You are on page 1of 18

PEMBELAJARAN GUIDED INKUIRI BERBANTUAN

LKS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN


KONSEP DAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL
SISWA SMA

Proposal Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika

oleh
Dian Ayu Antika
4201412106

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2016

KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


PROPOSAL SKRIPSI
Nama

: Dian Ayu Antika

Nim

: 4201412106

Prodi

Pendidikan Fisika

I. JUDUL
II.

LATAR BELAKANG

III.

RUMUSAN MASALAH

IV.

TUJUAN PENELITIAN

V. MANFAAT PENELITIAN
VI.
PENEGASAN ISTILAH
VII. KAJIAN TEORI
1. Pemahaman Konsep
Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang
diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, dan konsep
berarti suatu rancangan. Anni (2007: 7), mendefinisikan pemahaman sebagai
kemampuan memperolah makna dari materi pembelajaran. Unno et.al.,(2012 :
61),

mengartikan

pemahaman

sebagai

kemampuan

seseorang

dalam

mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan


caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Berdasarkan
uraian diatas, pemahaman konsep dapat diartikan sebagai kemampuan
memperoleh makna dari suatu konsep yang dipelajari. Dalam pemahaman

konsep, siswa mampu untuk menguasai konsep, operasi, dan relasi matematis.
Menurut Rohmi (2012) Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang
ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur
(algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Uno et.al.,(2012 : 216),
memaparkan indikator yang menunjukkan pemahaman konsep sebagai berikut:
(1) Menyatakan ulang konsep yang dipelajari, (2) Mengklasifikasikan objekobjek

menurut

sifat-sifat

tertentu

(sesuai

dengan

konsepnya),

(3)

Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, (4) Memberi


contoh dan kontra contoh dari konsep yang dipelajari, (5) Menyajikan konsep
dalam berbagai macam bentuk representasi fisika, (6) Menggunakan,
memanfaatkan,

dan

memilih

prosedur

atau

operasi

tertentu,

(7)

Mengembangkan syarat perlu dan atau cukup suatu konsep. Pemahaman


konsep adalah apa yang siswa ketahui dan pahami tentang suatu konsep,
umumnya siswa dapat mengembangkan sifat dari sebuah konsep. Setiap
kekosongan dari pemahaman konsep dapat dihubungkan dengan konsep yang
lain. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti tentang konsep materi
pelajaran itu sendiri. Untuk mengembangkan pemahaman konsep yang baru,
siswa harus membangun hubungan konsep dengan apa yang telah mereka
ketahui. Ministry of Education, 2009, sebagaimana dikutip oleh Rohmi (2012).
VIII. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 8 Semarang
khususnya pada siswa kelas XI semester I tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan
informasi dari sekolah penempatan peserta didik dilakukan secara acak tidak
berdasarkan rangking dan tidak ada kelas unggulan artinya semua kelas
tersebut diajar dengan metode dan buku-buku yang sama, jadi tidak ada
perbedaan perlakuan pada kelima kelas tersebut.
3. Sampel
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel secara simple random
sampling dimana setiap kelas mendapat peluang yang sama untuk menjadi
sampel. Sampel bukan siswa secara individual melainkan siswa yang terhimpun

dalam kelas. Penelitian ini mengambil 2 kelas sebagai sampel, kelas pertama
sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol. Kelas sebagai
kelas eksperimen diberikan suatu perlakuan yang dalam hal ini model
pembelajaran Cooperative Problem Solving.
4. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu
penerapan model pembelajaran. dan variabel terikat, yaitu pemahaman konsep,
kemampuan komunikasi ilmiah siswa SMA Negeri 8 Semarang

kelas XI

semester I tahun ajaran 2013/2014.


5. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test dan
Post-test Group. Dalam penelitian ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen Observasi yang dilakukan
sebelum eksperimen disebut sebagai pretest (O1), dan sesudah observasi
sesudah eksperimen disebut posttes (O2). Desain Pre-test dan Post-test Group
dapat digambarkan sebagai berikut. (Sugiyono, 2009 :75)
Tabel 1. Desain Pre-test dan Post-test Group
Kelompok
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol

Pre-test
O1
O3

Treatment
X1
X2

Post-Test
O2
O4

Keterangan:
X1 : model pembelajaran Cooperative Problem Solving.
X2 : model pembelajaran Kooperatif
O1 & O3 : nilai pretest sebelum ada perlakuan khusus pada kelas eksperimen
dan kontrol.
O2 : nilai postest pada kelas eksperimen sesudah menggunakan model
pembelajaran Cooperative problem solving.
O4 : nilai postest pada kelas kontrol sesudah pembelajaran kooperatif.
Sebelum melakukan penelitian kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen dilakukan analisis awal untuk mengetahui kedua kelas dimulai dari
keadaan yang sama atau ada perbedaan. Maka dilakukan uji homogenitas dan

kesamaan keadaan awal sampel dengan menggunakan nilai ulangan harian


(UH) pada materi sebelumnya.

6. Prosedur Penelitian
Desain penelitian pada skripsi ini adalah pada gambar 2 dibawah:
Menentukan
populasi
Uji homogenitas
Uji normalitas
Menentukan
Sampel
Kelompok eksperimen

Kelompok kontrol

Pre Test

Pre Test
Model Cooperative
Learning

Model Pembelajaran
Cooperative Problem
Solving

Post Test

Lembar Observasi
komunikasi ilmiah

Analisis Data Akhir

Data Hasil Penelitian

Gambar 2 : desain penelitian


7. Metode Pengumpulan Data
7.1 Dokumentasi
Data dokumentasi digunakan peneliti untuk mendapatkan data tertulis
mengenai keadaan objek penelitian. Data awal ini berupa jumlah kelas, daftar
nama siswa, jumlah siswa dan nilai rapor bidang studi fisika semester
sebelumnya. Selanjutnya dianalisis untuk menentukan homogenitas kelas
eksperimen dan kontrol.
7.2 Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui pencapaian pemahaman konsep siswa
secara kognitif. Instrumen yang peneliti gunakan dalam metode tes ini adalah
tes objektif yang disertai penjelasan yang terdiri atas pemahaman konsep.
Tes diberikan kepada sampel sebagai pretest dan posttest untuk mendapatkan
data awal dan data akhir pencapaian pemahaman konsep siswa. Pretest
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sedangkan postest
bertujuan mengetahui hasil belajar siswa setelah perlakuan.
7.3 Metode Observasi
Observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung pada saat kegiatan
pembelajaran untuk mengungkap aktivitas dan sikap siswa selama pelaksanaan
pembelajaran di kelas yang mencakup aspek afektif, psokomotorik, dan
komunikasi ilmiah. Observasi dilakukan oleh observer yang terdiri dari guru
mata pelajaran dan peneliti untuk mengukur komunikasi ilmiah siswa.
8. Analisis Instrumen Penelitian
Sebelum soal di teskan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen perlu
dilakukan tes uji coba pada kelas uji coba agar didapatkan soal tes yang baik.
Uji coba dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan tes kepada
kelompok yang bukan merupakan sampel penelitian, melainkan kelas lain yang
masih satu populasi, serta kelompok uji coba ini harus homogen. Untuk
mendapatkan soal yang baik maka diperlukan analisis perangkat tes. Uji coba
instrumen ini bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda tes.

8.1 Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan atau mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto: 2010).
Untuk menguji validitas instrumen yaitu dengan menggunakan korelasi product
moment, rumus yang digunakan adalah:
r XY =

N XY ( X ) ( Y )

{ N X ( X ) }{ N Y ( Y ) }
2

Keterangan:
r XY =
koefisien korelasi antara variabel
N=

dan variabel Y

jumlah siswa

X = skor butir soal (item)


Y = skor total butir soal

rxy
Hasil perhitungan

dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment

rxy
dengan taraf signifikansi 5%. Jika

> rtabel maka butir soal tersebut valid

(Arikunto, 2010:213).
8.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang
sama, reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagi alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto 2010:221). Suatu tes dikatakan

reliabel jika dapat memberikan hasil yang tetap apa bila diteskan berkali-kali,
atau dengan kata lain tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut
menunjukkan ketetapan. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari
reliabilitas soal uraian adalah rumus alpha, (Arikunto, 2010:238) yaitu:

n
r11

n 1

2
1 i

t2

Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari

2i

= jumlah varians skor tiap-tiap item

2t

= varians total

n = banyaknya butir soal


Rumus varians tiap item soal yaitu:
Xi

X 2i

2i =
Keterangan:

xi
xi2
N

= jumlah butir soal


= jumlah kuadrat butir soal
= banyak subyek pengikut tes

Rumus varians total yaitu:


Yt

Y 2t

2t =

Keterangan:

Yt

= jumlah butir soal

Yt 2
N

= jumlah kuadrat butir soal


= banyak subyek pengikut tes

Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga r product


moment pada tabel, jika rhitung > rtabel maka item tes yang diujicobakan reliabel
(Arikunto, 2010:238-239).
Tabel 2. Klasifikasi reliabilitas
Interval r11
0,800 r111,000

Kriteria
Sangat tinggi

0,600r110,799

Tinggi

0,400r110,599

Cukup

0,200r110,399

Rendah

r11< 0,200

Sangat rendah

8.3 Tingkat Kesukaran


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu susah.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal dapat menggunakan rumus
(Arikunto, 2009: 210) sebagai berikut:
P=

Mean=

Mean
Skor maksimal

jumla h skor pada soal tersebut


jumla h peserta tes

Keterangan:
P
= tingkat kesukaran
Mean
= skor rata-rata peserta didik pada satu nomor butir soal
Skor Maksimal = skor tertinggi yang telah ditetapkan pada pedoman
penskoran

Tabel 3. Kriteria tingkat kesukaran soal


Interval

Kriteria

0,00 P 0,30

soal sukar

0,31 P 0,70

soal cukup (sedang)

0,71 P 1,00

soal mudah

8.4 Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Teknik yang digunakan untuk
menghitung daya pembeda bagi tes bentuk uraian adalah dengan menghitung
dua rata-rata (mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata
kelompok bawah dari tiap-tiap soal. Untuk menghitung daya pembeda soal
uraian dapat digunakan rumus (Arikunto, 2007:218) sebagai berikut:

DP=

Mean kelompok atasMean kelompok bawah


Skor maksimal soal

Keterangan:
DP = daya pembeda
JB A
= jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok atas
JB B

= jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok bawah

JS A

= banyaknya siswa pada kelompok atas.

Tabel 4. Kriteria daya pembeda soal


Interval DP

Kriteria

0,00 DP 0,20
0,21 DP 0,40
0,41 DP 0,70

Jelek
Cukup

0,71 DP 1,00

Baik Sekali

Baik

9. Metode Analisis Data


9.1 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi yang ada
bersifat homogen. Uji homogenitas sampel dalam penelitian ini menggunakan
uji Bartlett dengan menggunakan nilai ulangan harian (UH). Rumus yang
digunakan adalah:

X 2 (ln 10) B ni 1 log S i2

Dengan
2

s=

( ni1 ) s2i
( ni1 )

dan
B=( log S2 ) ( n i1 )
Keterangan:
x2 : chi kuadrat
s2 : varians gabungan dari semua sampel
n : sampel
B : koefisien Bartlett
Nilai x2 yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan xtabel 2 dengan
taraf kepercayaan dan dk = k-1. Hipotesis yang diajukan:
Ho= 12 = 22 = 32 =...= 62
Ha= paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Ho diterima (populasi homogen) jika 2hitung< 2tabel.
Untuk uji homogenitas sempel digunakan data pretest sebelum perlakuan
untuk mengetahui bahwa sampel dalam kondisi yang sama atau tidak ada
perbedaan masing-masing kelas. Sedangkan uji homogenitas untuk
mengetahui uji t-tes yang digunakan kapankah nilai pretest dan posttest
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Rumus untuk menghitung uji
homogenitas adalah:
Varians terbesar
F=
Varians terkecil

