Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul Perdarahan pada Kehamilan Muda. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dalam menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini kedepannya agar lebih baik lagi.
Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis,
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 2
A. Abortus.........................................................................................................2
1. Definisi ................................................................................................... 2
2. Etiologi ................................................................................................... 2
3. Patogenesis.............................................................................................. 3
4. Klasifikasi Abortus Berdasarkan Jenis Tindakan ................................... 3
5. Jenis Dan Derajat Abortus, Diagnosis,
Tanda Gejala dan Penatalaksanaanya...................................................... 3
6. Komplikasi ............................................................................................. 9
B. Kehamilan Ektopik .....................................................................................10
1. Definisi ...................................................................................................10
2. Etiologi ...................................................................................................10
3. Patogenesis .............................................................................................11
4. Prognosis ................................................................................................11
5. Klasifikasi Kehamilan Ektopik Bedasarkan Lokasinya .........................12
6. Tanda dan Gejala ....................................................................................12
7. Diagnosis ................................................................................................13
8. Penatalaksanaan .....................................................................................13
9. Komplikasi..............................................................................................13
C. Mola Hidatidosa...........................................................................................14
1. Definisi ...................................................................................................14
2. Etiologi ...................................................................................................14
3. Prognosis ................................................................................................14
4. Patogenesis .............................................................................................14
5. Tanda dan Gejala ....................................................................................15
6. Diagnosis ................................................................................................15
7. Komplikasi .............................................................................................16
8. Penatalaksanaan .....................................................................................16
BAB III CONTOH KASUS...................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................22
BAB V PENUTUP ..................................................................................................25
A. Simpulan ................................................................................................25
B. Saran .......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut yang
dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan kematian. sebanyak 20% wanita
hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami
abortus. Hal ini tentu akan menimbulkan ke tidak berdayaan dari wanita sehingga
ditinjau dari suatu kesehatan akan sangat ditanggulangi untuk meningkatkan
keberdayaan seorang wanita. Ada beberapa keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan pada
awal kehamilan seperti imlantasi ovum, karsinoma servik, abortus, mola hidatidosa,
kehamilan ektopik, menstruasi, kehamilan normal, kelainan lokal pada vagina servik
sepertivarises, perlukaan, erosi dan polip.
Semua keadaan ini akan menurunkan keberdayaan seorang wanita. Maka
semua wanita dengan peradarahan pervagina selama kehamilan seharusnya perlu
penanganan dokter spesialis. Peranan USG vaginalsmear, pemeriksaan hemoglobin,
fibrinogen pada pada missed abortion, pemeriksaan incomptabiliti ABO dan lain-lain,
sangat diperlukan. Setiap perdarahan pada awal kehamilan dapat dianggap akan
mengancam kelangsungan kehamilan. Dalam hal ini perlu diketahui hari pertama haid
terakhir, tanda kehamilan, riwayat keluarga berencana, riwayat ginokologi jumlah
perdarahan. Demikian juga dalam hal ini perlu pemeriksaan penunjang seperti USG
dan Test kehamilan, menyatakan apakah janin hidup atau memang suatu kehamilan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa ?
2. Apakah yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, kehamilan ektopik dan mola
hidatidosa ?
3. Apa saja tanda dan gejala pada ibu hamil yang mengalami abortus, kehamilan
ektopik dan mola hidatidosa ?
4. Bagaimana cara melakukan penangan pada bumil yang mengalami abortus,
kehamilan ektopik dan mola hidatidosa ?
5. Komplikasi apakah yang dapat terjadi pada ibu hamil yang mengalami abortus,
kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa ?
C. Tujuan
Kami membuat makalahini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa serta untuk melengkapi tugas
dari dosen kami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
A. ABORTUS
1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan yang dimana berat janin kurang dari 500 gram dengan umur kehamilan
kurang dari 20 minggu. (Marmi, 2012)
Abortus adalah ancaman atau pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan, batasanya ialah kurag dari 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram. (Prawirohrdjo, 2010)
2. Etiologi
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian
janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan hasil pertumbuhan konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
pertemuan kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap menerima implantasi hasil konsepsi
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b. Kelainan pada plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi
2) Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya padadiabetes melitus.
