Professional Documents
Culture Documents
110
BAB VIII
TUGAS KHUSUS
VIII.1.
Pendahuluan
VIII.2.
Tinjauan Pustaka
Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap campuran dari
dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi komponennya dengan kemurnian
yang diinginkan melalui pemakaian atau pelepasan kalor. Pemisahan komponen dari
campuran liquid dengan distilasi tergantung pada titik didih masing-masing komponen.
Dengan kata lain, distilasi terjadi karena adanya beda volatilitas masing-masing komponen
dalam campuran liquid.Proses distilasi juga tergantung pada konsentrasi, karena masing-
masing mempunyai karakteristik titik didih, sehingga proses distilasi tergantung pada
karakteristik tekanan uap campuran liquid.
Dalam kolom distilasi akan terdapat transfer panas atau energi yang tentu akan
menaikan tekanan uap, di mana tekanan uap berhubungan dengan titik didih. Liquid akan
mendidih pada saat tekanan uapnya sama dengan lingkungannya. Kemudahan liquid untuk
mendidih tergantung pada jumlah komponen volatile yang ada pada liquid. Liquid dengan
tekanan uap tinggi (high volatility) akan menguap pada temperatur yang lebih rendah.
Komponen-komponen volatile diharapkan akan banyak berada pada uap yang
meninggalkan stage dibandingkan dengan uap yang memasuki stage, sebaliknya diharapkan
cairan yang meninggalkan stage akan memiliki komponen-komponen volatile. Bila proses ini
dilakukan berulang-ulang diharapkan akan di dapatkan derajat pemisahan yang tinggi.
Secara umum, sistem distilasi terdiri dari stripping section dan enriching section.
Untuk lebih jelasnya, skema tipe unit distilasi dengan sebuah arus umpan dan dua arus
produk dapat dilihat pada gambar berikut ini:
sebuah drum accumulator untuk menahan uap terkondensasi dari bagian atas kolom
sehingga cairan reflux dapat didaur ulang kembali ke kolom.
Campuran cairan yang akan diproses disebut umpan dan dimasukkan biasanya di tempat yang
dekat dengan tengah-tengah kolom pada sebuah baki atau tray disebut tray umpan. Tray
umpan membagi kolom menjadi bagian atas (pengayaan dan rektifikasi) dan bagian bawah
(stripping). Umpan mengalir ke bawah kolom dimana dikumpulkan pada bagian bawah
dalam reboiler.
Tekanan kolom akan berpengaruh terhadap temperatur penguapan cairan, bila tekanan
kolom rendah maka temperatur yang dibutuhkan juga rendah.
3. Sifat fisik umpan
Semakin banyak fraksi berat pada umpan, maka dibutuhkan energi yang lebih besar untuk
memisahkannya.
4. Refluks
Refluks berfungsi untuk menurunkan beban pendinginan pada kondensor, dengan
pendinginan ini secara tidak langsung refluks mempengaruhi perolehan produk. Bila laju
refluks terlalu tinggi dkhawatirkan fraksi ringan akan terikut pada fraksi di bawahnya dan
begitu juga sebaliknya.
VIII.3.
