You are on page 1of 38

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI ATAU ANAK


DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI :
THALASEMIA

OLEH :
KELOMPOK III A
D-IV KEPERAWATAN TK.2, SEMESTER 3

1. Ni Made Desi Sugiani

(P07120214017)

2. Ni Kadek Dian Inlam Sari

(P07120214018)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak dan merupakan salah satu bentuk usaha
penulis untuk menambah wawasan mengenai Asuhan Keperawatan
Pada Bayi Atau Anak Dengan Gangguan Sistem Hematologi :
Thalasemia. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna.
Mengingat banyaknya kekurangan yang penulis miliki, baik dari segi isi,
penyajian maupun penulisan itu sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan

pendapat, saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat menjadi inspirasi dan
memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 04 September 2015


Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Thalasemia......................................................................3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thalasemia...................... 10
2.3 Contoh Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thalasemia....................... 25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 36
3.2 Saran .................................................................................................... 36

BAB 1
3

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit talasemia masih kurang dikenal oleh masyarakat. Padahal, di
Indonesia terdapat banyak penderita penyakit kelainan darah yang bersifat
diturunkan secara genetik dan banyak terdistribusi di Asia ini. Pencegahan talasemia
pun sulit dilakukan karena minimnya perhatian masyarakat dan sarana yang dimiliki
oleh tempat pelayanan kesehatan di Indonesia. Beberapa data menunjukkan bahwa
ada sekitar ratusan ribu orang pembawa sifat talasemia yang beresiko diturunkan
pada anak mereka serta data lain yang menemukan bahwa 6 10% penduduk
Indonesia merupakan pembawa gennya. Penderita talasemia mayor di Indonesia
sudah tercatat sekitar 5.000 orang, selain yang belum terdata atau kesulitan
mengakses layanan kesehatan. Angka penderita di dunia lebih besar, yaitu setiap
tahunnya ada sekitar 100.000 penderita baru yang lahir dari pasangan pembawa
gen. Begitu banyak penderita talasemia di Indonesia, akan tetapi layanan kesehatan
di Indonesia masih sulit diakses oleh penderita talasemia. Biaya pengobatannya pun
mahal, karena pasien biasanya membutuhkan transfusi darah terus menerus untuk
memperpanjang hidupnya. Sedangkan tidak ditemukan adanya kesembuhan yang
sempurna pada penyakit thalasemia. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap
penyakit ini dan tidak sempurnanya kesembuhan yang dicapai oleh penderita
talasemia membuat penulis merasa perlu memberikan perhatian lebih pada penyakit
ini. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membuat makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thalasemia.

B. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah konsep dasar penyakit thalasemia?
1.2.2 Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada pasien thalasemia?
1.2.3 Bagaimanakah contoh asuhan keperawatan pada pasien thalasemia?
C. Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar penyakit thalasemia.
1.3.2 Mahasiswa mampu memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada
pasien thalasemia.
4

1.3.3

Mahasiswa mampu memahami tentang contoh asuhan keperawatan pada


pasien thalasemia.

BAB II
LANDASAN TEORI

I.

KONSEP DASAR THALASEMIA

A. Definisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi
kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur
eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari )
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif, secara melokuler dibedakan menjadi thalasemia
alfa dan beta, sedangkan secra klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor
dan minor. (Padila, 2002)
B. Etiologi
a. Penyebab primer
Berkurangnya sintesis Hb A
Eritropoesis yang tidak efektif
Penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler
b. Penyebab sekunder
Defisiensi asam folat
Bertambahnya
volume
plasma
intravaskuler

yang

mengakibatkan hemodilusi
Destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limfa
dan hati

C. Klasifikasi
Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua
yaitu thalasemia alfa dan thalasemia beta.
1. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh
globin rantai alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :
a. Silent Carrier State
Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak
timbul gejala sama sekali atau sedikit kelainan berupa sel
darah merah yang tampak lebih pucat.
b. Alfa Thalasemia Trait

Gangguan pada 2 rantai globin alpha. Penderita mengalami


anemia

ringan dengan sel darah merah hipokrom dan

mikrositer, dapat menjadi carrier.


c. Hb H Disease
Gangguan pada 3 rantai globin alfa. Penderita dapat
bervariasi mulai tidak ada gejala sama sekali, hingga
anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa.
d. Alfa Thalassemia Mayor
Gangguan pada 4 rantai globin alpha. Thalasemia tipe ini
merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia
tipe alfa.

