You are on page 1of 32

REFERAT RADIOLOGI

OSTEOCHONDROMA

Pembimbing:
dr. Lydia T Purba .Sp.Rad

Disusun oleh:
Michael Mettafortuna Sephberlian
1061050005

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


PERIODE 6 APRIL 2015 9 MEI 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2015
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas karunia dan rahmat yang diberikan,
sehingga penulisan referat yang berjudul Osteochondroma dalam rangka memenuhi tugas
kepaniteraan klinik Radiologi sebagai syarat kelulusan dapat terselesaikan tanpa hambatan dan
rintangan yang berarti.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari
bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga atas bantuan dan
pengertiannya selama penulisan karya tulis ini serta yang terhormat:
1.

dr. Lidya T Purba,Sp. Rad sebagai pembimbing

2. Staff dan pengajar kepaniteraan klinik Radiologi


Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam pengembangan
informasi ilmiah baik bagi penulis, mahasiswa, institusi dan masyarakat.

Jakarta, April 2015

Penulis

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Tujuan

I.3 Manfaat

I. Anatomi

II. Histologi

III. Definisi

....

11

IV. Epidemiologi

12

V. Etiologi

13

VI. Patofisiologi

13

VII. Lokasi dan Klasifikasi

14

VIII. Manifestasi Klinik

16

IX. Pemeriksaan

17

X. Pemeriksaan Radiologi

18

XI. Diagnosis Banding

27

XII. Penatalaksanaan

29

XIII. Prognosis

30

BAB III KESIMPULAN

31

DAFTAR PUSTAKA

32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat
neoplastik.Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang
baru dan abnormal disebut neoplasma.Tumor dapat bersifat jinak atau ganas :1,2
1. Tumor jinak, yaitu tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi
membesar dan menekan jaringan sekitarnya dan umumnya tidak bermetastasis.
2. Tumor ganas, yaitu tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya sambil merusak dan
menekan dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
Klasifikasi tumor tulang menurut WHO ditetapkan berdasarkan atas kriteria
histologis.Dalam

menentukan

apakah

tumor

bersifat

jinak

atau

ganas

yang

perlu

dipertimbangkan adalah sifat sifat tumor, asal usul sel serta pemeriksaan histologis.Sel sel
dari muskuloskeletal berasal dari mesoderm tapi kemudian berdiferensiasi menjadi beberapa sel
yakni, osteoklas, kondroblas, fibroblast, dan mieloblas. Oleh karena itu sebaiknya klasifikasi
tumor tulang didasari atas asal sel, yang bersifat osteogenik, kondrogenik, atau mielogenik.1
Osteochondroma adalah tumor (non-kanker) jinak yang berkembang selama masa kanakkanak atau remaja.Osteochondroma biasanya dianggap sebagai tumor tulang jinak meskipun
lebih tepat dianggap sebagai pertumbuhan abnormal yang terbentuk di permukaan tulang dekat
lempeng pertumbuhan dan terdiri dari tulang keras dan tulang rawan.3
Lempeng pertumbuhan adalah area pengembangan jaringan tulang rawan di dekat ujung
tulang panjang pada anak-anak.Pertumbuhan tulang terjadi di sekitar lempeng pertumbuhan, dan
ketika seorang anak menjadi dewasa penuh, lempeng pertumbuhan mengeras menjadi tulang
padat.Saat masa pertumbuhan anak, osteochondroma dapat tumbuh lebih besar. Setelah anak
telah mencapai kematangan tulang, osteochondroma yang ada biasanya berhenti tumbuh juga.3

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Gambar 1. Klasifikasi Tumor Primer yang mengenai Tulang


I.2. Tujuan
Tujuan makalah kita memahami tentang:
1. Anatomi Tulang
2. Histologi Tulang
3. Definisi Osteochondroma
4. Epidemiologi Osteochondroma
5. Etiologi Osteochondroma
6. Patofisiologi Osteochondroma
7. Lokasi dan Klasifikasi Osteochondroma
8. Manifestasi Klinik Osteochondroma
9. Pemeriksaan Osteochondroma
10. Pemeriksaan Radiologi Osteochondroma
11. Diagnosis Banding Osteochondroma
12. Penatalaksanaan Osteochondroma
13. Prognosis Osteochondroma
I.3. Manfaat
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

