Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Apendiks adalah organ berbentuk tabung yang berpangkal di sekum,
memiliki lumen yang sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian distal
(Sjamsuhidajat, 2010). Apabila terjadi proses peradangan yang timbul secara
mendadak pada daerah apendiks maka disebut dengan apendisitis akut
(Permenkes, 2014). Apendisitis akut merupakan masalah kegawatdaruratan
abdominal yang paling umum terjadi (Humes, 2006). Ditandai dengan adanya
perasaan tidak nyaman pada daerah periumbilikus, diikuti dengan anoreksia, mual
dan muntah yang disertai dengan nyeri tekan kuadran kanan bawah juga rasa
pegal dalam atau nyeri pada kuadran kanan bawah (Robbins, 2007). Penyakit ini
terjadi karena proses obstruksi di lumen apendiks, penyebab yang tersering adalah
akibat hiperplasia jaringan limfoid, fekalit, tumor dan cacing askaris
(Sjamsuhidajat, 2010).
Bila apendisitis akut tidak segera ditatalaksana maka akan menimbulkan
komplikasi yang membahayakan yaitu perforasi apendiks yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses (Papandria dkk, 2013). Berdasarkan penelitian
Papandria pada tahun 2013 sebanyak 683.590 pasien yang menderita apendisitis,
30,3% mengalami perforasi. Tindakan penatalaksanaan yang paling tepat pada
kasus apendisitis adalah apendektomi. Sekitar 30.000 orang menjalani
apendektomi setiap tahun di Amerika Serikat (R,David, 2015).
Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian
dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis yaitu membuat
diagnosis yang tepat (Omari dkk, 2014). Penegakan diagnosis apendisitis akut
didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik serta hasil laboratorium dan
pemeriksaan radiologi yang merupakan pemeriksaan penunjang. Selain itu
terdapat sistem penilaian yang dapat membantu dalam mendiagnosis apendisitis
akut yaitu skor Alvarado. Skor Alvarado terdiri dari 3 gejala, 3 tanda dan 2 hasil
Tahun
Judul
Metode
Peneliti
Ivan C.P
2010
Karakteristik
Penelitian
Retrospektif
penderita
deskriptif
apendisitis
di
RSUP H.Adam
Malik
Medan
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian
karakteristik penderita
apendisitis berdasarkan
jenis
kelamin
paling
yaitu
36
orang
Karakteristik
penderita
apendisitis
(41,7%).
Karakteristik penderita
apendisitis berdasarkan
suku
yaitu
terdapat
23
orang
(38,3%).
Karakteristik
penderita
apendisitis
berdasarkan
pekerjaan
2009
Karakteristik
pasien
Analisis
dan secara
diagnosis
deskriftif
histologi
23 orang (38,3%)
Dari hasil pengolahan
data didapatkan bahwa
apendisitis akut adalah
pada
apendisitis
terbanyak,
kasus apendisitis
perempuan
lebih
berdasarkan data
banyak
ditemukan
registrasi
menderita
apendisitis
di
Departemen
Patologi
Anatomi FKUI
banyak
Rumah
Sakit
Nasional
Pusat
ditemukan
Cipto
Mangunkusumo
pada
umur
2003-2007
tahun
11-20
apendisitis
tahun
akut
yaitu
32
pasien
dan
31-40
apendisitis
paling
pada
tahun
kronis
banyak
ditemukan
sebanyak
yaitu
21
pasien
2009
Hubungan
Analitik
apendisitis
kronis.
Dari
hasil
analisa
antara
skor
Alvarado
dan
temuan operasi
hubungan
apendisitis akut
di Rumah Sakit
Alvarado
Pendidikan
klinikohispatologi
Fakultas
dimana r=0,156
Kedokteran
Universitas
Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang
dan
pendek,mesoapendiks.
Mesoapendiks
berisi
arteria,
vena
Descendens
retrosekal
Pre-ileal
retroileal
daerah
apendiks
maka
disebut
dengan
apendisitis
akut
2. 1. 2 Epidemiologi
Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada negara
berkembang. Rata-rata 7% populasi di dunia menderita apendisitis dalam
hidupnya. Survei menunjukkan bahwa sekitar 10% orang di Amerika
Serikat dan negara Barat menderita apendisitis dalam suatu saat
(Robbins, 2007).
Menurut WHO (World Health Organization), insidensi apendisitis
di Asia pada tahun 2004 adalah 4,8% penduduk dari total populasi.
Apendisitis merupakan penyakit urutan keempat terbanyak di Indonesia
10
pada tahun 2006. Jumlah pasien rawat inap karena penyakit apendiks pada
tahun tersebut 28.949 pasien, berada di urutan keempat setelah dispepsia ,
duodenitis, dan penyakit sistem cerna lainnya. Pada rawat jalan, kasus
penyakit apendiks menduduki urutan kelima (34.386 pasien rawat jalan),
setelah penyakit pencernaan lain, dispepsia, gastritis dan duodenitis
(Depkes, 2008). Jumlah kasus apendisitis di Jawa Tengah tahun 2009
dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya menyebabkan kematian.
Jumlah penderita apendisitis tertinggi ada di Kota Semarang, yakni 970
orang.
2. 1. 3 Etiologi dan Faktor Risiko
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor
yang diajukan sebagai faktor pencetus. Di samping hiperplasia jaringan
limfoid, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.histolyca.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan-makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora
kolon biasa (Sjamsuhidajat, 2010).
Penyebab apendisitis adalah sumbatan yang terjadi pada lumen
apendiks. Adanya lendir pada lumen apendiks menyebabkan bakteri yang
hidup normal dalam apendiks berkembang biak. Akibatnya, apendiks
menjadi terifeksi dan terjadi inflamasi (MJ Spirt, 2010).
