You are on page 1of 18

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN

Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban, ekuitas , atau keduanya. Kewajiban


(liabilities) merupakan klaim pihak luar atas aktiva dan sumber daya perusahaan
kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan atau operasi dan
biasanya didahulukan dari pada pemegang ekuitas. Kewajiban pendanaan
merupakan seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel bayar jangka panjang
dan obligasi, pinjaman jangka pendek, dan sewa guna usaha. Kewajiban operasi
merupakan kewajiban yang timbul dari operasi seperti kreditor perdagangan,
kredit yang ditangguhkan, dan kewajiban pensiun. Kewajiban umumnya
dilaporkan sebagai lancar (current) dan tak lancar (noncurrent), biasanya
didasarkan pada kapan kewajiban tersebut jatuh tempo. Sedangkan, Ekuitas
merupakan klaim pemilik atas aktiva bersih perusahaan.

1. 1.
2. A.

KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar (jangka pendek) merupakan kewajiban yang pelunasannya


memerlukan penggunaan aktiva lancar atau munculnya kewajiban lancar
lainnya. Secara konsep, kewajiban lancar dicatat pada nilai jatuh temponya,
bukan pada nilai sekarang karena pendeknya waktu penyelesaian utang.
Terdapat dua jenis kewajiban lancar. Jenis pertama timbul dari aktivitas operasi,
meliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka, uang muka, utang usaha,
dan akrual beban operasi lainnya. Jenis kedua kewajiban lancar timbul dari
aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek dan bagian utang jangka
panjang jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
1. B.

Kewajiban Tak Lancar

Kewajiban tak lancar (jangka panjang) merupakan kewajiban yang tidak jatuh
tempo dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi. Kewajiban ini meliputi
pinjaman, obligasi, utang, dan wesel bayar.Kewajiban tak lancar beragam
bentuknya, penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas
seluruh batasan dan ketentuan yang meliputi tingkat bunga, tanggal jatuh
tempo, hak konversi, fitur penarikan, jaminan, persyaratan penyisihan dana
pelunasan, provisi kredit berulang, dan provisi subordinasi. Perusahaan harus
mengungkapkan default atas provisi kewajiban termasuk untuk bunga dan
pembayaran pokok.
1. C.

Analisis Kewajiban

Kewajiban merupakan klaim terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan


mencatatnya yang meliputi pengungkapan jumlah dan tanggal jatuh tempo
termasuk kondisi, halangan, dan batasan yang diberlakukan perusahaan. Harus

diakui bahwa kewajiban tertentu lebih mudah salah diklasifikasikan atau


dijelaskan secara tidak memadai.
Auditor merupakan satu sumber keyakinan dalam identifikasi dan pengukuran
kewajiban yang menggunakan teknik seperti konfirmasi langsung, melakukan
telaah atas notulen rapat, membaca kontrak dan perjanjian serta bertanya pada
pihak-pihak yang bersangkutan.Sumber keyakinan lain adalah akuntansi
berpasangan atau ayat berganda (double entry accounting) yang mensyaratkan
adanya jurnal penyeimbang antara perolehan aktiva, beban, atau kewajiban.
Dalam hal ini, analisis didasarkan pada catatan atas laporan keuangan dan pada
komentar manajemen dalam laporan tahunan serta dokumen-dokumen terkait.
Jika kewajiban dinyatakan lebih rendah dari seharusnya, kita harus mewaspadai
penyajian laba lebih tinggi dari yang seharusnya karena beban yang lebih rendah
atau ditangguhkan.

1. 2.