1. Menambah pengetahuan kita tentang Osteochondroma


2. Sebagai lini utama dalam kesehatan kita dapat mengenali Osteochondroma

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

ANATOMI

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada daerah intra-seluler. Tulang berasal dari
embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses osteogenesis menjadi tulang. Proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan
garam kalsium.1
Tulang dalam garis besarnya dibagi atas :1
1. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia,fibula, ulna dan humerus,dimana
daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut
metafisis. Daerah ini merupakan daerah yang sangat sering ditemukan adanya kelainan
atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak
mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah
lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang karpal.
3. Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scapula dan tulang pelvis.

Gambar 2. Tulang panjang (humerus)

II.

HISTOLOGI

Berdasarkan histologinya, maka dikenal :1

Tulang imatur (non-lamellar bone, woven bone, fiber bone)


Tulang ini pertama tama terbentuk dari osifikasi endokondral pada perkembangan
embrional dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi tulang yang matur dan pada
umur satu tahun tulang imatur tidak terlihat lagi. Tulang imatur ini mengandung jaringan

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

kolagen dengan substansi semen dan mineral yang lebih sedikit dibanding dengan tulang

matur
Tulang matur (mature bone, lamellar bone)
Tulang kortikal
Tulang trabekuler

Secara histologik, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel, jaringan
kolagen, dan mukopolisakarida.Tulang matur ditandai dengan sistem Haversian atau osteon yang
memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui korteks yang tebal. Tulang matur kurang
mengandung sel dan lebih banyak substansi semen dan mineral dibanding dengan tulang matur.1

Gambar 3. A. jaringan tulang kompakta, B. Osteon dalam diafisis pada tulang, C. Osteon, D. Osteosit
dalam lacuna

Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai lima fungsi utama,
yaitu:1
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam
seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru.
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam.
5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi selsel darah merah, sel-sel darah putih, dan trombosit.
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Pertumbuhan tulang dibagi atas:1


1. Pertumbuhan memanjang tulang
Pertumbuhan interstisial tidak dapat terjadi di dalam tulang,Oleh karena itu pertumbuhan
interstisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Ada dua lokasi
pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang, yaitu:1
a. Tulang rawan artikuler
Pertumbuhan tulang panjang terjadi pada daerah tulang rawan artikuler dan
merupakan tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah
epifisis.Pada tulang pendek, pertumbuhan tulang dapat terjadi pada seluruh daerah
tulang.
b. Tulang rawan lempeng epifisis
Tulang rawan lempeng epifisis memberikan kemungkinan metafisis dan diafisis
untuk bertumbuh memanjang.Lempeng epifisis adalah tulang rawan yang
berbentuk diskus (piringan) yang terletak antara epifisis dan metafisis.Lempeng
epifisis merupakan bagian tulang yang bertanggung jawab dalam perkembangan
dan pertumbuhan memanjang pada tulang matur. Terdapat beberapa tempat
osifikasi dalam tubuh yaitu pusat osifikasi primer,yang bertanggung jawab untuk
pertumbuhan tulang-tulang kecil seperti tulang lunatum, navikular, talus; pada
tulang panjang dikenal adanya osifikasi sekunder atau epifisis tekanan,misalnya
caput femur dan sendi lutut; dikenal pula adanya epifisis traksi atau apofisis pada
daerah trokanter mayor, trokanter minor, tuberkulum mayus humeri, sehingga
perkembangan dan pertumbuhan tulang pada tempat-tempat tersebut dapat terjadi
melalui tekanan atau tarikan yang sesuai dengan hokum Wolff. Proses
pertumbuhan ini terus-menerus pada manusia selama hidupnya.
Perkembangan dan pertumbuhan sistem muskuloskeletal merupakan suatu proses
yang berkelanjutan dimana terjadi pembentukan, maturasi serta perombakan dari
jaringan mesenkim, pembentukan tulang rawan kemudian terjadi perombakan
kembali menjadi tulang.1
Vaskularisasi lempeng epifisis berasal dari arteri metafisis dan arteri
epifisis.Epifisis