Untuk melakukan Optimasi Rasio Distilat HDPE Diluent Recovery Column C-5624
dengan C-5621 untuk mendapatkan fraksi ethylene minimum pada Side Product C-5624
dilakukan dengan menggunakan software simulator ASPEN HYSYS 3.2, dengan simulasi
sistem alat sebagai berikut:
: 2020 HF- S
Tabel VIII.1 Data komposisi fraksi berat bahan dalam sistem kolom distilasi
Komponen
BM
H2
N2
Methane
Ethylene
Ethane
Iso-Butane
1-Butene
n-Butane
1-Hexene
n-Hexane
Toluene
n-Octane
Water
Ethylenediamin
e
TIBAL
% wt
2,016
28,013
16,043
28,054
30,07
58,124
56,108
58,124
84,163
86,178
92,142
114,233
18,015
Feed
0,0103
0.0977
0.0413
5,8760
1,1561
86,3283
0,0425
4,834
0,6612
0,6597
2,6545.10-3
0,2749
1,1704.10-3
Vapor
0,0434
0,4101
0,1732
24,6618
4,8418
66,7863
0,0297
2,8969
0,0769
0,0689
1,1926.10-4
5,5127.10-4
4,9217.10-4
Side cut
3,549.10-17
1,9290.10-15
5,0765.10-11
5,9579.10-4
3,3504.10-3
93,035
0,047
5,4689
0,5311
0,5993
2,0111.10-3
0,2022
1,1893.10-9
Bottom
2,4130.10-17
8,0024.10-16
4,0617.10-16
7,5459.10-8
1,1912.10-6
10,3863
7,3073.10-3
1,4284
30,2072
34,6574
0,2016
22,0242
6,3842.10-14
60,099
8,6065.10-5
5,0671.10-4
5,3252.10-5
6,0635.10-14
198,328
0,014
4,3077.10-4
0,0105
1,0816
Namun untuk memudahkan proses perhitungan dengan HYSYS, komponen TIBAL tidak
dimasukkan dalam perhitungan. Sedangkan kondisi operasi yang digunakan pada kolom
tersebut adalah sebagai berikut:
Laju feed masuk
: 24,72
ton/ jam
Tekanan
: 15,09
kg/ cm2G
Suhu feed
: 59,15209
Berdasarkan persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai reflux ratio dapat
dikendalikan dengan mengatur laju side product pada isobutane recovery column.
Dari hasil simulasi akan didapatkan nilai fraksi massa ethylene dan isobutane pada
masing masing aliran produk (vapor, side stream, dan bottom).
Gambar VIII.8 Data spesifikasi kolom distilasi trial konsentrasi ethylene pada side cut
VIII.3.3. Hasil Simulasi dan Perhitungan
Tabel VIII.2. Hasil simulasi dengan basis beda temperatur reboiler pada fraksi ethylene
side product 1-5 ppm
feed
vapour
T
laju
59,1520
9
59,1520
9
59,1520
9
809
6
824
6
844
9
side cut
frac ethylene
(ppm)
frac ibutane
bottom
laju (kg)
frac i-butane
T
165,
1
frac ethylene
frac i-butane
laju
(ton)
0,1794
0,7441
16,45
5,00033
0,929827
170
0,1173
0,1762
0,7479
16,3
4,00022
0,92971
171,9
0,1173
0,1719
0,7528
16,1
3,00014
0,929545
174,5
0,1173
1,
1,
1,
59,1520
9
59,1520
9
feed
T
laju
59,1520
9
59,1520
9
59,1520
9
59,1520
9
59,1520
9
931
5
875
4
845
1
824
7
809
7
feed
T
laju
59,1520
9
59,1520
9
59,1520
9
59,1520
9
59,1520
9
809
4
824
4
844
7
875
0
931
1
feed
T
laju
59,1520
9
809
6
824
6
844
9
875
3
931
4
15,79
2,00046
0,929288
178,4
0,1173
0,156
0,7714
15,22
1,00016
0,928779
185,6
0,117
frac ethylene
frac i-butane
laju
(ton)
side cut
frac ethylene
(ppm)
frac ibutane
laju (kg)
frac i-butane
0,156
0,7715
15,14
1,00003
0,929431
261
0,3135
0,1659
0,7598
15,72
2,00015
0,92989
250,8
0,3136
0,1719
0,7529
16,02
3,00015
0,930122
245,3
0,3138
0,1761
0,7479
16,23
4,0002
0,93027
241,7
0,3134
0,1794
0,7441
16,38
4,99925
0,930375
239
0,314
frac ibutane
laju
frac i-butane
1,
1,
bottom
frac ethylene
frac i-butane
laju
(ton)
side cut
frac ethylene
