Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita
meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli,
epilepsi, retardasi mental. Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri
itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang
bayi di bawah usia 2 tahun (Marilynn E. 1999).
Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman
tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu
penyebab meningitis terparah. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding
orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan
bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita
kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau
keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan
semakin parah setelah beberapa bulan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan meningitis?
2. Apa saja etiologi pada meningitis?
3. Bagaimana klasifikasi meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi pada meningitis?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada meningitis?
6. Bagaimana WOC pada meningitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada meningitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan dan medikamentosa pada meningitis?
9. Apa saja data fokus yang perlu dikaji pada kasus meningitis?
10. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada kasus meningitis?
11. Apa saja NOC, NIC, dan rasional dari intervensi pada kasus meningitis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi meningitis.
2. Untuk mengetahui etiologi pada meningitis.
3. Untuk mengetahui klasifikasi pada meningitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi pada meningitis.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada meningitis.
6. Untuk mengetahui WOC pada meningitis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada meningitis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Meningitis
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di
otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun
penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D, 1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (Long, 1996)
B. Etiologi
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa
pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa
mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya
kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Dikarenakan infeksi bakteri adalah
yang paling serius dan dapat mengancam jiwa, identifikasi sumber infeksi adalah bagian
penting dari perencanaan pengobatan. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat
jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan
tubuh) seperti pada penderita AIDS. (Marilynn E. 1999)
a. Bacterial meningitis (meningitis karena bakteri)
Acute bacterial meningitis biasanya terjadi ketika bakteri masuk ke dalam aliran darah
dan berpindah ke otak dan tulang belakang. Tetapi juga dapat terjadi ketika bakteri
secara langsung menyerang membran, akibat dari infeksi telinga atau sinus atau
kerusakan tengkorak.
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan acute bacterial meningitis secara umum
antara lain:
a) Streptococcus pneumonia (pneumococcus)
b) Neisseria meningitis (meningococcus)
c) Haemophilus influenzae (haemophilus)
d) Listeria monocytogenes (listeria)
Klien yang mempunyai kondisi seperti : otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau
sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur
tulang tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis. Selain
itu juga dapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun, seperti : AIDS dan
defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.
b. Viral meningitis (meningitis akibat virus)
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptic meningitis. Viral meningitis
biasanya ringan dan sering hilang dengan sendirinya dalam dua minggu. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti : campak,
mumps, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu
metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga
mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan
disfungsi sel dan gangguan neurologic.
c. Chronic meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis | 3
(b) Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme
otot-otot leher.
(c) Tanda kernik positip.
(d) Tanda brudzinki positif.
b. Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium-stadium yaitu :
a) Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi perlahanlahan yaitu: demam ringan atau kadang-kadang tidak demam, nafsu makan
menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu, bila
tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka stadium prodomal
berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium terminal.
b) Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu kaku
kuduk, tanda brudzinky I dan II positif, mata juling, kelumpuhan dan gangguan
kesadaran.
c) Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran menurun
sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas tinggi dan akhirnya
c.
meninggal.
Pada viral meningitis (meningitis akibat virus) ditemukan tanda dan gejala : ruam,
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Biodata
1) Nama
:
2) Usia
:
3) Alamat
:
4) Jenis kelamin
:
5) Pendidikan
:
6) Agama
:
7) Suku bangsa
:
8) Diagnosa medis :
b. Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat kesehatan dahulu
:
:
:
Asuhan Keperawatan Meningitis | 8
frekuensi
napas
berhubungan
dengan
peningkatan
laju
metabolisme umum
d) Tekanan darah:
Biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda - tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
e) Pemeriksaan menyeluruh
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a. Pemeriksaan Kaku kuduk
b. Pemeriksaan Tanda Kernig
c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
f. Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 9
b. Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, dan kultur.
c. Pemeriksaan Radiologis
Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal) dan foto dada.
Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, dan bila mungkin
dilakukan CT Scan. (Harsono. 1996)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan cerebral b.d peningkatan tekanan intracranial.
2. Nyeri akut b.d proses infeksi.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.
(Nurarif, amin Huda 2013)
C. Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan kriteria
intervensi
Rasional
hasil
Dx 1 :
Ketidakefektifan
Perfusi jaringan
cerebral b.d
peningkatan
tekanan
intracranial
Noc
Circulation
1. Pertahankan tirah
1. Perubahan tekanan
CSS mungkin
status
Tissue prefusion
merupakan potensi
: cerebral
Kriteria hasil :
Mendemostrasi
adanya resiko
herniasi batang
dilakukan pungsi
otak yang
lumbal.
memerlukan
kan status
sirkulasi yang
tindakan medis.
2. Pengkajian
neorologis dengan
kecenderungan
dandistole
teratur dan
adanya perubahan
dalam rentang
bandingkan dengan
tingkat kesadaran
ang diharapkan
Tidak ada
keadaan normalnya
dan potensial
ditandai.
Tekanan sytole
ortostatikhi
seperti GCS.
3. Kaji adanya regiditas
nkal, gemetar,
peningkatan TIK
adalah sangat
pertensi
Tidak ada
kegelisahan yang
berguna dalam
meningkat, peka
menentukan lokasi
tanda tanda
rangsangan dan
penyebaran atau
peningkatan
adanya serangan
luasnya dan
tekanan
intrakranial
(tidak lebih
kejang.
4. Pantau tanda vital.
5. Pantau frekuensi
dari 15
irama jantung.
6. Pantau pernafasan
menit )
Mendemost
rasikan
pernafasan.
7. Pantau suhu dan juga
perkembangan dari
keruskan serebra
3. Merupakan indikasi
adanya iritasi
meningeal dan
mungkin juga
terjadi dalam
kemampuan
kognitif
sesuai kebutuhan,
penyembuhan dari
yang ditndai
batasi penggunaan
dengan :
Berkomuni
kasi dengan
jelas dan
selimut.
8. Pantau masukan
makanan dan keluaran
9. Bantu pasien untuk
sesuai
berkemih, membatasi
dengan
batuk, muntah
kemampuan
Menunjuka
mengejan, anajurkan
pasien untuk
n perhatian ,
mengeluarkan nafas
konsentrasi
selama peregerakan
dan
atau perpindahan
orientasi
Memprose
tempat tidur.
10. Berikan tindakan yang
informasi
Membuat
menimbulkan rasa
keputusan
dengan
benar
Menunjuka
n fungsi
sensori
Motori
nyaman seperti
massase punggung
lingkungan yang
tenang suara yang
halus dan sentuhan
lembut.
11. Berikan waktu
trauma otak
4. Normalnya,
autoregulasi
mampu
mempertahankan
aliran darah
serebral dengan
konstan sebgai
dampak adanya
fluktasi pada
teakanan darah
sistematik
5. Perubahan pada
frekuensi dan
disritma dapat
terjadi, yang
mencerminkan
trauma atau
tekanan batang
otak pada tidak
adanya penyakit
jantung yang
cranial yang
istirahat antara
utuh :
aktivitas perawatan
tingkat
kesadaran
tindakan tersebut.
membaik,
tidak ada
gerakan
gerakan
involunter
mendasar
6. Tipe dari pola
pernafsan
merupakan tanda
yang berat dari
adanya peningkatan
TIK
7. Demam biasanya
berhubungan
dengan proses
inflamasi tetapi
mungkin
merupakan
komplikasi dari
kerusakan pada
hipotalamus
8. Hipertermia
meningkatkan
kehilangan air
takkasatmata dan
meningkatkan
resiko dehidrasi
9. Aktivitas seperti
akan meningkatkan
tekanan intratorak
dan intra abdomen
yang dapat
meningkatkan TIK
10. Meningkatkan
istirahat dan
menurunkan
stimulus sensori
yang berlebihan
11. Menecegah
kelelalahn
berlebihan aktivitas
Asuhan Keperawatan Meningitis | 12
yang dilakukan
secara terus
meenrus dapat
meningkatkan TIK
2.
