Professional Documents
Culture Documents
1. Kehrs sign
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi
rekumben.
2. Mual dan muntah
3. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragic.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian
pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat
duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum
dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
6. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
DPL dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya
dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi
(gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut
Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
Patah tulang pelvis.
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai berikut
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan
Ultrasonografi dan CT Scan
Berguna untuk pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan
adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
F. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan
dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan
indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Abdominal paracentesis untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium,
merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemeriksaan laparoskopi untuk mengetahui secara langsung peneyebab akut abdomen
3. Pemasangan NGT untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
4. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
5. Laparotomi
6. Sebelum operasi pemasangan NGT, pemasangan dura kateter, pemberian antibiotik,
pemasangan.
H. PENANGANAN GAWAT DARURAT
1. Airway: jaga jalan nafas
2. Breathing: beri O2, bantu nafas
3. Circulation: posisi shock, infus, siap darah
4. Disability: waspada cedera kepala
5. Exposure: pastikan, apa ada cedera lain?
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip prinsip Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B (Breathing), C (Circulation).
Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam
pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.
1.1 Anamnesa
1.1.1 Biodata
Biasanya bisa menimpa siapa saja baik laki-laki maupun perempuan.
1.1.2 Keluhan Utama
Biasanya mengeluh nyeri hebat.
1.1.3 Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
a. Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
b. Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.
c. Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
d. Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada Kuadran mana yang
dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
1.1.4 Riwayat Penyakit yang lalu
a. Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
b. Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.
1.1.5 Riwayat psikososial spiritual
a. Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
b. Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
c. Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
1.2 Pemeriksaan Fisik
1.2.1 Sistem Pernapasan (B1 = Breathing)
a. Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.
b. Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.
Tujuan :
Tidak terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.
Kriteria hasil :
Status haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.
Suhu dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan.
Capillary reffil kurang dari 3 detik.
Produksi urine lebih dari 30 ml/jam.
Rencana Tindakan
1) Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway, Breathing dan Circulation serta kontrol
adanya perdarahan.
2) Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil.
3) Observasi tanda tanda vital setiap 15 menit.
4) Lakukan pemeriksaan Capillary reffil, warna kulit dan kehangatan bagian akral.
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan infus.
6) Monitoring input dan out put terutama produksi urine.
c. Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak/organ abdomen.
Tujuan:
Rasa nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan nyerinya berkurang atau hilang.
Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.
Tanda tanda vital dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tentang kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri.
2) Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tentang tindakan yang akan
dilakukan.
3) Berikan posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang dapat menimbulkan
rangsangan nyeri.
4) Berikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang dan
dikeluarkan secara perlahan lahan.
5) Observasi tanda tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik bilamana dibutuhkan, (lihat
penyebab utama).
d. Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan.
Tujuan :
Kecemasan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan tidak cemas.
Ekspresi wajah klien tampak tenang dan tidak gelisah.
Klien dapat menggunakan koping mekanisme yang efektif secara fisik psiko untuk mengurangi
kecemasan.
Rencana Tindakan :
1) Identifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien seperti takut dan cemas serta rasa
kekhawatirannya.
2) Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap musibah yang dihadapi dan pengobatan pembedahan
yang akan dilakukan.
3) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
4) Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu mengungkapkan
perasaannya.
5) Observasi tanda tanda kecemasan baik verbal dan non verbal.
6) Berikan penjelasan setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.
7) Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic.
8) Berikan penjelasan dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang pengobatan
pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, M.E., Moorhouse M.F.,Geissler A.C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC.
2. IKABI, ATLS, American College of Surgeon, edisi ke 6, tahun 1997.
3. Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A. 2006. Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, 2nd edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company,.
4. Syamsu Hidayat,R Dan Wim De Jong. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC