Professional Documents
Culture Documents
BERACUN
(Limbah B3)
UU No 19
Tahun 2002
ii
Riyanto, Ph.D.
iii
Desain cover
Penata letak
I. Judul
628.5
: Herlambang Rahmadhani
: Ika Fatria Iriyanti
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Isi diluar tanggungjawab percetakan
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridha
dan inayah-Nya, Buku yang berjudul Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3) ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini
disusun dari berbagai sumber antara lain Hand book Environmental
Chemistry karangan Manahan, Stanley E. dan PP no 18 tahun 1999
jo. PP no 85 tahun 1999 yang mengatur tentang limbah khususnya
B3 dan berbagai sumber yang berhubungan dengan limbah B3.
Tujuan penyusunan buku ini antara lain mempermudah
mahasiswa dalam mempelajari limbah B3 yang merupakan salah
satu mata kuliah konsentrasi analisis lingkungan. Pengetahuan
mengenai limbah B3 semakin dibutuhkan terutama di industri,
karena persyaratan industri tentang limbah B3 harus sesuai dengan
peraturan pemerintah seperti yang tertuang pada pp no 18 tahun
1999 jo. PP no 85 tahun 1999. Mahasiswa harus menguasai
pengetahuan limbah B3 khususnya tahap-tahap penanganan
limbah B3 yang meliputi penghasil, pengumpul, dokumen,
transportasi, simbol dan label, pengolahan dan penimbunan. Buku
ini sangat sesuai untuk Fakultas Kedokteran, Prodi Teknik
Lingkungan, Teknik Kimia, Kimia, Farmasi, Analis Kimia dan
beberapa instansi, rumah sakit, laboratorium serta perusahaan yang
menghasilkan limbah B3.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan
dorongan untuk menyelesaikan buku ini. Penulis sangat
menghargai masukan kritik serta saran untuk menyempurnakan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB II
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
Pendahuluan ..........................................................65
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4.2
BAB V
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
6.2
ix
BAB VII
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.8
BAB I
SEJARAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
1.1
serta para editor Niagara Falls Gazette. Akhirnya, pada musim semi
tahun 1978, Dr Robert P. Whalen menyatakan daerah sekitar Love
Canal berbahaya. Sekolah ditutup, tanah itu ditutup, dan lebih dari
200 keluarga dievakuasi. Pada bulan Agustus tempat berbahaya
tersebut sedang mendapat perhatian nasional. Pada tanggal 7
Agustus, Presiden Jimmy Carter dipanggil Badan Bantuan Bencana
Federal untuk diminta bantuan. Pada bulan September, Dr Whalen
merilis laporan mengenai bencana, yang berbunyi antara lain:
"Sebuah akibat mendalam dan menghancurkan dari tragedi love
canal, dari segi kesehatan manusia, penderitaan, dan kerusakan
lingkungan, tidak bisa, dan tidak akan pernah terbayarkan.
Tuntutan hukum kepada penimbun lebih dari $ 11 miliar.
Korporasi membantah keterlibatannya dalam siding di Departemen
Kehakiman federal pada tahun 1979 dan New York State pada
tahun 1989. Namun, banyak kerusakan telah dilakukan, dan
akhirnya lebih dari 1.000 keluarga harus pindah dari wilayah Love
Canal. Sebuah studi EPA mengungkapkan bahwa dari tiga puluh
enam diuji, sebelas mengalami kerusakan kromosom, dan bahwa
dari lima belas bayi yang lahir antara Januari 1979 dan Januari 1980,
hanya dua yang sehat. Agen di tingkat negara bagian dan federal
menghabiskan ratusan juta dolar mencoba untuk membersihkan
polusi akibat limbah B3.
Satu hal yang baik yang keluar dari bencana itu munculnya
peraturan mengenai lingkungan seperti Komprehensif Respon
Lingkungan, Kompensasi, dan Kewajiban Undang-undang, lebih
dikenal sebagai "Hukum Superfund". Tujuannya adalah untuk
mengumpulkan pajak dari perusahaan gas dan kimia yang
digunakan secara langsung untuk membersihkan dan mengolah
limbah B3 yang dihasilkan.
1.2
1.3
10
11
1.4
12
13
1.5
14
bahwa pencemaran air tanah yang terjadi berasal dari limpasan air
permukaan bukan dari lahan tersebut. Hasil interpretasi yang salah
juga dilakukan oleh sebuah konsultan lain pada tahun 1977.
Prakiraan biaya untuk menyingkirkan dan mengolah
seluruh cairan dan tanah yang terkontaminasi pada tahun 1977
sekitar 3,4 juta US$. Estimasi biaya pada tahun 1974 meningkat 4
kali lipat dengan cara tersebut. Akhirnya Pemerintah memilih cara
yang lebih murah, yaitu:
1.6
18
BAB II
SIFAT DAN SUMBER LIMBAH
BERBAHAYA
2.1
19
21
22
2.2
Klasifikasi Limbah B3
24
a.
25
26
b.
Limbah Berbahaya
Setelah didefinisikan secara mendetail di atas, sekarang
saatnya sampai pada yang lebih detail sehubungan dengan arti
limbah berbahaya. Tiga pendeketan utama untuk mendefinisikan
limbah berbahaya yaitu (1) sebuah diskripsi kualitatif pada asalnya,
tipe, dan pendukungnya, (2) klasifikasi dengan dasar karaktristik
terutama bedasarkan prosedur tes, dan (3) dengan cara konsentrasi
zat-zat spesifik yang berbahaya. Limbah digolongkan menurut tipe
umum, misalnyaspent halogenated solvents atau pelarut
terhalogenasi atau oleh sumber-sumber industri misalnya picking
liquor from steel manufacturingatau mendapat cairan dari industri
manufaktur baja.
Berbagai negara mempunyai definisi yang berbeda tentang
limbah yang berbahaya. misalnya The Federal Republic of Germany
Federal Act tentang Pembangunan Limbah (1972, yang diamandir
tahun 1976) menyebutkan limbah khusus adalah khususnya
berbahaya bagi kesehatan manusia, udara, air, atau eksplosif,
mudah terbakar, atau boleh jadi menyebabkan penyakit. The
Ontario Waste Management Corporation sebuah biro propinsi yang
di bentuk lembaga konstitusi Ontorio, Kanada mendefinisikan
limbah khusus adalah cairan industri dan limbah yang berbahaya
yang tidak layak disuling dan dibuang pada sistem penyulingan
27
28
29
2.
3.
4.
30
a.
b.
c.
31
4.
5.
6.
d.
32
33
Bahan pencemar
Arsenic
Barium
Benzene
Cadmium
Carbon tetrachloride
Chlordane
Chlorobenzene
Chloroform
Chromium
o-Cresol
m-Cresol
p-Cresol
Cresol
2,4-Dichlorobenzene
1,4-Dichlorobenzene
1,2-Dichloroethane
1,1-Dichloroethylene
2,4-Dinitrotoluene
Endrin
Heptachlor (dan hidroksida)
Hexachlorobenzene
Hexachloro-1,3-butadiene
Hexachloroethane
Lead
Lindane
Mercury
Methoxychlor
Methyl ethyl ketone
Nitrobenzene
Pentachlorophenol
Pyridine
Selenium
Silver
Tetrachloroethylene
34
No.