dan

lempeng

epifisis

mempunyai

vaskularisasi

yang

unik.Permukaan epifisis ditutupi oleh tulang rawan artikuler. Pembuluh darah


epifisis juga bertanggung jawab terhadap vaskularisasi sel-sel lempeng epifisis
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

sehingga bila terjadi iskemi pada epifisis maka akan terjadi kerusakan lempeng
epifisis yang menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan memanjang tulang.
Pertumbuhan memanjang tulang berasal dari lempeng epifisis dimana epifisis
berkembang dalam tiga dimensi dari zona tulang rawan sendi yang dalam.2
Lempeng epifisis tersusun atas tiga lapisan, yaitu :2
1) Zona pertumbuhan
Germinal
Proliferasi
Palisade
2) Zona transformasi tulang rawan
Hipertrofi
Kalsifikasi
Degenerasi
3) Zona osifikasi
Vascular entry
Osteogenesis

Gambar 4. Photomicrograph dari lempeng epifisis

2. Pertumbuhan melebar tulang


Pertumbuhan melebar terjadi akibat pertumbuhan aposisi osteoblas pada lapisan dalam
periosteum dan merupakan suatu jenis osifikasi intramembran.1
3. Remodelling tulang
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Selama pertumbuhan memanjang tulang maka daerah metafisis mengalami remodelling


(pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara
progresif.1
III.
Definisi
Osteokondroma berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan chondroma yang berarti
tumor jinak atau pertumbuhan menyerupai tumor yang terdiri dari tulang rawan hialin matur,
sehingga osteokondroma dapat didefinisikan sebagai tumor jinak pada tulang yang terdiri dari
penonjolan tulang dewasa yang dilapisi tulang rawan yang menonjol dari kontur lateral tulang
endokondral.

IV.

EPIDEMIOLOGI
Dari seluruh tumor tulang primer, 65,8 % bersifat jinak dan 34,2 % bersifat ganas. Ini

berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu yang bersifat ganas. Perbandingan insidens
tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama. Tumor jinak primer tulang yang paling sering
ditemukan adalah osteoma (39,3 %), osteokondroma (32,5 %), kondroma (9,8 %), dan sisanya
adalah tumor tulang jinak yang lain.5
Tumor Jinak
Tumor Ganas
Jenis
Insiden
Jenis
Insiden
Osteoma
39,3 %
Osteogenik sarcoma
48,8 %
Osteokondroma
32,5 %
Giant cell tumor
17,5 %
Kondroma
9,8 %
Kondrosarkoma
10 %
Tumor Jinak Lainnya 18,4 %
Tumor Ganas lainnya 23,7 %
Tabel 1. Insidens tumor jinak dan tumor ganas pada tulang
Osteochondroma biasa ditemukan pada remaja atau anak-anak, jarang pada bayi atau
neonatus.Osteochondroma berkembang selama masa kanak-kanak (periode pertumbuhan tulang)
tetapi sekali dibentuk akan menetap untuk sisa hidup individu tersebut dan paling sering
ditemukan secara tidak sengaja.6
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Untuk osteochondroma soliter,tidak ada prevalensi untuk laki-laki atau perempuan.


Herediter Multiple Osteochondroma lebih sering pada laki-laki daripada perempuan dan lebih
banyak ditemukan pada ras Kaukasia dibandingkan ras lainnya, sekitar 0,9-2 individual per
100.000 populasi.5
Osteochondroma soliter menunjukkan predileksi untuk bagian metafisis pada tulang
panjang, terutama femur (30%), humerus (26%) dan tibia (43%).Lesi jarang terdapat di tulang
carpal dan tarsal, patella, sternum, skull, dan tulang belakang. 4Transformasi ganas terjadi di
penutupan tulang rawan, dan jarang pada osteochondroma soliter sporadis(~ 1%), sedangkan
pada hereditary multiple exostoses tingkatnya jauh lebih tinggi(5- 25%).
V.

ETIOLOGI
Etiologinya tidak diketahui. Berdasarkan kemiripan penutupan tulang rawan terhadap

lempeng pertumbuhan, beberapa hipotesis telah diusulkan. Ini termasuk kemungkinan dari
kerusakan, rotasi dan aberasi dari lempeng pertumbuhan atau herniasi dari lempeng

pada

metafisis.6
VI.