(ppm)
0,1795
0,744
16,53
5,00002
0,92679
95,44
0,009
0,1762
0,7478
16,38
4,00065
0,926612
96,54
0,009
0,172
0,7528
16,17
3,00081
0,926366
98,08
0,0089
0,166
0,7597
15,87
2,00026
0,925598
2
100,4
0,0088
0,156
0,7714
15,3
1,00004
0,925228
104,6
0,0087
R
T
1,
1,
130
1,
1,
1,
bottom
R
T
1,
1,
200
1,
1,
1,
Tabel VIII.3. Hasil simulasi dengan basis beda temperatur feed pada fraksi ethylene
side product 1-5 ppm
0,7598
vapour
0,166
vapour
875
3
931
4
feed
T
laju
40
508
3
521
1
539
4
vapour
frac
ethylene
frac ibutane
laju
(ton)
side cut
frac ethylene
(ppm)
frac ibutane
laju (kg)
frac i-butane
0,1794
0,7441
16,45
5,00033
0,929827
170
0,1173
0,1762
0,7479
16,3
4,00022
0,92971
171,9
0,1173
0,1719
0,7528
16,1
3,00014
0,929545
174,5
0,1173
0,166
0,7598
15,79
2,00046
0,929288
178,4
0,1173
0,156
0,7714
15,22
1,00016
0,928779
185,6
0,117
frac ibutane
laju
(ton)
side cut
frac ethylene
(ppm)
frac ibutane
laju (kg)
frac i-butane
0,2858
0,6215
19,45
5,00002
0,933832
187,6
0,1173
0,2788
0,6297
19,32
4,00189
0,933749
189
0,1173
0,2693
0,6407
19,14
3,00001
0,933626
190,9
0,1172
vapour
frac
ethylene
bottom
R
T
165,
1
165,
1
165,
1
165,
1
165,
1
bottom
1,8
1,8
1,8
1,8
1,9
R
T
165,
1
165,
1
165,
1
1,5
1,5
1,5
568
3
625
5
feed
T
laju
80
208
60
209
00
209
50
210
30
211
60
0,2556
0,6567
18,84
2,00013
0,933421
194
0,1171
0,2323
0,6841
18,27
1,00026
0,932989
200
0,117
frac ibutane
laju
(ton)
side cut
frac ethylene
(ppm)
frac ibutane
laju (kg)
frac i-butane
0,0696
0,8608
3,763
5,00006
0,897013
97,12
0,1222
0,0695
0,8609
3,722
4,00066
0,896977
98,65
0,1222
0,0693
0,8611
3,669
3,00023
0,89669
100,7
0,1221
0,0691
0,8614
3,591
2,00026
0,896407
103,6
0,122
0,0687
0,8619
3,451
1,00014
0,895863
108,9
0,1218
vapour
frac
ethylene
165,
1
165,
1
bottom
1,5
1,6
R
T
165,
1
165,
1
165,
1
165,
1
165,
1
7,8
7,9
8,0
8,2
8,5
Tabel VIII.4. Hasil simulasi dengan basis beda reflux ratio pada fraksi ethylene side
product 5 ppm
feed
vapour
T
laju
59,152
09
59,152
09
59,152
09
809
5
810
3
811
5
side cut
frac ethylene
(ppm)
frac ibutane
bottom
laju (kg)
frac i-butane
frac ethylene
frac i-butane
laju
(ton)
0,1794
0,7441
16,48
0,929306
144,6
0,0343
0,1793
0,7443
16
5,00038
0,932319
616,6
0,6409
0,179
0,7447
15,22
5,00157
0,93412
1385
0,7826
R
T
187,
1
101,
3
94,4
1,
VIII.3.4. Pembahasan
Isobutane recovery column (C-5624) merupakan kolom bertipe packed dengan 22
plate teoritis dan reboiler. Hasil yang diharapkan dari penggunaan kolom distilasi ini adalah
recovery isobutane pada side product yang optimal, dengan fraksi ethylene yang terikut
seminimal mungkin. Selain itu, diharapkan ethylene pada bleed gas (top product ) sebanyak
mungkin, dengan fraksi isobutane pada top dan bottom product seminimal mungkin.
Untuk mencapai kondisi tersebut, PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. menggunakan
set value reflux ratio 1,6, sedangkan pada pelaksanaannya reflux ratio berkisar antara 1,591,6. Keadaan ini, pada saat sekarang sudah ideal untuk acuan proses diluent recovery isobutane yang dilakukan di High Density Polyethylene Plant.
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses distilasi adalah temperatur reboiler.