Kondisi ini tidak

dibentuk

sehingga

tidak

terdapat rantai
ada

HbA

atau

globin

yang

HbF

yang

diproduksi. Janin yang menderita alpha thalassemia mayor


pada awal kehamilan akan mengalami anemia, membengkak
karena kelebihan cairan, perbesaran hati dan limpa. Janin
ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak
lama setelah dilahirkan.
2. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua
rantai globin beta yang ada. Thalasemia beta terdiri dari :
a. Beta Thalasemia Trait.
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen
yang bermutasi. Penderita mengalami anemia ringan yang
ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).
b. Thalasemia Intermedia.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
produksi sedikit rantai beta globin. Penderita mengalami anemia
yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
c. Thalasemia Mayor.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat
memproduksi rantai beta globin.

Gejala muncul pada bayi

ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat. Penderita


thalasemia mayor tidak dapat membentuk hemoglobin yang

cukup sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat


disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan akan
menyebabkan kekurangan

O2,

gagal

jantung

kongestif,

maupun kematian. Penderita thalasemia mayor memerlukan


transfusi

darah

yang

rutin

dan

perawatan medis demi

kelangsungan hidupnya (Dewi.S 2009 dan Yuki 2008).

D. Pahtways

E. Patofisiologi
Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder.
Talasemia primer adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang
tidak efektif disertai penghancuran selsel eritrosit intramedular.
Sedangkan talasemia sekunder ialah karena defisiensi asam folat,
bertambahnya

volume

plasma

intravascular

yang

mengakibatkan

hemodilusi dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam


limpa dan hati.
Terjadinya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau
beta dari hemoglobin berkurang.
Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara tranfusi
berulang, peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang
tidak efektif, anemia kronis, serta proses hemolisis.

Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dua polipeptida rantai alfa
dan dua rantai beta

Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta
dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan
eritrosit membawa oksigen

Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai
beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan Hb
defective.

Ketidakseimbangan

polipeptida

ini

memudahkan

ketidakstabilan dan disentebrasi. Hal ini meyebabkan sel darah merah


menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis

Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta dan


kelebihan rantai beta dan gama ditemukan pada talasemia alpa.
Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presipitasi

dalam sel

eritrosit. Globin intraeritrositik yang mengalami presipitasi, yang terjadi


sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari Hb tak stbilbadan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis

Reduksi dalam Hb menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang


lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC
di luar menjadi eritropoitik aktif. Kompensator produksi RBC secara
terus-menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi
RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan
produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis
dan mudah pecah atau rapuh.

F. Manifestasi Klinis
Letargi
Pucat
Kelemahan
Anoreksia
Diare
Sesak napas
Pembesaran limfa dan hepar
Ikterik ringan
Penipisan kortek tulang panjang tangan dan kaki
Penebalan tulang kranial

10

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan Laboratorium Darah
Hb : kadar Hb 3-9 gr %
Pewarnaan SDM : Anisositosis, Poikilositosis, Hipokromia
berat, target sel tear drop cel
Gambaran Sumsum tulang (Eritripoesis Hiperaktif)
Elektroforesis Hb
Thalasemia alfa : ditemukan hb Bart's dan Hb H
Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi 10-90% (N : > 1%)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Tranfusi PRC (packed red cell) bila Hb < 9 gr%

2. Untuk menurunkan besi dari jaringan tubuh diberikan kalori besi :


disferal IM/IV
3. Splenektomi : hipersplenisme
4. Transplantasi sum sum tulang pada talasemia maya
5. Berikan asam folat 2 5 mg/hari, pada yang jarang mendapatkan
tranfusi
6. Pantau fungsi organ: jantung, paru, hati, endokrin, gigi, telinga,
mata, tulang.
I. Komplikasi
1. Akibat anemia yang berat dan lama sering terjadi gagal jantung
2. Tranfusi

darah

yang

berulang-ulang

dan

proses

hemolisis

mengalibatkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga


ditimbun dalam jaringan seperti hepar, limfa, kulit dan jantung.
3. Hepatosplenomegaly
4. Gangguan tumbuh kembang
5. Disfungsi organ
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THALASEMIA
A. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan

11

a. Riwayat kesehatan sekarang


anoreksia, lemah, diare, demam, anemia, ikterus ringan, BB
menurun, perut membuncit, hepatomegali dan splenomegali
b. Riwayat kesehatan dahulu
apakah klien pernah mengalami anemia
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasaya salah satu angota keluarga pernah mengalami penyakit
yang sama.
3. Pengkajian Fisik
a. Penampilan umum
Pucat, Tanda nyeri, Bentuk tubuh abnormal, Dehidrasi
b. Tanda tanda Vital
Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernafasan, Perubahan BB,
Perubahan TB
c. Kulit dan membran mukosa
Pucat, Sianosis, Joundice, Lesi yang sulit sembuh, Pigmentasi,
Koreng pada tungkai, Kulit tangan dan kaki mengelupas
d. Kuku
Cembung, Datar, Mudah patah, Clubbing
e. Rambut
Tekstur dan Pertumbuhan
f. Mata
Edema,

