You are on page 1of 36

gANGGUAN

NEUROTIK,
SOMATOFORM, dan
Yang terkait dengan
stres
KARAMINA MAGHFIRAH
03010147

gANGGUAN NEUROTIK
I.
II.
III.
IV.

Gangguan Ansietas Fobik


Gangguan Ansietas Lainnya
Gangguan Obsesif-Kompulsif
Reaksi Terhadap Stres Berat
dan Gangguan Penyesuaian
V. Gangguan Disosiatif (Konversi)
VI. Gangguan Somatoform
VII. Gangguan Neurotik Lainnya

I. Gangguan Ansietas Fobik


a.

Agoraphobia
Ketakutan yang sangat dan tidak masuk akal pada tempat
terbuka, ditandai dengan ketakutan yang nyata saat berada
sendiri atau di tempat ramai yang sulit dihindari atau tidak bisa
meminta tolong
Keadaan ini dibagi menjadi 2 :
- Disertai dengan serangan panik
- Tanpa gangguan panik

Etiologi :

Faktor genetika

Teori psikoanalitik
separation anxiety : riwayat kecemasan perpisahan,
ditelantarkan
Epidemiologi :

Dapat berkembang pada setiap usia

Sebagian pasien disertai gangguan panik

Pedoman Diagnosis : PPDGJ III


Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis
pasti:
a)gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan
bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b)anxietas yang timbul harus terbatas pada
(terutamaterjadi dalam hubungan dengan (setidaknya
dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian,
tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian
sendiri dan
c)menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan
gejala yang menonjol (penderita menjadi house
bound)

Penatalaksanaan :
Terapi kognitif
Antiansietas
Antidepressan
Prognosis :
Pada kasus agoraphobia karena gangguan
panik, jika gangguan panik diobati
agoraphobia seringkali membaik.
Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik
seringkali menyebabkan ketidakberdayaan
yg kronis.

b. Fobia spesifik
Gangguan cemas yg ditandai dengan rasa takut yg menetap dan
berlebihan atau tidak beralasan pd objek dan situasi yg terbatas
dan jelas,berlawanan dengan rasa takut sendirian atau ditempat2
umum (agoraphobia) atau takut mendapat malu pada situasi sosial
(fobia sosial)
Etiologi:
1.
Pengalaman emosional
Contoh: pengalaman mengemudi kecelakaan
2.
ModelLing : seseorang mengamati reaksi pada orang lain
3.
Pengalihan informasi : seseorang bisa diajarkan/diperingatkan tentang
bahaya objek tertentu
4.
Faktor genetik
Epidemiologi :

Lebih sering dibandingkan dengan fobia sosial

Pria : Wanita = 1 : 2

Onset fobia spesifik untuk :


Tipe Lingkungan alami, Tipe Darah, dan Tipe Injeksi : >> pada rentang
usia 5-9 tahun
Tipe Situasional ( kecuali takut ketinggian) : pertengahan usia 20-an

Kriteria Diagnosis :
Semua kriteria yang dibawah ini untuk diagnosis pasti
a) Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan manifestasi
primer dari anxietas, dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti waham atau pikiran obsesif.
b) Anxietas harus terbatas pada adanya objek situasi fobik
tertentu.
c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.

Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain,
tidak seperti halnya agorafobia dan fobia sosial

Penatalaksanaan :
Terapi Pemaparan menggunakan pemaparan stimulus fobik yg
serial dan bertahap
Pendekatan kognitif
Farmakoterapi : antagonis -adrenergik

c. Fobia Sosial
Gangguan cemas yg ditandai dengan perasaan takut
dan menghindar dari situasi sosial atau pertunjukan;
setiap ketakutan tersebut berupa keadaan yg memalukan
dan penghinaan
Pedoman Diagnosis : PPDGJ III
Semua kriteria di bawahini harus dipenuhi untuk suatu
diagnosis pasti:

Gejala-gejala psikologis, perilaku /otonomik harus


merupakan manifestasi primer dari anxietas dan bukan
sekundari gejala lain seperti waham / pikiran obsesif

Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi


sosial tertentu saja

Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan


gambaran yang menonjol

Penatalaksanaan :
Psikoterapi
Kombinasi metode perilaku dan kognitif
Farmakoterapi
Fenelzin, Alprazolam, Klonazepam
Prognosis :
Kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi menghasilkan
hasil yg lebih baik daripada terapi tersebut sendirisendiri.

