeri berkurang
2.1.4 Post Partum
1. Definisi
Masa nifas atau masa Puerperium adalah masa setelah partus selesai dan
berkahir setelah kira-kira 6 minggu.(8)
Puerperium (masa nifas) atau periode pasca persalinan umumnya
berlangsung selama 6 12 minggu. Puerperium adalah periode pemulihan
dari perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi selama kehamilan.
Jadi masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai alat kandungan
kembali seperti semula atau seperti sebelum hamil.
2.

Masa Nifas atau Peurpenium dibagi dalam 3 periode


a.

Puerpenium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b.

Puerpenium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

55

c.

Remote Puerpenium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi . Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

3.

Perubahan-Perubahan yang penting pada Masa Nifas


a. Involusi Kurpus Uteri
Segera setelah plasenta lahir, fundus uteri berkontraksi, letaknya
kira-kira pusat dan simpisis atau sedikit lebih tinggi. Umumnya
organ ini mencapai ukuran tidak hamil seperti semula dalam waktu
sekitar 4 minggu. Pada hari ke-10 post partum uterus tidak teraba lagi
dari luar. Setelah plasenta lahir beratnya uterus 1000 gram, karena
involusi 1 minggu kemudian beratnya menjadi 500 gram. Pada akhir
minggu ke-2 turun menjadi 300 gram dan pada akhir Puerperium
beratnya menjadi 60 gram.
Proses involusi uterus meliputi 3 aktivitas, yaitu :
1. Kontraksi uterus akan mengompres pembuluh darah, dan oleh
karena itu akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini
berguna bagi pengurangan situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.
2. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterin. Enzim proteolitik memendekkan jaringan otot

56

yang telah mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5


kali besarnya dari semula selama kehamilan.
3.

Regenerasi

endometrium

proses,

regenerasi

endometrium

berlangsung cepat, dalam waktu 2-3 hari sisa lapisan desidua telah
bergenerasi (lapisan dinding uterus menjadi jaringan endometrium
baru, lapisan sisi kavum uteri menjadi nekrotik dan keluar sebagai
lochea). Ditempat lain permukaan yang bebas menjadi tertutup oleh
ephitel dalam 1 minggu atau 10 hari dan seluruh endometrium akan
tertutup dalam minggu ke-3, kecuali di tempat pelepasan plasenta,
terjadi thrombus sehingga regenerasi agak lambat sampai sekitar 6
minggu.
b. Lochea
Lochea adalah pengeluaran dari uterus selama masa nifas. Lochea
tidak lain daripada sekret luka yang berasal dari luka dalam uterus,
terutama luka placenta. Macam-macam lochea :
1. Lochea Rubra
Terjadi pada hari 3-4 masa nifas. Tanda-tandanya berwarna merah,
terdiri dari tempat plasenta dan debris yang muncul dari desidua
dan chorion.
2. Lochea Serosa
Terjadi pada hari 5-9, berwarna merah muda. Lochea ini sedikit
darah dan lebih banyak serum. Terdiri dari leukosit dan tempat
plasenta.

57

3. Lochea Alba
Terjadi pada hari 10. Cairan lebih pucat warna putih atau kekuningkuningan. Terdiri dari leukosit dan mukosa serviks.
c. Serviks Dan Segmen Bawah Rahim
Segera setelah plasenta lahir, serviks dan segmen bawah rahim
menjadi struktur yang tipis, kolaps dan kendur. Mulut serviks mengecil
perlahan-lahan. Selama beberapa hari, mulut serviks mudah dimasuki
oleh 2 jari, tetapi pada akhir minggu pertama, telah menjadi demikian
sempitnya sehingga jari sulit untuk masuk. Saat serviks menyempit,
serviks menebal dan salurannya terbentuk kembali, tetapi masih ada
tanda-tanda serviks parut.
d. Vagina Dan Jalan Lahir
Vagina dan jalan lahir pada bagian pertama masa nifas membentuk
lorong berdinding lunak dan keras yang ukurannya secara perlahanlahan mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran semula. Rugae terlihat
kembali pada minggu ke-3 dan terdapat carunculae mirtiformis yang
khas pada wanita yang pernah melahirkan.
e. Peritoneum Dan Dinding Abdomen
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Ketika
miometrium berkontraksi dan berretraksi setelah kelahiran dan
beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus sebagian

58

besar uterus, dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan. Ligamentum


latum dan ligamentum rotundum jauh lebih kendur daripada kondisi
tidak hamil, untuk kembali ke keadaan semula memerlukan waktu yang
cukup lama.
f. Saluran Kencing
Peregangan dan dilatasi selama kehamilan tidak menyebabkan
perubahan permanen dipelvis renalis dan ureter, kecuali kalau ada
infeksi. Kembali normal pada waktu 2-8 minggu, tergantung pada :
Keadaan atau status sebelum persalinan, Lamanya partus kala II,
besarnya kepala yang menekan pada saat persalinan.
g. Sistem Kardiovaskuler
Penurunan volume darah diasumsikan dengan kehilangan darah pada
saat persalinan. Volume plasma menurun 1000 ml karena kehilangan
darah dan diuresis. Setelah 3 hari volume darah meningkat 1200 ml
sebagai akibat cairan ekstra seluler ke intra seluler. Total volume darah
menurun 16 % setelah persalinan. Perkiraan kehilangan darah dapat
dibandingkan setelah persalinan. Kehilangan darah 500 ml akan
mengakibatkan pengurangan HB 1 %, nadi dan candiac output
meningkat selama 1-2 jam post partum. Segera setelah melahirkan,
cardiac output meningkat 50-60 % dan menurun setelah 10 menit.

59

h. Payudara
Pada semua wanita setelah melahirkan, laktasi dimulai secara alami
dan normal. Proses menyusui mempunyai 2 mekanisme fisiologis, yang
meliputi : produksi susu dan sekresi susu atau let down.
1. Diperkirakan bahwa konentrasi esterogen dan progesteron yang
tinggi selama kehamilan menghambat produksi prolaktin yang
dibutuhkan untuk laktasi. Hal ini menjelaskan mengapa seorang
wanita tidak memproduksi ASI sepanjang kehamilannya.
2. Pada saat plasenta lahir, terjadi perubahan drastis yang mendadak
pada kadar esterogen dan progesteron. Keadaan ini menyebabkan
kelenjar hipofise anterior memproduksi prolaktin. Produksi ASI
juga dipengaruhi oleh hisapan bayi yang dapat menyebabkan
kenaikan atau kelanjutan dari pelepasan prolaktin dari hipofise
anterior.
3. Waktu menghisap ASI, mulut bayi akan menekan sinus laktiferus
sehingga ASI terdorong ke luar melalui duktus laktiferus ke mulut
bayi. Aliran susu dari sinus laktiferus disebut Let Down refleks dan
hal ini dapat dirasakan oleh ibu.
4. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas
a. Adaptasi Psikologi Masa Nifas
Perubahan psikologis yang cepat berlangsung selama seminggu
pertama menyebabkan banyak wanita yang emosional dan perasaan
labil. Ini terjadi dalam 3-4 hari pertama.