Berdasarkan hasil simulasi optimasi, didapatkan grafik hubungan konsentrasi isobutane
dalam side product sebagai berikut:
0.4
0.3
0.2
fraksi isobutane heavy key
0.1
0
165,1 C
130
200
Gambar VIII.9 Perbandingan fraksi isobutane dalam bottom product pada beberapa
kondisi temperatur reboiler
Gambar VIII.9 menunjukkan bahwa temperatur reboiler berbanding terbalik dengan
fraksi isobutane. Peningkatan temperatur reboiler menyebabkan komponen fraksi berat,
terutama isobutane, teruapkan kembali ke dalam kolom distilasi sehingga laju bottom product
dan fraksi isobutane dalam fraksi berat semakin berkurang.
0.93
0.93
0.93
fraksi isobutane side cut 0.93
0.92
165,1 C
130
200
0.92
frasksi ethylene (ppm)
Gambar VIII.10 Perbandingan fraksi isobutane dalam side cut pada beberapa kondisi
temperatur reboiler
Grafik ini menunjukkan bahwa kenaikan temperatur menyebabkan fraksi isobutane
dalam side cut menurun, walaupun dalam jumlah massa sebenarnya isobutane yang direcovery bertambah banyak karena ada sebagian aliran komponen yang diumpankan kembali
dalam kolom distilasi.
165,1 C
130
200
terlalu berpengaruh terhadap komposisi pada top product, baik ethylene maupun isobutane.
165,1 C
130
200
Gambar VIII.11 Perbandingan fraksi ethylene dan isobutane dalam top product pada
beberapa kondisi temperatur reboiler
kondisi
1.85
165,1 C
1.8
130
1.75
200
1.7
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
frasksi ethylene (ppm)
Gambar VIII.12 Perbandingan reflux ratio pada beberapa kondisi temperatur reboiler
Gambar VIII.12 menunjukkan bahwa temperatur reboiler berbanding terbalik dengan
reflux ratio. Kenaikan temperatur reboiler akan meningkatkan jumlah komponen fraksi berat
yang diumpankan kembali dalam kolom distilasi sehingga aliran side product bertambah.
Faktor lain yang mempengaruhi proses distilasi adalah temperatur umpan yang masuk
dalam kolom. Perubahan temperatur umpan akan mempengaruhi komposisi komponen pada
masing-masing aliran. Berdasarkan hasil simulasi optimasi, didapatkan grafik hubungan
konsentrasi isobutane dalam side product sebagai berikut:
59.15
40
80
Gambar VIII.13 Perbandingan fraksi isobutane dalam side cut pada beberapa kondisi
temperatur feed
Gambar VIII.13 menunjukkan bahwa jumlah isobutane yang di-recovery pada side
product berbanding lurus dengan fraksi ethylene yang terikut dalam side product. Semakin
besar jumlah isobutane yang di-recovery, maka jumlah fraksi ethylene yang terikut dalam
aliran side product juga bertambah besar.
Selain itu, gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah fraksi isobutane yang terrecovery berbanding terbalik dengan temperatur umpan. Semakin tinggi temperatur masuk
umpan dalam kolom distilasi, maka sebagian besar komponen akan menuju top product
,terutama ethylene, dan mengurangi aliran side product. Penurunan aliran side product akan
mengakibatkan penurunan jumlah recovery isobutane dari isobutane recovery column.
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
fraksi ethylene light key
0.1
0.05
0
59.15
40
80
1 3 5
0 2 4
Gambar VIII.14 Perbandingan fraksi ethylene dalam top product pada beberapa kondisi
temperatur feed
Pada grafik di atas, terlihat bahwa fraksi ethylene dalam top product akan meningkat
seiring penurunan suhu. Namun pada kenyataannya, massa ethylene yang teruapkan
bertambah banyak meskipun hanya sedikit, karena aliran campuran yang masuk dalam top
product semakin banyak.
Peningkatan temperatur umpan juga menyebabkan fraksi isobutane yang terikut
dalam top product semakin banyak, seperti yang terlihat pada grafik berikut ini:
59.15
40
80
1 3 5
0 2 4
frasksi ethylene (ppm)
Gambar VIII.15 Perbandingan fraksi isobutane dalam top product pada beberapa
kondisi temperatur feed
Hal ini tentunya tidak diinginkan karena akan menurunkan performance dari kolom distilasi
C-5624 dalam me-recovery isobutane.