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
Bahan pencemar
Toxaphene
Trichloroethylene
2,4,5-Trichlorophenol
2,4,6-Trichlorophenol
2,4,5-TP (Silvex)
Vinyl chloride
Methoxychlor
Methyl ethyl ketone
Nitrobenzene
Pentachlorophenol
Pyridine
Selenium
Silver
Tetrachloroethylene
Toxaphene
Trichloroethylene
2,4,5-Trichlorophenol
2,4,6-Trichlorophenol
2,4,5-TP (Silvex)
Vinyl chloride
e.
35
f.
36
2.3
37
38
39
41
d.
42
(Flammbility Range). Tabel 2.2 memberikan beberapa contoh cairancairan kimia yang umum. Presentase dari zat-zat yang mudah
terbakar (kebanyakan campuran bahan peledak) dinamakan
optimal. Misalnya dalam kasus acetone, campuran optimal yang
mudah terbakar adalah 5% asetone.
Sebuah persoalan yang sangat berbahaya yang dapat terjadi
sehubungan dengan cairan yang mudah terbakar adalah suatu
cairan mendidih yang menyebabkan ledakan uap/vapour, BLEVE.
Ini disebabkan karena peningkatan tekanan yang begitu cepat
dalam container tertutup dari pada cairan yang dapat
meledak/flammable liquid yang di panaskan oleh sumber panas
eksternal. Ledakan terjadi jika peningakatan tekanan mampu
memecahkan dinding container.
Tabel 2.2 Beberapa cairan organik yang mudah terbakar
No
Jenis Cairan
1
2
3
4
5
6
Dietil Eter
Pentana
Aseton
Toluena
Metanol
Gasoline (2,2,4- trimetil
pentana
7
Naftalena
Keterangan: LFL: Lower Flammbility
Limit pada 25C
-43
-40
-20
-4
12
-
% Volume di Udara
LFL
UFL
1,9
36
1,5
7,8
2,6
13
1,27
7,1
6,0
37
1,4
7,6
157
0,9
5,9
Limit and UFL: Upper Flammbility
44
a.
Oxidizer/Oksidan
Zat-zat yang dapat terbakar adalah reducing agent/agen
pereduksi yang berekasi dengan oksidizer/aksidan yang
menghasilkan panas. Oksigem beratom 2, O2 yang berada di udara
adalah oksidan yang umum. Beberapa oksidan adalah campuran
kimia yang mengandung oksigen dalam formulanya. Halogen
(Golongan VIIA pada tabel periodik) dan berbagai campuranya
adalah oksidan. Beberapa contoh oksidan ditunjukkan pada Tabel
2.3.
Satu contoh reaksi sebuah oksidan adalah konsentrat HNO 3
dengan logam copper/tembaga, yang menghasilkan gas beracun
NO2.
45
4HNO3+Cu Cu(NO3)2+2H2O+2NO2
Akibat racun dari sejumlah oksidan adalah disebabkan
karena kemampuanya mengoksidasi molekul pada system
kehidupan.
Tabel 2.3 Contoh beberapa oksidator
No
Nama
Rumus
Wujud Materi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Amonium Nitrat
Amonium Perklorat
Brom
Klor
Fluor
Hidrogen Peroksida
Asam Nitrat
Nitrogen Oksida
Ozon
Asam Perklorat
Kalium Permanganat
Natrium Kromat
NH4NO4
NH4CIO4
Br2
Cl2
F2
H2O2
HNO3
N2O
O3
HClO4
KMnO4
Na2Cr2O7
Padat
Padat
Cair
Gas
Gas
Larutan dalam air
Larutan
Gas
Gas
Larutan
Padat
Padat
46
47
d.
2.5
Zat-zat Reaktif
48
Asam atau basa yang menghasilkan bau beracun, khususnya zatzat sulfide hidrogen atau hidrogen sianida.
Panas dan suhu biasanya adalah faktor penting dalam
reaksi. Banyak reaksi memerlukan energi untuk mulai reaksi.
Tingkat kebanyakan rekasi cenderung meningkat tajam dengan
meningkatnya temperature dan kebanyakan reaksi kimia
melepaskan panas. Reaksi dimulai dalam campuran reaksi yang
dibantu dengan panas akan meningkat secara eksponensial
sehubungan dengan waktu, mengarah kepada kejadian yang tak
terkontrol. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkatan reaksi
meliputi bentuk fisik reaktan (misalkan serbuk halus logam yang
bereaksi) tingkat dan derajat campuran reaktan tingkat larutan
dengan media nonreaktif (pengencer) keberadaan katalis dan
tekanan.
Beberapa campuran kimiawi adalah reaktif dengan
sendirinya, di dalamnya mereka mengandung oksigen dan
pereduksi dalam campuran yang sama. Nitroglyceris, sebuah
bahan peledak yang kuat dengan formula C3H3(ONO2)3, spontan
mengurai menjadi CO2, H2O, O2, dan N2 dengan pelepasan energi
spontan. Nitrogelicerin murni memiliki instabilitas inheren yang
seperi itu bahwa dengan pukulan ringan saja bisa jadi cukup untuk
meledak. Trinitrotoluene (TNT) juga sebuah bahan eksplosif
dengan tingkat reaktivitas yang tinggi, relatif stabil sehingga
diperlukan detonator agar mampu meledak.
49
a.
Nama
Senyawa Organik
a. Alena
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
C=C-C=C
C-N=N-C
C-N=N-N
R-OOH
R-OO-R
R-O-NO2
R-NO2
C=C=C
Diena
Senyawa azo
Triazena
Hidroperkosida
Peroksida
Alkil nitrat
Senyawa nitro
50
No
2
Nama
Senyawa Anorganik
a. Nitrogen oksida
b. Nitrogen halide
c. Senyawa interhalogen
d. Halogen oksida
e. Halogen azida
f. Hipohalida
2.6
Zat-zat Korosif
Secara konvensional, zat-zat korosif dianggap sebagai zatzat yang menghancurkan logam atau menyebabkan oksidasi bahan,
misalnya karat besi yang terbentuk di permukaan bahan. Dalam
pengertian yang lebih luas, korosif merusakkan bahan-bahan,
termasuk jaringan hidup yang terkontak. Kebanyakan zat korosif
meliputi (1) asam kuat, (2) basa-basa kuat (3) oksidan (4) agen
dehidrasi. Tabel 2.5 mencatat beberapa zat-zat korosif yang utama
dan akibatnya.
Asam Sulfat
Asam sulfat adalah contoh utama dari pada zat-zat korosif.
Sebagai asam keras, asam sulfat terkonsentrasi merupakan agen
dehidrasi dan oksidan. Kedekatan yang berlebihan dari H2SO4
terhadap air dihasilkan panas ketika air dan asam sulfat dicampur.