PATOFISIOLOGI
Osteochondroma skeletal dianggap oleh beberapa penulis sebagai tumor dan oleh orang

lain sebagai gangguan pertumbuhan atau perkembangan lesi yang dihasilkan dari pemisahan
sebuah fragmen dari lempeng pertumbuhan epifisis, yang kemudian herniasi melalui manset
tulang periosteal yang biasanya mengelilingi lempeng pertumbuhan(encoche of Ranvier). Oleh
karena itu, suatu osteochondroma dapat timbul dalam setiap tulang yang berkembang dari
osifikasi enchondral.7
Meskipun etiologi yang tepat dari pertumbuhan ini tidak diketahui, diperkirakan sebagian
perifer physis diduga mengalami herniasi dari lempeng pertumbuhan. Herniasi ini mungkin
idiopatik atau mungkin hasil dari trauma atau defisiensi cincin perichondrial. Apapun
penyebabnya, hasilnya adalah perpanjangan yang abnormal dari tulang rawan metaplastik yang
merespon faktor-faktor yang merangsang lempeng pertumbuhan dan dengan demikian
menghasilkan pertumbuhan exostosis.
Pulau tulang rawan mengatur ke dalam struktur yang mirip dengan epifisis. Karena
kartilago metaplastik dirangsang, pembentukan tulang enchondral terjadi, mengembangkan
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

tulang bertangkai (bony stalk). Teori ini diduga untuk menjelaskan temuan klasik dari
osteochondroma terkait dengan lempeng pertumbuhan dan tumbuh jauh dari physis tetap masih
berada dalam medulernya. Teori ini juga diduga untuk menjelaskan keadaan klinis exostosis
tumbuh hanya sampai rangka mencapai usia matur.5,7

VII.

LOKASI & KLASIFIKASI

Paling sering timbul dari kerangka apendikular, terutama di sekitar lutut.1

ekstremitas bawah: 50% dari semua kasus


femur(terutama distal): paling umum: 30%
tibia(terutama proksimal): 15 - 20%
lokasi kurang umum: kaki, tulang belikat
ekstremitas atas
humerus: 10 - 20%
lokasi kurang umum: tangan, panggul
tulang: bagian posterior tulang belakang adalah lokasi yang tidak umum ditemukan
pada tumor ini, tetapi bukan berarti jarang.2
Osteochondroma

dapat

berkembang

sebagai

tumor

tunggal

(exostosis

osteocartilaginous) atau sebagai tumor banyak (multiple osteochondromatosis). Karena


gejala dan pilihan pengobatan dapat bervariasi tergantung pada bentuk yang terjadi pada
pasien.3
KLASIFIKASI OSTEOCHONDROMA
1. OSTEOCHONDROMA SOLITER
Osteochondroma soliter adalah bentuk tumor tulang jinak yang paling sering
ditemukan, sekitar 35%-40% dari semua tumor tulang jinak.Ketika anak berkembang,
osteochondroma soliter bisa juga berkembang jika tulangnya tumbuh di luar lempeng
pertumbuhan tetapi masih berada dalam lempengnya. Osteochondroma soliter umumnya
ditemukan pada bagian akhir tulang panjang untuk membentuk persendian seperti lutut,
pelvis, dan bahu.5

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Pada perkembangan tulang ini mungkin memiliki tangkai atau batang yang menonjol
dari tulang normal.Jika tumor memiliki tangkai, struktur disebut pedunkulata. Jika
perkembangan tumor melekat pada tulan dengan basis yang lebih luas, hal itu disebut
sessile.5
Penyebab pasti osteochondroma tidak diketahui. Ini bukan akibat dari trauma. Lakilaki

dan

perempuan

sama-sama

memiliki

kemungkinan

terkena

tumor

ini.

