You are on page 1of 3

Free radikal atau oksidan adalah molekul dengan sifat-sifatnya:

1. Tidak stabil di dalam sel


2. Mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya
3. Bersifat reaktif dalam mencari pasangan elektronnya, yang biasanya diambil
dari sel tubuh lain. Hal inilah yang merusak sel-sel tubuh
4. Dapat merusak bio molekul penting di dalam sel-sel, berefek pada gangguan
jantung dan kanker
5. Efek langsung dari kondisi ini adalah penuaan dini.
6. Dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel
hidup seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat
7. Mengakibatkan reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang
jumlahnya dapat terus bertambah.
8. Apa pun cemaran di sekitar kita dapat menjadi sumber oksidan. Termasuk
sisa-sisa metabolisme tubuh, sehingga tubuh kita sendiri dapat memproduksi
oksidan.
9. dll.
Oksidan adalah sebagian yang mungkin dapat dikeluarkan dengan bekam. Ada
substansi-substansi lain lebih dominan yang dikeluarkan dengan bekam, seperti
darah statis, toxic. Karena itulah kami di ABI menggunakan istilah yang lebih umum
tentang apa yang dikeluarkan dengan bekam, yaitu darah statis. Sementara ana
sendiri menggunakan istilah substansi patologis.

Radikal Bebas
Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal
bebas (free radical) dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit
diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Tampaknya,
oksigen merupakan sesuatu yang paradoksal dalam kehidupan. Molekul ini sangat
dibutuhkan oleh organisme aerob karena memberikan energi pada proses
metabolisme dan respirasi, namun pada kondisi tertentu keberadaannya dapat
berimplikasi pada berbagai penyakit dan kondisi degeneratif, seperti aging, artritis,
kanker, dan lain-lain .
Menurut Soeatmaji (1998), yang dimaksud radikal bebas (free radical) adalah suatu
senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak
berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan
menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara
menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya.
Seringkali pengertian oksidan dan radikal bebas dianggap sama karena keduanya
memiliki kemiripan sifat. Kedua jenis senyawa ini juga memiliki aktivitas yang sama

dan memberikan akibat yang hampir sama, meskipun melalui proses yang berbeda.
Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk
menarik elektron di sekelilingnya. Berdasarkan sifat ini, radikal bebas dianggap
sama dengan oksidan. Pemahaman radikal bebas sebagai oksidan memang tidak
salah, tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidan merupakan radikal bebas.
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingakan dengan senyawa oksidan non-radikal.
Hal ini berkaitan dengan tingginya reaktivitas senyawa radikal bebas tersebut, yang
mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Bila senyawa radikal baru
tersebut bertemu dengan molekul lain, akan terbentuk radikal baru lagi, dan
seterusnya sehingga akan terjadi reaksi berantai (chain reactions).
Reaktivitas radikal bebas merupakan upaya untuk mencari pasangan elektron.
Sebagai dampak kerja radikal bebas tersebut, akan terbentuk radikal bebas baru
yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil untuk berpasangan
dengan radikal sebelumnya. Namun, bila dua senyawa radikal bertemu, elektronelektron yang tidak berpasangan dari kedua senyawa tersebut akan bergabung dan
membentuk ikatan kovalen yang stabil. Sebaliknya, bila radikal bebas bertemu
dengan senyawa bukan radikal bebas, akan terjadi 3 kemungkinan:
1. Radikal bebas akan memberikan elektron yang tidak berpasangan (reduktor)
kepada senyawa bukan radikal bebas.
2. Radikal bebas menerima elektron (oksidator) dari senyawa bukan radikal bebas.
3. Radikal bebas bergabung dengan senyawa bukan radikal bebas.
Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein,
serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari ketiga molekul target tersebut, yang
paling rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh .
Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan rancidity
oxidative, yaitu melalui 3 tahapan reaksi berikut:
1. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas.
Misalnya:
Fe++ + H2O2 Fe+++ + OH + OH
R1-H + OH R1 + H2O
2. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal.
R2-H + R1 R2 + R1-H
R3-H + R2 R3 + R2-H
3. Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau
dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah.
R1 + R1 R1- R1
R2 + R1 R2- R1
R2 + R2 R2- R2 dan seterusnya.
Tanpa disadari, dalam tubuh kita terbentuk radikal bebas secara terus-menerus,
baik melalui proses metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi, dan
akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh, seperti polusi lingkungan,

ultraviolet (UV), asap rokok, dan lain-lain. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari
senyawa lain yang sebenarnya bukan radikal bebas. Misalnya, hidrogen peroksida
(H2O2), ozon, dan lain-lain. Kedua kelompok senyawa tersebut sering diistilahkan
sebagai Senyawa Oksigen Reaktif (SOR) atau Reactive Oxygen Species (ROS)
Senyawa radikal bebas di dalam tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda
pada membran sel. Akibatnya, dinding sel menjadi rapuh. Senyawa oksigen reaktif
ini juga mampu merusak bagian dalam pembuluh darah sehingga meningkatkan
pengendapan kolesterol dan menimbulkan aterosklerosis. Senyawa radikal bebas ini
juga berpotensi merusak basa DNA sehingga mengacaukan sistem informasi
genetika, dan berlanjut pada pembentukan sel kanker. Jaringan lipid juga akan
dirusak oleh senyawa radikal bebas sehingga terbentuk peroksida yang memicu
munculnya penyakit degeneratif. Diplock (1991) berpendapat bahwa kerusakan
molekul protein oleh senyawa oksigen reaktif akan menimbulkan penyakit katarak
Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya
aktivitas enzim antioksidan dan tingginya kadar malondialdehid (MDA)
Rujukan
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan. Cet. I; Yogyakarta: Kanisius
Oksidan adalah zat yang bisa mengoksidasi zat lain tapi belum tentu ia berada
dalam keadaan kekurangan elektron pada orbit terluarnya. Misalkan hidrogen
peroksida (H2O2), ia bisa mengoksidasi zat lain, misalkan lemak, tapi ia bukan
radikal bebas sebab ia tidak memiliki elektron tidak berpasangan pada orbit
terluarnya.

You might also like