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
c. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta.
1) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan sifilis.
2) Anemia ibu, melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi
retroplasenta.
3) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
penyakit DM.
d. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin, keadaan
abnormal seperti ioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi pada
serviks), robekan serviks postpartum dapat mengakibatkan abortus. (Manuaba,
1998)
3. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan disekiarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya., sehingga merupkan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isisnya. Pada
kehamilan yang kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua lebih dalam., sehingga
hasil konsepsi mudah dilepaskan.
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desisua lebih
dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan secara sempurna yang dapat
menyebakan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umunya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul dengan plasenta.
Perdarahan jumlahnya tidak akan banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. (Khumaira, 2012)
4. Klasifikasi Abortus Berdasarkan Jenis Tindakan
a. Abortus spontan (keguguran) yaitu abortus yang berlangsung tanpa tindakan.
b. Abortus provokatus yaitu pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat
suatu tindakan. Abortus provokatus dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
1) Abortus provokatus terapeutik
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum
janin mampu hidup. Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik
diantaranya adaslah penyakit jantung persisten dengan riwayat
dekompensasi kordis, penyakit vaskuler hipertansi tahap lanjut, karsinoma
serviks invasif, dan lian-lain.
2) Abotus provokatus kriminalis
Merupakan terminasi kehamilan sebelum janin mampu hidup, atas
permintaan wanita bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit janin
atau gangguan kesehatan ibu. (Khumaira, 2012)
5. Jenis dan Derajat Abortus , Diagnosis, Tanda Gejala, dan Penatalaksanaan
a. Abortus imminens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum usia 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih didalam uterus dan tanpa dilatasi serviks. Pada
kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
1) Tanda dan Gejala
a) Perdarahan sedikit atau bercak
b) Kadang disertai rasa mulas (kontraksi)
c) Periksa dalam belum ada pembukaan
d) Palpasi : tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan
e) Hasil tes kehamilan (+)/positif
2) Diagnosis
a) Anamnesis
Nyeri perut tidak ada atau ringan.
b) Pemeriksaan dalam
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetius yang telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih dalam kandungan
1) Tanda dan gejala
a) Gejalanya seperti abortus imminens yang kemudian menghilang secara
spontan disertai kehamilan menghilang.
b) Denyut jantung janin tidak terdengar
c) Mules sedikit
d) Ada keluaran dari vagina
e) Uterus tidak membesar tapi mengecil
f) Mammae agak mengendor/payudara mengecil
g) Ammenorhea berlangsung terus
h) Tes kehamilan negatif
i) Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya
sesuai dengan usia kehamilan
j) Biasanya terjadi pembekuan darah
2) Diagnosis
a) Anamnesa
Perdarahan bisa ada/tidak
Mulas sedikit
b) Pemeriksaan Obstetri
TFU lebih kecil dari usia kehamilan dan DJJ tidak ada
Mamae agak mengendor/payudara mengecil.
c) Pemeriksaan penunjang
USG, Laboratorium (Hb, Trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan,
waktu pembekuan, protombin)
3) Penatalaksanaan
a) Bila kada fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam
b) Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar
sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
c) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi seviks
dengan dilatator Hegar.
Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam oum lalu dengan
kuret tajam.
d) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg
lalu infus oksitosin 10 IU dalam dextrose 5% sebanyak 500 ml mulai
20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus.
Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU sampai 8 jam. Bila tidak
berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
e) Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntikan larutan garam 20% dalam kavum uteri
melalui dinding perut.
7
f. Abortus habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih.
1) Pemeriksaan
a) Histerosalfingografi untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
b) BMR dam kadar iodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidak gangguan glandula thyroid
c) Psiko analisis
2) Therapy
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih
besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi dari pada sesudahnya.
Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada
serviks inkomperen therapinya adalah operatif : SHIRODKAR atau MC
DONALD (cervical cerclage).
g. Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia.
Sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat yang disertai
penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritoneum.