60

Reva

Rubin

menyumbangkan

hasil

penelitiannya

mengenai

perubahan masa nifas yang terjadi beberapa hari sampai seminggu


setelah melahirkan.
1. Fase Taking In yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai
dengan hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku
pasif dan ketergantungan, menyatakan ingin makan dan tidur, sulit
membuat keputusan.
2. Fase Taking Hold yaitu fase transisi dari ketergantungan
kemandiri, dari ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus
sudah ke bayi, mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan
fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam menerima
pendidikan kesehatan.
3. Fase Letting Go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung
jawab peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam
minggu post partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah
berperan

sebagai

ayah

dan

berinteraksi

dengan

bayi.

61

2.2

Proses Asuhan Keperawatan

2.2.1 Definisi
Mengetahui akan proses pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif.
Asuhan Keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau
proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
klien (pasien) untuk memenuhi kebutuhan objektif klien, sehingga dapat
mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan
dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan
klien / pasien.
Lima kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow yaitu :
a. Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi.
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan.
c. Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki.
d. Kebutuhan akan harga diri.
e. Kebutuhan aktualisasi diri.
Jadi bila menilik hasil dari pengertian di atas maka kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan arti makna pengertian
dari asuhan keperawatan adalah merupakan seluruh rangkaian proses
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan
kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi

62

dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang


optimal.
2.2.2 Tujuan Asuhan Keperawatan
Ada beberapa tujuan dan manfaat pemberian asuhan keperawatan
diantaranya yaitu :
1. Membantu individu untuk mandiri.
2. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang
kesehatan.
3. Membantu

individu

mengembangkan

potensi

untuk

memelihara

kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memelihara kesehatannya.
4. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

2.2.3 Fungsi Proses Keperawatan


Proses keperawatan pun mempunyai fungsi dan fungsinya antara lain
adalah :
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
2. Memberi ciri profesionalisasi pemberian asuhan keperawatan melalui
pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif
dan efisien.

63

3. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal


sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.
2.2.4 Tahapan Proses Keperawatan
Tahap-tahapan dalam melakukan dan pengkajian pada proses
keperawatan ini adalah lima yaitu :
a. Pengkajian Keperawatan.
Yang dimaksud dengan pengertian definisi Pengkajian adalah
upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji
dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di
hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat
ditentukan.
Tahapan pengkajian keperawatan ini mencakup tiga kegiatan, yaitu
Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan
serta keperawatan.
1. Pengumpulan Data.
Tujuan dari pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus
diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek
fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis.
Jenis data antara lain :

64

a) Data Objektif. Data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,


pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan
darah, serta warna kulit.
b) Data subjekif. Data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien, atau dari keluarga pasien / saksi lain misalnya : kepala
pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b) Pola koping sebelumnya dan sekarang
c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
e) Resiko untuk masalah potensial
f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan
berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
3. Perumusan Masalah.
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi
dengan Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga
yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun
diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas.

65

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.


Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan
menimbulkan komplikasi, sedangkan Segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau
kematian.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan menurut Maslow, yaitu : keadaan yang mengancam
kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.
b. Diagnosa Keperawatan
Yang dimaksud dengan definisi Diagnosa Keperawatan adalah
merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.(9)
Perumusan Diagnosa Keperawatan meliputi dari hal sebagai
berikut :
1. Aktual

: Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan


data klinik yang ditemukan.

2. Resiko

: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi


jika tidak dilakukan intervensi.

66

3. Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan


untuk

memastikan

masalah

keperawatan

kemungkinan.
4. Wellness

: Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga


atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera
tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi.

5. Syndrom

: Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa


keperawatan

actual

dan

resiko

tinggi

yang

diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian


atau situasi tertentu.
c. Rencana Keperawatan
Berikut beberapa hal yang terkait dengan pembuatan rencana
keperawatan yaitu :
1. Definisi Rencana Keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat
ini kestatus kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang di harapkan.(10)
2. Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.
3. Rencana asuhan keperawatan yang dirumuskan dengan tepat
memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke
perawat

lainnya.

Sebagai

hasil,

semua

perawat

mempunyai

67

kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan


konsisten.
Rencana Asuhan Keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi
oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan
tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang.(11)
d. Implementasi Keperawatan
definisi implementasi keperawatan adalah :
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik

dilaksanakan

untuk

memodifikasi

faktor-faktor

yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Adapun Tahapan Implementasi Keperawatan adalah sebagai berikut :


1. Tahap 1

: Persiapan. Tahap awal tindakan keperawatan ini


menuntut

perawat

untuk

mengevaluasi

yang

diindentifikasi pada tahap perencanaan.


2. Tahap 2

: Intervensi. Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan


adalah

kegiatan

dan

pelaksanaan

tindakan

dari

perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan


emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan : independen, dependen, dan interdependen.

68

3. Tahap 3

: Dokumentasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus


diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.

e. Evaluasi Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di rumuskan sebelumnya.
Adapun tujuan dari sasaran evaluasi keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria / rencana yang telah
disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan kriteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/
kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.

69

3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan /


kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini
perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat
data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak
sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan
dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh
tindakannya harus didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi
keperawatan.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Masuk

:18 Februari 2015

Jam Masuk

: 06:00 WIB

Ruang Kelas

: Melati / II

Kamar No

:5

Pengkajian Tanggal

:19 Februari 2015

Jam

: 14 .00 WIB

3.1

Pengkajian

3.1.1 Identitas
a. Identitas Klien
Nama pasien

: Ny R

Umur

: 21 tahun

Suku / bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

Pendididkan

: SMA

Pekerjaan

:Ibu rumah tangga

Alamat

: Kanggraksan Selatan

b. Identitas penanggung jawab


Nama suami

: Tn. L

Umur

: 24 tahun

Suku bangsa

: Jawa

63

64

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Kanggraksan selatan

3.1.2 Riwayat Keperawatan


a. Persepsi Terhadap Nifas
1. Mengapa Ibu Datang ke Rumah Sakit
Klien mengatakan menurut informasi dari pemeriksaan bidan bahwa
dirinya masuk rumah sakit karna panggulnya sempit.
2. Persepsi Terhadap Nifas
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami Post Operasi
karena baru anak pertama.
3. Apakah nifas ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan seharihari? Bila ya, bagaimana?
Klien mengatakan masa nifas merubah kegiatannya sehari-hari
dikarenakan tidak dapat bekerja seperti biasanya.
4. Harapan yang ibu inginkan selama masa nifas
Klien berharap dapat mengurus bayinya dengan baik.
5. Ibu tinggal dengan siapa?
Orang tuanya dan suaminya.
6. Siapa orang yang terpenting bagi ibu?
Kedua orang tua, suami dan anaknya.