Jika hal ini dilakukan tidak secara cermat dengan menambahkan air
ke dalam asam, pendidihan dan lompatan dapat terjadi yang
menyebabkan terlukanya seseorang. Akibat buruk dari asam sulfat
pada jaringan kulit pelepasan air dengan terlepasnya panas yang
52
Nama
Asam nitrat
Formula
HNO3
Asam klorida
HCl
Asam fluoride
HF
53
No
4
Nama
Logam alkalo
hidroksida
Formula
NaOH
dan
KOH
Hidrogen
peroksida
Senyawa
Interhalogen
H2O2
Halogen
Oksida
OF2,Cl2O,Cl2O2
Elemen flour,
klor dan brom
F2,Cl2,Br2
ClF, BrF3
2.7
55
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Nomor Limbah
Berbahaya Menurut
EPA
D004
D005
D018
D006
D019
D020
D021
D022
D007
D023
D024
D025
D026
D016
D027
D028
D029
D030
D012
D031
D032
D033
D034
D008
D013
D009
Pencemar
Tingkat Sesuai
Aturan (mg/L)
Arsen
Barium
Benzena
Kadmium
Karbontetraklorida
Klordane
Klorobensena
Kloroform
Krom
o-Cresol
m-Cresol
p-Cresol
Cresol
2,4-D
1,4-Dikorobensena
1,2-Dikloroetana
1,1-Dikloretilena
2,4-Dinitretoluena
Endrin
Heptaklor (epoksida)
Heksaklorobensena
Heksaklorobutadiena
Heksakloroetana
Lead
Lindane
Mercury
5,0
100,0
0,5
1,0
0,5
0,03
100,0
6,0
5,0
200,0
200,0
200,0
200,0
10,0
7,5
0,5
0,7
0,13
0,02
0,008
0,13
0,5
3,0
5,0
0,4
0,2
56
No
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
2.8
Nomor Limbah
Berbahaya Menurut
EPA
D014
D035
D036
D037
D038
D010
D011
D039
D015
D040
D011
D042
D017
D043
Pencemar
Tingkat Sesuai
Aturan (mg/L)
Metoksiklor
Metiletilketon
Nitrobensena
Pentaklorofenol
Piridin
Selenium
Silver
Tetrakloroetana
Taksopena
Trikloroetilena
2,4,5-Triklorofenol
2,4,6-Triklorofenol
2,4,5-TP (Silvex)
Finil Klorida
10,0
200,0
2,0
100,0
5,0
1,0
5,0
0,7
0,5
0,5
400,0
2,0
1,0
0,2
57
2.9
58
59
2.10
60
2.11
62
63
64
BAB III
KIMIA LINGKUNGAN LIMBAH
BERBAHAYA
3.1
Pendahuluan
3.2
65
o
o
o
o
3.3
66
b.
Faktor-faktor kimiawi
Sebagai ilustrasi faktor-faktor kimiawi yang terlibat dalam
transportasi limbah, sebagaian besar adalah spesies anorganik
kationik. Spesies anorganik dapat dibagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan retensi/penyimpanan mereka oleh mineral tanah
lempung. Elemen-elemen yang bertendensi sangat dapat diikat oleh
tanah lempung meliputi kadmium, merkuri, timbal, dan zink.
Potassium, magnesium, besi, silicon dan ion-ion NH4+ cukup dapat
diikat oleh tanah lempung sedangkan natrium, klorida, kalcium,
mangan, dan boron tidak dapat diikat oleh tanah lempung.
Penyimpanan tiga elemen terakhir kemungkinan bisa dalam
pengertian mereka dapat merembes dari lempung, sehingga
dijumpai retensi negatif. Namun demikian dapatlah dicatat bahwa
retensi besi dan mangan adalah sebuah bentuk fungsi oksidasi yang
kuat dalam bentuk tereduksi Mn dan Fe cenderung relatif tidak
dapat disimpan, dimana bentuk-bentuk Fe2O3.xH2O dan MnO2
adalah sangat tidak dapat bercampur dan tinggal dalam tanah
sebagai bahan padat.
3.4
68
3.5
69
3.6
Sumber/asal,
transportasi,
interaksi,
dan
nasib
kontaminan/pengotor limbah berbahaya pada geofir melibatkan
sebuah skema yang kompleks. Keprihatinan utama atas lingkungan
sehubungan dengan limbah berbahaya pada geosfir adalah
kemungkinan kontaminasi air tanah karena luberan dan bocoran
limbah. Terdapat berbagai kemunginan sumber kontaminasi. Yang
paling jelas adalah luberan dari timbunan tanah yang mengandung
limbah yang berbahaya. Dalam suatu kasus bahan cair yang
berbahaya dapat bocor pada air tanah. Bocornya saluran limbah
dapat menyebabkan kontaminasi, sebagaimana terjadi pada tangki
septi tank. Limbah berbahaya yang menyebar pada lahan dapat
juga menyebabkan kontaminasi air tanah karena luberan. Zat kimia
yang berbahaya kadang-kadang secara sengaja dibuang di dalam
tanah pada sumur-sumur pembuangan limbah. Ini berarti
pembuangan dapat menyebabkan saling tertukarnya air yang
terkontaminasi diantara air permukaan dan air tanah pada titiktitik pelepasan dan pemasukan
Transportasi kontaminan pada geosfir sebagian besar
tergantung kepada faktor-faktor hidrologi yang mengatur
pergerakan air dalam tanah dan interaksi limbah berbahaya
sehubungan dengan lapisan geologi khususnya bagian-bagian
tanah yang tak padat. Air tanah yang terkontaminasi dengan
limbah berbahaya cenderung mengalir sebagai sebuah sumbatan
70
relatif yang kental bersama dengan air tanah pada aquifer. Derajat
aliran air tanah tergantung pada gradien air dan karakteristik
aquifer, misalnya daerah yang dapat ditembus air dan belahlintang/cross section. Tingkat mengalirnya air pada umumnya
relatif perlahan-lahan 1 meter setiap hari dianggap cepat. Air tanah
yang terkontaminasi dapat menyebabkan kontaminasi sumber air
permukaan. Hal ini dapat terjadi pada daerah buangan dimana air
tanah mengalir ke dalam danau atau mata air
Limbah berbahaya yang larut dalam air tanah diperparah
karena tanah dan bebatuan dengan cara berbagai mekanisme
penyerapan. Secara matematis, distribusi kelarutan antara air tanah
atau air luberan dan tanah dinyatakan dengan koeficient distribusi
atau Kd
72
73
74
75
76
3.7
77
78
79
untuk waktu yang lama. Dalam bentuk ini, zat-zat berbahaya lebih
mobil/berpindah-pindah dan beroleh kesempatan/jalan terhadap
organisme dibandingkan dengan bentuk endapan. Pertimbangan
penting kedua adalah bahwa berbagai logam berat mengendap
bersamaan dengan besi (III) hidrada oksida (Fe2O3 xH2O) atau
mangan (IV) oksida ( MnO2 xH2O).
Proses penyerapan adalah metode biasa bagi penyingkiran
bahan tingkat bahaya rendah dari air. Reaksi oksidasi-reduksi
adalah alat penting trnsformasi limbah berbahaya dalam air.
Degradasi sebagian besar limbah organik berlangsung dengan cara
oksidasi. Pada berbagai keadaan proses biokimia sebagian besar
menentukan nasib spesies kimia yang berbahaya pada hidrosfir.
Proses-proses di lingkungan banyak dimediasi dengan
mikroorganisme. Khususnya, oksidasi degradasi biolimbah organik
yang berbahaya dalam air umumnya terjadi dengan cara mediasimikro-organisme reaksi biokimia. Bakteri menghasilkan asam-asam
organik dan agen chelating, misalnya sitrat, yang mempunyai
pengaruh melarutkan ion logam berat yang berbahaya. Beberapa
bentuk senyawa merkuri dihasilkan oleh aksi bakteri.
Sebagaimana dibahas reaksi photolisis adalah diawali oleh
penyerapan cahaya. Efek dari proses photolitik terhadap
penghancuran limbah berbahaya pada hidrosfir adalah kecil,
meskipun beberapa reaksi photo-kimia dari campuran limbah
berbahaya dapat terjadi jika campuran hadir dalam lapisan tipis
permukaan pada air terekspose sinar matahari.