Dx 2 :
Nyeri akut b.d
proses infeksi
Painlevel
1. Dukung untuk
1. Menurunkan iritasi
Pain control
menemukan posisi
meningeal, resultan
Comfor level
yang nyaman(kepala
ketidaknyamanan
Kriteria hasil
Mampu
agak tingi)
2. Berikan latihan
mengontrol nyeri
(tau penyebab
3.
rentang gerak
merelaksasikan
aktif/pasif.
Gunakan pelembab
ketegangan otot
nyeri, mampu
menggunakan
teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manjemen nyeri.
Mampu mengenali
lebih lanjut.
2. Dapat membantu
yang meningkatkan
reduksi nyeri atau
tidak nyaman
tersebut.
3. Meningkatkan
relaksasi otot dan
menurunkan rasa
sakit/ rasa tidak
nyaman.
4. Skala nyeri dan
TTV pasien dapat
terpantau.
5. Mungkin
diperlukan untuk
nyeri (skala,
menghilangkan
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang .
Dx 3 :
Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
berhubungan
dengan
penurunan
tingkat
kesadaran
Noc :
1. Tinggikan tempat
Respiratory
status
:ventilation
Respiratory
status :
Airway patency
Kriterial hasil :
tidur 30 derajat
2. Observasi frekuensi
irama pernafsan .
Perhatikan
1. Meningkatkan
drainase
dan
sekresi
menurunkan
terjadinya edema
2. Dapat
penggunaan otot
mengindikasikan
aksesoris, cuping
terjadinya
serak
Suara nafas yang 3. Periksa mulut
gagal
pernapasan
3. Pemeriksaan
hati
hati
diperlukan
terhadap
karena pendarahan
sianosis dan
pembengkakan,
mungkin
dyspeneu
perubahan warna
tersembunyi
(mampu
akumulasi sekret
pembuangan
mengeluarkan
peningkatan disfagia,
Menunjukan
jalan nafas yang
paten ( klien
tidak merasa
tercekik , irama
nafas ,frekuensi
pernafasan
dalam rentang
normal , tidak
ada suara nafas
abnormal )
Mampu
mengidentifikasi
material
mempertahankan
kebersihan
jalan
nafas.
4. Dapat
menindikasikan
wajah
5. Awasi tanda vital dan
pemebengkakan
perubahan mental
6. Auskultasi bunyi
nafas
7. Masukan pertahankan
drein
kan dan
intervensi terhadap
mencegah faktor
pernafasan
7. Drainase pada area
yang dapat
yang diperlukan
menghabat jalan
nafas
pembengkakan
mempengaruhi
jalan nafas.
D. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat
3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien (Budi Anna keliat, 1994)
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses
keperawatan (Diagnosa, tujuan untervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien,
perawatan dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan
dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika
tindakan belum hasil.
Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau
tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapu alternatif tersebut adalah :
1. Tujuan tercapai
2. Tujuan tercapai sebagian
3. Tujuan tidak tercapai. (Budi Anna Keliat, 1994)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu. Sedangkan ensefalitis
adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini hampir
sama dan khas. Yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh karena itu penatalaksanaannyapun
hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 15
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan bagaimana penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis. Semoga makalah ini dapat dijadikan
sumber literature yang layak digunakan untuk mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Donna D. (1999). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Ed.I. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Budi Anna keliat, (1994). Kapita Selekta Kedokteran FKUI. (1999). Jakarta : Media
Aesculapius.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan.Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 16
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa Indonesia,
Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC.
Nurarif, amin Huda (2013) Nanda NIC NOC, Yogyakarta : MediAction