65

7. Sikap anggota terhadap keadaan saat ini


Keluarga klien tampak menerima dan mendukung klien dalam proses
pemulihan.
b. Riwayat Obsetri
1. Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan datang menarce pada umur 17 tahun penuh,
siklus,menstruasi 1 bulan sekali dan lamanya menstruasi selama 7
hari, keluhan dirasakan pada awal haid klien mengeluh sakit saat haid
datang, klien juga mengatakan datang HPHT tanggal 28 april 2014.
2. Riwayat kehamilan persalinan nifas
Klien mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama.
3.1.3 Kehamilan Sekarang
a. Diagnosa

: G1 P0 A0

b. Imunisasi

: TT1 = 2 bulan
TT2 = 4 bulan

c. ANC berapa kali

: 8 kali ke bidan puskesmas

d. Keluhan selama hamil


Klien mengatakan dari awal sampai usia 4 bulan mengalami mual
muntah,dan pusing pada saat di periksakan tekanan darah diatas 130/80
mmHg.
e. Pergerakan selama hamil
Klien merasakan pergerakan janin dari usia
sampai pada saat mau oprasi SectioCaeserea.

kehamilan 7 bulan

66

f. Rencana perawatan bayi


Klien mengatakan akan mengurus anaknya sendiri.
g. Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi
1. Breast Care
Klien diberikan pengarahan tentang perawatan payudara dan klien
memahami tentang perawatan payudara agar pengeluaran ASI lancar.
2. Luka Operasi
Klien tidak tahu bagaimana cara perawatan luka operasi.
3. Nutrisi
Setalah diberikan pengarahan tentang nutrisi ibu melahirkan secara
operasi dan klien memahami apa yang sudah diarahkan.
4. Senam nifas
Klien mengetahui tentang senam nifas dan tidak sanggup melakukan
karena mengurus pekerjaan rumah tangga.
5. KB
Klien mengetahui tentang penggunaan KB setelah diberikan
pengarahan tentang KB.
6. Menyusui
Klien mengetahui tentang cara pemberian ASI yang benar setelah
diberikan pengarahan tentang ASI.
3.1.4 Post Partum Sekarang
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka Post Operasi Sectio Caesarea

67

b. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )


Klien tampak meringis kesakitan,.Klien mengatakan nyeri di bagian luka
abdomen karena adanya luka Post Operasi Sectio Caeserea, terlihat luka
Post Operasi Sectio Caeserea 10cm nyeri dirasakan dengan skala 8 dari
0-10 seperti tersayat-sayat dibagian perut, nyeri terasa apabila klien
bergerak atau melakukan aktivitas.
c. Riwayat Persalinan Sekarang
Dari data rekam medis didapatkan bahwa klien masuk oprasi pada jam
09.00 selama kurang lebih 40 menit
d. Tipe Persalinan
Sectio Caesarea
e. Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan belum pernah menggunakan kontrasespsi KB.
f. Riwayat Kesehatan
1. Penyakit yang pernah dialami ibu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
2. Riwayat penyakit keluarga
Dikeluarga klien tidak ada yang menderita (riwayat) diabetes mellitus,
penyakit jantung dan hipertensi

68

g. Kebutuhan Dasar Khusus


1. Pola Nutrisi
Klien mengatakan frekuensi makan sehari 3x,nafsu makan baik dan
jenisnya kombinasi seperti sayur-sayuran, nasi, tempe, tahu, daging
ayam.
2. Pola Eliminasi
Klien mengatakn BAK sering 6x sehari, warna kuning jernih dan
tidak ada keluhan yang dirasakan klien pada saat BAK. Klien juga
mengatakan BAB nya sehari sekali, warna khas, bau khas, konsistensi
lunak dan tidak ada keluah saat BAB.
3. Pola Personal Hygine
Klien mandi 2x sehari menggunakan sabun, gosok gigi 2x sehari,saat
mandi pagi dan sore cuci rambut 2 hari sekali menggunakan sampo.
4. Pola Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan lama tidur dalam sehari kurang lebih 8 jam
kebiasaan sebelum tidur terlebihdahulu menonton televise.
3.1.5 Pemeriksaan Fisik
a. PemeriksaanUmum
Keadaan

umum

klien

terlihat

bersih

kesadaran

composmentis,tekanan darah 110/70 mmhg,respirasi 24x/menit,nadi 86x/


menit suhu 38,4oC.

69

b. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Penglihatan
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik secara inspeksi pada bagian
mata,posisi mata simetris,kelopak mata normal,gerakan mata normal.
2. Sistem Pernafasaan
Pada saat dilakukan inspeksi pada sistem pernafasan pasien tidak
mengalami sesak tidak terdapat cuping hidung pergerakan dada
normal, saat palpasi tidak terdapat nyeri tekan, dan saat auskultasi
bagian paru tidak terdapat wheizing ataupun ronkhi, pernafasan
21x/menit.
3. Sistem Pencernaan
Pada pemeriksaan sistem pencernaan dilakukan inspeksi mukosa bibir
lembab, keadaan mulut dan gigi bersih,dileher tidak terdapat
pembesaran tonsil, saat dilakukan palpasi tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid dan tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium, saat
dilakukan auskultasi terdengar suara bising usus 8x/menit.
4. Sistem Urogenetal
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik sistem urogenital kandung
kemih tidak penuh, pola rutin BAK pasien 3xsehari terkontrol
jumblah sedang, warna khas porsi minum pasien gelas kecil
800cc/hari.

70

5. Sistem Integumen
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik sistem integumen turgor kulit
elastis warna kulit pucat.
6. Dada dan axila
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik dada dan axila, mamae
membesar Aerolla mamae hitam,papila mamae kanan menonjol kiri
menonjol,colostrum belum keluar.
7. Sistem Reproduksi
Pada saat palpasi TFU 2 jari dibawah pusat terlihat luka bekas operasi
tertutup kasa bersih, kontraksi baik, kandung kemih kosong, vulva dan
vagina tidak ada kelainan, darah tampak keluar 5 cc.
c. Data Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal
19/02/2015

20/02/2015

Parameter
WBC
HGB
HCT
PLT
WBC
HGB
HCT

Result
9,32x10^31ul
10,3 9dl
36,5%
258x10^3ul
18,80x10^31ul
10,191dl
32,5%

For range
4.00-10.00
12.00-16.00
37.00-54.00
150-400
4.00-10.00
12.00-16.00
37.00-54.00

Interpretasi
Normal
Normal
Normal
Normal
Meningkat
Kurang
Kurang

2. Terapi Obat

Tanggal
18/02/2015

Nama Obat

Dosis

Metronidazole 2x 500 mg
Cefotaxim
2x1 gram
Ketorola
2x1 mg

Cara Pemberian Obat


Intravena
Intra vena
Intra vena

71

19/02/2015

3.2

Metronidazole 2x 500 mg
Cefotaxim
2x1 gram
Ketorolak
2x1 mg

Intravena
Intra vena
Intra vena

Analisa Data
No
1.

Data
Ds : Klien mengatakan nyeri

Etiologi
Insisi post op SC

dibagian luka

Gangguan rasa
nyaman : nyeri

Do : Skala nyeri 8 dari sekal 0- 10

Terjadi putusnya

- Wajah terlihat meringis

jaringan dinding

-Terdapat luka Post Sectio

abdomen

Caeserea
-Diameter + 10 cm

Masalah

Luka

- Horizontal
Zat Kimia

Dihantar
Nocicepalus

Proyeksi ke

72

seluruh tubuh

Nyaman Nyeri

Ds : Klien mengatakan tidak tahu


cara merawat luka pada
operasi Sectio Caeserea

Insisi post op SC

Kurang

Terjadi putusnya
jaringan dinding
abdomen

pengetahuan

Do : Klien terlihat kebingungan


ketika ditanya

Luka

Kurangnya informasi
cara merawat luka

Kurang Pengetahuan

Ds : Klien mengeluh nyeri pada

Post sectio caesarea

luka post op sectio caeserea

infeksi

Do :Pasien terlihat meringis

Terjadi putusnya

Klien terlihat kesakitan pada saat

jaringan dinding

duduk

perut rahin

Luka Terlihat kemerahan


Tanda Tanda vital

Resiko tinggi

Port De Entry

73

TD :110/70 mmHg
P :89x/menit

Mikro organisme

R :36x/menit

Akumulasi toksik

S : 38,40C
Hasil lab : lekosit 9320 mm83

Dari mikro
organisme

Resiko tinggi infeksi

3.3

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan luka Post Operasi Sectio Caesarea
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
cara merawat luka
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka Post Operasi Sectio
Caesarea

3.4

Intervensi
No
1.