Kemerahan,

Perdarahan,

Ketidaknormalan

Gangguan penglihatan, Kebutaan


g. Mulut
Membran mukosa kemerahan dan Luka
h. Lidah
Nyeri, Tekstur, Warna
i. Perut
Splenomegali, Hepatomegali, Adanya nyeri, Sirosis
j. Thorak/dada
12

lensa,

Jantung : aritmia, nyeri, murmur


Paru-paru : sesak napas, perubahan suara napas
k. Ekstremitas
Nyeri, kaku, bengkak, edema, perubahan pada tulang
l. Genitalia
Perubahan pada seks sekunder
4. Pengkajian Umum
Pertumbuhan yang terhambat
Anemia kronik
Kematangan seksual yang tertunda
5. Krisis Vaso Occlusive
Sakit yang dirasakan
Gejala yang dirasakan berkaitan ischemia daerah yang
berhubungan:
- Ekstremitas : kulit tangan dan kaki yang mengelupas

disertai rasa sakit yang menjalar.


- Abdomen : terasa sakit
- Serebrum : Stroke dan gangguan penglihatan
- Liver : Obstruksi, jaundice, hepaticum
- Ginjal : hematuria
Efek dari krisis vaso occlusive adalah :
- Cor : Cardio megali, Murmur sistolik.
- Paru-Paru : ganguan fungsi paru, mudah terinfeksi.
- Ginjal : Ketidakmampuan memecah senyawa urine,
gagal ginjal.
- Genital : Terasa sakit, tegang.
- Liver : Hepatomegali, sirosis
- Mata : Ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan
gangguan

penglihatan,

kadang

menyebabkan

keterganggunya lapiisan retina dan dapat menyebabkan


kebutaan.
- Ekstremitas
menyebabkan

Perubahan
bungkuk,

tulang-tulang
mudah

terutama

terjangkit

virus

salmonela, osteomyelitis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (hepatomegali, splenomegali)

13

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d


ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya
kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
berkurangnya

komponen

seluler

yang

penting

untuk

menghantarkan oksigen murni ke sel


5. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi kulit.
6. Resiko infeksi b/d tindakan transfuse darah yang berulang
7. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d gangguan
sistem endokrin
8. Resiko cedera
C. Intervensi Keperawatan
No

1.

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut

Tujuan dan Kriteria


Hasil (NOC)
NOC
1. Pain Level
2. Pain Control
3. Comfort Level
Kriteria Hasil :
1. Mampu
mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan
bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu
mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

14

Intervensi (NIC)

Pain Management
1. Lakukan pengkajian
nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakterisitik, durasi,
frekuensi,
kualitas
dari faktor presipitasi
2. Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
3. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
4. Evaluasi
bersama
pasien
dan
tim
kesehatan
lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
5. Kontrol lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan
dan

6.
7.

8.

9.

10.
11.
12.

13.

kebisingan
Kurangi
faktor
presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi, dan
interpersonal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan
tentang
teknik
nonfarmakologi
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan
pasien
tentang
manajemen nyeri

Analagesic
Administration
1. Tentukan
lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat.
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi.
3. Pilih analgesik yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari
analgesik
ketika
pemberian lebih dari
satu
4. Tentukan
pilihan
analgesik tergantung

15

2.

Ketidakseimbangan
Nutrisi : kurang
dari kebutuhan
tubuh

NOC
1. Nutritional Status :
Food and Fluid Intake
2. Nutritional Status :
Nutrient Intake
3. Weight Control
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
2. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
5. Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari
menelan
6. Tidak
terjadi

16

tipe dan beratnya


nyeri
5. Tentukan analgesik
pilihan,
rute
pemberian, dan dosis
optimal.
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan
nyeri
secara teratur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
8. Berikan
analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
Nutrition
Management
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi
yang
dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein
dan
vitamin C
5. Berikan substansi
gula
6. Yakinkan
diet
yang
dimakan
mengandung

penurunan
berat
badan yang berarti
7.

8.

9.

10.

tinggi serat untuk


mencegah
konstipasi
Ajarkan
pasien
bagimana
membuat catatan
makanan harian
Monitor
jumlah
nutrisi
dan
kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan

Nutrition
Management
1. Monitor
BB
pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang
biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama makan
5. Monitor
lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan
pengobatan
dan
tindakan
tidak
selama jam makan
7. Monitor
kulit
kering
dan

17

3.

Intoleransi
aktivitas

NOC
a. Energy Conservation
b. Activity Tolerance
c. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
a. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR
b. Mampu
melakukan
aktivitas
sehari-hari
(ADLs)
secara

18

perubahan
pigmentasi
8. Monitor
turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut
kusam,
dan mudah patah
10. Monitor
mual,
muntah
11. Monitor
kadar
albumin,
total
protein, Hb dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor
pucat,
kemerahan
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat
adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
Activity Therapy:
a. Kolaborasikan
dengan
Tenaga
Rehabilitas
Medik
dalam merencanakan
program terapi yang
tepat
b. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang mampu
dilakukan
c. Bantu
untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang
diperlukan

mandiri
Tanda-tanda
vital
normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah :
dengan atau tanpa
bantuan alat
Status
kardiopulmunari
adekuat
Sirkulasi status baik
Status
respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat

4.

Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
perifer

untuk aktivitas yang


c.
diinginkan
d. Bantu
untuk
mendapat alat bantu
d.
aktivitas seperti kursi
e.
roda, krek
f.
e. Bantu
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
g.
beraktivitas
f. Bantu pasien untuk
mengembankan
h.
motivasi diri dan
i.
penguatan
g. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
NOC
NIC
a. Circulation Status
Peripheral Sensation
b. Tissue Perfusion : Management
Cerebral
a. Monitor
adanya
daerah
Kriteria Hasil :
b. tertentu
yang
a. Mendemonstrasikan
hanya peka
status sirkulasi yang c. terhadap
ditandai dengan :
panas/dingin/
Tekanan sistol
d. tajam/tumpul
dan diastol
e. Monitor
adanya
dalam rentang
paratese
yang
f. Instruksikan keluarga
diharapkan
untuk mengobservasi
Tidak ada ortokulit jika ada lesi atau
statik
laserasi
hipertensi
g. Gunakan
sarung
Tidak ada
tangan
tanda-tanda
h. untuk proteksi
peningkatan
i. Batasi gerakan pada
kepala, leher, dan
punggung
j. Monitor kemampuan
BAB
k. Kolaborasi pemberian
analgetik
l. Monitor
adanya
tromboplebitis
m. Diskusikan mengenai
19

penyebab
sensasi
5.

Kerusakan
integritas kulit

perubahan

NOC
NIC
1. Tissue Integrity : Skin Pressure Management
and
Mucous
1. Anjurkan
pasien
Membranes
untuk menggunakan
2. Hemodyalis Akses
pakaian
yang
longgar
Kriteria Hasil :
2. Jaga kebersihan kulit
1. Integritas kulit yang
agar tetap bersih dan
baik
bisa
kering
dipertahankan
3. Mobilisasi
pasien
(sensasi, elastisitas,
(ubah posisi pasien)
temperature,
setiap dua jam sekali
hidrasi,pigmentasi)
4. Monitor kulit akan
2. Tidak ada luka/ lesi
adanya kemerahan
pada kulit
5. Oleskan lotion atau
3. Perfusi jaringan baik
minyak /baby oil
4. Menunjukan
pada daerah yang
pemahaman
dalam
tertekan
proses perbaikan kulit
6. Monitor
aktivitas
dan
mencegah
dan
mobilisasi
terjadinya
sedera
pasien
berulang
7. Monitor
status
5. Mampu melindungi
nutrisi pasien
kulit
dan
8. Mandikan
pasien
mempertahankan
dengan sabun dan
kelembapan kulit dan
air hangat
perawatan alami
Insision site care
1. Bersihkan,
pantau,dan
tingkatkan
proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan , klip
atau straples
2. Monitor
proses
kesembuhan
area
insisi
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
20

4. Bersihkan
area
sekitar jahitan atau
staples,
menggunakan lidi
kapas steril
5. Gunakan preparat
antiseptic,
sesuai
program
6. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut )
sesuai program.
6.

Resiko infeksi

NOC
a. Immune Status
b. Knowledge
Infection Control
c. Risk Control

Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
b. Mendeskripsikan
proses
penularan
penyakit, faktor yang
mempengaruhi
penularan
serta
penatalaksanaannya
c. Menunjukkan
kemampuan
untuk
mencegah timbulnya
infeksi
d. Jumlah
leukosit
dalam batas normal
e. Menunjukkan
perilaku hidup sehat

21

Infection Control
a. Bersihkan
lingkungan setelah
dipakai pasien lain
b. Pertahankan teknik
isolasi
c. Batasi pengunjung
bila perlu
d. Instruksikan
pada
pengunjung
untuk
mencuci tangan saat
berkunjung
dan
setelah berkunjung
e. Gunakan
sabun
antimikroba
untuk
mencuci tangan
f. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan
keperawatan
g. Gunakan
baju,
sarung
tangan
sebagai pelindung
h. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
i. Gunakan
kateter

7.

Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan

NOC
a. Growth and
Development,
Delayed
b. Nutrition Imbalance
Less Than Body
Requirements
Kriteria Hasil
a. Anak berfungsi
optimal sesuai
dengan
tingkatannya
b. Keluarga dan anak
mampu
menggunakan
koping terhadap
tantangan karena
adanya
ketidakmampuan
22

intermiten
untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
j. Berikan
terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
k. Monitor tanda dan
gejala
infeksi
sistemik dan lokal
l. Monitor
hitung
granulosit, WBC
m. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
n. Pertahankan teknik
asepsis pada pasien
berisiko
o. Instruksikan pasien
untuk
minum
antibiotik
sesuai
resep
p. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
q. Ajarkan
cara
menghindari infeksi
NIC
Peningkatan dan
Perkembangan Anak
dan Remaja
a. Kaji faktor
penyebab
gangguan
perkembangan
anak
b. Identifikasi dan
gunakan sumber
pendidikan untuk
memfasilitasi
perkembangan
anak yang optimal
c. Berikan perawatan
yang konsisten
d. Tingkatkan
komunikasi verbal

c. Keluarga mampu
mendapatkan
sumber-sumber
sarana komunitas
d. Kematangan fisik :
perubahan fisik
normal pada wanita
dan pria yang
terjadi dengan
transisi dari masa
kanak-kanak ke
dewasa
e. Status nutrisi
seimbang
f. Berat badan

23

e. Berikan instruksi
berulang dan
sederhana
f. Berikan
reinforcement
positif atas hasil
yang diacapai anak
g. Dorong anak
melakukan
perawatan sendiri
h. Dorong anak
melakukan
sosialisasi dengan
kelompok
i. Ciptakan
lingkungan yang
aman
Nutritional
Management
a. Kaji keadekuatan
asupan nutrisi
b. Tentukan makanan
yang disukai anak
c. Pantau kecenderungn
kenaikan dan
penurunan berat
badan
Nutrition Theraphy
a. Pantau kesesuaian
perintah diet
b. Kolaborasi dengan
ahli gizi, jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan
untuk memenuhi
persyaratan gizi yang
sesuai
c. Pilih suplemen gizi
d. Dorong asupan
makanan tinggi
kalsium
e. Dorong asupan
makanan dan cairan
tinggi kalium

8.

Resiko Cedera

NOC
a. Risk Control
Kriteria Hasil
a. Klien terbebas dari
cedera
b. Klien
mampu
menjelaskan
cara/metode
untk
mencegah
injuri/cedera
c. Klien
mampu
menjelaskan
factor
resiko dari lingkungan
atau perilaku personal
d. Mampu memodifikai
gaya hidup untuk
mencegah injuri
e. Menggunakan
fasilitas
kesehatan
yang ada
f. Mampu
mengenali
perubahan
status
kesehatan

24

NIC
Environment
Management
(Manajemen
Lingkungan)
a. Sediakan lingkungan
yang aman untuk
pasien
b. Identifikasi kebutuhan
keamanaan
pasie,
sesuai dengan kndisi
fisik
dan
fungsi
kognitif pasien dan
riwayat
penyakit
terdahulu pasien
c. Hindari lingkungan
yang
berbahaya
(misalnya
memindahkan
perabotan)
d. Pasang
side
rall
tempat tidur
e. Sediakan tempat tidur
yang nyaman dan
bersih
f. Tempatkan
saklar
lampu di tempat yang
mudah
dijangkau
pasien
g. Batasi pengunjung
h. Anjurkan
keluarga
untuk
menemani
pasien
i. Kontrol lingkungan
dari kebisingan
j. Pindahkan
barangbarang yang dapat
membahayakan
k. Berikan
penjelasan
pada
pasien
dan
keluarga
atau
pengunjung adanya
perubahan
status
kesehatan
dan
penyebab penyakit.

D. IMPLEMENTASI
No.

Hari/tanggal/Jam

Implementasi

Evaluasi
Formatif

Paraf

NB :
Implementasi
disesuaikan dengan
intervensi
dan
penulisannya
menggunakan kata
kerja.

E. EVALUASI
Hari/Tanggal/Jam

Evaluasi
S (Subjektif)
O (Objektif)
A (Analisis)
P (Planning)

Paraf

III. CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THALASEMIA


ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.B
DENGAN GANGGUAN THALASEMIA

25

A. Identitas Klien
Nama : An.B
TTL : 10 Juni 1995
Usia : 10 tahun
Nama Ayah : Tn. S
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : Sarjana
Nama Ibu : Ny. R
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Perumahan Miranti 53 Purworejo Jateng
Tanggal Masuk : 5 Juni 2005
Tanggal Pengkajian: 7 Juni 2005
B. Keluhan Utama
Muka pucat dan badan terasa lemah, tidak bisa beraktifitas dengan normal
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke poliklinik anak RS. Dr Sardjito dengan keluhan muka
pucat dan badan terasa lemah. Klien adalah penderita Talasemia B Mayor,
terdiagnosis 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 5,2 gr/dl,
leuko 9200/mmk, trombosit 284.000, segmen 49 %, limfosit 49%, batang 1%.
Atas keputusan dokter akhirnya klien dianjurkan rawat inap di ruang B4
untuk mendapatkan tranfusi.
D. Riwayat Penyakit Masa Lampau
1. Penyakit waktu kecil : pada waktu kecil klien jarang sakit dan setelah
berumur 2 tahun ketahuan anak menderita talasemia.