Osteochondroma dianggap terkait dengan gen yang disebut EXT1. Mekanisme defek
dalam gen ini dapat menyebabkan tumor saat ini kurang dipahami.3
Dalam banyak kasus, osteochondroma soliter tidak menimbulkan gejala, atau gejala
mungkin timbul lama setelah tumor berkembang. Osteochondroma yang paling sering
didiagnosis pada pasien berusia 10 sampai 30 tahun.5
2. MULTIPLE HEREDITARY EXOSTOSIS
Multiple osteochondromatosis dikenal juga sebagai multiple osteocartilaginous
exostosis, multiple hereditary exostosis (MHE), familial osteochondromatosis, multiple
hereditary osteochondromatosis, atau diaphyseal aclasi.6
Jumlah dan lokasi osteochondroma bervariasi. Kedua tumor pedunkulata dan sessile
dapat berkembang. Dalam kasus yang lebih parah, beberapa osteochondromatosis dapat
menyebabkan tulang tumbuh tidak normal. Sebagai contoh, banyak pasien memiliki
postur yang pendek dan kelainan bentuk lengan.5
Karena tanda-tanda lebih jelas, anak-anak dengan beberapa osteochondroma sering
diidentifikasi lebih awal. Namun, seperti osteochondroma soliter, osteochondromatosis
ringan tidak dapat didiagnosis sampai awal masa dewasa. Beberapa osteochondromatosis
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.7
Risiko tumor jinak berubah menjadi kanker (transformasi maligna) lebih besar dari
osteochondroma soliter. Sekitar 70% dari osteochondromatosis diturunkan dan 30%
lainnya dari kasus terjadi secara acak. Seperti soliter osteochondroma, perubahan pada
gen yang disebut gen EXT diperkirakan menjadi penyebab penyakit ini, dan penelitian
sedang dilakukan.7

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Gejala multiple osteochondromatosis mirip dengan soliter osteochondroma, hanya


sering lebih parah. Hal ini dapat menyebabkan benjolan menyakitkan di lokasi tumor.
Nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang timbul akibat tumor menekan jaringan lunak,
saraf, atau pembuluh darah.7

VIII. MANIFESTASI KLINIK


Osteochondroma biasanya tanpa gejala , oleh karena itu, gejala klinis adalah massa
yang tumbuh lambat dan kurang nyeri pada tulang yang terlibat. Namun, gejala yang
signifikan dapat terjadi sebagai akibat dari komplikasi sepert patah tulang, tulang deformitas
atau masalah pada sendi.
Gejala osteochondroma meliputi:5

Sebuah benjolan menyakitkan dekat sendi. Lutut dan bahu yang paling sering

terlibat.
Nyeri ketika beraktivitas. osteochondroma dapat berada di bawah tendon (jaringan
fibrosa yang menghubungkan otot dengan tulang). Ketika itu, tendon dapat
bergerak dan "menyentak" bagian atas tumor tulang, sehingga menyebabkan rasa

nyeri.
Mati rasa atau kesemutan. Sebuah osteochondroma dapat terletak dekat saraf,
seperti di belakang lutut. Jika tumor memberikan tekanan pada saraf, mungkin ada

mati rasa dan kesemutan di tungkai tersebut.


Perubahan dalam aliran darah. Tumor yang menekan pada pembuluh darah dapat
menyebabkan perubahan periodik dalam aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan
hilangnya pulsasi atau perubahan warna ekstremitas. Jarang terjadi perubahan

dalam aliran darah akibat osteochondroma.


Rasa nyeri timbul sebagai akibat dari peradangan atau pembengkakan bursal,atau
bahkan karena fraktur dasar tangkai tumor.Jika ada tumor di columna vertebra,
mungkin ada kifosis, spondylolisthesis jika dekat dengan ruang intervertebralis.
Tanda-tanda klinis transformasi maligna adalah rasa nyeri, pembengkakan dan

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

pembesaran massa. Gejala ini timbul sebagai efek mekanik dari lesi, fraktur, atau
transformasi maligna. 5
Gejala mekanik meliputi:7

Penekanan pada struktur terdekat


kompresi saraf
kompresi vaskular
reaktif myositis
teraba benjolan
pembentukan bursal dan bursitis
Fraktur terjadi biasanya melalui leher lesi pedunkulata.Pertumbuhan yang berlanjut dan

atau rasa sakit setelah maturitas sketetal telah tercapai,dicurigai sebagai degenerasi ganas.6
IX.