Diagnosa

Tujuan

keperawatan

Tindakan

Tupen :

Tujuan Pendek :

1. Kaji TTV

Gangguan rasa

Nyeri berkurang atau

2. Kaji Nyeri Klien

nyaman nyeri

sebagian

(karakteristik dan skala

berhubungan dengan

Tupen :

nyeri)

luka Post Sectio

Setelah dilakukan

3. Ajarkan teknik nafas dalaam

Caeserea

tindakan keperawatan

4. Libatkan keluarga dalam

berharap rasa nyeri


berkurang dengan skla
8 ( 0 10 )
Dengan kriteriahasil :

pemenuhan kebutuhan pasien


5. Anjurkan untuk cukup
istirahat
6. Kolaborasi dengan dokter

Rasional
1. Mengetahui keadaan
umum pasien
2. Mengetahui skala nyeri
untuk intervensi yang
diberikan
3. Mengurangi rasa nyeri
4. Mempercepat proses
penyembuhan
5. Meningkatkan rasa
nyaman

klien tidak mengeluh

dengan untuk pemberian obat 6. Alergi analgetik dapat

nyeri

analgetik

slama 3x 24 jam

menemukan saraf-saraf
yang memengaruhi zat
kimia seperti
braditinin,histamin
,serotinin
74

74

75

2.

Kurang pengetahuan

Tujuan Pendek :

1. Kaji Tanda Tanda Vital

1. Mengetahui KU klien

2. Kaji pengetahuan klien

2. Mengetahui pengetahuan
klien untuk tindak lanjut
intervensi
3. Agar ibu dapat
mengetahui cara merawat
luka

berhubungan dengan

Setelah di lakukan

kurangnya informasi

tindakan

tentang cara

keperawatan

merawat luka

mengharapkan

klien dan keluarga tentang

klien dapat

cara merawat luka

tentang perawatan luka


3. Berikan informasi kepada

mengetahui cara
merawat luka Post
Sectio Caesarea
3.

Resiko tinggi infeksi


berhubungan dengan
luka Post Sectio
Caesarea

Tupen pendek:

1. Kaji Tanda Tanda Vital 1. Mengetahui Keadaan

Setelah dilakukan

2. Observasi keadaan luka

tindakan 3x24 jam

3. Lakukan perawatan luka

Meminimalisasikan

dengan prinsip steril

resiko infeksi

4. Kolaborasi dengan tim

seminimal mungkin

dokter dalam pemberian

Resiko infeksi tidak

antibiotik Dosis :

Umum Klien
2. Diagnosis dini dari
infeksilokal
dapatmencegah penyebaran
ke jaringan
3. Meningkatkan proses

terjadi

penyembuhan klien dan

mencegah infeksi

Perawatan luka Post


Sectio Caesarea

4. Antibiotik dapat

76

menemukan mikro
organisme pada insisi luka

3.5

Implementasi

TANGGAL
19-02-2015
08.30 WIB

10.00 WIB

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
berhubungan dengan
luka Post Operasi
Sectio Caesarea

Kurang pengetahuan
cara merawat luka
berhubungan dengan
tidak ada nya
informasi

IMPLEMENTASI
1. Mengkaji TTV (Tanda Tanda Vital)

RESPON

1. TD : 110/70
N : 80x/menit
2. Mengkaji nyeri klien (karakteristik dan skala nyeri)
R : 22x/menit
3. Mengajarkan teknik nafas dalaam
S : 38,4oC
4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
2. Klien mengatakan skala nyeri 8
(0-10)
pasien
3. Klien melakukan tarik nafas
5. Menganjurkan untuk klien cukup istirahat
dalam
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
4. Keluarga membantu kebutuhan
klien
analgesik ketorolak 2x1mg
5. Klien terlihat tirah baring
dengan keadaan rileks
6. Klien mau diberi obat, klien
mengatakan nyeri berkurang
1. TD : 110/70
1. Kaji Tanda Tanda Vital
N : 80x/menit
2. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan luka
R : 22x/menit
3. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
S :38,40C
2. Klien tidak tahu cara merawat
tentang cara merawat luka
luka
3. Klien masih merasa nyeri,
77

PARAF

78

sehingga tidak diajarkan


perawatan luka

10.30 WIB

Resiko tinggi infeksi

1. Mengkaji Tanda Tanda Vital

berhubungan dengan

2. Mengobservasi keadaan luka

luka Post Sectio

3. Melakukan perawatan lukadengan prinsip aseptik

Caesarea

4. Berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian


antibiotik cefotaxime 2x1 gram

20-02-2015
08.00 WIB

Gangguan rasa
nyaman : nyeri
berhubungan
dengan luka Post
Sectio Caesarea

1. Mengkaji TTV (Tanda Tanda Vital)


2. Mengkaji nyeri klien (karakteristik dan skala nyeri)
3. Mengajarkan teknik nafas dalaam
4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
pasien
5. Menganjurkan untuk klien cukup istirahat

1. TD :110/70
N :80x/menit
R :22x/menit
S :38,4 oC
2. Luka masih tertutup kasa
betadin
3. Belum dilakukan perawatan
luka, jadwal ganti balutan ganti
hari ke-3
4. Klien mau diberikan obat
Antibiotik
1. TD : 110/70
N : 80x/menit
R : 22x/menit
S : 36,50C
2. Klien mengatakan skala nyeri 6
(0-10)
3. Klien melakukan tarik nafas
dalam

79

6. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat


analgesik ketorolak 2x1mg

10.00 WIB

Kurang pengetahuan

1. Kaji Tanda Tanda Vital

cara merawat luka

2. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan luka

berhubungan dengan

3. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga

tidak ada nya

tentang cara merawat luka

informasi

10.30 WIB

Resiko tinggi infeksi

1. Mengkaji Tanda Tanda Vital

berhubungan dengan

2. Mengobservasi keadaan luka

luka Post Sectio

3. Melakukan perawatan lukadengan prinsip aseptik

Caesarea

4. Berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian


antibiotik cefotaxime 2x1gram

4. Keluarga tidak membantu


kebutuhan klien, klien
mencoba mandiri
5. Klien sudah bisa duduk
6. Klien mau diberi obat, klien
mengatakan nyeri berkurang
1. TD: 110/70
N : 80x/menit
R :22x/menit
S :36,50C
2. Klien mengatakan belum tahu
tentang cara merawat luka
3. Klien dan keluarga
mendengarkan informasi yang
diberikan
1. TD :110/70
N :80x/menit
R :22x/menit
S :36,50C
2. Luka masih tertutup kasa
betadin
3. Belum dilakukan perawatan
luka, jadwal ganti balutan