26

2. Pernah dirawat dirumah sakit : anak sering dirawat di rs karena


talasemia terakhir bulan oktober 2004
3. Obat-obatan yang digunakan : anak belum pernah diberikan obat
sendiri selain dari petugas kesehatan
4. Tindakan (operasi) : belum pernah pernah dilakukan operasi pada an. B
5. Alergi : tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
6. Kecelakaan : anak belum pernah mengalami kecelakaan
7. Imunisasi : lengkap

Hepatitis B I,II,III umur 12 bulan,14 bulan dan 20 bulan

BCG 1 kali umur 1 bulan

DPT I,II,III umur 2,3,4 bulan

Polio I,II,III,IV umur 2,3,4,5 bulan

Campak 1 kali umur 9 bulan

E. Kesehatan Fungsional
1) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan :
Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan
anaknya pada petugas kesehatan di rumah sakit.
2) Nutrisi
Makanan yang disukai

: anak suka makan nasi dengan daging ayam

Alat makan yang dipakai : sendok dan piring


Pola makan/jam : selama di rs anak makan 3 kali sehari masing-masing
habis setengah porsi
Jenis makanan

: nasi tktp

3) Aktivitas
Aktivitas klien di rs terbatas di tempat tidur, berbaring, duduk dan
membaca buku di tempat tidur.
4) Tidur dan istirahat
Pola tidur : anak tidur cukup 8-9 jam
Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada kebiasaan khusus

27

5) Eleminasi
BAB : anak bab 1 kali sehari konsistensi lembek warna kecoklatan
BAK : anak bak 6-8 kali sehari warna kuning.
6) Pola hubungan
Yang mengasuh : anak diasuh sendiri oleh orang tuanya
Hubungan dengan anggota keluarga : baik
Hubungan anak dengan orang tua : baik
Pembawaan secara umum : anak berpenampilan rapi
Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih,rumah permanen milik
sendiri ventilasi cukup sinar matahari cukup,lantai keramik atap
genteng.
7) Koping keluarga
Stressor pada anak/keluarga : anak dan keluarga cukup familiar dengan
petugas dan rumah sakit karena sudah sering dirawat di RS.
8) Kongnitif dan persepsi
Pendengaran : anak tidak mengalami gangguan pendengaran
Penglihatan : penglihatan anak normal
Penciuman : penciuman anak baik
Taktil dan pengecapan : anak dapat membedakan halus dan kasar.
9) Konsep diri
Selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan dan
pergaulannya dengan teman-temannya. Klien termasuk anak yang
mudah bergaul dan disukai oleh teman-temannya.
10) Seksual
Anak berjenis kelamin laki-laki tidak ada kelainan genetalia.

11) Nilai dan kepercayaan


Anak dilahirkan pada lingkungan keluarga beragama islam,rajin dan
sudah mulai belajar untuk beribadah secara aktif. Keluarga memberikan

28

kesempatan pada anak untuk aktif dalam kegiatan tpa di tempat


tinggalnya.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : ku lemah,kesadaran cm.
2. TB/ BB : 125 cm/23 kg

3. Tanda vital : suhu 36,4c, nadi 94x/mnt, respirasi 24 x/mnt


4. Mata : conjuctiva anemis,sklera ikterus
5. Hidung : tidak ada kelainan,discharge (-)
6. Mulut : mukosa mulut pucat ,mulut bersih.gigi caries (+)
7. Telinga : tidak ada kelainan,discharge (-)
8. Tengkuk : tidak ada kaku kuduk dan tidak ada pembesaran kel.limfe
9. Dada : bentuk simetris, ictus cordis tak tampak
10. Jantung : bunyi jantung i s1 tunggal, s2 split tak konstan,bising jantung (-)
11. Paru-paru : suara nafas vesikuler,wheezing tidak ada
12. Perut : pembesaran hepar tak teraba, pembesaran lien (+), distensi

abdomen(-),kembung (-), peristaltic usus (+)


13. Genetalia : genetalia tak ada kelainan
14. Ekstremitas : tangan kanan terpasang infus, gerakan ekstemitas bebas, tonus

otot normal, tidak ada edema,akral agak dingin


15. Kulit : kulit bersih,turgor kulit normal,hiperpigmentasi (-)

G. Analisa Data
No
1.

2.

Data fokus
Data subyektif
a.
Anak mengeluh
badannya terasa lemah
Data obyektif
a. Aktivitas kebutuhan seharihari dibantu/adl dibantu
b. skala adl : 2
Data subyektif
a. Ibu mengatakan nafsu
makan anaknya menurun

Etiologi
Tidakseimbangan
kebutuhan
pemakaian dan
suplai
oksigen/penurunan
intake nutrisi

Masalah
Fatigue/kelemahan

Intake inadequat

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

29

Data obyektif
a. Porsi makanan yang
disediakan hanya habis
porsi

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadequate
2. Risiko

infeksi

berhubungan

dengan

prosedur/tindakan

invasive/penurunan status imunitas klien.