Air tanah adalah bagian dari hidrosfir yang mudah rusak
karena limbah berbahaya. Meskipun persediaan air permukaan
rentan kepada kontminasi, air tanah dapat menjadi sebagian besar
terkontaminasi yang tak dapat diubah karena pembuangan zat
kimia berbahaya pada tanah.
80
3.8
81
82
b.
83
Transformasi
photolytic
menyangkut
(photodissociation) daripada campuran dengan
radiasi visible dan ultra violet.
R-X
pemecahan
reaksi-reaksi
+ hv R + X
3.9
85
Proses Biodegaradasi
Biotransformasi adalah apa yang terjadi atas suatu zat yang
di metabolisme dan berubah oleh karena proses biokimia pada
suatu organisme. Metabolisme dibagi menjadi dua kategori utama
katabolisme yaitu membentuk molekul-molekul yang hidup dari
bahan yang lebih kompleks dan anaboliseme yaitu membentuk
molekul hidup dari bahan yang lebih sederhana. Zat dapat
menjalani biotransformasi mungkin terjadi di alam atau
antrophogenik (dibuat karena ulah manusia). Mereka mengandung
molekul xenobiotic yang asing bagi sistem kehidupan.
Proses biokimia penting yang terjadi pada biodegradasi
bahan-bahan limbah berbahaya dan sintesis adalah cometabolisme.
Cometabolisme tidaklah melakukan suatu maksud yang berguna
organisme dalam sudut pandang penyediaan energi atau bahan
mentah untuk membangun biomasa, tetapi terjadi bersamaan
dengan proses metabolisme normal. Sebuah contoh cometabolisme
limbah
berbahaya
disajikan
oleh
jenis-jenis
campuran
86
3.10
88
89
3.11
90
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
91
6.
Tabel 3.1. Beberapa sifat berbahaya dan beracun dari rumah tangga
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11
12.
13.
14.
Nama Bahan
Bubuk penggosok abrasive:
Pembersih
mengandung
alumunium
Penggelantangan klorin
Pembersih saluran air
Pengkilab mebel
Pembersih kaca
Semir sepatu
Pengkilap logam (perak)
Pembersih toilet dan lantai
Pembersih karpet/kain
Shampoo anti ketombe
Penghilang cat kuku
Minyak wangi
Obat-obatan
92
Sifat Bahan
Korosif
Korosif
Toksik dan korosif
Korosif
Mudah terbakar
Korosif (iritasi)
Mudah terbakar
Mudah terbakar
Korosif
Korosif dan mudah terbakar
Toksik
Toksik dan mudah terbakar
Mudah terbakar
Toksik
BAB IV
DOKUMEN DAN TRANSPORTASI
LIMBAH B3
4.1
Dokumen Limbah B3
93
94
7.
8.
4.2
Bagian I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Jenis limbah B3
Nama teknis (jika ada)
Karakteristik limbah B3
Kode limbah B3
Kode UN/NA yaitu nomor identifikasi atau nomor kode
limbah yang dikeluarkan oleh PBB mempunyai kode UN
(United Nation) atau NA (North America) diikuti oleh 4 digit
angka, yang secara cepat akan dapat memberikan informasi
bila
terjadi
kecelakaan.
Diharapkan
Tim
yang
bertanggungjawab dalam menangani kecelakaan, secara
cepat dapat mengidentifikasi sifat bahan berbahaya itu serta
cara penanggulangannya.
Kelompok kemasan (drum/container)
Satuan ukuran
Jumlah total kemasan
Peti kemas
Keterangan lain limbah B3 (tidak tercantum dalam kode
limbah B3)
Instruksi penanganan khusus
Nomor telpon
25.
26.
27.
28.
29.
3
4
5
6
Nama bahan
Asetaldehida
Asama asetat, glacial atau larutan asam
asetat dengan persen asam lebih dari 80%
b/b
Asetat anhidrad
Aseton
Asetaldehida ammonia
Asetal
97
Kode UN atau NA
1089
2789
1715
1090
1841
1088
Dokumen Teknis
o
Jenis-jenis limbah yang akan dikelola
o
Jumlah limbah B3 (untuk per jenis limbah) yang akan
dikelola
Karakteristik per jenis limbah B3 yang akan dikelola
o
o
Desain
konstruksi
tempat
penyimpanan atau
pengumpulan limbah B3
o
Flowsheet lengkap proses pengelolaan limbah B3
98
o
o
o
Pengumpulan
Pengangkutan
99
4 Pemanfaatan
5 Pengolahan
6 Penimbunan
100
Lampiran
I.
Formulir
Permohonan
Rekomendasi
Pengangkutan Limbah B3
102
BAB V
PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
Dasar peraturan penyimpanan dan pengumpulan limbah
bahan berbahaya dan beracun adalah Peraturan Pemerintah 18
Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun dan perubahannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 85
Tahun 1999. Selain itu secara teknik diatur dalam Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan: Kep01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Penyimpanan dilakukan jika belum dapat diolah dengan
segera dengan tujuan untuk mencegah terlepasnya ke lingkungan
sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat
dihindarkan.
Ketentuan ini berlaku bagi kegiatan pengemasan/
pewadahan limbah B3 di fasilitas:
a. Penghasil, untuk disimpan sementara di dalam lokasi
penghasil;
b. Penghasil, untuk disimpan sementara di luar lokasi
penghasil tetapi tidak sebagai pengumpul;
c. Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengeloh;
d. Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau
penimbunan.
103
5.1
1.
2.
3.
5.2
1.
2.
104
3.
5.3
1.
2.
3.
4.
5.
105
6.
5.4
1.
2.
3.
4.
5.
106
7.
107
8.
9.
5.5
1)
108
a)
109
3)
4)
110
5)
6)
111
c)
Pemilik
atau
operator
harus
memeriksa
sistem
perlindungan katodik (jika ada), untuk memastikan bahwa
peralatan tersebut bekerja sempurna. Pemeriksaan meliputi;
a) Fungsi sistem perlindungan katodik harus dilakukan
dalam 6 (enam) bulan setelah pengoperasian awal, dan
selanjutnya setiap tahun sekali;
b) Semua bagian yang dapat mempengaruhi sistem
perlindungan (a) harus diperiksa sekurang-kurangnya 2
(dua) bulan sekali. Pemilik atau operator harus
menyimpan catatan hasil pemeriksaan kegiatan nomor
6 dan 7 tersebut.
8)
112
c)
5.6
1.
2.
3.
4.
113
5.7
Penempatan Tangki
5.8
1)
Persyaratan
Limbah B3
Bangunan
Penyimpanan
Kemasan
114
c.
d.
e.
f.
2)
3)
115
b.
c.
d.
4)
5.9
1)
dan
116
a)
b)
117
2)
3)
4)
118
5.10
Lokasi
bangunan
tempat
penyimpanan
kemasan
drum/tong, bangunan tempat penyimpanan bak kontainer dan
bangunan tempat penyimpanan tangki harus:
a. Merupakan daerah bebas banjir, atau daerah yang
diupayakan melalui pengurugan sehingga aman dari
kemungkinan terkena banjir;
b. Jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah
50 meter.
5.11
a.
b.
b.
119
5.12
a.
b.
c.
d.
120
b.
c.