II. Gangguan Ansietas Lainnya


Gangguan panik merupakan suatu gangguan
yang ditandai oleh kecemasan yg spontan,
episodik dan hebat. Biasanya berlangsung
hanya 30 menit.
Epidemiologi :
1. Wanita 2-3x lebih sering daripada laki-laki
2. Faktor sosial, yaitu riwayat
perceraian/perpisahan yg belum lama
3. Paling sering pada dewasa muda

Etiologi :
Faktor Biologis
disebabkan oleh berbagai kelainan biologis didalam struktur
dan fungsi otak.
Faktor Psikososial
akibat dari pertahanan yg tidak berhasil dalam melawan impuls yg
menyebabkan kecemasan.
Faktor Genetika
peningkatan resiko gangguan panik 4-8x lipat
Gambaran klinis :
Serangan dimulai dengan periode gejala yg meningkat cepat selama
10menit
Gejala mental utama, yaitu ketakutan yg kuat dan peasaan ancaman
kematian
Pasien tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya
Pasien merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian
Tanda fisik, yaitu takikardi, palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat
Pasien sering mencoba meninggalkan situasi dimana dia berada
untuk mencari bantuan

Bentuk-bentuk Gangguan Ansietas :


1.

Ansietas Paroksismal Episodik


Serangan ansietas berat dan berulang, tidak terbatas
pada situasi tertentu dan tidak terduga. Serangan
berlangsung beberapa menit.

2.

Ansietas Menyeluruh
Gangguan ini menyeluruh dan menetap (bertahan
lama), tidak terbatas pada keadaan lingkungan tertentu.

3.

Campuran Ansietas dan Depresif


Terdapat gejala ansietas dan depresif tetapi masing2
tidak menunjukkan gejala yg cukup berat. Beberapa
gejala otonomik seperti tremor, palpitasi, dan mules
harus ditemukan. Apabila gejala otonomik tidak
ditemukan maka kategori ini tdak dipergunakan.

III. Gangguan ObsesifKompulsif


Obsesi : pikiran, perasaan, ide, atau
sensasi yg mengganggu.
Kompulsi : pikiran atau perilaku yg
disadari, dibakukan, dan rekuren seperti
berhitung, memeriksa atau menghindari.
Etiologi :
Disregulasi serotonin
Peningkatan aktivitas di lobus frontalis,
gangglia basalis, dan singulum pada PET
35% dari faktor genetik

Manifestasi klinis :
Gagasan/impuls yg memaksakan dirinya terus
menerus untuk melakukan pekerjaan yg berulangulang
Perasaan ketakutan yg mencemaskan dan melakukan
tindakan kebalikan melawan gagasan impuls
Pasien menyadari melakuan perbuatan yg mustahil
dan tidak masuk akal tetapi merasakan dorongan yg
kuat untuk memahaminya
Diagnosis :
Untuk menegakkan d/pasti, gejala2 obsesif atau
tindakan kompulsi atau keduanya harus ada setiap
hari sedikitnya 2minggu berturut-turut. Hal itu
merupakan sumber penderitaan dan mengganggu
aktivitas pasien.

Diagnosis banding :
Depresi
Gangguan Tourette
Gangguan tik lainnya
Epilepsi lobus temporalis
Kadang2 komplikasi trauma dan pasca ensphalitik
Perjalanan penyakit dan prognosis :
Rata2 pasien memiliki onset gejala yg tiba2
50-70% pasien memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yg
menyebabkan stres seperti kehamilan, masalah seksual, atau
kematian.
Perjalanan penyakit pasien ada yg berfluktuasi dan ada yg konstan
Prognosis yg buruk dinyatakan oleh mengalah bukannya menahan
pada kompulsi, onset pada masa anak2, kompulsi yg aneh, perlu
perawatan diRS, gangguan disertai depresi yg berat, kepercayaan
waham, adanya gagasan yg terlalu dipegang, dan adanya
gangguan kepribadian.
Pronosis yg baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan yg
baik, adanya peristiwa pencetus dan suatu sifat gejala yg episodik