80

gantihari ke-3
4. Klien mau diberikan obat
Antibiotik
21-02-2015
08.00 WIB

Gangguan rasa
nyaman : nyeri
berhubungan
dengan luka Post
Sectio Caesarea

1. Mengkaji TTV (Tanda Tanda Vital)


2. Mengkaji nyeri klien (karakteristik dan skala nyeri)
3. Mengajarkan teknik nafas dalaam
4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
pasien
5. Menganjurkan untuk klien cukup istirahat
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
analgesik ketorolak 2x1mg

10.00 WIB

Kaji Tanda Tanda Vital

Kurang pengetahuan

1.

cara merawat luka

2. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan luka

berhubungan dengan

3. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga

tidak ada nya


informasi

tentang cara merawat luka

1. TD : 110/70
N : 80x/menit
R : 22x/menit
S : 36,50C
2. Klien mengatakan skala nyeri 3
(0-10)
3. Klien melakukan tarik nafas
dalam
4. Klien memenuhi kebutuhannya
secara mandiri
5. Klien terlihat tirah baring dengan
keadaan rileks
6. Klien mau diberi obat, klien
mengatakan nyeri berkurang
1. TD : 110/70
N : 80x/menit
R :22x/menit
S :36,50C
2. Klien sudah tahu tentang cara
merawat luka , tetapi masih

81

belum paham
3. Klien dan keluarga
mendengarkan informasi yang
diberikan

10.30 WIB

Resiko tinggi infeksi

1. Mengkaji Tanda Tanda Vital

berhubungan dengan

2. Mengobservasi keadaan luka

luka Post Sectio

3. Melakukan perawatan lukadengan prinsip aseptik

Caesarea

4. Berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian


antibiotik cefotaxime 2x1 gram

1. TD :110/70
N :80x/menit
R :22x/menit
S :36,50C
2. Luka terlihat bersih, tidak ada
kemerahan, tidak ada push/
nanah.
3. Klien sudah diganti balutan ,
ekspresi klien rileks saat diganti
balutan , luka tidak ada pus
4. Klien mau diberikan obat
Antibiotik

82

3.6

Evaluasi Keperawatan
TANGGAL

NO

/WAKTU

DIAGNOSA

EVALUASI

19-02-2015
14.0 IB

S : Klien mengatakan masih terasa nyeri


1

O : Klien tampak meringis , skala nyeri 8 dari 0-10


A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S :Klien mengatakan masih belum paham tentang cara merawat

14.05 WIB

luka
2

O :Klien masih tampak bingung ketika ditanya tentang merawat


luka
A: Masalah belum teratasi
P :Intervensi dilanjutkan

PARAF

83

14.10 WIB

S : Klien mengatakan nyeri nya masih terasa


O : Wajah klien tampak meringis , skala nyeri 8 dari 0-10
3

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan

20-02-2015

S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang

14.00 WIB

O : Ekspresi wajah klien sudah lebih rileks , skala nyeri 6 dari 0-10
1

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

14.05 WIB

S : Klien dan keluarga mengatakan sudah tahu tentang cara


merawat luka tetapi masih belum paham
2

O : Klien bisa menjawab saat ditanya tentang merawat luka tetapi


masih agak bingung
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

14.10 WIB

S:Klien mengatakan luka tidak terasa panas dan gatal


3

O: - Klien terlihat tenang


-Tidak terdapat rembesan luka
82

84

- Verband luka tampak kering dan bersih


A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
21-02-2015

S : Klien mengatakan nyeri sudah sangat berkurang , klien juga

14.00 WIB

mnegatakan sudah bisa berjalan


O : Klien tampak sangat rileks , skala nyeri 3 dari 0-10 , klien
1

sudah bisa berjalan , klien sudah bisa mengendalikan nyeri dengan


tarik nafas dalam
A : Masalah tertasi
P : Intervensi dipertahankan

14.05 WIB

S : Klien mengatakan sudah mengertahui dan sudah paham tentang


cara merawat luka
2

O : Klien mampu menjawab ketika ditanya tentang cara merawat


luka
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan

85

14.10 WIB

S : Klien mengatakan lukanya tidak terasa gatal dan tidak terasa


panas
O : - Luka tidak ada kemerahan
- Luka tidak bengkak dan tidak terdapat pus
-Tidak terdapat darah
3

- Tidak tedapat peningkatan suhu.


-Luka tidak berbau
-Tidak terdapat perubahan fungsi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan

85

BAB IV
PEMBAHASAN

Bab IV berisi pembahasan, penulis akan menulis kesenjangan yang ada


antara teori dan tinjauan kasus asuhan keperawatan pada Ny.R

dengan rasa

nyaman : nyeri berhubungan dengan luka post op Sectio Caecaria hari ke-1
indikasi CPD (Chepalo Pelvik Disproportion ).
Asuhan keperawatan adalah proses rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yangn menggunakan

langsung diberikan kepada pasien ,pada

bebrbagai tantanan pelayanan kesehatan ,dengan menggunakan metodologi proses


keperawatan Dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan
kegiatan yang dilakukan adalaah dalam peningkatan kesehatan,pencegahan
penyakit,penyembuhan dan pemulihaan.
Dalam membahas asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan lima tahap
proses keperawatan, implementasi dan evaluasi.

4.1

Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawaatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah- masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan pasien, baik fisik, mental,sosial, dan lingkungan
Pada tinjauan kasus dilakukan pengkajian pada tanggal

19-21

Februari 2015 didapatkan data Ny. R, berumur 22 tahun, suku Jawa, bangsa

86

87

Indonesia, agam Islam,pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga,alamat


Kanggeraksan Selatan RT/ RW02/03 status perkawinan menikah, pasien
mengatakan tidak tahu cara perawatan luka post sectio caesarea.
Pengkajian yang dilakukan,jika dibandingkan dengaan

tinjauan

kepustakaan yang ada tidak ada perbedaannya karna semua langkah-langkah


pengkajian dimulai dari tahap pengkajian telah dilakukan dengan
baik,sesuai dengan teori yang ada pada tinjauan kepustakaan langkahlangkah pengkajian dimulai dari pengumpulan data, menganalisa,
mengklasifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan.
Pada tahap penkajian ini penulis tidak menemukan kendala yang
berarti dalam pengumpulan data dan mencari informasi yang berhubungan
dengan pemeriksaan, karna berkat dan dukungan dan kerjasama yang baik
dari pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan.

4.2

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan
respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual /
potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal
mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan atau mengurangi, menyingkirkan atau mencegah
perubahan.

88

a. Ketidak nyamanan : Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma


pembedahan, efek-efek anastesia, efek-efek hormonal kandung kemih /
abdomen.
b. Resiko infeksi. Faktor resiko dapat meliputi trauma jaringan / kulit rusak,
penurunan Hb, prosedur invasi dan atau peningkatan pemanjanan
lingkungan,pecah ketuban lama, mainutrisi.
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perubahan fisiologis,
periode pemulihan, perawatan diri dan
berhubungan

dengan

kurang

ketuban dan perawatan bayi

pemanjaan/

mengingat,

kesalahan

interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber.


d. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma / diversimekanis
efek-efek hormonal (perpindahan cairan dan /atau peningkatan aliran
plasma ginjal), efek efek anastesi
e. Kurang

perawatan

diri

berhubungan

efek

efekanastesia,

penurunankekuatan dan ketahanan,ketidaknyamanan fisik.