3)
4)
5)
6)
7)
121
5.13
1)
2)
3)
4)
5)
6)
122
1)
2)
3)
4)
5)
6)
123
7)
Fasilitas tambahan
Laboratorium
Laboratorium yang tersedia harus mampu:
1) melakukan pengujian jenis dan karakteristik dari
limbah B3 yang diterima, sehingga penanganan lebih
lanjut seperti pencampuran, pengemasan ulang atau
pengolahan awal (pre treatment) dapat dilakukan
dengan tepat;
2) melakukan pengujian kualitas terhadap timbulan dari
kegiatan pengelolaan limbah yang dilakukan (misalnya
cairan dari fasilitas pencucian atau dari kolam
penampungan darurat) sehingga dapat penanganan
sebelum dibuang ke lingkungan dapat ditetapkan.
1)
Fasilitas pencucian
Setiap pencucian peralatan atau perlengkapan yang
digunakan dalam kegiatan pengumpulan limbah B3 harus
dilakukan di dalam fasilitas pencucian. Fasilitas tersebut
harus dilengkapi bak penampung dengan kapasitas yang
memadai dan harus kedap air;
Sebelum dapat dibuang ke lingkungan, maka terhadap
cairan dalam bak penampung tersebut harus dilakukan
analisis laboratorium guna memperoleh kepastian
pemenuhan terhadap baku mutu. Cairan dari bak
penampung dapat dibuang ke lingkungan sepanjang beban
maksimum tidak dilampauinya;
Setiap kendaraan pengangkut yang akan meninggalkan
lokasi pengumpulan harus dibersihkan/dicuci terlebih
dahulu, terutama bagian-bagian yang diduga kuat
terkontaminasi limbah B3 (misalnya bak kendaraan
pengangkut, roda, dll).
2)
3)
124
1)
2)
1)
2)
1.
2.
125
126
BAB VI
SIMBOL DAN LABEL
6.1
127
3.
128
129
bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama bahanbahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam
keadaan hampa udara
130
3.
131
132
133
134
3.
4.
135
3.
137
1.
2.
3.
4.
5.
6.
138
139
140
5.
6.2
Label
141
C.
Pengisian label B3
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak
mudah terhapus dan dipasang pada setiap kemasan B3
Pemasangan label B3
Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah simbol
dan harus terlihat dengan jelas. Label ini juga harus
dipasang pada wadah yang akan dimasukkan ke dalam
kemasan yang lebih besar.
142
Sifat
Contoh Bahan
143
Kelas
Sifat
Contoh Bahan
Logam Halida Anhidrat
(Alumunium Tribromida)
CaO
Sulfuril Chlorida
Gases
3.
Flammable liquid
substances
4.1
Flammable solid
substances
4.2
Self-igniting substances
4.3
Substances forming
flammable gases
5.1
Oxidizing substances
5.2
Organic peroxides
Asam peroksiasetat
6.1
Toxic substances
6.2
Infectious materials
Radioactive materials
Corrosive substances
Various hazardous
substances and materials
144
Kelas
10
Sifat
Bahan iritan
Contoh Bahan
bahan iritan padat. misalnya: NaOH,
fenol
bahan iritan cair. misal : asam sulfat,
asam format.
bahan iritan gas.
misal : gas amat larut dlm air.
(amoniak, formaldehide)
gas dengan kelarutan sedang: sulfur
dioksida
gas dengan kelarutan kecil, merusak
alat pernafasan bagian dalam
145
146
BAB VII
PENGOLAHAN LIMBAH B3
Dasar hukum yaitu Kep-03/Bapedal/09/1995 pengolahan
limbah B3 yaitu: Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3), adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik
limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun
dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau
memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur
ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara:
1. Pengolahan fisika dan kimia
2. Stabilisasi/solidifikasi,
3. Insenerasi
Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk
mengurangi daya racun limbah B3 dan/atau menghilangkan
sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak
berbahaya. Proses pengolahan secara stabilisasi/solidifikasi
bertujuan untuk mengubah watak fisik dan kimiawi limbah B3
dengan cara penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan
senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi dan membentuk massa
monolit dengan struktur yang kekar. Sedangkan proses pengolahan
secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang
terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung
B3.
147
7.1
7.2
7.3
149
4)
5)
6)
150
7.4
1)
2)
3)
7.5
151
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
152
Pelatihan Karyawan
Perusahaan wajib memberikan pelatihan secara berkala
kepad karyawan yang meliputi:
Pelatihan dasar diantaranya:
(a) Pengenalan limbah; meliputi jenis limbah, sifat dan
karakteristik serta bahayanya terhadap lingkungan dan
manusia, serta tindakan pencegahannya.
(b) Peralatan
pelindung:
menyangkut
kegunaan
dan
penggunaannya.
(c) Pelatihan untuk keadaan darurat: meliputi kebakaran,
ledakan, tumpahan, matinya listrik, evakuasi, dan
sebagainnya.
(d) Prosedur inspeksi.
(e) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
(f) Peralatan keselamatan kerja (K3).
(g) Peraturan perundangan-undangan tentang pengolahan
limbah B3.
Pelatihan khusus diantaranya:
(a) Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan
penunjangnya;
(b) Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penujangnya;
(c) Laboratorium;
(d) Dokumentasi dan pelaporan;
(e) Prosedur penyimpanan dokumentasi dan pelaporan.
7.6
153
proses
pengolahan
limbah
B3
tersebut.
Setelah
kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi
yang terkandung dalam limbah B3 tersebut di ketahui, maka
terhadap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses
pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dan baku
mutu pembuangan dan/atau lingkungan yang ditetapkan.
154
7.7
1.
Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas
(pyro) pada suhu lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat
beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa
sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan
baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang
terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer. Penting
diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas, sehingga
156
Elektrostatik presipitator
ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif
penangkap debu dengan effisiensi tinggi (diatas 90%) dan rentang
partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan
electrostatic precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar
dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16% (dimana efektifitas
penangkapan debu mencapai 99,84%).
Salah satu komponen terpenting dalam proses produksi di
Pabrik Gula dan PLTU adalah boiler yang berfungsi sebagai tempat
untuk memanaskan air, sehingga menghasilkan uap yang nantinya
akan digunakan untuk proses selanjutnya. Pada PLTU, uap ini
digunakan untuk memutar turbin uap sebagai penggerak
generator. Untuk melakukan kerja, boiler membutuhkan adanya
panas yang digunakan untuk memanaskan air. Panas ini disuplai
oleh bagian yang disebut dengan ruang bakar atau furnace, dimana
pada ruang bakar ini dilengkapi dengan alat pembakaran atau
burner. Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut akan
mengandung banyak debu, mengingat bahan bakar yang
digunakan adalah batubara, kemudian debu tersebut akan terbawa
bersama gas buang menuju cerobong. Sebelum gas buang tersebut
157
Wet scrubbing
Wet scrubber adalah peralatan pengendali pencemar udara
yang berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel halus yang
terbawa dalam gas buang suatu proses dengan menggunakan titiktitik air.
Pada pengolahan ini cairan umumnya air digunakan untuk
menangkap partikel debu atau untuk meningkatkan ukuran
aerosol. Partikel halus berukuran 0,1 sampai 20 mikron dapat
disisihkan secara efektif dari gas pembawa menggunakan wet
collector. Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet
Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara
yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt,
sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat
udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut
disemprotkan air turun ke bawah.