(Khumaira, 2012)
1) Tanda dan gejala
a) Kanalis servikalis terbuka
b) Ada perdarahan
c) Demam
d) Takhikardia
e) Perdarahan berbau
f) Uterus membesar dan lembek
g) Nyeri tekan
h) Leukositosis
2) Diagnosis
a) Anamnesa : amenorhea, perdarahan, keluar jaringan yang telah
ditolong di luar rumah sakit.
b) Pemeriksaan dalam : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan,
perdarahan dan sebagainya.
c) Terdapat tanda-tanda infeksi genital : demam, nadi cepat, perdarahan,
berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis.
d) Pada abortus septik terdapat tanda-tanda : kelihatan sakit berat, panas
tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai
syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda pervorasi atau akut abdomen.
3) Penatalaksanaan
a) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
b) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan
pembiakan dan uji kepekaan obat).
Berikan suntikan penisillin 1 juta satuan tiap 6 jam
8
b. Infeksi
Dampak pada perdarahan yang banyak mengakibatkan volume darah
berkurang, pasien (ibu) menjadi anemia dan daya tahan tubuh menurun
mengakibatkan kuman mudah masuk dan berkembang. Kuman yang biasa
menyebabkan infeksi pasca abortus adalah Eschericia coli yang berasal dari
rektum menjalar kevagina. Organ yang terserang antara lain endometrium dan
peritoneum.
c. Perforasi akibat kuretase
Dampak dari kuretase menyebabkan perforasi pada dinding uterusyang
dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilan berikutnya.
d. Syok
Terjadi akibat syok hemorhagik, syok hipovolemik, dan infeksi berat.
(Maryunani, 2009)
B. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU ( KET )
1. Definisi
Kehamilan ektopik ialah kehamilan yang tejadi bila sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri (Rukiyah, 2014).
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempal pada dinding endometrium kavum uteri
(Prawirohardjo, 2010).
2. Etiologi
a. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan
meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.
b. Faktor penggunaan spiral dan pil yang mengandung Progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan
kontrasepsi spiral. Pil yang mengandung hormon progesteron juga
meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu
pergerakan sel rambut sillia disaluran tuba yang membawa sel telur yang
sudah dibuahi untuk berimplantasi dalam rahim.
c. Faktor tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut
sehingga menyebabkan telur melekat di dalam saluran tuba. Faktor yang
menyebabkan gangguan saluran tuba :
1) Merokok
2) Penyakit radang panggul
3) Endometriosis tuba
4) Tindakan medis
5) Penyempitan lumen tuba karena infeksi endosalfing
6) Tuba sempit, panjang, dan berlakuk-lekuk.
7) Gangguan fungsi rambut getar tuba
8) Struktur tuba
9) Tumor lain yang dapat menekan tuba, dll. (Khumaira, 2012)
d. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam
perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di saluran
tuba. (Prawirohardjo, 2010)
e. Faktor ovum
1) Migrasi eksterna dari ovum
2) Perlengkatan membrane granulosa
3) Rapid cell devision
4) Migrasi internal ovum
f. Faktor uterus
1) Tumor rahim
2) Uterus hipoplastis (Mochtar dan Lustan, 1998)
3. Patogenesis
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi
dikavum uteri. Telur dituba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Nidasi
secara kolumnar artinya telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
10
biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur
bernidasi antara dua jonjot endosalping.
Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh
lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.
Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadan sulit dilihat villi
khorealis menembus andosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan
merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya
tergantung dari beberapa faktor yaitu, tempat implantasi, tebalnya dinding tuba,
dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. (Rukiyah dan
Yulianti, 2014)
4. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup terganggu cenderungturun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Kehamilan ektopik terganggu
pada umumnya bersifat bilateral. Sebagian wanita menjadi steril setelah
mengalami keadaan tersebut, namun dapat juga mengalami kehmilan ektopik
terganggu lagi pada tuba yang lain. angka kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan antara 0% sampai 14,6%. Untuk wanita dengan anak yang sudah
cukup, sebaiknya pada opersasi dilakukan salpingektomia bilateralis. (Rukiyan
dan Yulianti, 2012)
5. Klasifikasi Kehamilan Ektopik Berdasarkan Lokasinya
a. Kehamilan tuba
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya
sama dengan halnya dikavum uteri. Karena tuba bukan tempat yang normal
bagi kehamilan maka sebagian besar kehamilan akan terganggu pada umur 610 minggu.