Penatalaksanaan :
Farmakoterapi
Klomipramin, SSRI (Fluoksetin), Lithium,
atau MAOI (Fenelzin)
Psikoterapi
Terapi perilaku dengan desensitasi
Terapi keluarga

IV. Reaksi Terhadap Stres Berat dan


Gangguan Penyesuaian
a. Reaksi terhadap stres akut
Suatu gangguan sementara yg cukup parah yg terjadi
pd seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yg nyata,
sebagai respon thd stres fisik maupun mental yg luar biasa yg
biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari.
Pedoman diagnostik : PPDGJ III
Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya
pengalaman stressor luar biasa (fisik atau mental) dengan
onset dan gejala, biasanya setelah beberapa menit atau segera
setelah kejadian.

Selain itu ditemukan gejala-gejala:


Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya
berubah-ubah; selain gelaja permulaan berupa keadaan
terpaku (daze), semua hal berikut dapat terlihat depresi,
anxietas, kemarahan, kecewa, overaktif dan penarikan diri.
Akan tetapi tidak satupun dari gelaja tersebut yang
mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu yang lama.
Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup
stressor-nya. Gangguan dalam kategori ini selalu
merupakan konsekuensi langsung (direct consequence)
dari stres akut yang berat atau trauma yang berkelanjutan.
Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respons
maladaptif terhadap stres berat atau stres berkelanjutan.
Dimana mekanisme penyesuaian (coping mechanism) tidak
berhasil mengatasi sehingga menimbulkan masalah dalam
fungsi sosial-nya., gelaja-gelaja dapat menghilang dengan
cepat (dalam beberapa jam); dalam hal di mana stres
menjadi berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan, gejalagelaja biasanya baru mereda setelah 24-48 jam dan
biasanya hampir menghilang setelah 3 hari.

Gejala-gejala :
Terdapat gejala campuran yg berubahubah; selain gejala permulaan berupa
keadaan terpaku (daze)
Depresif
Ansietas
Kemarahan
Kekecewaan
Hiperaktif
Penarikan diri
Gejala mulai mereda setelah 24-48 jam dan
biasanya menghilang setelah 3 hari.

B. Gangguan Stres Pasca Trauma


Timbul sebagai respon yang berkepanjangan dan atau tertunda
terhadap kejadian/situasi yang menimbulkan stres, cenderung
menyebabkan distres pd hampir setiap orang.
Faktor Predisposisi
Ciri kepribadian misal kompulsif
Adanya riw. Ggn neurotik sebelumnya
Gejala Khas :
Bayangan2 kejadian traumatik terulan kembali (flashback) atau
dalam mimpi
Kondisi perasaan beku & penumpulan emosi
Menjauhi org lain
Tidak responsif terhadap lingkungannya
Anhedonia
Menghindari aktivitas dan situasi yg berkaitan dengan traumanya
Kadang terjadi reaksi draatik, mendadak ketakutan, panik atau
agresif bila teringat traumanya

Pedoman diagnosis : PPDGJ III


Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini
timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian
traumatik berat (massa laten yang berkisar antara
beberapa minggu beberapa bulan, jarang sampai
melampaui 6 bulan).
Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan
apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan
onset gangguan melebihi waktu 6 bulan asal saja
manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak
didapat alternatif kategori gangguan lainnya.

Sebagai bukti tambahan selain trauma barus


didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari
kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang
kembali (flashbacks).
Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan
tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis
tetapi tidak khas.
Suatu sequelae menahun yang terjadi lambat
setelah stres yang luar biasa. Misalnya saja
beberapa puluh tahun setelah trauma diklasifikasi
dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian
yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa).

