Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
M. Nauval Marom
Sarah Yasmin R.
Yolenta Andika B.
Pembimbing:
dr. Bogi Pratomo W., Sp.PD-KGEH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan
kematian yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian
penyakit diare yang tinggi karena tingginya morbiditas dan mortalitas (Magdarina,
2010). Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001). Diare adalah
kondisi frekuensi defekasi yang lebih dari 3 kali sehari, serta konsistensi feses
yang cair (Widjaja, 2002). Menurut Smeltzer (2002) diare dapat terjad akut
ataupun kronis. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu
(Widjaja, 2002). Penyakit diare disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
kondisi lingkungan, perilaku orang tua dan pemenuhan nutrisi. Kebanyakan dari
masyarakat selama ini hanya memahami bahwa diare terjadi dikarenakan
makanan yang sudah tercemar.
Berdasarkan waktu, diare dapat dibagi atas akut dan kronik. Diare
akut, sudah jelas masalahnya baik dari segi patofisiologi dan pengobatan, di
mana penyebab terbanyak
diagnosis dan
yaitu
pengobatannya
infeksi.
lebih
Sedangkan
rumit
daripada
pada
diare
kronik,
diare akut.
Angka
faktor
risiko,
gejala,
penegakan
diagnosis,
dan
penatalaksanaan ditinjau dari segi teori dan klinis pada pasien dengan diare
kronis?
1.2 Tujuan
1
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk menambah pengetahuan dokter muda rotasi Ilmu Penyakit Dalam
mengenai diare kronis yang merupakan kompetensi 3A sesuai SKDI 2012
melalui metode laporan kasus.
1.4.1 Untuk menambah pengetahuan dokter muda rotasi Ilmu Penyakit Dalam
mengenai mengenai cara pencegahan diare kronis setelah mengetahui
faktor risiko timbulnya diare kronis
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan
frekuensi yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek
atau cair (Bagian ilmu kesehatan anak FK UI,1998). Diare merupakan suatu
keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai
dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari
dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. (Aziz,
2006).Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi
perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga
kali atau lebih perhari. (Ramaiah,2002)
Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit
pada sistem
Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes
(2002), diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa
Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c.
Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari
30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang
bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.
Pada
beberapa
kasus
terdapat
hipoalbuminemia,
pada
pankreatitis
kronik,
obstruksi
duktus
pancreas,
makanan
tertentu
seperti
buah,gula/manisan,
permen
disebabkan
juga
oleh
Giardia,Isospora,Strogyloides
dan
hipokalemia,
hipomagnesemia,
hiperkalsemia
tanpa
Diare Sekretori berat dapat terjadi pada reseksi atau bypass dari
ileum distal sedikitnya 100 cm. Diare terjadi akibat stimulasi sekresi kolon
oleh garam empedu dihidroksi yang absorbsinya pada illeum terminal
(diare kolerik). Dengan mencegah kontraksi kandung empedu dan
membawa sejumlah besar empedu ke intestine melalui puasa dapat
mengeliminasi diare ini. Jika lebih dari 100 cm direksesi, sintesis hepatic
tidak dapat mempertahankan pool asam empedu intraluminal secara
memadai daan steatore terjadi. Asam empedu yang menyebabkan diare
dapat
terjadi
sesudah
kolisistektomi
karena
kehilangan
kapasitas
dapat
disebabkan
oleh
satu
atau
lebih
dari
penghentian
mekanisme
transport ion
aktif
(padaNa+-
dan
usus
besar terhadap
air
dan
garam/elektrolit
terganggu.
7. Eksudasi
cairan,
elektrolit dan
mukus
berlebihan:
terjadi
10
enterophaty. Mekanisme
inflamasi
ini
dapat
bersamaan
dengan
enterophaty. Mekanisme
inflamasi
ini
dapat
bersamaan
dengan
Gejala
pada
kolitis
tergantung
pada
penyebab
yang
yang
sederhana, tinja
meliputi
pemeriksaan darah
pemeriksaan
tahap
awal yaitu
membedakan penderita
menjadi diare organik atau fungsional. Bila dengan pemeriksaan awal ini
belum membantu menunjukkan diagnosis pasti, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan.
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis etiologik.