Venturi Scrubber menghilangkan partikel debu dan
kontaminan gas tertentu dari gas aliran dengan memaksanya
melewati aliran cair, menghasilkan cairan yang teratomisasi. Tinggi
kecepatan diferensial di antara gas kotor dan cairan droplets
159
160
Klarifikasi
Clarifier berfungsi untuk memisahkan sejumlah kecil
partikel-partikel halusyang menghasilkan liquid yang jernih yang
bebas partikel-partikel solid ataususpensi. Teknologi pemisahan
liquid-solid umumnya dipakai pada proses pengolahan air bersih
pada berbagai industri antara lain pada pengolahan air
minumPDAM dan pengolahan air baku untuk Demin Plant
maupun Cooling Water System. Di dalam Clarifier terjadi proses
yang kita sebut dengan proses klarifikasiyang mana proses ini
berfungsi menghilangkan suspended solid.
5.
Setrifugasi
Sentrifugasi adalah proses yang memanfaatkan gaya
sentrifugal untuk sedimentasi campuran dengan menggunakan
mesin sentrifuga atau pemusing. Komponen campuran yang lebih
rapat akan bergerak menjauh dari sumbu sentrifuga dan
membentuk endapan (pelet), menyisakan cairan supernatan yang
dapat diambil dengan dekantasi. Teknik sentrifugasi telah
dimanfaatkan baik untuk keperluan penelitian, misalnya pada
bidang biologi sel dan biologi molekular, maupun untuk industri,
misalnya dalam pengayaan uranium dan pengolahan anggur.
6.
Koagulasi-flokulasi
Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai
menjadi kesatuan proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi
terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai akibat
dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut
koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang
161
162
163
7.
Elektrodialisis
Elektrodialisis adalah gabungan antara elektrokimia dan
penukaran ion. Elektrodialisis yang disingkat ED merupakan
proses pemisahan elektrokimia dengan ion-ion berpisah melintas
membran selektif anion dan kation dari larutan encer kelarutan
membran lebih pekat akibat aliran arus searah atau DC. Pada
dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh
medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan
melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel.
Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa
ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan
berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik akanmempercepat
proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat
digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut
elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
Flotasi
Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti
mengapung atau mengambang. Flotalasi dapat diartikan sebagai
suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu
cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat
yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap
164
berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat
pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan
dan membentuk buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan
tersebut. Secara umum flotation melibatkan 3 fase yaitu cair
(sebagai media), padat (partikel yang terkandung dalam cairan)
dan gas (gelembung udara).
Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah ukuran
partikel, pH larutan , surfaktan, dan bahan kimia yang lain,
misalnya koagulan. Ukuran partikel yang besar membuat partikel
tersebut cenderung untuk mengendap sehingga susah untuk
terflotasi. Sedangkan pH yang tinggi partkel cenderung
mengendap. Fungsi surfaktan adalah kolektor yang merupakan
reagen yang memiliki gugus polar dan gugus non polar sekaligus.
Kolektor akan mengubah sifat partikel dari hidrofil menjadi
hidrofob. Sedangkan penambahan koagulan dapat mengakibatkan
ukuran partikel-partikel menjadi lebih besar. Faktor lain yang
mempengaruhi flotasi adalah laju udara yang berfungsi sebagai
pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan hidrofobik, persen
padatan, untuk flotasi pada partikel kasar dapat dilakukan dengan
persen padatan yang besar demikian sebaliknya, besar laju
pengumpanan yang berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu
tinggal. Laju udara pembilasan yang berfungsi untuk mengalirkan
konsentrrat ke dalam lounder. Ketebalan lapisan buih dan ukuran
gelembung udara juga mempengaruhi flotasi.
165
Reverse Osmosis
Reverse Osmosis untuk pengolahan air industri, air umpan
ketel, air minum dan desalinasi air laut. engertian dari sistem
Reverse Osmosis atau RO adalah perpindahan air melalui satu
tahap ke tahap berikutnya yakni bagian yang lebih encer ke bagian
yang lebih pekat. Teknologi reverse osmosis (RO) banyak
dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan, salah satunya
adalah untuk teknologi pengolahan air minum. Salah satu ciri
utama reverse osmosis system (RO) adalah dengan adanya
membran (semipermeable membrane). Membran semipermeabel
ini harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut.Proses reverse osmosis menggunakan tekanan tinggi agar
air bisa melewati membran, di mana kerapatan membran reverse
osmosis ini adalah 0, 0001 mikron (satu helai rambut dibagi 500.000
bagian).Jika air mampu melewati membran reverse osmosis, maka
air inilah yang akan kita pakai, tapi jika air tidak bisa melewati
membran semipermeable maka akan terbuang pada saluran
166
Gambar 7.6 Proses pemurnian air limbah menjadi air murni dengan
reverse osmosis
Dibandingkan dengan sistem pengolahan air minum seperti
sistem ultra violet, perebusan, sedimentasi, ozonisasi dan
pengolahan air minum lainnya, teknologi pengolahan air sistem
reverse osmosis (RO) adalah sistem pengolahan air minum terbaik
untuk menghasilkan air minum bersih, steril, sehat. Kelebihan air
hasil dari sistem reverse osmosis adalah bebas dari semua bahan
pencemar air seperti virus, bakteri, bahan kimia dan logam berat.
Dengan kualitas air yang baik maka sistem reverse osmosis
167
170
171
172
173
174
c)
176
CO2
CO
g)
a)
Menetukan
efisiensi
pembakaran
menggunakan persamaan di bawah ini:
EP =
f)
x 100%
(EP)
dengan
x 100%
= konsentrasi emisi CO2di exhaust
= konsentrasi emisi CO di exhaust
177
c.
d.
e.
f.
g.
h.
b)
Pemantauan:
1) Secara terus menerus mengukur dan mencatat;
a. Suhu di zona/ruang bakar;
b. Laju umpan limbah (waste feed rate);
c. Laju bahan bakar pembantu;
d. Kecepatan gas saat keluar dari daerah pembakaran;
e. Konsentrasi karbon monoksida, karbon dioksida,
nitrogen oksida, sulfur dioksida, oksigen, HCL,
Total Hidrokarbon (THC) dan partikel debu di
cerobong (stack/chimney);
f. Opositas.
178
2)
3)
4)
5)
c)
Pelaporan
1) Melaporkan hasil pengukuran emisi cerobong yang
telah dilakukan selama 3 bulan terakhir sejak
digunakan dan dilakukan pengujian kembali setiap 3
tahun untuk menjaga nilai minimum DRE.
2) Konsentrasi maksimum untuk emisi dan nilai minimum
DRE sebagaimana tercantum daam Tabel 2 dan 3.
Pelaporan datadata di atas dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan ke Bapedal.
