You are on page 1of 5

I.

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pertumbuhan suatu mikroorganisme dapat dihambat dengan 3 metode, yaitu

secara kimia, fisika, dan biologis. Secara kimia dilakukan dengan fungisida,
bakterisida, dan insektisida. Secara fisik dilakukan dengan pemanasan sinar UV
dan pemanasan dengan suhu tinggi. Secara biologis dilakukan dengan
menggunakan mikroorganisme lain sebagai antagonis (Pelczar dan Chan, 2007).
Assei

mikrobiologi

merupakan

suatu

teknik

analisis

pengukuran

kemampuan serta kandungan suatu bahan dengan menggunakan mikroba sebagai


jasad penguji (Waluyo, 2004). Metode umum dalam assei mikrobiologi yaitu
metode kertas saring (Kirby and Bauer) untuk mengetahui besar daya hambat
suatu antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri dan metode Aubert untuk
mengetahui kadar antibiotik dalam bahan makanan yang digunakan sebagai bahan
pengawet. Metode sumur difusi juga dapat digunakan untuk assei mikrobiologi
(Pelczar dan Chan, 2007). Terdapat dua zona pada metode sumur difusi. Dua zona
tersebut yaitu zona radikal dan zona irradikal. Zona radikal merupakan suatu zona
di sekitar disk yang tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri, sedangkan zona
irradikal merupakan suatu zona di sekitar disk yang masih ditemukan
pertumbuhan bakteri namun pertumbuhannya sudah dihambat oleh zat antibakteri
(Mazni, 2008).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dapat dibagi menjadi 5
kelompok yaitu: pengganggu metabolisme sel mikroba (sulfonamide) penghambat
sintesis dinding mikroba (penisilin), pengganggu permeabilitas membran sel
mikroba (polimiksin), penghambat sintesis protein sel mikroba (tetrasiklin dan
kloramfenikol), penghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
(rifampisin dan golongan kuinolon) (Jawetz dan Adelberg, 2005).
1.2

Tujuan

1. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam assei mikrobiologi.


2. Untuk mengetahui sampel yang dapat menghambat atau menghentikan
pertumbuhan bakteri E. coli.

3. Untuk mengetahui daya hambat yang dihasilkan masing-masing sampel.


II. MATERI DAN METODE
Pada praktikum kali ini dilakukan assei mikrobiologi dengan menggunakan
metode sumur difusi. Pertama diambil 100 L suspensi bakteri E. coli dan
dimasukkan ke dalam cawan Petri. Ditambahkan 10 mL medium NA (Nutrient
Agar) ke dalam cawan Petri dan dihomogenkan lalu dibekukan. Dibuat enam
sumur difusi pada medium NA dan diberi label I, II, III, IV, V, dan VI. Sampel
bawang putih dibuat dengan beberapa siung bawang putih dihancurkan dengan
mortar dan stamper. Disaring dengan kain kasa steril di dalam gelas beaker.
Masing-masing sampel yang telah diekstrak diambil sebanyak 20 L dan
dimasukkan ke dalam sumur difusi dengan label I (bawang putih), label II (awarawar), label III (kitolod), label IV (jeruk limau), label V (lidah buaya), dan label
VI (flamboyan). Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Diamati zona bening
yang terbentuk. Diukur diameter zona bening yang terbentuk pada masing-masing
sumur difusi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Hasil
(Terlampir)

3.2

Pembahasan
Pada praktikum kali ini digunakan enam buah sampel, kontrol negatif yaitu

akuades, dan kontrol positif yaitu amoxicillin. Hasil yang didapatkan dari keenam
sampel yaitu bawang putih menghasilkan diameter zona hambat sebesar 19,8 mm,
jeruk limau menghasilkan diameter zona hambat sebesar 18 mm, daun flamboyan
menghasilkan diameter zona hambat sebesar 15 mm. Sedangkan daun awar-awar,
daun kitolod, dan lidah buaya menunjukkan hasil negatif. Metode yang digunakan
adalah metode sumur difusi. Dasar dari metode sumur difusi ini adalah
kemampuan sampel untuk dapat menghasilkan jari-jari zona hambat di sekelililing
sumur uji terhadap bakteri yang digunakan sebagai penguji (Nurainy, 2008).
Setelah diinkubasi, diameter zona bening diukur dengan melewati pusat sumur
menggunakan penggaris (Sabrina, 2014).