b. Kehamilan heterotipik
Kehamilan heterotipik ini sangat langka. Hingga satu dekade yang lalu
insidens kehamilan heterotipik adalah 1 dalm 30.000 kehamilan, namun
dikatakan bahwa sekarang insidenya telah meningkat menjadi 1 dalam 7000
bahkan 1 dalam 900 kehamilan.
c. Kehamilan ovarial
Kehamilan ovarial sangta jarang terjadi. Diagnosis kehamilan harus
ditegakkan atas dasar 4 kriterium dari spigelberg, yakni : a. Tuba pada sisi
kehamilan harus normal, b. kantong janin harus berlokasi pada ovarium, c.
ovarium dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium, d.
Histopatologis ditemukan jaringan ovarium didalam kantung janin.
d. Kehamilan servikal
Kehamilan servikal pun sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam
kanalis servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan
muda.
11
e. Kehamilan abdominal
Menurut kepustakaan, kehamilan abdominal sangat jarang tejadi kirakira 1 daintara 1500 kehamilan. Kehamilan abdominal terdiri dari 2 macam :
a. kehamilan abdominal primer terjadi bila telur dari awal mengadakan
implantasi dalam rongga perut, b. Kahamilan abdominal sekunder terjadi bila
berasal dari kehamilan tuba dan setelah rupture baru menjadi kehamilan
abdominal. (Rukiyah dan Yulianti, 2014)
6. Tanda dan Gejala
a. Amenorhea
b. Gejala kehamilan muda
c. Nyeri perut bagian bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat,
menyebabkan penderita pingsan sampai syok. Pada abortus tuba nyeri mulamula pada sattu sisi, menjalar ketempat lain. bila darah sampai ke diafragma
dapat myebabkan nyeri bahu. Dan bila terjadi hematokel retrouterina terdapat
nyeri defakasi.
d. Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua.
e. pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan, nyeri
pada perabaan, dan Kavum Douglasi menonjol karena ada bekuan darah.
(Mansjoer dkk, 2000)
7. Diagnosis
a. Anamnesis : amenore, kadang terdapat tanda hamil muda, nyeri perut bagian
bawah, nyeri bahu, tenesmus, dan perdarahan pervaginam.
b. Pemeriksaan umum : pasien tampak kesakitan dan pucta, pada perarahan
dalam rongga perut dapat ditemukan tanda-tanda syok.\pemeriksaan
ginekologi : ditemukan tanda-tanda kehamilan muda, rasa nyeri pada
pergerakkan serviks, uterus dapat teraba agak membesar dan kadang teraba
tumor di samping uterus dwngan batas yang sukar ditentukan; kavum
Douglasi menonjol, berisi darah dan nyeri bila diraba.
c. Pemeriksaan Lab : Hb menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah
dapat meningkat (Mansjoer dkk, 2000)
8. Penatalaksanaan
a. Penderita yang disangka KET harus dirawat inap di RS untuk
penanggulanganya.
b. Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya dengan
pemberian cairan yang cukup (dextrosa 5%, glukosa 5%, garam fisiologis dan
transfusi darah .
c. Setelah diagnosa jelas atau sangat disangka KET dan keadaan umum baik dan
lumayan, segera lakukan laparotomi untuk menghilangkan sumber
perdarahan : dicari diklem, dieksisi sebersih mungkin (salpingektomi),
kemudian diikat sebaik-baiknya.
d. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya
penyembuhan lebih cepat.
12
e. Berikan antibiotika yang cukup dan obat anti inflamasi (Mochtar dan Lutan,
1998)
9. Komplikasi
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur tuba telah lama berlangsung (46 minggu), terjadi perdarahan ulang. Ini merupakan indikasi operasi.
b. Infeksi
c. Sub illeus karena massa pelvi
d. Sterilitas
C. MOLA HIDATIDOSA
1. Definisi
Mola hidatidosa adalah kelainan didalam kehamilan dimana jaringan
plasenta berkembang dan membelah terus menerus dalam jumlah yang berlebihan.