179
Kadar maksimum
(mg/Nm3)
50
250
300
10
100
70
35
1
0,2
1
5
0,2
0,2
10%
Parameter
Partikel
Sulfur dioksida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2)
Hidrogen fluoride (HF)
Karbon monoksida (CO)
Hidrogen klorida (HCl)
Total Hidrokarbon (sebagai CH4)
Arsen (As)
Kadmium (Cd)
Kromium (Cr)
Timbal (Pb)
Merkuri (Hg)
Talium (Tl)
Opositas
Parameter
Fisika
Suhu
Zat padat terlarut
Zat padat tersuspensi
Kimia
pH
Besi terlarut (Fe)
Mangan terlarut (Mn)
Barium (Ba)
Tembaga (Cu)
180
38
2000
200
OC
mg/L
mg/L
6-9
5
2
2
2
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Parameter
Seng (Zn)
Krom valensi 6 (Cr6+)
Krom total (Cr)
Kadmium (Cd)
Merkuri
Timbal (Pb)
Stanum (Sn)
Arsen (As)
Selenium (Se)
Nikel (Ni)
Kobal (Co)
Sianida (CN-)
Sulfida (S2-)
Fluorida (F)
Klorin bebas (Cl2)
Amoniak bebas (NH3-N)
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)
BOD6
COD
Senyawa aktif biru
(MBAS)
Fenol
Minyak dan lemak
AOX
PCBs
PCDFs
PCDDs
metilen
Konsentrasi Maksimum
Nilai
Satuan
5
mg/L
0,1
mg/L
0,5
mg/L
0,05
mg/L
0,002
mg/L
0,1
mg/L
2
mg/L
0,1
mg/L
0,05
mg/L
0,2
mg/L
0,4
mg/L
0,05
mg/L
0,05
mg/L
2
mg/L
1
mg/L
1
mg/L
20
mg/L
1
mg/L
50
mg/L
100
mg/L
5
mg/L
0,5
10
0,5
0,005
10
10
181
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Limbah Oli
Limbah oli berdasarkan PP 85 tahun 1999 termasuk dalam
kategori limbah B3. Limbah. Limbah oli mengandung senyawasenyawa kimia baik organic dan anorganik yang sangat berbahaya.
Kandungan senyawa dan logam berat dalam limbah oli (oli bekas)
sebagai berikut:
Tabel 7.3 Kontaminan yang ada pada limbah oli (oli bekas)
Logam
Hidrokarbon
Senyawa organik
(anorganik)
terklorinasi
lainnya
Aluminium
Diklorofluorometana
Benzena
Antimon
Triklorofluorometana
Toluena
Arsenik
1,1,1-trikloroetana
Xylena
Barium
Trikloroetilena
Benzaantrasena
Kadmium
Total klorine
Benzopirena
Krom
Poliklorin biphenil
Naftalena
Kobalt
Tembaga
Plumbum
Magnesium
Mangan
Merkuri
Nikel
Pospor
Silikon
Sulfur
Zeng
182
183
3.
4.
5.
184
3.
4.
5.
Pretreatment or dewatering
Propane-deasphalting
Distillation
Pretreatment Dewatering
1. Untuk menghilangkan kandungan air dalam oli bekas
2. Air dalam oli bekas dalam bentuk air bebas maupun air
terikat misalnya dalam bentuk emulsi.
3. Dewatering biasanya diartikan sebagai proses penghilangan
air bebas
4. Bila air dalam keadaan teremulsi, emulsi dapat dirusak
dengan penambahan demulsifier
5. Dewatering merupakan proses sederhana yang didasarkan
pada pemisahan air dan oli dalam rentang waktu dan
dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
6. Oli bekas dimasukkan ke dalam tangki dan air bebas
dikeluarkan untuk diolah lebih lanjut sesuai dengan
parameter yang berlaku sebelum di buang ke perairan bebas
186
7.
8.
187
3.
Distillation
1. Destilasi merupakan proses utama untuk menghasilkan
pelumas berkualitas dasar.
2. Ada 2 jenis of Destilasi, atmospheric distillatin and vacuum
distillation
3. Atmospheric distillation pada umumnya dianggap sebagai
tahapan pretreatment untuk tahapan vacuum distillation
tanpa memerlukan proses dewatering. Atmospheric
distillation dilakukan pada tekanan atmosfer normal pada
temperatur sampai 300C.
4. Atmospheric distillation relatif sederhana.
5. Oli bekas dipanaskan (A) dan dialirkan ke menara destilasi
(B). Pada temperatur rendah, oli menghasilkan Hidrokarbon
(gas, petrol/bensin dan pelarut/petroleum eter) dan air
tertampung dalam puncak (B). Beberapa hidrokarbon ini
dikondendasi dan ditampung untuk digunakan sebagai
BBM.
6. Prose ini hanya bagus sampai temperatur 300oC. Pada
temperatur lebih tinggi dapat terjadi"thermal cracking"
molekul hidrokarbon yang lebih besar
7. Vacuum distillation dianggap sebagai kunci dalam prose
pengolahan oli bekas.
8. Sifat-sifat utama oli seperti viskositas, flash point dan residu
karbon.
188
9.
7.8
189
d.
e.
190
191
192
BAB VIII
PENIMBUNAN LIMBAH B3
Penimbunan
limbah
B3
adalah
suatu
kegiatan
menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas penimbunan dengan
maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
hidup. Ketentuan dalam penimbunan limbah B3 yaitu:
1. Penimbun limbah B3 dilakukan oleh badan usaha yang
melakukan kegiatan penimbunan limbah B3.
2. Penimbunan limbah B3 dapat dilakukan oleh penghasil
untuk menimbun limbah B3 sisa dari usaha dan/atau
kegiatannya sendiri.
Penimbun limbah B3 wajib membuat dan menyimpan
catatan mengenai:
a. Sumber limbah B3 yang ditimbun;
b. Jenis, karakteristik, dan jumlah limbah B3 yang ditimbun;
c. Nama pengangkut yang melakukan pengangkutan limbah
B3.
Penimbun limbah B3 wajib menyampaikan catatan
sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan kepada instansi
yang bertanggung jawab dengan tembusan kepada instansi terkait
dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang
bersangkutan. Catatan tersebut dipergunakan untuk:
a. Inventarisasi jumlah limbah B3 yang dimanfaatkan;
b. Sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan
kebijaksanaan dalam pengelolaan limbah B3.
193
194
d.
195
196
198
DAFTAR PUSTAKA
03/BAPEDAL/09/1995
pengelolaan limbah B3.