I. Intervensi Keperawatan
No
1.

Diagnosa
Keperawatan
Ketidakseimban
gan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan

Tujuan dan Kriteria


Hasil (NOC)
Keseimbangan nutrisi
dapat tercapai setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x24 jam ditandai
dengan:
a. Tidak terjadi
penurunan atau
peningkatan bb
dengan cepat
b. Turgor kulit normal
tanpa udema
c. Kadar albumin
plasma 3,5-5,0 gr/dl
d. Melaporkan
peningkatan selera
makan

30

Intervensi (NIC)
Nutrient
management
a. Kaji adanya alergi
terhadap makanan
b. Kolaborasi dengan
ahli gizi jumlah
kalori dan
tipe nutrisi yang
dibutuhkan.
c. Anjurkan
meningkatkan int
ake kalori, fe, dan
vit c k/p
d. Monitor jumlah
kalori dan intake
nutrisi
e. Bantu klien
menerima
program nutrisi
yang dibuat
dirumah sakit
Nutrient konseling
a. Komunikasi
terapeutik
b. Bina hubungan

2.

Risiko infeksi

Pasien menunjukkan
kontrol terhadap resiko
setelah dilakukan
perawatan 3x24 jam
dengan indikator :
a. Bebas dari tanda
dan gejala infeksi.
b. Mampu
menjelaskan tanda
dan gejala infeksi
c. Leukosit dalam
batas normal
d. Tanda vital dalam
batas normal

31

saling percaya
c. Kaji pola
kebiasaan makan
sebelum sakit
d. Diskusikan
makanan kesukaan
dan tidak disukai
e. Evaluasi kemajuan
program
modifikasi diet
(tujuan)
Infection control
a. Terapkan
pencegahan
universal
b. Berikan hiegine
yang baik
lingkungan atau
personal
c. Batasi jumlah
pengunjung dan
anjurkan cuci
tangan ketika
kontak dengan
klien
d. Lakukan dresing
pada iv line dan
kateter
e. Tingkatkan intake
nutrisi dan
istirahat yang
cukup
Infection protection
a. Monitor tanda dan
gejala infeksi
lokal/sistemik
b. Pantau hasil
pemeriksaan
laboratorium yang
mengindikasikan
infeksi (wbc)
c. Amati faktor2
yang dapat

meningkatkan
infeksi
d. Observasi area
invasive
e. Pertahankan
tekhnik aseptic
dalam perawatan
klien
Monitor vital sign
a. Pantau suhu tubuh
setiap 8 jam
Enviroment
management
a. Batasi pengunjung
yang sedang
demam/influensa/s
akit infeksi
Health education
a. Jelaskan mengapa
sakit dan
pengobatan
meningkatkan
resiko infeksi
b. Anjurkan untuk
menjaga kesehatan
personal untuk
melindungi dari
infeksi
c. Ajarkan metode
aman untuk
pengamanan/penyi
apan makanan
d. Pengendalian
infeksi : ajarkan
tekhnik cuci
tangan
e. Ajarkan tanda2
infeksi
f. Anjurkan untuk
lapor
perawat/dokter
bila dirasakan
muncul tanda2

32

infeksi
Medication
administration
a. Kelola therapi
sesuai advis
b. Pantau efektifitas,
keluhan yang
muncul pasca
pemberian
antibiotik

J. Catatan Perkembangan (Implementasi dan Evaluasi)


No.Dx
1.

Hari, Tgl,
Jam
Selasa.
8 juni 2005
07.40

Implementasi

08.05

09.30

10.00

1.

Rabu,
9 juni 2005
08.00

Mengobservasi ku
penderita
Mengkaji status gizi
klien
Membantu
menyiapkan makanan
pagi
Memotivasi klien
untuk menghabiskan
porsi makanan yang
disediakan
Mengobservasi
asupan nutrisi klien
Memberi obat oral
asam folat 5 mg
Memberi minum
susu fcm 1 gelas

Mengobservasi ku
penderita

33

Evaluasi
S : klienmengatakan makan
terasa kurang enak
O:
porsi makanan yang
disediakan habis porsi,
susu habis 100 cc (1/2 gelas)
A:
masalah belum teratasi
P:
intervensi lanjutkan

S:
ibu klien mengatakan nafsu
makan anaknya meningkat
O:
porsi makann yang

10.30

11.00

2.

Kamis
10juni 2005
pk.08.00

11.00

12.00

12.05

2.