(Khumaira, 2012)
Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi
koriales disertai dengan degenerasi hidropik. (Saifuddin dkk, 2009)
Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. (Saifuddin dkk, 2010)
Secara makroskopik mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi.
2. Etiologi
Sejauh ini penyebabnya masih belum diketahui. Diperkirakan bahwa
faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu hamil, dan
kelainan rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian molla. Wanita
dengan usia dibawah 20 th atau diatas 40 th juga berada dalam resiko tinggi.
Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, dan karoten juga
meningkatkan resiko terjadinya molla. (Khumaira, 2012)
3. Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, payah
jantung atau tirotoksikosis. Dinegara maju kematian molla hampir tidak ada lagi.
Akan tetapi, di negara berkembang masih cukup tinggi yitu berkisar antara 2,2%
dan 5,7%. Sebagian dari pasien molla akan segera sehat kembali setelah
jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi kariokarsinoma. Presentase keganasan
yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar antar 5,6%.
Bila terjadi keganasan, maka pengelolaan secara khusus pada divisi Onkologi
Ginekologi. (Saifuddin dkk, 2010)
4. Patogenesis
13
d. Auskultasi
1) Tidak terdengar bunyi DJJ
2) Terdengar bising dan bunyi khas
e. Pemeriksaan Dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bgian-nagian
janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina
serta evaluasi keadaan serviks.
f. Uji Sonde
Sonde dimasukan pelan-pelan ke dalam kanalis servikalis dan kavum
uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap
tidak ada tahanan kemungkinan mola.
g. Foto Rontgen Abdomen : Tidak terlihat rangka janin (kehamilan 3-4 bulan)
h. Ultrasonografi : Pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak
terlihat janin. (Mochtar dan Lutan 1998)
7. Komplikasi
a. Perdarahan yang hebat sampai syok
b. Perdarahan berulang yang mengakibatkan anemia
c. Infeksi sekunder
d. Perforasi karena keganasan atau tindakan
e. Menjadi ganas (PTG) pad kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi
koriokarsinoma.
8. Penatalaksanaan
a. Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara vproses evakuasi
berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan
kecepatan 40-60 TPM.
b. Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila
sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set
agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri
selesai.
c. Kenali dan tangani komplikasi penyerta seperti tirotoksikosis atau krisis tiroid
baik sebelum, selama, dan setelah prosedur evakuasi.
d. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia
berat lakukan transfusi.
e. Kadar hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi
untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan
methotrexate 3-5 mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal.
f. Lakukan pemantauan kadar hCG hingga minimal 1 ahun pascaevakuasi. Kadar
yang menetap atau meninggi setelah 8 minggu pascaevakuasi menunjukan
masih terdapat trofoblast aktif, berikan kemoterapi MTX dan pantau -hCG
serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu.
15
BAB III
CONTOH KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER I
PADA NY.L UMUR 24 TAHUN G1 P0 A 0 UMUR KEHAMILAN 10 MINGGU
DENGAN ABORTUS IMINENS DI BPS NY.P
Tanggal
Jam
Tempat
: 10 Oktober 2015
: 08.00 WIB
: BPS Ny.P
DATA SUBYEKTIF :
Ibu mengatakan bernama Ny.L umur 24 tahun
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama umur kehamilannya 2 bulan
setengah
Ibu mengatakan haid terakhir tanggal 01-08-2015
Ibu mengatakan mengeluarkan bercak-bercak darah dari jalan lahir sejak tadi
malam jam 20.00 dan ia merasa tidak mules
DATA OBYEKTIF :
1. Pemeriksaan Umum
KU
: sedang
BB
: 50 kg
TD
: 100/60 mmHg
Tb
: 156 cm
Rr
: 20 x/mnt
HPHT : 01-08-2015
Suhu
: 37oC
HPL : 08-05-2016
2. Pemeriksaan Fisik
Tinggi fundus uteri : 1 jr diatas sympisis, nyeri tekan
Pemeriksaan dalam : Adanya pengeluaran darah berupa bercak dari vagina ibu
3. Pemeriksaan Laboratorium
HCG test : (+)
ASSESMENT :
Ny. L G1P0A0 umur 24 tahun hamil 10 minggu dengan abortus iminens
PLANNING :
1. Memberitahu ibu bahwa dari hasil pemeriksaan ibu mengalami abortus iminens
yaitu ancaman keguguran
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat total dan menjaga kebersihan alat genetalianya
3. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama hamil
4. Memberi terapi berupa papaverin X ( 1x1) , Vit c X (1x1), Kalk X ( 1x1)
5. Melakukan kolaboasi dengan dokter obgyn untuk mengetahui bagaimana tindakan
selanjutnya.