PEMERIKSAAN

Untuk menetapkan diagnosis tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu :6

Anamnesis
1. Umur
2. Lama dan perkembangan tumor
3. Nyeri
4. Pembengkakan
5. Riwayat keluarga
Pemeriksaan klinis
1. Lokasi
2. Besar, bentuk, batas dan sifat tumor
3. Gangguan pergerakan sendi
4. Spasme otot dan kekakuan tulang belakang
5. Fraktur patologis
Pemeriksaan neurologis
Bila terdapat gejala gangguan neurologis pada penderita, maka pemeriksaan neurologis
perlu dilakukan secara cermat untuk menentukan apakah gangguan ini timbul oleh karena
penekanan tumor pada saraf tertentu.
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan
histologi, untuk membantu menetapkan diagnosis serta staging tumor.Dikenal ada dua
metode pemeriksaan biopsi yaitu :3
1. Biopsi tertutup
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Dilakukan dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration, FNA) untuk
melakukan sitodiagnosis, merupakan salah satu cara biopsi untuk melakukan diagnose
pada tumor.
2. Biopsi terbuka
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.
X.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan yang sngat penting dalam

menegakkan diagnosis tumor tulang. Dilakukan foto polos lokal pada lokasi lesi atau foto survey
seluruh tulang (bone survey) apabila dicurigai adanya tumor yang bersifat metastasis atau tumor
primer yang dapat mengenai beberapa bagian tulang.4
1. Foto polos tulang
Foto polos tulang adalah pemeriksaan pertama yang diperlukan dan dapat menjadi ciri khas
dari lesi. Osteochondroma akan muncul sebagai batang atau tonjolan yang muncul dari
permukaan tulang. Ini menunjukkan kecenderungan predileksi untuk metafisis dan tambahan
dari tendon pada tulang panjang. Batasan biasanya jelas dan jarang irreguler, meskipun
tumor tampaknya terus-menerus dengan korteks tulang. Biasa ditemukan serpihan kalsifikasi
atau gangguan linier dalam komponen tulang rawan dari osteochondroma tersebut.
Kalsifikasi ini muncul sebagai daerah radiopak.3,4

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Gambar 5.
X-ray: Sebuah lesi khas pada tulang paha
kanan.Perhatikan tonjolan pada permukaan
eksternal dari tulang femur. Kalsifikasi linear
dalam lesi tumor juga jelas.

Gambar 6 .
X-ray: anteroposterior dari osteochondroma
tibialis.
Perhatikan
tonjolan
pada
permukaan eksternal dari tulang tibia.

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Gambar 7.
Gambaran sessile pada distal femur
osteochondroma

Gambar 8.
multiple hereditary osteochondroma
pada distal femur dan proximal
tibia/fibula

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Gambar 9.
Tampak osteokondroma 1/3 proksimal
tulang humerus berbentuk kembang kol

Gambar 10.
Osteokondroma sessile pada os tibia 1/3
distal

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Gambar 11.
Osteokondroma bertangkai di
tulang fibula

Gambar 12.
Penonjolan bertangkai di
metafisis tulang tibia proksimal
dengan kalsifikasi

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Gambar 13.
Osteokondroma multipel

Gambar 14.
Hereditary Multiple Exostoses
(HME)

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Gambar 15.
Pedunculated Osteochondroma

Gambar 16.
Sessile Osteochondroma

2. CT-Scan
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Computed

tomography

adalah

metode

sangat

akurat

untuk

menggambarkan

osteochondroma pada kolumna tulang belakang, bahu, dan panggul. Secara khusus, jika
kompresi myelopathy telah terjadi, CT mielografi menjadi pemeriksaan pilihan. CT dapat
menggambarkan lesi tulang secara rinci, serta menunjukkan adanya kalsifikasi.Kemampuannya
dalam membedakan suatu osteochondroma dari osteosarcoma telah menjadi bahan perdebatan.
Kriteria yang digunakan adalah ketebalan tulang rawan pada tumor. Kerugian dari CT adalah
bahwa ia tidak bisa memperkirakan aktivitas metabolik, indikasi serius keganasan tumor
apapun.4