Sedangkan dalam studi kasus ini sesuai kebutuhan pasien ditegakan 3
diagnosa keperawataan yaitu :
a. Nyaman : nyeri berhubungan dengan luka Post Op Sectio Caesarea
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
cara merawat luka
c. Resiko infeksi tinggi infeksi berhubungan dengan luka Post Op Sectio
Caeserea

89

Dari data diatas, terdapat 6 diagnosa pada teori yang tidak ditemukan
pada kasus yaitu :
a. Resiko Cedera. Faktor resiko dapat meliputi fungsi biokimia atau
regulasi (missal : hipotensi ortostatik,adanya eklamsia),efek-efek
anestesia, tromboemboli, profil darah abnormal (anemia/kehilangan
darah berlebihan, sensitivitas terhadap rubella,inkompatibilitas Rh),
trauma jaringan. Diagnosa ini tidak diangkat karna pada saat pengkajian
tidak ditemukan adanya faktor- faktor yang dapat menimbulkan cidera
b. Resiko cidera.Faktor resiko dapat meliputi fungsi biokimia atau regulasi
misalnya,

hipotensi,ortostatistikatau

tromboemboli,

profil

darah

eklamsia,efekefek

abnormal

anestesia,

(anemia/kehilangan

darah

berlebihan, sensitifitas terhadap rubella, inkompatibilitas Rh) trauma


jaringan.
c. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma/difersi mekanis
efek-efek hormonal (perpindahan dan atau peningkatan aliran plasma
ginjal.
d. Kurang

perawatan

diri

berhubungan

dengan

efek-efek

anastesia,penurunan kekuatan dan ketahanan,ketidak nyamanan fisik.


Sedangkan diagnosa yang terdapat dalam teori dan muncul di kasus yaitu :
a. Ganguan rasa Nyaman nyeri berhubungan dengan luka post Op Diagnose
ini ditemukan pada kasus karena luka Post Operasi Sectio Caeserea.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kuranngnya informasi tentang
cara merawat luka.

90

c. Resiko ganguan infeksi tinggi infeksi berhubungan dengan luka Post


Operasi Sectio Caesarea.

4.3

Perencanaan
Dari Tiga masalah keperawatan yang muncul pada kasus, selanjutnya
dibuat

rencana

keperawatan

sebagai

tindakan

pencegah

masalah

keperawatan yang ada,kemudian menentukan tindakan yang tepat.


Rencana telah dilakukan sesuaidengan kondisi klien dan ternyata tidak
adakesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataa tidak ada
kesejangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada. Dimana
semua rencana yang terara dalam teori juga di rencanakan pada kasus.

4.4

Implementasi
Dalam melaksanakan intervensi keperawatan penulis tidak mendapat
hambatan yang berarti, semua intervensi (rencana tindakan)dapat terlaksana
dengan melibatkan klien dan keluarganya, klien bersikap lebih terbuka,
koperatifdan mudah diajak kerjasama, mudah menerima penjelasan dan
saran serta klien berpatisipasi aktif dalam tindakan keperawatan.

4.5

Evaluasi
Evaluasi pada klien post partum dilakukan secara sumatif.Evaluasi
secara formatif telah dilaksanakan secara terus menerus
setiap langkah perkembangan kesehatan klien.

untuk menilai

91

Pada evaluasi sumatif dilaksanakan sesuai dengn waktu yang ada pada
perencanaan dengan hasil tidak ditemukan komplikasi yang membahayakan
baik dari ibunya dan tidak terdapat infeksi pada luka Post Operasi Sectio
Caesereaseta orang tua dapat menerima kehadiran bayinya.
SOAP ( Subyektif,Obyektif, Assesment/ Analisa dan Planning )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, masalah
teratasi, hal ini ditunjang dengan pasien mengatakan nyeri sudah sangat
berkurang , skala nyeri 3 dari 0-10 , klien sudah bisa bergerak, wajah klien
terlihat lebih segar, bedasarkan data tersebut penulis mempertahankan
intervensi, penulis menganjurkan klien untuk meminum obat dan untuk
kontrol ke Dokter.
4.6

Faktor Pendukung dan penghambat


a. Faktor Pendukung
1. Adanya kerja sama yang baik dengan petugas ruangan dan keadaan
klien dan keluarga yang kooperatif dalam melaksanaakan tindakan.
2. Adanya partisipasi dari pembimbing mahasiswa praktek dan
pengambilan kasus.
3. Keluarga klien yang sangat kooperatif dalam menerima

semua

anjuran tim kesehatan yang menujang kesembuhan klien.


b. Faktor Penghambat
1. Diperolehnya data yang bebeda antara anggota keluarga klien untuk
perumusan rencana tindakan .
2. Pengguna bahasa yang kadang tidak dimengerti oleh penulis.

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Setelah menguraikan tinjauan teori dan tinjauan kasus serta
perbandingan dari keduanya dalam penerapan asuhan keperawatan pada
klien Ny. R dengan gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka
Post Operasi Sectio Caeserea Hari ke -1 maka penulis dapat menarik
kesimpulan :
1. Pengkajian
Pada pengkajian Ny.R umur 22 tahun dengan gangguan rasa nyaman
:nyeri berhubungan dengan gangguan luka Post Operasi Sectio Caesarea
hari ke-1 Untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif
2. Diagnosa
Pada diagnosa Post Operasi Sectio Caesarea terdapat tiga
diagnosa yang ditemukan yaitu :
a. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan luka Post Operasi
Sectio Caesarea skala dari 8 dari( 0-10)
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang cara merawat luka .
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka Post OperasiSectio
Caesarea.

92

93

3. Intervensi semua intervensi keperawatan pada kasus dapat di


implementasikan dengan hasil tindakan teratasi. Hal ini disebabkan
karena klien dan keluarga kooperatif pada saat implementasi.
4. Implementasi
Dalam

melakukan

implementasi

keperawatan,disesuaikan

dengan

rencana tindakan yang adadan implementasi dilakukan selama 3 hari.


5. Evaluasi dilakukan menggunakan evaluasi sumatif dan evaluasi formatif
yang

terdiri

dari

Subjektif,Objektif,

Assesment,

dan

Planning

(SOAP)selama 3 hari.

5.2

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran
sebagi berikut
1. Penulis
Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai
masalah keperawatan mengenai Post OperasiSectio Caesaria.
2. Instansi
a. Pendidikan Keperawatan
Sebagai bahan masukan pada Ny. R dalam Asuhan Keperawatan
mengenai Klien dengan gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan luka Post Operasi Sectio Caesaria hari ke- 1 indikasi CPD.