16
: 10 Oktober 2015
: 09.00 WIB
: Klinik Mitra Siaga
DATA SUBYEKTIF :
Ibu mengatakan bernama Ny.S usianya 25 tahun
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama usia kehamilannya 3 bulan.
Ibu mengatakan merasakan nyeri pada perut bagian bawah dengan mengeluarkan
sedikit darah (flek) pada celana.
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular serta tidak mempunyai
keturunan kembar.
Ibu mengatakan pada kehamilan ini merasa cemas dengan keadaan janin.
DATA OBYEKTIF :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
: 100 x /menit
TB
: 155 cm
: 22
BB sekarang
: 51 kg
: 36,6C
x /menit
BB sebelum hamil : 48 kg
HPHT : 17-07-2015
TD
HPL
: 120/60 mmHg
: 24-04-2016
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :Ibu tampak lemah dan ada pengeluaran pervaginam berupa flek darah.
Palpasi : Leopold I : TFU 3 jari di atas sympisis
Leopold II : Tidak dilakukan
Loepold III : Tidak dilakukan
Auskultasi : Tidak terdengar denyut jantung janin.
USG
: Tidak terlihat kerangka janin dan deitemukan kantung getasi yang
terdapat di lumen tuba.
ASSESMENT :
Ny. G umur 25 tahun hamil 12 minggu dengan KET, tidak teraba adanya
batolemen perut bagian bawah sedikit menggembung dan tegang, tidak terdengar
17
denyut jantung janin, kadar hemoglobin turun hingga 9 gr% karena perdarahan yang
banyak di rongga perut.
PLANNING :
1. Memberikan penjelasan kepada ibu dan keluarga sebagai berikut :
a. Menjelaskan pada keluarga tentang kondisi ibu saat ini, bahwa ketika dilakukan
pemeriksaan Leopold uterus teraba bulat lebar tetapi tidak teraba balotemen.
Tinggi fundus 3 jari di atas shympisis pubis kemudian pada saat USG ternyata
b.
abortus.
c. Menganjurkan pada keluarga, agar selalu memberi dukungan pada kehamilan ibu.
2. Melakukan tindakan kolaborasi dengan SpOG, Merujuk Ibu untuk pemeriksaan lebih
lanjut ke dokter spesialis kandungan agar ibu dan keluarga lebih jelas dengan
tindakan lebih lanjut untuk kehamilannya.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat tidur 8-9 jam / hari dan melarang ibu untuk
melakukan aktivitas yang berat karena dapat terjadi perdarahan yang berat.
4. Menjelaskan pada ibu tentang makan-makanan yang banyak mengandung gizi yaitu
makanan yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral. Misalnya
makanan sehari-hari; nasi, sayur, buah-buahan. Sayur misalnya; wortel, tomat,
bayam, katu. Lauk misal; tempe, tahu, telur, hati, daging. Buah misalnya; jeruk, apel,
melon, pepaya, dan di tambah minum susu serta meritahu ibu agar makan teratur 3x
sehari, dan minum 7-8 gelas / hari.
5. Menjelaskan pada ibu tentang kelanjutan fungsi reproduksinya kelenjar fungsi
reproduksi ibu hanya 60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi,
walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Dan menjelaskan pada ibu
tentang resiko kehamilan yang berulang itu dilaporkan berkisar antara 0-14,6%
kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah 50%.