Gambar 17. CT scan panggul menggambarkan osteochondroma soliter


besar

Gambar 18. CT scan dari osteochondroma sessile humerus

3. USG
USG

adalah

pemeriksaan

pilihan

ketika

ada

kecurigaan

dari

aneurisma

atau

pseudoaneurysms dan arteri atau vena trombosis. Ini adalah metode yang akurat untuk
memeriksa tutup kartilaginosa dari osteochondroma tersebut sebagai daerah hypoechoi c di atas
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

korteks tulang yang relevan. Hal ini juga satu-satunya cara untuk menentukan sebuah bursitis.
Namun,USG tidak dapat menggambarkan bagian tutup lempeng epifisis jika ada perkembangan
tumor ke bagian dalam.4
4. Kedokteran Nuklir
Metode skintigrafi sedang digunakan untuk memeriksa aktivitas metabolisme tumor.
Sayangnya, aktivitas metabolik hanya hadir dalam lesi jinak. Thallium 201 digunakan untuk
mendeteksi transformasi maligna dari HME. Penting untuk mengetahui bahwa masih mungkin
membedakan osifikasi malignan, hiperemia dan reaksi osteoblastik dalam chondrosarcoma
melalui skintigrafi.4

Gambar 19. Perhatikan exostosis sklerotik yang timbul dari trochanter mayor kiri.
Technetium-99m (99mTc) diphosphonate scintigram(kiri) menunjukkan aktivitas yang
intensdi wilayah trokanter mayor kiri yang lebih besar.

5. MRI
MRI adalah yang paling tepat. Metode pencitraan untuk kasus gejala massa tulang karena
dapat menggambarkan morfologi yang tepat dari tumor, arteri dan vena kompromi dan lesi saraf.
Selain itu, MRI dapat menunjukkan kemungkinan kekambuhan jika didiagnosis tumor ganas.
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Dalam rangka untuk mendapatkan gambaran penuh tumor, MRI dilakukan dicoronal, sagital, dan
paracoronal pesawat parasagital.3

Gambar 20. MRI sessile osteochondroma femur menunjukkan ketebalan


tutup tulang rawan.

XI.

DIAGNOSIS BANDING
1. CHONDROSARKOMA
Chondrosarkoma merupakan tumor ganas tulang berasal dari jaringan tulang rawan.
Di dalam lesi dapat tampak jaringan tulang rawan tumor, tanpa jaringan osteoid. Lebih
sering pada laki-laki daripada wanita dan terutama ditemukan pada umur 30-45 tahun.
Lokasi terutama pada daerah panggul, bahu, lutut.5
Gambaran radiologis pada foto rontgen terlihat bayangan tumor yang besar dan
kadangkala meluas ke luar dari korteks sampai ke dalam jaringan lunak. Gambaran khas
yang dapat ditemukan adalah perkabutan yang ireguler dengan translusen yang ringan
serta bintik-bintik kalsifikasi dengan jumlah dan ukuran yang bervariasi.3

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Gambar 21.
Caput
fibula
kiri
menunjukkan lesi yang berisi
kalsifikasi chondroid matriks
yang khas. Low-grade tumor.

2. OSTEOSARKOMA
Osteosarkoma adalah tumor ganas primer tulang yang paling sering ditemukan, predileksi
pada remaja dan dewasa muda, kekhasan patologinya adalah sel sarcoma memproduksi
jaringan osteoid. Lokasi tersering adalah ujung distal femur dan proksimal tibia, tumor pada
50% lebih pasien timbul di sekitar lutut, lalu proksimal humerus, proksimal fibula, dll.6
Gambaran radiologi adalah destruksi matriks tulang difus, infiltratif di metafisis tulang
panjang.Reaksi

periosteum

berupa

segitiga

Codman

atau

seperti

pancaran

sinar

matahari.Segitiga Codman adalah periosteum yang terangkat di tepi tumor di tempat


berbatasan dengan korteks tulang, terbentuk tulang baru, tampak sebagai segitiga reaksi
periosteum.Bayangan seperti pancaran sinar matahari merupakan gambaran tumor
menginfiltrasi ke dalam jaringan lunak, membentuk tulang tumor yang tegak lurus terhadap
diafisis.6

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Gambar 22.
Foto lateral femur distal pada anak
dengan osteosarcoma melibatkan
metafisis
dan
metadiaphysis.
Perhatikan
segitiga
Codman
(panah putih), dan massa jaringan
lunak yang besar(panah hitam).