SEWA GUNA USAHA

Sewa guna usaha merupakan bentuk pendanaan yang populer, khususnya dalam
beberapa industri tertentu. Sewa guna usaha (lease) merupakan perjanjian
kontraktual antara pemilik (lessor) dan penyewa (lessee). Perjanjian tersebut
memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan aktiva yang dimiliki lessor,
selama masa sewa guna usaha. Sebagai imbalannya, lessee membayar sewa
yang disebut pembayaran sewa guna usaha minimum (minimum lease paymentMLP). Perjanjian mewajibkan lessee untuk membayar selama periode yang
ditentukan. Dua metode alternatif untuk akuntansi sewa guna usaha, yaitu sewa
guna usaha modal (capital lease) dan sewa guna usaha operasi (operating
lease). Pada operating lease, lessee (lessor) mancata MLP sebagai beban
(pendapatan) sewa.
Pendanaan sewa guna usaha populer karena penjual menggunakan sewa guna
usaha untuk meningkatkan penjualan dengan menyediakan pendanaan bagi
pembeli, pendapatan bunga menjadi sumber pendapatan utama bagi penjual,
cara yang nyaman bagi pembeli untuk mendanai pembelian aktivanya,dan dapat
menjadi sumber pendanaan di luar neraca sehingga bisa mempercantik
laporan keuangan.
1. A.

Klasifikasi dan Pelaporan Sewa Guna Usaha

Lessee mengklasifikasikan dan mencatat sewa guna usaha sebagai capital lease
jika pada saat terjadinya transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat
kriteria , antara lain :
1. Terdapat transfer kepemilikan aktiva pada lessee pada khir masa sewa
guna usaha,
2. Terdapat opsi untuk membeli aktiva pada harga murah (bargain price),

3. Masa sewa guna usaha 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis
aktiva
4. Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa guna usaha
minimum lain sebesar 90% atau lebih dari nilai wajar aktiva dikurangi
kredit pajak investasi yang ditahan lessor.
Sewa guna usaha dapat diklasifikasikan sebagai operating lease bila tidak satu
pun kriteria tersebut terpenuhi, kondisi 4 khususnya sulit untuk dihindari.
Jika sewa guna usaha diklasifikasikan sebagai capital lease, lessee mencatatnya
baik aktiva maupun kewajiban sejumlah nilai sekarang MLP selama masa sewa
guna usaha tidak termasuk biaya administrasi seperti asuransi, perawatan, dan
pajak yang dibayar lessor yang termasuk dalam MLP. Aktiva sewa guna usaha
harus disusutkan selama masa sewa guna usaha dengan cara yang konsisten
dengan kebijakan penyusutan lessee yang normal. Tetapi jika sewa guna usaha
mengalihkan kepemilikan atau membeli aktiva pada harga murah, maka
penyusutan dihitung selama estimasi umur ekonomis.

1. B.

Dampak Operating Lease

Metode alternatif dalam standar akuntansi sering disalahgunakan leesee yang


menstrukturkan kontrak sewa guna usaha sehingga dapat menggunakan metode
operating lease. Praktik ini mengurangi manfaat laporan keuangan dam
mempengaruhi kemampuan untuk membandingkan laporan keuangan
perusahaan berbeda. Dampak pada laporan keuangan ini adalah sebagai berikut:
1. Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dengan tidak
menyajikan pendanaan sewa guna usaha dalam neraca..
2. Operating lease menyajikan aktiva lebih rendah dari seharusnya.
3. Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital
lease.
4. Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari
seharusnya.
5. Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa.

1. D.

Konversi Operating Lease menjadi Capital Lease

Langkah-langkah untuk mengonversi operating lease menjadi capital lease,


antara lain:
1. Menilai apakah klasifikasi operating lease masuk akal, kita memerlukan
estimasi nilai sekarang kewajiban operating lease yang dimulai dengan

tingkat bunga untuk mendiskontokan proyeksi pembayaran sewa guna


usaha.
2. Menghitung nilai aktiva sewa guna usaha sama dengan estimasi
kewajiban sewa guna usaha. Nilai aktiva capital lease selalu lebih rendah
dari kewajiban karena bergantung pada lamanya masa sewa guna usaha,
umur ekonomis aktiva, dan kebijakan penyusutan lessee.

1. 3.