Dalam hal ini berlaku ketentuan bila harga F hitung lebih kecil atau sama
dengan F tabel berarti varians homogen dengan derajat kebebasan pembilang
(dk) adalah n-1 dan derajat kebebasan (dk) penyebut adalah n-1 (Sugiyono,
2009 ).
9.2 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk
menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau
nonparametrik.
Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho: Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Adapun rumus yang digunakan adalah rumus chi-kuadrat, yaitu:
K

x =
2

i=1

( OiEi )

Ei

Keterangan:
x 2=harga chikuadrat
Oi=frekuensi hasil pengamatan
Ei=frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
Membandingkan harga chi kuadrad dengan chi kuadrad tabel. Bila harga chi
kuadrad hitung lebih kecil dari pada harga chi kuadrad tabel, maka distribusi
data dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal, Kriteria

pengujian jika
9.3 Uji Hipotesis

hitung

tabel

dengan derajat kebebasan dk = n-1

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t-test satu pihak kanan. Apakah
penerapan model

Cooperative

Problem

Soving

dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa.


Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1 2
a. Ho :
: kemampuan pemahaman konsep siswa dengan penerapan
model Cooperative Problem Solving sama / kurang dibandingkan dengan
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning.

Ha :

1> 2

: kemampuan pemahaman konsep siswa dengan penerapan

model Cooperative Problem Solving lebih baik dari pada pembelajaran yang
menerapkan model Cooperative Learning
1 : rata-rata hasil kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen.
2 : rata-rata hasil kemampuan pemahaman konsep kelas kontrol.
1 2 :
b. Ho :
kemampuan komunikasi ilmiah siswa dengan penerapan
model Cooperative Problem Solving sama / kurang dibandingkan dengan
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning.
>
Ha : 1 2 : kemampuan komunikasi ilmiah dengan penerapan model
Cooperative Problem Solving lebih baik dari pada pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning.
1 : rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
1 : rata-rata hasil belajar kelompok kontrol.
Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan
t hitung <t tabel

kesalahan 5%. Ho diterima jika

dk n1 n2 2

dan taraf

(Sugiyono, 2009: 275). Apabila

hasil analisis data menunjukkan Ho diterima berarti tidak terdapat peningkatan


kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa pada kelas
eksperimen, sebaliknya jika Ho ditolak berarti terdapat peningkatan
kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa pada kelas
eksperimen disebabkan adanya penerapan model Cooperative Problem Solving.
Jadi, untuk mengetahui apakah penerapan model Cooperative Problem Solving
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah
siswa didasarkan pada hasil uji t pihak kanan ini. Data yang digunakan ini
adalah nilai pre-test dan post-test pemahaman konsep. Rumus uji-t satu pihak
dapat dituliskan: (Arikunto 2010:213)
__
t

s1 s 2
n n
1

__

2r

s
n

s
n

Keterangan:
__

= Rata-rata nilai posttes kelompok eksperimen

__

= Rata-rata nilai pretes kelompok kontrol

= Simpangan baku nilai posttes


2

= Simpangan baku nilai pretes


2

s1

s2

= Varian nilai posttes


2

= Varian nilai pretes


= Korelasi antara nilai prites dengan posttes

Dengan,
r=

xy
x 2 y 2

Kriteria Pengujian:
Harga t tersebut dibandingkan dengan harga t tabel dengan
taraf kesalahan 5%. Jika thitung<

dk

n1 + n2 2,

ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

(Sugiyono 2007: 197).


9.4 Uji Gain
Uji gain dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui besar peningkatan
kemampuan pemahaman konsep siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah
mendapatkan perlakuan untuk kelompok eksperimen. Peningkatan tersebut
dapat dihitung dengan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut: (Wiyanto,
2008:86)

100 S pre >


S post > S pre >

g
Keterangan:
S pre
= skor rata-rata pre test
S post

= skor rata-rata post test

g
= besarnya faktor g

S
Simbol

pre

post

dan

masing-masing menyatakan skor rata-rata pretest dan

postest setiap individu yang dinyatakan dalam persen.