tentang
Persyaratan
teknis
199
200
Bahan Pencemar
Pelarut Terhalogenasi
Tetrakloroetilen
Trikloroetilen
Metilen Klorida
1,1,2-Trikloro. 1,2,2, Trifluoroetana
Trikloroflourometana
Orto-diklorobenzena
Klorobenzena
Trikloroetana
Fluorokarbon Terklorinasi
Karbon Tetraklorida
Pelarut Yang Tidak Terhalogenasi
Dimetilbenzena
Aseton
Etil Asetat
Etil Benzena
Metil Isobutil Keton
n-Butil Alkohol
Siklohekson
Metanol
Toluena
Metil Etil Keton
Karbon Disulfida
Isobutanol
Piridin
Benzena
2-Etoksietanol
Asam Kresilat
Nitrobenzena
Asam/Basa
Amonium Hirdroksida
Asam Hidrobomat
Asam Hidroklorat
201
Kode Limbah
D1004c
D1005c
D1006c
D1007c
D1008c
D1009c
D1010c
D1001d
D1002d
D1003d
D1004d
D1005d
Bahan Pencemar
Asam Hidrofluorat
Asam Nitrat
Asam Fosfat
Kalium Hidroksida
Natrium Hidroksida
Asam Sulfat
Asam Klorida
Yang Tidak Spesifik Lainya
PCBs (Polychlorinated Biphenyls)
Lead Scrap
Limbah Minyak Diesel Industri
Fiber Asbes
Pelumas Bekas
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
BAHAN PENCEMAR
Asetaldehida
D3002
Asetamida
D3003
Asamsetat,garam-garamnyadan ester-esternya
D3004
Aseton
D3005
Asetonitril
D3006
Asetilklorida
D3007
Akrolein
D3008
Akrilamida
D3009
Akrilonitril
D3010
Aldrin
D3011
AluminiumAlkildanTurunanya
D3012
AluminiumFosfat
D3013
AluminiumPikrat
D3014
AmoniumVanadat
D3015
Anilina
D3016
ArsendanSenyawanya
D3017
D3018
ArsenDisulfida, ArsenTriklorida
D3019
Dietilarsina
D3020
Barium danSenyawanya
D3021
D3022
Benzena
219
KODE
LIMBAH
D3023
BAHAN PENCEMAR
Klorobenzena
D3024
1,3 Diisosianatometil-Benzena
D3025
Dietilbenzena
D3026
Heksahirdobenzena
D3027
BenzenasulfonatAsamKlorida
D3028
BenzenasulfonatKlorida
D3029
Beriliumdansenyawanya
D3030
D3031
Bromoform
D3032
1,1,2,3,4,5-Heksakloro-1,3-Butadiena
D3033
n-ButilAlkohol
D3034
Butana
D3035
Butilaldehida
D3036
Kadmiumdansenyawanya
D3037
KalsiumKromat
D3038
D3039
DikloroKarbonat
D3040
KarbonDisulfida
D3041
KarbonTetraklorida
D3042
Kloroasetaldehida
D3043
D3044
Kloroetana (EtilKlorida)
D3045
Kloroetana (VetilKlorida)
D3046
Klorobromometana
D3047
Kloroform
220
KODE
LIMBAH
D3048
BAHAN PENCEMAR
p-Kloroanilina
D3049
2-Kloroetil VinilEter
D3050
KlorometilMetilEter
D3051
AsamKromat
D3052
Kromiumdansenyawa-senyawanya
D3053
Sianidadansenyawa-senyawanya
D3054
Kreosot
D3055
Kumena
D3056
Sikloheksana
D3057
2,4-D,garam-garam danesternya
D3058
DDD
D3059
DDT
D3060
1,2-Diklorobenzena
D3061
1,3-Diklorobenzena
D3062
1,2-Dikloroetana
D3063
1,1-Dikloroetana
D3064
1,2-Dikloropropana
D3065
1,3-Dikloropropana
D3066
Dieldrin
D3067
DimetilFtalat
D3068
DiemtilSulfat
D3069
2,4-Dinitritoluen
D3070
2,6-Dinitritoluen
D3071
Endrindansenyawametabolitnya
D3072
Epiklorohidrin
221
KODE
LIMBAH
D3073
BAHAN PENCEMAR
2-Etoksi etanol
D3074
1-Fenil Etanon
D3075
EtilAkrilat
D3076
EtilAsetat
D3077
Etilbenzena
D3078
EtilKarbamat (Uretan)
D3079
EtilEter
D3080
AsamEtilenBisditiokarbamatdanturunanya
D3081
EtilenDibromida
D3082
EtilenDiklorida
D3083
EtilenGlikol (MonoetilEter)
D3084
EtilenOksida (Oksirana)
D3085
Fluorin
D3086
Fluoroasetamida
D3087
AsamFluoroasetatdangaramsodiumnya
D3088
Formaldehida
D3089
AsamFormiat
D3090
Furan
D3091
Heptaklor
D3092
Heksaklorobenzena
D3093
Heksaklorobutadiena
D3094
Heksakloroetana
D3095
HidrogenSianida
D3096
Hidrazina
D3097
AsamFosfat
222
KODE
LIMBAH
D3098
BAHAN PENCEMAR
AsamFlourat
D3099
AsamFlourida
D3100
AsamSulfida
D3101
Hidroksibenzena (Fenol)
D3102
Hirdoksitoluen (Kresol)
D3103
IsobutilAlkohol (Isobutanol)
D3104
TimbalAsetat
D3105
TimbalKromat
D3106
TimbalNitrat
D3107
TimbalOksida
D3108
TimbalFosfat
D3109
Lindana
D3110
MaleatAnhidrida
D3111
MaleatHidrazida
D3112
Merkuridansenyawa-senyawa
D3113
MetilHidrazina
D3114
MetilParation
D3115
Tetraklorometana
D3116
Tribromometana
D3117
Triklorometana
D3118
Triklorofluorometana
D3119
D3120
Metoksiklor
D3121
MetilBromida
D3122
MetilKlorida
223
KODE
LIMBAH
D3123
BAHAN PENCEMAR
MetilKloroform
D3124
MetilenBromida
D3125
MetilIsobutilKeton
D3126
MetilEtilKeton
D3127
MetilEtilKetonPeroksida
D3128
MetilBenzena (Toluen)
D3129
MetilIodida
D3130
Naftalena
D3131
NitratOksida
D3132
Nitrobenzena
D3133
Nitrogliserin
D3134
Oksirana
D3135
Paration
D3136
Paraldehida
D3137
Pentaklorobenzena
D3138
Pentakloroetana
D3139
Pentakloronitrobenzena
D3140
Pentaklorofenol
D3141
Pentakloretilen
D3142
FenilTiourea
D3143
Fosgen
D3144
Fosfin
D3145
FosforSulfida
D3146
FosforPentasulfida
D3147
FtalatAnhidrida
224
KODE
LIMBAH
D3148
BAHAN PENCEMAR
1-Bromo, 2-Propanon
D3149
2-Nitropropana
D3150
n-Propilamina
D3151
PropilenDikorida
D3152
Pirena
D3153
Piridin
D3154
Selenium dansenyawanya
D3155
Selenium Dioksida
D3156
Selenium Sulfida
D3157
Perak Sianida
D3158
2,4,5-TP (silvex)NatriumAzida
D3159
NatriumAzida
D3160
Striknidin-10-satu dangaram-garamnya
D3161
D3162
Sulfur Fosfit
D3163
2,4,5-T
D3164
1,2,4,5-Tetraklorobenzena
D3165
1,1,1,2-Tetrakloroetana
D3166
1,1,2,2-Tetrakloroetana
D3167
2,3,4,6-Tetrakloroetana
D3168
Tetraklorometana
D3169
TetraetilTimbal
D3170
2,4,5-Triklorofenol
D3171
2,4,6-Triklorofenol
D3172
1,3,5-Trinitrobenzena
225
KODE
LIMBAH
D3173
BAHAN PENCEMAR
Vanadium Pentaoksida
D3174
VinilKlorida
D3175
Warfarin
D3176
Dimetilbenzena
D3177
SengFosfit
226
Aldrin + Dieldrin
Arsen
Barium
Benzene
Boron
Cadmium
Carbon tetrachloride
Chlordane
Chlorobenzena
Chloroform
Choromium
Copper
0-Cresol
5
5
0,25
0,19
0,5
m-Cresol
Total Cresol
Cyanida (bebas)
2,4-D
1,4Dichlorobenzene
1,2
0,5
0,5
1
5
0,05
0,2
Dichloroethane
1,1-Dichloroethylene
2,4-Dinitrotoluene
Endrin
Fluorides
Heptachlor +Heptachlor
Epoxide
0,05
0,01
50
0,004
0,08
227
PARAMETER
Hexachhlorobenzena
Hexachloroetana
Lead
Lindane
Mercury
Methoxychlor
Methyl Parathion
Methyl Ethyl Ketone
Nitrate + Nitrite
Nitrite
Nitrobenzene
Pentachloropenol
Pyridine
PCBs
Selenium
Silver
Tetrachloroethlene (PCE)
0,5
0,1
0,05
0,05
2
0,3
Phenol
DDT
Chlorophenol (total)
Chloronaphtalene
Trihalomethanes
2
1
1
1
1
2,4,5-Trichlorophenol
2,4,5-Trichlorophenol
Vynil Chloride
Zinc
40
1
0,05
2,5
228