94

b. Rumah Sakit
Asuhan keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanaan keperawatan
khususnya pada klien dengan gangguan rasa nyaman: nyeri dengan
luka Post OperasiSectio Caesaria hari ke- 1 indikasi CPD.
c. Bagi Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memmberi sumbangan pemikiran
dan informasi di bidang keperawatan maternitas tentang asuhan
keperawatan

dengan gangguan rasa nyaman: nyeri

berhubungan

dengan luka Post OperasiSectio Caesaria hari ke -1 indikasi CPD.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Adjie, Seno.2002. Efektifitas Asuhan Antenatal. Jakarta: Buletin Perinasia.

2.

Ahmad, Rahwan. 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya


Persalinan Caesar

3.

Dinas Kesehatan RI. Profil Dinkes Propinsi. 2009

4.

Medical Record RSUD Gunung Jati

5.

Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka

6.

Wiknjosastro, Gulardi. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR. 2008

7.

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba


Medika

8.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC

9.

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

10. Davis Gordon B,.1994. Management Sistem Informasi. TP.Midas Surya


Grafindo. Jakarta.
11. Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
danPraktik. Jakarta : EGC. 1997.

92

92

93

LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Dengan ini saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama

: Ny. R

Umur

: 22 Tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Kanggraksan Selatan Cirebon

Menyatakan

dengan

bahwa

saya

BERSEDIA

menjadi

pasien

dalam

penatalaksaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Gangguan Rasa


Nyaman Nyeri Hari Ke-1 Indikasi Gagal Induksi dan Pre-Eklampsi Berat (PEB)
Di Ruang Melati RSUD Gunung Jati Kota Cirebn Tahun 2014 yang dilakukan
oleh :
Nama

: Ratna Ayu Ningsih

NIM

: 4201.0412.032

Program Studi : D III Keperawatan


Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Cirebon, Maret 2015
Yang Membuat Pernyataan,
Pasien,

Ny. R

94

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KELUARGA BERENCANA

(SAP KB)

Topik

: KELUARGA BERENCANA (KB)

Sasaran

: Pasien Rawat Inap

Tempat

: RS Gunung Jati

Penyuluh

: Mahasiswa

Hari/Tanggal

: Sabtu, 20 Februari 2015

Waktu

: Pukul 08.00 WIB

A. Tujuan Intruksional Umum


Pada akhir proses penyuluhan, pasien rawat jalan yang periksa dan
mengantar pijat untuk bayinya telah mengetahui pentingnya pemakaian KB
hormonal dan KB non hormonal.

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan, ibu ibu mampu :
1. Menjelaskan pengertian KB
2. Menjelaskan tujuan KB
3. Menjelaskan macam-macam KB
4. Menjelaskan manfaat KB.
5. Menjelaskan tempat-tempat pelayanan KB.

95

C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Media
1. Power Point
2. Leaflet

E. Materi
1. Pengertian KB
2. Tujuan KB
3. Macam-macam KB
4. Manfaat KB
5. Tempat-tempat pelayanan KB

96

F. Rencana Kegiatan Pendidikan Kesehatan


No
Waktu
1
5 menit

2.

3.

4.

20 menit

15 menit

5 menit

Rencana Kegiatan
Pembukaan :
Membuka
kegiatan
dengan mengucapkan
salam.
Memperkenalkan diri.
Menjelaskan
tujuan
dari penyuluhan.
Menyebutkan materi
yang akan diberikan.
Pelaksanaan :
Menggali pengetahuan
audience tentang KB
Menjelaskan
pengertian KB
Menjelaskan tujuan
KB
Menjelaskan macammacam KB
Menjelaskan manfaat
KB
Menjelaskan tempattempat pelayanan KB
Evaluasi
Memberikan
kesempatan kepada
audience untuk
bertanya.
Menanyakan pada
audience tentang
materi yang telah
diberikan dan
memberikan
reinforcement pada
audience bila mampu
menjawab pertanyaan.
Terminasi :
Mengucapkan terima
kasih atas peran serta
audience.
Mengucapkan salam
penutup.

Kegiatan Responden
Menjawab salam
Mendengarkan
Memperhatikan
Memperhatikan
Mengungkapkan
pengetahuannya
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Bertanya
Menjawab pertanyaan

Mendengarkan
Menjawab salam

97

G. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur
1. Audience pasien rawat jalan di RB Kharisma Husada bersedia diberi
penyuluhan 100%
2. Persiapan materi yang disampaikan.
3. Persiapan media yang digunakan.
4. Persiapan tempat yang digunakan.
5. Persiapan audience yang akan diberikan penyuluhan.
6. Kontrak waktu dengan rawat jalan sebelumnya.
7. Evaluasi Struktur
Evaluasi Proses
1. Audience antusias terhadap materi penyuluhan.
2. Audience tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
3. Audience mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4. Audience mampu mendemonstrasikan apa yang diajarkan oleh penyuluh.
Evaluasi Hasil
1. Audience mampu menjelaskan pengertian KB
2. Audience mampu menjelaskan tujuan KB
3. Audience mampu menjelaskan macam-macam KB
4. Audience mampu menyebutkan minimal 3 manfaat KB
5. Audience mampu menyebutkan minimal 3 tempat pelayanan KB

98

MATERI

A. Pengertian
Keluarga

berencana

adalah

salah

satu

usaha

untuk

mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan


kemandulan dan penjarangan kehamilan, atau salah satu usaha untuk
membantu keluarga termasuk individu merencanakan kehidupan berkeluarga
dengan baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
Kontrasepsi merupakan pencegahan terjadinya kehamilan/konsepsi
(bukan aborsi). Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan untuk
mencegah terjadinya suatu kehamilan.

B. Tujuan KB
Tujuan KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang
menjadi dasar terwujudnya masyarakat sejahtera dengan mengendalikan
kelahiran

sekaligus

menjamin

terkendalinya

pertumbuhan

Sedangkan menurut RENSTRA 2005-2009 tjuan KB meliputi:


1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan

penduduk.

99

6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya


7. Penduduk umbuh seimbang
C. Macam Macam KB
Ada berbagai macam alat kontrasepsi di Indonesia. Terdiri dari KB hormonal,
non hormonal, alamiah, dan kontrasepsi mantap.
1. Adapun KB hormonal
Efek samping dari metode kontrasepsi hormonal ini adalah:
1) Menstruasi menjadi tidak teratur atau tidak mens sama sekali (kecuali
pil)
2) Kenaikan berat badan
3) Muncul flek hitam pada wajah
4) Mual, pusing, atau muntah
Cara kerja:
1) Menekan ovulasi
2) Mencegah implantasi
3) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh sperma
4) Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur juga terganggu
Pil oral kombinasi
a) Afektif dan reversible
b) Harus diminum setiap hari
c) Efek samping yang serius jarang terjadi
d) Efek samping yang sering timbul yaitu mual dan bercak perdarahan
atau spotting

100

e) Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui


f) Dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat
Jenis-jenis pil oral kombinasi, yaitu:
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama dengan 7
tablet tanpa hormon aktif
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
Kelebihan pil oral kombinasi, yaitu:
a) Memiliki efektifitas yang tinggi
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid teratur, tidak terjadi nyeri haid
e) Dapat

digunakan

jangka

panjang

selama

wanita

itu

ingin

menggunakannya
f) Mudah diberhentikan setiap saat dan kesuburan akan kembali setelah
diberhentikan
g) Untuk kontrasepsi darurat