IMBALAN PASCA PENSIUN

Pemberi kerja sering menyediakan imbalan bagi pekerja pasca pensiun. Terdapat
dua bentuk imbalan pascapensiun (postretirement benefit):
1. Imbalan pensiun (pension benefit) ,dimana pemberi kerja menjanjikam
imbalan moneter kepada pekerja pasca pensiun, dan
2. Imbalan pasca pensiun lainnya ( other postretirement employee benefitOPEB), dimana pemberi kerja menyediakan imbalan lain(non moneter)
terutama pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa.
Biaya imbalan pasca pensiun ini perlu diestimasi berdasarkan asumsi aktuaria
atas harapan hidup, perputaran pegawai, kompensasi, biaya perawatan
kesehatan, tingkat pengembalian yang diharapkan, dan tingkat bunga. Imbalan
pensiun dan OPEB menjadi bagian besar dalam kewajiban banyak perusahaan.
Selain itu, pensiun menjadi bagian besar dalam tabungan dan investasi ekonomi.
1. A.

Sifat Kewajiban Pensiun

Perusahaan memformalkan komitmen pensiun dalam bentuk program pensiun


(pension plan) yang merupakan janji pemberi kerja untuk menyediakan imbalan
pensiun bagi pekerja yang melibatkan tiga pihak: pemberi kerja, yang
memberikan kontribusi pada program pensiun; pekerja yang menerima imbalan;
dan dana pensiun. Dana pensiun (pension fund) terpisah dari pemberi kerja dan
diadministrasikan oleh pihak yang ditunjuk (trustee).Dana pensiun memberikan
kontribusi, menginvestasikan kontribusi dengan cara tepat, dan membagikan
imbalan pensiun pada pekerja.
Program pensiun dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu program pensiun
imbalan pasti (defined pension), menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan
pemberi kerja untuk disediakan bagi pensiunan. Kedua, program pensiun iuran
pasti (defined contribution), menentukan jumlah kontribusi pemberi kerja pada
program pensiun.
Dalam kedua program pensiun, imbalan pekerja biasanya ditentukan melalui
rumus yang dikaitkan dengan upah pekerja . Pembayaran pensiun dipengaruhi
oleh provisi perolehan hak ( vesting). Vesting merupakan hak pekerja atas
imbalan pensiun terlepas dari apakah pekerja masih berada dalam perusahaan
atau tidak.

1. B.

Kewajiban Pensiun

Terdapat dua definisi alternatif untuk kewajiban pensiun :


1. Akumulasi kewajiban imbalan (accumulated benefit obligation-ABO)
merupakan nilai sekarang aktuaria kewajiban imbalan pensiun di masa
depan kepada pekerja pada saat pensiun berdasarkan kompensasi
saatini.Nilai sekarang sama dengan kewajiban kini pemberi kerja jika
program pensiun dihentikan.
2. Proyeksi kewajiban imbalan ( projected benefit obligation-PBO) merupakan
estimasi aktuaria atas utang imbalan pensiun di masa depan kepada
pegawai berdasarkan kompensasi yang diharapkan di masa depan dan
jasa sampai saat ini.Cara ini merupakan estimasi kewajiban pensiun yang
lebih realistis.

1. C.

Aktiva Pensiun dan Status Pendanaan

Selisih antara nilai aktiva program dan PBO disebut status pendanaan atas
program. Sebuah program disebut didanai lebih bila nilai aktiva pensiun lebih
besar dari PBO, dan disebut didanai kurang bila nilai aktiva pensiun lebih kecil
dari PBO. Status pendanaan atas program mencerminkan posisi ekonomi bersih
yang didefinisikan sebagai POB dikurangi nilai aktiva program.
Terdapat berbagai alasan terjadinya pendanaan lebih seperti akumulasi dana
bebas pajak, kinerja perusahaan sangat baik , perusahaan dapat menghentikan
atau mengurangi kontribusi pada dana pensiun sampai aktiva pensiun sama atau
kurang dari PBO dan perusahaan dapat menari kelebihan aktiva yang dikenakan
pajak penghasilan.
Terdapat alasan pula atas terjadinya pendanan kurang , yaitu kinerja investasi
yang buruk perubahan aturan pensiun seperti pemberian imbalan retroaktif dan
kontribusi oleh pemberi kerja yang tidak memadai.
1. D.