XII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan osteochondroma tulang bersifat individual. Pasien dengan lesi kecil tanpa
gejala atau minimal gejala, temuan pencitraan yang khas, dan tidak ada gangguan fungsional
atau mekanis atau deformitas progresif harus diamati secara teratur untuk kemungkinan regresi
spontan atau transformasi keganasan. Namun, pengobatan harus bertujuan

juga pada

pencegahan cacat.7
Pengobatan pilihan adalah operasi.Tumor harus benar-benar dipotong untuk menghindari
kekambuhan. Evaluasi lengkap dari pasien membutuhkan pemeriksaan fisik, CT, MRI dan biopsi
dari lesi. Kehadiran osteochondroma asimtomatik soliter bukan merupakan indikasi untuk bedah
eksisi, karena risiko dari operasi yang lebih serius daripada yang ditimbulkan oleh tumor.Ketika
exostosis yang menjadi begitu besar menimbulkan gejala nyeri persisten atau nyeri saat aktivitas,
maka lesi harus dipotong. Indikasi lainnya adalah lesi pada saraf seperti kompressi.5
Eksisi bedah wajib dilakukan jika terjadi perubahan dari ketebalan tulang rawan atau
ditemukan pembesaran tumor. Bedah tetap menjadi pengobatan pilihan jika ada komplikasi dari
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

osteochondroma tersebut. Komplikasi yang paling umum termasuk patah tulang, gejala perifer
saraf seperti paresthesia, paraplegia, neuropati peroneal dan neuropati ekstremitas atas.6
XIII. PROGNOSIS
Eksisi osteochondroma biasanya bersifat kuratif . Kekambuhan dapat dilihat ketika eksisi
tidak tuntas. Beberapa kambuh atau kekambuhan pada eksisi yang tuntas pada lesi menimbulkan
kecurigaan keganasan.7

BAB III
KESIMPULAN

Osteochondroma merupakan tumor tulang yang paling umum, dan penampilan radiografi
dari lesi terdiri dari tulang kortikal dan menunjukkan kontinuitas meduler dengan tulang yang
mendasari orang tua sering patognomonik. Osteochondromas yang sesil atau melibatkan daerah
kompleks anatomi (tulang belakang atau panggul) sering lebih baik dinilai dengan CT atau MRI
untuk mendeteksi sumsum karakteristik dan kontinuitas kortikal. Banyak komplikasi yang
berhubungan dengan osteochondromas termasuk fraktur, kompromi vaskuler, neurologis
sequelae, pembentukan bursa atasnya, dan transformasi ganas. Komplikasi ini lebih umum pada
pasien dengan lesi multipel (HME) sebagai lawan osteochondromas soliter. Pencitraan biasanya
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

memungkinkan identifikasi dan diferensiasi penyebab gejala. Transformasi ganas untuk


chondrosarcoma terjadi pada sekitar 1% dari lesi soliter dan 3% -5% pasien dengan HME.

DAFTAR PUSTAKA
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

1. Allan, G & Blonchi, S, et al. 2009. Paediatric Musculoskeletal Disease. Cambridge:


Cambridge University Press.
2. Appley, A.G & L. Solomon. 2010. Appley System Of Orthopaedics And Fractures.
Oxford: ELBS
3. Sjahriar R, dkk. Radiologi diagnostic. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009.
4. Suton, David.

Textbook of radiology and imaging, volume 2, seventh edition.

Philadelphia: Springer. 2010.


5. Murphey, M. Et al. 2010. Imaging of osteochondroma : Variant complication with
radiologic corelation.
6. Schmall, G.A. et al. 2008. Hereditery Multiple Osteochondroma. Seattle: NCBI Book
Shelf.
7. Judith VMG. Orphanet Journal of Rare Disease. Multiple Osteochondromas. Netherlands.
2011.

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


Periode 6 April 9 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

You might also like