0.2
59.15
40
80
0.1
frasksi ethylene (ppm)
Gambar VIII.16 Perbandingan fraksi isobutane dalam bottom product pada beberapa
kondisi temperatur feed
Grafik ini menunjukkan bahwa kenaikan temperatur umpan menyebabkan fraksi
isobutane yang terikut dalam bottom product juga bertambah. Namun laju bottom product
semakin menurun seiring peningkatan temperatur, sehingga massa isobutane yang terrecovery semakin berkurang.
Temperatur umpan juga dapat mempengaruhi nilai reflux ratio. Hubungan reflux ratio
dengan kondisi temperatur reboiler digambarkan pada grafik berikut:
59.15
Reflux ratio
40
80
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
frasksi ethylene (ppm)
Gambar VIII.17 Perbandingan reflux ratio pada beberapa kondisi temperatur feed
Peningkatan temperatur umpan akan menyebabkan reflux ratio juga meningkat.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil distilasi adalah reflux ratio. Reflux
ratio adalah perbandingan jumlah umpan yang masuk ke dalam kolom
distilasi C-5624 dengan keluaran produk tengah yang akan diambil dan
dimasukkan ke dalam diluent recovery tank, yang sebagian besar adalah
iso-butane. Untuk melihat hubungan antara reflux ratio dengan fraksi
isobutane dalam side product, maka digunakan data saat fraksi ethylene
5 ppm yang ditunjukkan pada ketiga grafik berikut ini:
Gambar VIII.18 Hubungan antara reflux ratio dengan fraksi isobutane pada side cut
saat fraksi ethylene 5 ppm
0.74
0.74
0.74
0.74
0.74
fraksi isobutane light key 0.74
0.74
0.74
0.74
1.73 1.78 1.83 1.88 1.93
1.7 1.75 1.8 1.85 1.9 1.95
Reflux ratio
Gambar VIII.19 Hubungan antara reflux ratio dengan fraksi isobutane pada top product
saat fraksi ethylene 5 ppm
Gambar VIII.20 Hubungan antara reflux ratio dengan fraksi isobutane pada bottom
product saat fraksi ethylene 5 ppm
Dalam ketiga grafik, terlihat bahwa jumlah fraksi isobutane dalam top, side, dan
bottom product berbanding lurus dengan reflux ratio, terutama dalam side product. Oleh
karena itu, diperlukan pemilihan nilai reflux ratio yang sesuai untuk mendapatkan recovery
isobutane yang optimal dalam side product.
0.18
0.18
0.18
0.18
0.18
fraksi ethylene light key 0.18
0.18
0.18
0.18
1.73 1.78 1.83 1.88 1.93
1.7 1.75 1.8 1.85 1.9 1.95
Reflux ratio
Gambar VIII.21 Hubungan antara reflux ratio dengan fraksi ethylene pada top product
saat fraksi ethylene 5 ppm
Grafik di atas menunjukkan bahwa fraksi ethylene dalam top product berbanding
terbalik dengan reflux ratio. Penggunaan nilai reflux ratio yang terlau besar akan
menyebabkan fraksi ethylene dalam bleed gas menurun dan fraksi ethylene yang masuk aliran
side product bertambah meskipun hanya sedikit. Hal ini tentunya tidak diinginkan karena
adanya fraksi ethylene lebih dari 5 ppm akan meracuni campuran diluent tersebut.
Dari hasil analisa data dengan mempertimbangkan rate produk samping yang
digunakan untuk recovery iso-butane dengan fraksi ethylene kurang dari 5 ppm (> 5 ppm)
dengan laju feed 24.72 ton/h didapatkan hasil terbaik adalah pada saat rate side product antara
15-16,5 ton/h, dengan fraksi ethylene maksimum 5 ppm dan fraksi ethylene minimum 1 ppm.
Pada kondisi ini, didapatkan fraksi isobutane dalam side product adalah sekitar 0,92.
VIII.4.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadapa grafik dan hasil perhitungan, maka dapat
5. Berdasarkan hasil simulasi, diperoleh recovery isobutane optimal pada laju side
product 15-16,5 ton/ jam