Selasa.
8 juni 2005
07.40

Membantu
menyiapkan diet
klien
Memotivasi klien
untuk menghabiskan
porsi makanan yang
disediakan
Menilai nafsu makan
anak
Mencatat asupan
nutrisi klien

Membantu
menyiapkan
diet/makanan pagi
Memotivasi klien
untuk menghabiskan
makanan yg
disediakan
Menilai nafsu makan
klien
Mencatat asupan
nutrisi klien
Memberi obat oral
asam folat 5 mg
Menimbang berat
badan
Memberi he pada
klien/keluarga untuk
meningkatkan porsi
makan

Membersihkan
lingkungan dan
tempat tidur klien.
Mengganti sprei
tempat tidur.

34

disediakan habis porsi,


minum susu 1 gelas (200cc)
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi

S:
ibu klien mengatakan nafsu
makan anaknya meningkat
O:
porsi makann yang
disediakan habis porsi,
minum susu 1 gelas (200cc)
bb : 23,5 kg
A:
masalah teratasi sebagian
P:
beri he pada klien/keluarga
untuk meningkatkan asupan
nutrisi.

S:O:
tanda-tanda plebitis : nyeri
(-), kemerahan (-), panas (-),
suhu : 36,80c, rr: 30 x/mnt
A :
masalah teratasi tapi klien

Dressing
infus/mengganti
balutan
Mengukur tandatanda vital
Motivasi klien untuk
meningkatkan intake
nutrisi
Mengobservasi tandatanda adanya infeksi

08.05

09.30

10.00

2.

Rabu,
9 juni 2005
07.30

08.00

10.30

11.00

2.

Kamis
10 Juni 2005
pk.08.00

Membersihkan
lingkungan dan
tempat tidur klien.
Mengganti sprei
tempat tidur.
Dressing
infus/mengganti
balutan
Mengganti infus set
darah pasca
transfusi
Mengukur tandatanda vital
Motivasi klien
untuk
meningkatkan
intake nutrisi
Mengobservasi
tanda-tanda infeksi

Membersihkan
lingkungan dan
tempat tidur klien.
Mengganti sprei
tempat tidur.
Dressing

35

msh berisiko terhadap


infeksi
P :
lanjutkan intervensi

S:O:
lingkungan klien bersih
tanda vital :suhu : 36,50c
nadi : 88 x/mnt,r : 24 x/mnt
tanda-tanda phlebitis (-)
A:
masalah teratasi tapi klien
msh beriko untuk terjadi
infeksi
P:
lanjutkan intervensi

S:
klien mengatakan
badannya tidak panas.
O:
luka insersi infus bersih,

11.00

12.00

infus/mengganti
balutan
Mengganti infus set
darah pasca
transfusi
Mengukur tandatanda vital
Motivasi klien
untuk
meningkatkan
intake nutrisi
Mengobservasi
tanda-tanda adanya
infeksi

tidak tampak kemerahan.


lingkungan klien bersih.
tanda vital: s : 36,2oc
nadi : 84x/mnt r : 22 x/mnt
A:
masalah teratasi
P:
lanjutkan monitor
lingkungan dan perawatan
insersi infus.

BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel
darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
(kurang dari 100 hari )
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
secara resesif, secara melokuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta,

36

sedangkan secra klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor. (Padila,
2002)
Asuhan keperawatan pada pasien thalasemia yaitu meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pada pengkajian meliputi
identitas klien, riwayat penyakit klien, dan pemeriksaan fisik. Ada 8 diagnosa
keperawatan pada pasien thalasemia yaitu nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas, ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer, kerusakan integritas kulit, resiko infeksi, keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan, resiko cedera. Pada intervensi disesuakan dengan diagnosa yang
akan digunakan. Implementasi disesuaikan dengan intervensi dan menggunakan kata
kerja. Dan yang terakhir yaitu evaluasi, evaluasi dibuat menggunakan rumus SOAP
(subjektif, objektif, analisis, dan planning)
III.2 SARAN
Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan pemahaman perawat mengenai
penyakit thalasemia pada bayi atau anak dan bagaimana pendokumentasian
asuhan keperawatan pada bayi atau anak yang mengalami penyakit thalasemia.

DAFTAR PUSTAKA

Dapus : Padila.2002. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta :


Nuha Medika
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta : MediAction
Armela, Helviza. 2010. Askep Anak Dengan Thalasemia. Available :
https://www.scribd.com/doc/43069429/AsKep-Anak-DenganThalasemia Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 16.55 WITA
37

Anonim. Askep Thalasemia. Available :


https://www.scribd.com/doc/49146677/ASKEP-thalasemia
Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 17.08 WITA
Atjil, Safira. 2013. Pathway Thalasemia. Available :
https://www.scribd.com/doc/132227145/Pathway-Thalasemia
Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 17.22 WITA
Anonim. Thalasemia. Available : jtptunimus-gdl-ekowidyast-7282-3-babii.pdf
Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 17.35 WITA

38

You might also like