Onset :
Terjadi setelah trauma, masa laten antara beberapa mgg-bulan (jarang
melampaui 6 bln)
Penatalaksanaan :
BZD
Litium
-blocker
Klonidin
Karbamazepin
DD :
Intoksikasi alkohol
Ansietas
Ggn kepribadian ambang
Ggn waham
Depresi
Korban selamat dari bencana alam
Ggn panik
Tindak kekerasan, perkosaan dan penganiayaan seks
Halusinasi, ilusi dan insomnia
Berpura-pura

Gangguan Penyesuaian
Keadaan stres yg subjektif dan gangguan emosional yg
mengganggu kinerja dan fungsi. Timbul pada periode adaptasi
terhadap perubahan yg bermakna atau akibat dari peristiwa
kehidupan yg penuh stres.
Manifestasi klinik :
Afek depresif
Ansietas
Kecemasan
Perasaan tidak mampu menghadapi dan menyesuaikan, serta
merencanakan masa depan
Dissability dalam kinerja kegiatan rutin sehari-hari
Pada remaja : agresif dan dissosial
Pada anak-anak2 : fenomena regresi
Lamanya gejala tidak melebihi 6bulan kecuali dalam kasus reaksi
depresif berkepanjangan

V. Gangguan Disosiatif (Konversi)


Adanya kehilangan (sebagian/seluruh) dari integrasi
normal antara ingatan masa lalu, kesadaran akan
identitas & penghayatan serta kendali terhadap gerakan
tubuh.
Gangguan ini merupakan hal yg bersifat psikogenik yg
berkaitan dengan kejadian traumatik, problem yg tidak
dapat diselesaikan dan tidak dapat ditolerir atau
gangguan dalam pergaulan.
Pedoman diagnostik :
Tidak ada bukti gangguan fisik
Adanya gangguan psikologis dalam keadaan yg
stressfull atau hub.interpersonal yg terganggu
(meskipun disangkal)

Bentuk Gangguan Disosiatif :


1.

Amnesia Disosiatif
ketidakmampuan untuk mengingat informasi yg baru
saja
disimpan dalam ingatan pasien, biasanya tentang peristiwa yg
menegangkan / traumatik dalam kehidupannya bukan disebabkan
oleh gangguan mental organik.
Amnesia dari amnesia disosiatif dapat mengambil 1 dari beberapa
bentuk :
Amnesia terlokalisasi, kehilangan daya ingat terhadap
peristiwa dalam periode singkat/hanya dlm beberapa jam-hari
Amnesia umum, kehilangan daya ingat akan pengalaman
selama hidupnya
Amnesia selektif, kegagalan mengingat beberapa peristiwa
selama waktu yg singkat

2.

Fugue Disosiatif
Memiliki semua ciri amnesia disosiatif ditambah gejala melakukan
perjalanan meninggalkan rumah/tempat kerja yg disengaja,
seringkali mengambil identitas dan pekerjaan yg sepenuhnya baru
walaupun identitas baru biasanya kurang lengkap.

3.

Gangguan Trans dan Kesurupan


Adanya kehilangan penghayatan sementara akan identitas
diri
dan kesadaran terhadap lingkungannya.
Gambaran Klinis :

4.

Gangguan Motorik Disosiatif

5.

Berprilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain,


kekuatan gaib, malaikat, kekuatan lain.
Perhatian dan kewaspadaan terbatas atau terpusat pada satu
atau dua aspek yg ada dilingkungan dan seringkali gerakan,
posisi tubuh dan kata2nya juga terbatas dan diulang2.

Paralisis bersifat parsial dengan gerakan yg lemah atau


lambat
Tremor yg berlebihan pada satu atau lebih ekstremitas atau
pada seluruh badan
Terjadi berbagai bentuk dan taraf inkoordinasi khususnya
pada kaki sehingga cara jalan aneh dan ketidakmampuan
berdiri tanpa dibantu.

Konvulsi Disosiatif
Menyerupai kejang epileptik daam hal gerakannya, tapi
jarang disertai lidah tergigit dan luka karena jatuh saat
serangan dan inkontinensia urine, tidak dijumpai kehilangan
kesadaran tapi diganti dengan keadaan stupor atau trans.

VI. Gangguan Somatoform

Suatu kelompok gangguan yang


memiliki
gejala fisik ( nyeri, mual,
pusing ) dimana
tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang
adekuat.
Menyebabkan penderitaan emosional yang
bermakna sehingga peranan sosial
dan
pekerjaannya menjadi terganggu.