Biaya Pensiun

Biaya pensiun ekonomi atau beban merupakan biaya bersih yang timbul dari
perusahaan posisi ekonomi bersih selama periode bersangkutan yang meliputi
komponen yang berulang (normal) maupun yang tidak berulang (abnormal).
Biaya pensiun yang berulang terdiri atas dua komponen, sebagai berikut :
1. Biaya jasa merupakan nilai sekarang aktuaria atas imbalan pensiun yang
dihasilkan pegawai berdasar rumus imbalan pensiun.
2. Biaya bunga merupakan penambahan atas PBO yang timbul karena
pembayaran pensiun menjadi satu periode lebih dekat.Biya bunga
dihitung cengan mengalikan PBO awal periode dengan tingkat diskonto.

Biaya pensiun yang tidak berulang berasal dari peristiwa seperti perubahan
aumsi aktuaria atau perubahan ketentuan program, terdiri atas dua komponen,
yaitu :
1. Keuntungan atau kerugian aktuaria merupakan perubahan PBO yang
terjadi saat asumsi aktuaria dalam perhitungan PBO direvisi.
2. Biaya jasa lalu timbul karena ketentuan program pensiun atas PBO yang
meliputi imbalan pensiun retroaktif atau imbalan pensiun yang dibentuk
amandemen program.
Komponen terakhir dalam perhotungan biaya pensiun ekonomi bersih adalah
penyesuaian untuk pengembalian aktual aktiva program yang merupakan laba
program pensiun. Laba aktiva program terdiri atas penghasilan
investasi,kenaikan modal serta dividen dan bunga yang diterima, dikurangi upah
manajemen, ditambah kenaikan yang direalisasi dan todak direalisasi.
Pengembalian aktiva program biasanya mengurangi biaya pensiun.
1. E.

Artikulasi Biaya Pensiun dan Status Pendanaan

Artikulasi biaya muncul dari hubungan anatara laporan laba rugi dan laporan
arus kas yang terdapat dalam akuntansi akrual. Pemahaman artikulasi posisi
ekonomi bersihdan biaya pensiun ekonomi berguna dalam analisis
pengungkapan pensiun.
1. F.

Ketentetuan Akuntansi Pensiun

Kerangka akuntansi pensiun diatur dalam SFAS 87 (sebagai catatan, SFAS 132
mengubah ketentuan pengungkapan pensiun namun tidak mengubah kerangka
akuntansinya). Fokus SFAS 87 adalah tercapainya ukuran biaya pensiun yang
stabil dan permanen. Standar ini meratakan biaya pensiun yang dilaporkan
dengan menunda pengakuan dampak ekonomis biaya pensiun, dengan
mengurangi votalitas biaya pensiun yang dilaporkan (dan laba yang dilaporkan).
Kewajiban pensiun sensitive terhadap perubahan asumsi aktuaria dan perubahan
ketentuan program. Perubahan aktiva dan dan kewajiban pensiun dapat
berdampak besar dibandingkan dengan laba bersih perusahaan. Penempatan
biaya pensiun ekonomi dalam laporan laba rugi dapat menimbulkan votalitas
laba yang tidak perlu , yang sering kali mengaburkan dampak ekonomi lainnya.
Dengan tujuan mengurangi votalitas yang tidak perlu atas biaya pensiun yang
dilaporkan , SFAS 87 menyarankan proses perataan. Perataan ini meliputi
penundaan biaya (dan penghasilan) ekonomi tertentu yang dianggap tidak biasa
dan tidak berulang dan kemudian mengamortisasikannya selam periode jasa
yang diharapkan.
Membandingkan biaya pensiun yang dilaporkan (reported pension costs) dan
biaya pensiun ekonomi dalam contoh J. Smith (dalam praktik, biaya pensiun yang
dilaporkan sering disebut biaya pensiun periodik bersih). Tampak tiga perbedaan
yang nyata: (1) yang dilaporkan adalah pengembalian yang diharapkan atas

aktiva program, bukan pengembalian actual aktiva program; (2) dampak


perubahan aktuaria dan biaya jasa lalu tidak termasuk (ditangguhkan) dalam
biaya pensiun yang dilaporkan (garis panah menunjukkan penangguhan ini); dan
(3) komponen yang ditangguhkan diamortisasikan selama jasa pegawai yang
tersisa.
Kita akan membahas tiap-tiap penangguhan (dan amortisasi) sebagai berikut:

Pengembalian atas aktiva program yang diharapkan mengurangi biaya


pensiun yang dilaporkan. Untuk pengembalian votalitas tersebut,
keuntungan atau kerugian dari selisih antara pengembalian yang
diharapkan dan pengembalian actual ditangguhkan diamortisasi.
Keuntungan atau kerugian atas aktiva program yang ditangguhkan
tersebut diamortisasi selam masa tertentu dan disertakan dalam biaya
pensiun yang dilaporkan. Pengembalian aktiva program yang diharapkan
dihitung dengan mengalikan tingkat pengembalian aktiva program jangka
panjang yang diharapkan dengan nilai pasar aktiva program bersangkutan
pada awal periode.

Penagguhan dan amortisasi keuntungan atau kerugian bersih timbul dari


penundaan pengakuan deviasi dari harapan untuk kewajiban pensiundan
aktiva pensiun. Keuntungan atau kerugian bersih terdiri atas (1) selisih
antara pengembalian actual dan pengembalian yang diharapkan atas
aktiva program dan (2) keuntungan dan kerugian bersih aktuaria.
Pendekatan koridor melindungi keuntungan dan kerugian yang tidak diakui
yang berada dalam koridor untuk tidak diamortisasi. Koridor ini adalah
man yang lebih besar antara 10% PBO pada awal tahun. Mana yang lebih
besar , yang diamortisasi selama periode jasa pegawai rata-rata.

Penangguhan dan amortisasi biaya jasa lalu menunda pengakuan dampak


biaya jasa lalu pada biaya pensiun yang dilaporkan . Amortisasi
didasarkan pada periode jasa pegawai di masa depan, secara garis lurus.

Penangguhan dan amortisasi keuntungan atau kerugian transisi timbul


saat pertama kali program dibentuk. Dalam akuntansi pensiun,
perusahaan menentukan : (1) PBO (dari aktuaris); (2) nilai wajar aktiva
program (dari pengelola); (3) biaya pensiun yang tidak didanai atau biaya
pensiun yang dibayar di muka yang telah diakui (dari catatan
perusahaan).selisih antara PBO dan jumlah (2) ditambah (3) tidak diakui
segera. Jumlah tersebut dianggap sebagai keuntungan atau kerugian
transisi yang tidak diakui dan diamortisasi secara garis lurus selama
periode rata-rata jasa pegawai yang tersisa.

Status yang Dilaporkan di Neraca. Akuntansi pensiun mengatur bahwa posisi


bersih (net position) program pensiun yang dilaporkan di neraca harus
mengartikulasikan dengan tepat biaya pensiun yang dilaporkan dalam laporan
laba rugi. Ketentuan ini mengharuskan seluruh pos tangguhan tidak diakui
(bukan diungkapkan) dalam neraca.

Status yang dilaporkan dalam neraca dapat dipandang sebagai biaya pensiun
yang dilaporkan kumulatif dikurangi kontribusi kumulatif, bukan sebagai selisih
antara aktiva dana pensiun dan kawajiban dana pensiun. Karena alasan tersebut,
kewajiban (atau aktiva) yang dilaporkan dalam neraca disebut biaya pensiun
akrual atau dibayar dimuka (accued or prepaid pension cost).
Kewajiban Minimum Tambahan. Akuntansi pensiun menentukan kewajiban
pensiun minimum tambahan (additional minimum pension liability) sebagai
penambah jumlah status yang dilaporkan (biaya pensiun akrual) yang harus
diakui dalam kondisi-kondisi tertentu. Kewajiban pensiun minimum (minimum
pension liability) yang harus dicatat oleh pemberi kerja dalam nareca adalah
jumlah selisih lebih antara ABO dan nilai wajar aktiva program. Kewajiban
minimum ini didasarkan pada ABO, bukan PBO-dengan alasan bahwa kewajiban
pemberi kerja bila program dihentikan adalah ABO, bukan PBO. Tujuan kewajiban
minimum tambahan ini adalah untuk meyakinkan bahwa kewajiban pensiun
tercatat dalam neraca selalu lebih tinggi dari kewajiban minimum. Jika nilai wajar
aktiva pensiun melebihi ABO, tidak ada aktiva yang dicatat.
1. G.