: 10-10-2015
: 10.00 WIB
: BPM Ny.E
18
DATA SUBYEKTIF :
DATA OBYEKTIF :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
: 100 x /menit
TB
: 150 cm
: 22
BB sekarang
: 51 kg
: 36,6C
x /menit
BB sebelum hamil : 48 kg
HPHT : 20-06-2015
TD
HPL
: 120/60 mmHg
2. Pemeriksaan Fisik
Muka
Mata
Abdomen
: 27-03-2016
: abdomen tidak sesuai dengan usia
ASSESMENT :
Ny.Y umur 23 tahun G1 P0 A 0 hamil 16 minggu janin tunggal, hidup, intra
uteri, kehamilan dengan mola hydatidosa.
PLANNING :
a. Lakulan pendekatan pada klien dan keluarga dengan cara menyapa klien dan
keluarga dengan sopan santun, dapat menanamkan kepercayaan ibu dan keluarga
pada petugas kesehatan.
b. Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus di rujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap karena kondisi ibu yang harus di lakukan kuretase, dapat mempermudah
melakukan kuretase dengan alat-alat yang lengkap.
c. Persiapan rujukan kerumah sakit dengan melakukan BAKSOKU yaitu :
B : Bidan harus siap antar ibu ke rumah sakit
A : Alat-alat yang akan di bawa saat perjalanan rujukan
K : Kendaraan yang akan mengantar ibu ke rumah sakit
S : Surat rujukan disertakan
O : Obat-obat seperti oksitosin ampul, cairan infus
K : Keluarga harus diberitahudan mendampingi ibu saat di rujuk
19
U : Uang untuk pembiayaan di rumah sakit. Ibu dan keluarga mengerti mengapa ibu
dirujuk dan bersedia untuk di rujuk.
d. Lakukan inform consent kepada klien dan keluarga dengan cara memberitahu ibu
dan keluarga tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan, agar ibu dan
keluarga mengetahui tindakan kuretase yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan menyetujuinya.
e. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih dengan cara membantu
pasien BAK, dapat mempermudah pelaksanaan tindakan.
f. Anjurkan pasien untuk berpuasa agar dapat adaptasi dalam pemberian anastesi.
g. Anjurkan pasien istirahat yang cukup, dapat mengoptimalkan keadaan umum
pasien.
h. Lakukan persiapan kuretase dengan menyiapkan seluruh alat-alat yang akan
digunakan, persiapan baik dan dapat membantu pelaksanaan kuretase dan
pengobatan.
i. Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan kuretase agar tindakan yang di
lakukan tindakan yang tepat dan pengobatan yang optimal.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. ABORTUS
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan yang dimana berat janin kurang dari 500 gram dengan umur kehamilan
kurang dari 20 minggu.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus :
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Gangguan hasil pertumbuhan konsepsi dapat terjadi karena :
a. Faktor kromosom
b. Faktor lingkungan endometrium
c. Pengaruh luar
2. Kelainan pada plasenta
3. Penyakit ibu
4. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontan (keguguran) yaitu abortus yang berlangsung tanpa tindakan.
2. Abortus provokatus yaitu pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat
suatu tindakan. Abortus provokatus dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Abortus provokatus terapeutik
20
22
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perdarahan pada kehamilan
muda terdiri dari abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa. Masing-masing
memiliki tanda dan gejala yang harus dikenali oleh ibu dan tenaga medis khususnya.
Karena jika tanda dan gejala tersebut dibiarkan maka dapat membahayakan kondisi
ibu dan janin.
B. SARAN
Dalam hal ini diharapkan kepada bidan untuk lebih mampu mengenali tanda
dan gejala serta mampu melakukan penanganan pada perdarahan kehamilan muda
secara tepat. Dan juga diharapkan kepada bidan agar lebih mampu mendeteksi dini
adanya tanda gejala bahaya pada kehamilan muda.
23
DAFTAR PUSTAKA
Khumaira, Marsha. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Citra Pustaka.
Maryunani dan Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan.
Jakarta : TIM.
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2009. Pelayanan Kesehatan Matermnal dan Neonatal.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
24