Tabel 5. kategorisasi gain peningkatan hasil belajar
Interval

Kriteria

g 0,70

Tinggi

0,3< g<

0,7

g 0,3

Sedang
Rendah

9.5 Analisis Kemampuan Komunikasi Ilmiah


Pada analisis tahap akhir ini, digunakan lembar observasi aspek afektif,
psikomotorik, dan komunikasi ilmiah. Analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif, analisis yang bertujuan untuk mengetahui nilai afektif, psikomotorik,
dan komunikasi ilmiah baik kelompok pembanding maupun eksperimen.
Analisis lembar observasi aspek afektif, psikomotorik, dan komunikasi ilmiah:
(Arikunto 2006 : 236)
Penguasaan =

skor
x 100
skor maksimum

Dari hasil tiap indikator aspek afektif, psikomotorik, dan komunikasi ilmiah
dibandingkan dengan rentang kriteria keberhasilan siswa sebagai berikut :
Tabel 6. Kriteria keberhasilan siswa
Interval

Kriteria

IX.

76 -100 %

Baik

56 75 %

Cukup

40 55 %

Kurang Baik

<40 %

Tidak baik

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Irma Fitria. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share


Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Skripsi FPMIPAUPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Anni, C. T., dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press.
--------------------2008. Psikologi Pendidikan. UPT UNNES Press.
Arikunto, S. 2006. Prosedure Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
--------------.2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (edisi revisi VI).
Jakarta :Rineka Cipta.
--------------.2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
--------------.2009. Dasar dasar evaluasi pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
--------------.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Asikin, M. 2001. Komunikasi Dalam Realistic Mathematics Education. Makalah
Seminar. Disajikan pada seminar nasional di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 14-15 November 2001.
Asikin, Moh., Pujiadi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creatif
Problem Solving Berbantuan CD Interaktif Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Pada Siswa SMA Kelas X: lembaran ilmu
kependidikan, 37(1).
Djamarah, Syaiful Bahri, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Noor Aini, Erlina. 2011. Penerapan Guided Discovery untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Kemampuan Komunikasi Ilmiah Siswa. Skripsi. Semarang :
FMIPA UNNES

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Polya, G. 1985. How To Solve It 2nd ed. New Jersey: Princeton University Press
On line athttps://b85410d3-a-62cb3a1a-s-sites.googlegroups.com/site [16 April
2013]
. 1973. How to solve it. Princeton. New Jersey : Princeton
Univercity
Press.On
line
athttps://b85410d3-a-62cb3a1a-ssites.googlegroups.com/site[16 April 2013]
Rohmi, Puspo. 2012. Penggunaan Concept Cartoon Dalam Model Learning Cycle
7e Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Pemahaman
Konsep Gerak Bagi Siswa SMP. Skripsi. Semarang : FMIPA UNNES
Senjaya, S. 2007. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Spektor- Levy, O. , B. Eylon, & Z. Scherz. 2008. Teaching Communication Skills in
Science : Tracing Teacher Change. Teaching ang Teacher Education. 24 :
402-477.
Subratha, Nyoman. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Dan
Strategi pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas
VII C SMP Negeri 1 Sukasada. Jurnal Penelitian dan Pengembangan 1(2) :
135-147
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA
-----------. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning (Teori & Aplikasi PAIKEM).
Yogyakarta : Pustaka Belajar
Sumarmo, Utari. 2003. Pembelajaran Untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Makalah seminar. Disajikan pada pelatihan guru.
(tidak diterbitkan)
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trisdiono, Harli. 2013. Strategi Pembelajaran Abad 21. On line at
http.//bibliografi.moe.edu.my/SumberPendidikan/indeks.php/faqs/210-kemahiranabad-ke-21.html [2 Mei 2013]
Uno, H. B. & S. Koni. 2012. Assesment Pembelajaran .Jakarta : Bumi Aksara.

Widyaningsih, M.H. 2010. Penerapan Guided Discovery Learning Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bunyi IPA Fisika
Kelas VIII SMP Negeri 1 Bantarbolang. Skripsi Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium. Semarang. UNNES PRESS.

You might also like