Dalam melakukan anamnesis, perlu ditanyakan hal-hal seperti:
1. Waktu dan frekuensi diare: Diare pada malam hari atau sepanjang
hari, tidak
intermiten,
atau
menunjukkan adanya
penyakit organik. Lama diare kronik kurang dari 3 bulan juga mengarahkan
kita pada penyakit organik. Perasaan ingin buang air besar yang tidak bisa
ditahan mengarah ke penyakit
2. Bentuk tinja:
(steatorea)
menunjukkan
Bila
terdapat
tinja pucat
proksimal
12
ileosekal. Diare seperti air dapat terjadi akibat kelainan pada semua tingkat
sistem pencernaan, tapi terutama dari usus halus.
3. Keluhan
lain yang
menyertai diare:
dapat menimbulkan
diare
melalui
13
BAB III
14
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas Pasien
Nama
Tanggal lahir
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Status
Agama
No. Register
MRS
: Ny. LS
: 11-08-1956
: 49 tahun
: Wanita
: Mergosono Malang
: Ibu Rumah Tangga
: Menikah
: Islam
: 11283373
: 24 Maret 2016
3.2
Anamnesis (22-03-16)
Autoanamnesa
Keluhan utama :BAB lembek-cair
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan utama BAB lembek-cair, berwarna
kekuningan, air disertai ampas dan lendir. Pasien mengeluhkan BAB lembek-cair
sejak 5 bulan SMRS, kumat-kumatan. BAB cair sebanyak 5-7 kali/hari. Tiap kali
BAB volume + 150 cc, volume BAB + 2 gelas/hari. BAB darah (-). Nyeri perut (-)
Alergi makanan (-)
Pasien juga mengeluhkan mual muntah sejak 2 hari SMRS. Nyeri
dirasakan makin memberat 1 hari SMRS. Muntah hingga 10x/hari dengan
volume tiap kali muntah + 100 cc, muntah seperti makanan yang dimakan
disertai lendir. Setiap kali makan pasien merasa mual. Pasien juga mengeluhkan
nyeri di bagian ulu hati (+) dada terasa panas (+) mulut terasa pahit (+)
Pasien mengalami penurunan nafsu makan sejak mual. Pasien juga
merasakan lemas pada sekujur tubuh. Penurunan berat badan (+) 4 kg dalam 1
tahun terakhir.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering periksa ke Dokter, namun berpindah-pindah. Diketahui
Riwayat DM (+) sejak 5 bulan, tidak terkontrol (GD + 400) rutin mengkonsumsi
OAD Glibenklamid yang diminum 1x/hari sebelum makan. Pasien sering merasa
perutnya tidak nyaman, sebah & kembung (+). Riwayat mengkonsumsi singkong
15
& kunyit dalam waktu 5 bulan terakhir untuk menghilangkan keluhan rasa tidak
nyaman di perut.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah & Ibu pasien menderita hipertensi, ibu meninggal karena stroke.
Riwayat Diabetes Mellitus pada keluarga disangkal, dan tidak didapatkan
keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak.
Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok. Kebiasaan makan pasien 3 kali
sehari dengan lauk sayur, nasi, lauk pauk tempe tahu. Sumber air pasien dari
PDAM
3.3
BP = 120/70 PR = 80 bpm
RR = 20 tpm
Tax : 36,4 C
mmHg
General appearance: Moderately ill
Head
Neck
Chest
Heart:
Lung:
Abdomen
16
Extremities
Warm acral
Edema - -
Rectum
2.4
Hematologi
Hasil Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Eo/Bas/Neu/Lim/Mon
Na
K
Cl
GDA
GD Puasa
GD 2 jam PP
10,60 g/dL
3,53 106/mL
9,03 103/mL
29,90 %
237 106/mL
84,70 fL
30,0 pg
35,50 g/dL
0,7/0,4/40,1/54,5/4,3
132 mmol/L
2,92 mmol/L
95 mmol/L
332 mg/dL
238 mg/dL
299 mg/dL
11,4-15,1 g/dL
4,0-5,0
4,7-11,3
38-42
142-424
80-93
27-31
32-36
0-4/0-1/51-67/25-33/2-5
136-145
3,5-5,0
98-106
< 200
60-100
< 130
17
18
Problem List
Wanita / 49 tahun
Anamnesa:
-
BAB
1. Chronic 1. 1. Kolitis
2. 2. DM enteropati
Diarrhea
lembek-cair
berwarna
disertai
ampas
dan
Pasien
mengeluhkan
sejak
Planning
Planning Therapy
Diagnose
-
air
lendir.
Monitoring:
tpm
-
Diet
1800kkal/hari
BAB
bulan
vs,
(+),
kekuningan,
lembek-cair
Initial Diagnosa
non-
19
spesifik
Wanita / 49 tahun
Anamnesa:
hari
SMRS.
Endoskopi
Monitoring:
VS,
Diet
1800kkal/hari
20
Muntah
dengan
hingga
volume
10x/hari
tiap
kali
makanan
Lansoprazole
1x30 mg
Inj.
yang
Inj. Metoklopramide
3x10 mg
PO:
Sucralfat
syr
3xCI
Riwayat
singkong
&
mengkonsumsi
kunyit
dalam
waktu lama
Pem.fisik:
Nyeri tekan epigastrium (+)
Endoskopi:
hyperemia
2. 3.
Hiperglikemia
Anamnesa:
- Riwayat DM (+) sejak 5 state
5. 3.1 DM Tipe II
6. 3.2 Reactive
- Diet lunak
1800kkal/hari
- Inj. Levemir 10 IU SC
21
3. 4. Hipokalemia
4.1 GI loss
4.2 Low intake
tpm (3 siklus)
Pem. Penunjang:
K: 2,92 mmol/L
Wanita / 49 tahun
4. 5. Anemia NN
Treat
disease
Pem. Penunjang:
Hb: 10,60 g/dL
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori
Kasus
Faktor risiko
Pada pasien terdapat faktor risiko
- Usia
divertikulosis yakni:
Usia <40 tahun ditemukan 2-5%,
- Usia pasien 72 tahun
usia 60 tahun 30%, usia >70 tahun
- Riwayat kekurangan intake
50%, dan usia >80 tahun 80%
- Diet kurang serat
sayur
dan
buah
yang
1 Gambaran klinis
2 - Kembung dan peningkatan
udara usus.
Selainitu,
didapatkan
juga
badan
lemas
yang
3 - Perdarahan saat gerakan keluhan
usus.
Harus
dibedakan kemungkinan disebabkan oleh kondisi
yang anemia. Dari pemeriksaan fisik juga
didapatkan adanya konjungtiva anemis
mengalami perdarahan.
(+/+) dan bising usus yang meningkat.
4 - Tenesmus atau nyeri akibat
Dari pemeriksaan lab didapatkan
peregangan pada pergerakan
anemia NN yang kemungkinan besar
usus.
disebabkan oleh proses perdarahan.
dengan
ambeien
berkurang.
bertambah saat
Nyeri
diare dan
kemudian berkurang.
6 - Nyeri bisa berlangsung terus
menerus
7 -
Demam,
menggigil
dan
pemeriksaan
fisis
struktur
padat.
Tidak
ada
demam
Bisa
teraba
kuadran
kiri
bawah,
tegang
dapat
pada
teraba
yang
terkena.
Pada
dilakukan
rectal
pemeriksaan
fisis
touch
dalam
rectum
untuk
adanya
nyeri
tekan,
ke
mengetahui
penyumbatan,
maupun
darah.
24
25
Tatalaksana
Non-farmakologis
- Serat dengan
-
Pada
intake
30-40
kasus
ditatalaksana
ini,
diverticulosis
dengan
stabilisasi
dan
biji-bijian,
pembekuan
untuk
perdarahan,
injeksi
menghentikan
metoclopramide
injeksi
omeprazole
2x40
mg
asam
juga
pembekuan ulang
meningkatkan
-
darah
diberikan
darah.
Terapi simtomatis dapat juga
diberikan untuk mengatasi nyeri
maupun mual muntah pada
pasien. Untuk mengatasi mual
muntah
dapat
antidopaminergik
diberikan
dan
untuk
motilitas
usus
dilakukan
evidence
karena
seperti
adalah
koreksi
26
yang
memerlukan
operasi
segera
yang
sigmoid,
dan
sakit,
biasanya
kolon
pengangkatan
kolon
27
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Diare Kronis merupakan diare kronik adalah diare yang bersifat
menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.Prevalensi
dan insidensi PD semakin meningkat seiring pertambahan usia.
2. Gambaran klinis antara lain perubahan konsistensi tinja menjadi lebih
encer dan frekuensi yang meningkat.
3. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan tanda-tanda dehidrasi sesuai
dengan volume tinja yang dikeluarkan.
4. Pemeriksaan penunjang pada divertikulosis melalui Kolonoskopi.
5. Tatalaksana dilakukan dengan menegakkan diagnosis etiologi dari diare
kronis, dan dilakukan tatalaksana sesuai dengan etiologi.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Daldiyono. Pendekatan diare kronik pada orang dewasa. in: Sulaiman HADaldiyono-Akbar HN-Rani
AA
eds. Gastroenterologi
Hepatoiogi.
CV
30