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak
kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insiden tertinggi pada kelompok
umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan
perempuan umunya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, ketika
insidens pada laki-laki lebih tinggi (Sjamsuhidajat, 2010). Apendisitis pada
umumnya diderita pada umur antar 10-20, tetapi tidak ada batasan umur.
11
12
2. 1. 5 Manifestasi Klinis
Riwayat dan urutan gejala yang timbul merupakan gambaran
diagnostik apendisitis yang paling penting. Gejala awal hampir selalu
berupa nyeri abdomen jenis viseral, yang disebabkan oleh kontraksi
apendiks atau distensi lumen apendiks. Biasanya lokasi nyeri di daerah
periumbilikus atau epigastrium. Terkadang tidak ada nyeri pada epigastrium,
13
14
orang berusia lanjut, gejalanya sering samar-samar saja sehingga lebih dari
separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah perforasi. Pada kehamilan,
keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan muntah. Hal ini
perlu dicermati karena pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi
mual dan muntah (Sjamsuhidajat, 2010).
2. 1. 6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis apendisitis akut didasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan hasil laboratorium dan
pemeriksaan
radiologi
merupakan
pemeriksaan
penunjang
untuk
15
B.
Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik ditentukan terutama oleh posisi anatomis apendiks
16
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium
rutin
sangat
membantu
dalam
pergeseran
ke
kiri
pada
hemogramnya
(>70%
netrofil)
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG),
17
apendiks
tidak
ditemukan,
diagnosis
tidak
dapat
ditiadakan
penyebab
apendisitis
seperti
obstruksi lumen
akibat
18
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan
laboratorium
(Sugiarto, 2009).
Tabel 2.1.Sistem skoring Alvarado
Gambaran
Skor
Gejala Klinis
Nyeri pindah ke fossa iliaka kanan
Anoreksia/nafsu makan menurun
Mual atau muntah
Tanda Klinis
Nyeri lepas
Nyeri tekan fossa iliaka kanan
Demam (suhu>37,2oC)
Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis (leukosit >10.000/ml)
Shift to the left (neutrofil >75%)
Total
Nilai skor Alvarado:
7-10 : apendisitis akut
5-6: curiga apendisitis akut
1-4 : bukan apendisitis akut
1
1
1
1
2
1
2
1
10
pasien
setelah
dioperasi,
(Sugiarto, 2009).
2. 1. 8 Morfologi Apendisitis Akut
terbukti
apendiksnya
meradang
19
20
2. 1. 11 Komplikasi
Peradangan akut apendiks tersebut memerlukan penatalaksanan
yang tepat berupa tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
berbahaya (Tandirogang, 2012). Salah satu komplikasi berbahaya yang akan
timbul bila apendisitis akut tidak ditatalaksana segera
yaitu
perforasi
21
dapat
terjadi
apabila
Apendisitis akut
-Jenis Kelamin
Diagnosis berdasarkan skor
Alvarado
Tatalaksana
tidak
ditatalaksana
segera
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan
mengambil data melalui rekam medis.
3.2
3.3
23
3.4
Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
-Usia
-Jenis Kelamin
-Diagnosis berdasarkan skor Alvarado
-Tatalaksana
3.5
Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Alat
Cara
Skala
Penelitian
Usia
Lamanya
Ukur
Rekam
Ukur
Mencatat
Ukur
Ordinal
rekam
yaitu
medis
Hasil Ukur
1.<20 tahun
2.20-30 tahun
3.>30 tahun
terhitung
sejak
lahir
sampai
dengan saat
penelitian.
Jenis
Perbedaan
Rekam
Mencatat
kelamin
antara
medis
rekam
perempuan
Nominal
1.Laki-laki
2.Perempuan
medis
dengan lakilaki
secara
biologis
Skor
Skor
yang Rekam
Alvarado
digunakan
untuk
medis
Analisis
rekam
medis
Ordinal
7-10: Apendisitis
akut
5-6: Curiga
diagosis
apendisitis
apendisitis
akut
1-4: Bukan
24
apendisitis
akut
Tatalaksana
Tindakan
Rekam
Mencatat
atau
medis
rekam
pengobatan
Nominal
medis
yang
1.Apendektomi
terbuka
2.Apendektomi
dengan
laparaskopi
diberikan
pada pasien
3.6
3.7
3.
Tabulating
Melakukan proses pemasukan data yang telah diberi kode
kedalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi dengan
4.
25
3.8
Alur Penelitian
Populasi
Populasi penelitian adalah semua
penderita apendisitis yang tercatat
dalam rekam medis periode 1 Januari31 Desember 2014
Sampel
Sampel penelitian adalah semua
anggota populasi penelitian (Total
Sampling)
26
Pelaksanaan Penelitian
Data sekunder yaitu melihat
dari kartu status atau rekam
medis.
Tahun 2011
No Kegiatan
Bulan
Agustus
Penyusunan
proposal
Presentasi
proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
September
Oktober
November
Desember
Januari
27
Presentasi
Hasil
Pengumpulan
3.9
Hasil Skipsi
Jadwal Kegiatan
3.10
Anggaran
No.
1 Kertas A4 2 rim 70 gram @35.000
2 Alat tulis dan map
3 Fotokopian dan penjilidan proposal dan
skripsi
4 Biaya pengambilan data di Rumah Sakit
5 Souvenir terima kasih
6 Transportasi
Total
Harga
Rp. 70.000
Rp. 50.000
Rp. 200.000
Rp. 200.000
Rp. 300.000
Rp. 200.000
Rp. 1.070.000
DAFTAR PUSTAKA
28
29
30