Bawang putih menghasilkan zona hambat sebesar 19,8mm. Hal ini


disebabkan karena pada bawang putih terdapat senyawa serupa sulfur yang
disebut allisin. Allisin mempunyai gugus asam amino para amino benzoate yang
dapat membunuh bakteri Gram positif dan Gram negatif (Gafar dkk., 2012).
Apabila pada E. coli ditambahkan allisin pada konsentrasi 15 g/mL maka dapat
mengakibatkan reaksi sensitif bakteri terhadap antibiotika (Ankri dan Mirelman,
1999). Pada jeruk limau terbentuk zona hambat sebesar 18mm. Hal ini disebabkan
karena pada jeruk limau terdapat kandungan saponin, asam sitrat, dan askorbat
yang memiliki sifat antimikroba dan antijamur yang kuat sehingga dapat
menghambat pertumbuhan E. coli. Saponin bekerja dengan mengganggu stabilitas
membrane sel dari bakteri. (Reveny, 2011). Zona hambat yang terbentuk pada
sampel jeruk limau tidak bening, melainkan sedikit keruh. Hal ini menandakan
bahwa daya hambat dari jeruk limau bersifat bakteriostatik. Bakteriostatik
merupakan antibiotik yang bekerja hanya menghambat pertumbuhan bakteri, tidak
membunuh bakteri tersebut (Saene dkk., 2005). Pada daun flamboyan terbentuk
zona hambat sebesar 15mm. hal ini disebabkan karena daun flamboyant
mengandung senyawa kimia antara lain alkaloid, flavonoid, kuinon, dan fenolik.
Senyawa yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri adalah flavonoid dan
alkaloid. Flavonoid dapat merusak permeabilitas dari membran sel bakteri,
mikrosom, dan lisosom. Alkaloid dapat menggangu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri yang dapat menyebabkan kematian sel (Sawitti
dkk., 2013).
Pada sampel daun awar-awar, daun kitolod, dan lidah buaya menunjukkan
hasil negatif. Pada pustaka, lidah buaya mengandung antrakuinon, saponin, tanin,
flavonoid, dan fenolat yang bersifat antibakteri sehingga lidah buaya seharusnya
menghasilkan zona hambat (Natsir, 2003). Pada daun kitolod, terdapat kandungan
senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, dan poliferol. Senyawa-senyawa tersebut
memiliki aktivitas sebagai antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan
maupun membunuh bakteri (Jose dan Reddy, 2010). Perbedaan hasil yang didapat
dengan pustaka yang ada disebabkan oleh kontaminasi saat pemasukan sampel ke
cawan

Petri.

Banyaknya

sampel

yang

dimasukkan

dan

berbeda-beda

mengharuskan cawan Petri dibuka tutup beberapa kali sehingga menyebabkan


adanya kontaminan yang masuk. Selain itu juga disebabkan oleh factor sampel
yang digunakan mulai dari lokasi tanaman asal, waktu pemanenan hingga
penyimpanan sampel juga dapat mempengaruhi penyimpangan tersebut.
IV. PENUTUP
4.1
1

Kesimpulan

Metode yang digunakan dalam assei mikrobiologi ini yaitu metode sumur
difusi yang didasarkan pada kemampuan senyawa antibakteri untuk

menghasilkan jari-jari zona hambat.


Sampel yang dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri E.
coli yaitu bawang putih, jeruk limau, dan daun flamboyan. Pada sampel daun

awar-awar, daun kitolod, dan lidah buaya didapat hasil negative.


Daya hambat sampel dilihat dari zona hambat yang dihasilkan. Pada bawang
putih dihasilkan diameter zona hambat sebesar 19,8 mm, pada jeruk limau
dihasilkan diameter zona hambat sebesar 18 mm, pada daun flamboyan
dihasilkan diameter zona hambat sebesar 15 mm.
DAFTAR PUSTAKA

Gafar M. K., A. U. Itodo, A. A. Warra dan L. Abdullah. 2012. Extraction and


Physicochemical Determination of Garlic (Allium sativum L) Oil.
International Journal of Food and Nutrition Science 1(2):32-38.
Jawetz, M. dan Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Alih Bahasa:
Huriwati Hartanto dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Jose, B. dan L.J. Reddy. 2010. Evaluation of Antibacterial Activity of the Leaf and
Flower Essential Oils of Isotoma longiflora from South India.
International Journal of Applied Pharmaceutics 2(2):20-22.
Mazni, R. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri. Skripsi. Semarang: Universitas
Muhammadiyah.
Natsir, N. A. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai
Penghambat Pertumbuhan Bakteri S. aureus. Jurnal Biologi 5(1):110-112.
Nurainy, F., S. Rizal, dan Yudiantoro. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kitosan
terhadap Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi Agar (Sumur).
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian 13(2):117-125.
Pelczar, M. J., dan E. C. S. Chan. 2007. DasarDasar Mikrobiologi. Jakarta: UI
Press.

Reveny, J. 2011. Daya Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Jeruk Limau (Citrus
limonellus). Jurnal Ilmu Dasar 12(1): 6-12.
Sabrina, T. I., Sudarno dan H. Suprapto. 2014. Uji Aktivitas Antifungi Perasan
Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn.) terhadap Aspergilllus terreus
secara in Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 6(2):171-179.
Saene, H.K.F.V., Silvestri L, dan De la Cal MA. 2005. Infection Control In The
Intensive Care Unit 2nd ed. Milan: Springer.
Sawitti, M. Y, H. Mahatmi, K. Besung. 2013. Daya Hambat Perasan Delonix regia
Folium terhadap Pertumbuhan Bakteri E.coli. Indonesia Veterinus
2(2):142-150.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah

You might also like