101

Kekurangan pil oral kombinasi, yaitu:


a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
c) Perdarahan bercak/spotting terutama 3 bulan pertama
d) Nyeri payudara, BB mengalami kenaikan, tidak untuk wanita
menyusui
e) Meningkatkan TD
Suntik
1) Suntik progestin
Merupakan metoda kontrasepsi yang efektif, aman, dapat dipakai oleh
semua WUS, kembalinya ke kesuuburan lebih lambat (4 bulan), cocok
untuk masa laktasi karena tidak mempengaruhi ASI.
Jenis-jenis suntik progestin
a) DMPA mengandung 150 mg DMPAyang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntikkan IM
b) Depo Noristerat yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat
dengan cara disuntikan IM dalam
Kelebihan suntik progestin, yaitu:
a) Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang
b) Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
c) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak pada
penyakit jantung
d) Tidak berpengaruh terhadap ASI

102

Kekurangan suntik progestin, yaitu:


a) Sering

ditemukan

gangguan

haid

seperti

spotting,

siklus

memanjang dan memendek


b) Klien bergantuung pelayanan kesehatan dan tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktu
c) Peningkatan BB dan terlambanya kembali ke kesuburan setelah
penghentian pemakaian
2) Suntik kombinasi
Merupakan

jenis

suntikan

yang

terdiri

atas

25

mg

Depo

Medroksiprogesteron Asetat 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan


injeksi IM 1 bulan sekali
Kelebihan suntik kombinasi, yaitu:
a) Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak mempengaruhi hubungan
suami istri
b) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam dan metode jangka panjang
c) Efek samping yang kecil
d) Klien tidak perlu menyimpann obat suntik
Kekurangan suntik kombinasi, yaitu
a) Terjadi perubahan pola haid, apotting, perdarahan sela sampai 10
hari
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
c) Ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan
d) Peningkatan BB dan terlambat kembali kesuburannya

103

3) Implan
Efektif 5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang ), 3 tahun untuk
Indoplan/Implano, klien merasa kenyamanan, dapat dipakai oleh
semua ibu usia reproduksi, pemasangan dan pencabutan memerlukan
pelatihan, kesuburan akan kembali setelah dicabut, efek samping
utama berupa perdarahan tidak teratur, bercak dan aminorhea dan
aman dipakai saat menyusui.
Keuntungan implant, yaitu:
a) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5 tahun),
pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
b) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengarus
estrogen, tidak mengganggu coitus dan tidak mempengaruhi ASI
c) Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat dilakukan
pencabutan setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Kekurangan implant, yaitu:
a) Perubahan pola haid
b) Nyeri kepala dan nyeri dada
c) Peningkatan/penurunan BB
d) Memerlukan pembedahan minor untuk pemasangan dan pelepasan

104

2. KB non hormonal
a) AKDR (IUD)
Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma masuk tuba fallopi.
2) Mencegah implantasi telur dalam uterus.
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Keuntungan IUD, yaitu:
1) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
2) Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual.
3) Tidak mempengaruhi ASI.
4) Metode jangka panjang
5) Dapat digunakan sampai menopouse.
Efek samping penggunaan IUD:
1) Menstruasi menjadi lebih lama dan banyak
2) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama)
3) Perdarahan irreguler (spotting) di antara menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
b) Kondom
Cara kerja:
1) Menghalangi bertemunya sperma dan sel telur.
2) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan
lain.

105

Keuntungan kondom, yaitu:


1) Tidak mengganggu produksi ASI.
2) Mencegah PMS
3) Mencegah ejakulasi dini.
4) Mencegah terjadinya kanker serviks.
5) Mencegah imunoinfertiltas.
6) Murah dan dapat diberi secara umum.
7) Memberi dorongan suami untuk ber KB.
Efek samping:
1) Kondom rusak atau bocor sebelum berhubungan
2) Alergi
3) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
3. KB yang tanpa memakai alat apapun (alamiah)
1. Coitus interuptus (senggama terputus)
Adalah suatu metode koontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum
terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna
wanita. Cara kerja: alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina. Dengan demikian tidak ada
pertemuan antara apermatozoa dengan ovum sehingga kehamilan dapat
dicegah.
Keuntungan:
1) Efektif bila dilaksanakan dengan benar
2) Tidakk mengganggu produsi ASI

106

3) Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya


4) Tidak ada efek samping
5) Tidak memerlukan alat
2. Kalender
Metode KS dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur,
effektivitasnya 75%-80%, pengertian antar pasangan harus ditekankan,
faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur dan siklus haid yg
tidak teratur Masa subur siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek
dikurangi 18.
3. MAL (metode amenorrea laktasi)
Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif. MaL dapat dipakai sebagai kontraseepsi bila: menyusui secara
penuh, lebih efektif jika pemberian belum haid, usia bayi kurang dari 6
bulan. Efektifitasnya sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan
pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya yaitu menunda atau
menekan ovulasi.
Keterbatasannya:
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam
30 menit pasca persalinan
2) Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial
3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan

107

4) Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual, termasuk hepatitis B


(HBV) dan HIV/AIDS.
5) Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara
eksklusif, bayinya berusia kurang dari 6 bulandan belum mendapat haid
setelah melahirkan.
4. Kontrasepsi mantap terdiri dari:
a) Tubektomi (MOW)
Pengikatam/pemotongan tuba fallopi kiri dan kanan pada wanita untuk
mencegah transport ovum dari ovarium melalui tuba ke arah uterus,
dilakukan dengan cara operasi, effektivitas : tinggi, reversibilitas: rendah,
disebut kontrasepsi mantap
b) Vasektomi (MOP)
Pengikatan/pemotongan vas defferen kiri dan kanan pada pria untuk
mencegah transport spermatozoa dari testis, dilakukan dengan cara
operasi kecil / minor surgery, effektifitas : tinggi, reversibilitas : rendah,
disebut kontrasepsi mantap.
D. Manfaat KB
1. Perbaikan kesehatan badan ibu
2. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anaak, beristirahat, dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.
3. Perkembangan fisik, mental dan sosial anak lebih sempurna.
4. Perencanan kesempatan pendidikan yang lebih baik.

108

E. Tempat Tempat Pelayanan KB


1. Rumah sakit pemerintah atau swasta
2. PUSKESMAS
3. Apotik
4. Tempat praktek dokter swasta/ Bidan
5. Toko obat

109

DAFTAR PUSTAKA

Arum, DNS dan sujiyatini. 2009. Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini.


Mitra Cendikia Press: Yogyakarta.
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi.
Salemba Medika: Jakarta.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media

110

111

112

113

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
1. Nama

: Ratna Ayu Ningsih

2. Tempat / tanggal lahir : Cirebon, 01 Agustus 1993


3. Jenis kelamin

:Perempuan

4. Agama

:Islam

5. Suku/ Bangsa

:Jawa/ Indonesia

6. Alamat

:Desa Pegagan RT.01/02

Kec. Palimanan Kab. Cirebon

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD

: Tahun 2006 tamat dari SD Negri 1Pegagan

2. SMP

:Tahun 2009 tamat dari MTS N Palimanan

3. SMA

:Tahun 2012 tamat dari MA Islamic Centre

4. DIPLOMA III

:Program Studi Diploma III Keperawatan


STIKes Cirebon

You might also like