DSM-IV, Lima Gangguan Spesifik:


1. Gangguan Somatisasi :
Banyak gejala somatik yg tdk dapat dijelaskan

berdasarkan pem. Fisik & lab.

Melibatkan sistem organ yg multipel.


Kronis.

Penderitaan psikologis, ggg fungsional &


pekerjaan, perilaku mencari bantuan medis yg
berlebihan.
2. Gangguan Konversi :

Suatu ggg yg ditandai oleh adanya 1 atau lebih


gejala neurologis (paralisis, kebutaan ,
parestesia) yg tdk dapat dijelaskan secara
medis.
Faktor psikologis berhubungan dgn awal gejala.

3. Hipokondriasis
Hipokondrium : sering mengalami keluhan
pada abdomen.
Interpretasi pasien yg tidak realistik&tdk
akurat terhadap gejala atau sensasi fisik,
menyebabkan preokupasi&ketakutan
bahwa mereka menderita penyakit yg
serius,padahal tdk ditemukan penyebab
medis.
Percaya bahwa mereka menderita
penyakit yang parah yg belum
terdeteksi&tdk dpt diyakinkan akan
kebalikannya.

4. Gangguan Dismorfik Tubuh

Preokupasi dgn suatu cacat tubuh yg


dikhayalkan (tdk memiliki hidung), atau suatu
penonjolan distorsi dari cacat yg minimal atau
kecil.

Ggg dlm kehidupan pribadi, sosial & pekerjaan.

5. Gangguan Nyeri

Adanya nyeri pd 1 atau lebih tempat yg tidak


sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau
neurologis nonpsikiatrik.

Ada hubungan dgn faktor psikologis.

Epidemiologi :
Wanita > Pria

Berhubungan terbalik dgn posisi sosial


Biasanya onset sebelum usia 30 tahun

Etiologi :
1. Faktor Psikososial
Menghindari tanggung jawab, tdk bisa menyelesaikan
masalah, ekspresi emosi yang tdk bisa diungkapkan dgn
kata-kata.
2. Faktor Biologis
Genetik, gangguan metabolisme zat di otak.
3. Faktor prilaku
4. Faktor interpersonal
Prognosis :

Baik
Semakin lama gejala semakin buruk prognosisnya.

DD/ :

Sklerosis multiple
Miastenia gravis
SLE
Simptom awal AIDS
Hipertiroid
Hiperparatiroid
Infeksi sistemik kronis
Sindroma Guillen-Barre
Neuritis optik

Terapi :
Farmakoterapi :
Psikotropik bila ada ggg mood atau ggg kecemasan.
Analgesik ( ggg nyeri )
Antidepressan
Anxiolitik
Psikoterapi :
Psikoterapi kelompok
Hipnosis
Terapi perilaku

VII.
A.

Gangguan Neurotik Lainnya


Neurastenia
Keluhan utama yaitu kelemahan fisik hanya
karena kegiatan ringan disertai nyeri dan sakit
otot dan tidak mampu untuk rileks.
Ciri Khas : Kekhawatiran pasien pada kelelahan
dan kelemahan serta penurunan efisiensi
mental dan fisik.

B. Sindrom Depersonalisasi-Derealisasi
Keadaan dimana pasien mengeluh bahwa
aktivitas mentalnya, tubuhnya, lingkungannya,
menjadi berubah kualitasnya sehingga menjadi
tidak nyata dan asing.

Kriteria Diagnosis :
1. Gejala depersonalisasi yaitu pasien
merasa pengalamannya seperti terlepas,
jauh,bukan dirinya, hilang, dsb
2. Gejala derealisasi yaitu orang atau
lingkungan sekitarnya tidak nyata, jauh,
semu, tanpa warna, tidak hidup, dsb
3. Memahami bahwa hal tersebut
merupakan spontan dan subjektif dan
bukan disebabkan oleh kekuatan dari
luar atau orang lain
4. Pengindraan tidak terganggu dan tidak
ada keadaan kebingungan atau epilepsi

You might also like