Imbalan Karyawan Pascapensiun Lainnya

Imbalan pascapensiun selain pensiun atau imbalan karyawan pascapensiun


lainnya (other postretirement employee benefit-OPEB) merupakan imbalan yang
diberikan oleh pemberi kerja kepada pensiunan dan anggota keluarganya.
Contohnya adalah asuransi jiwa, perawatan kesehatan, bantuan perumahan,
serta jasa hokum dan pajak.
Walaupun kewajiban OPEB ini memiliki tantangan akuntansi yang serupa dengan
pensiun, terdapat beberapa besar diantara keduanya. Perbedaan pertama
adalah pendanaan. Hanya sedikit perusahaan yang mendanai kewajiban OPEB
tersebut. Perbedaan besar lainnya adalah bentuk imbalan pascapensiun yang
sering kali berbentuk jasa yang dijanjikan seperti imbalan perawatan kesehatan,
bukan kompensasi dalam bentuk uang
.
1. Ciri-ciri Akuntansi OPEB

Pelaporan biaya bersih (net cost reporting). (1) nilai sekarang biaya akrual
untuk kompensasi yang dijanjikan atas jasa pegawai; (2) akrual biaya
bunga sampai saat pembayaran imbalan; dan (3) pengembalian investasi
dalam aktiva program pengembalian tersebut tidak mengurangi biaya
sebagian besar program karena sebagian besar tidak didanai.

Pengakuan yang ditunda (delayed recognition). Perubahan-perubahan


tertentu dalam OPEB. Hal ini dilakukan melalui proses penangguhan dan
amortisasi yang bertujuan menghindarkan biaya kini dari votalitas yang
berlebihan.

Saling hapus (offsetting). Aktiva program yang dibatasi untuk pembayaran


OPEB saling hapus dengan akumulasi kewajiban imbalan pascapensiun
untuk menentukan nilai yang diakui dalam neraca.

1. Kewajiban dan Biaya OPEB


Kewajiban pemberi kerja dalam SFAS 106 disebut akumulasi kewajiban imbalan
pascapensiun (accumulated postretirement benefit obligation-APBO). Total biaya
ditentukan secara aktuaria untuk menyediakan imbalan di masa depan,
kewajiban imbalan pascapensiun yang diharapkan (expected postretirement
benefit obligation-EPBO), diakui secara bertahap selama masa jasa pegawai yang
diharapkan. APBO merupakan EPBO yang telah menjadi hak pegawai pada pada
suatu tanggal tertentu-yaitu, akumulasi imbalan yang diakui sampai tanggal
tersebut.
Biaya OPEB yang dilaporkan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

Biaya jasa nilai sekarang aktuaria dari imbalan yang dihasilkan oleh
pegawai selama suatu periode, bagian dari EPBO yang diatribusikan pada
tahun berjalan.

Biaya bunga-pertumbuhan APBO selama satu periode menggunakan


asumsi tingkat diskonto.

Amortisasi keuntungan dan kerugian bersih-jumlah yang timbul saat hasil


actual program berbeda dengan estimasi awal, atau dengan kata lain,
pengembalian yang diharapkan atas aktiva berbeda dengan
pengembalian actual.

Amortisasi kewajiban transisi-biaya yang timbul dari amandemen program


yang mengubah imbalan dan diatribusikan pada jasa pegawai yang
diberikan sebelum tanggal amandemen.

Amortisasi kewajiban transisi-biaya yang timbul dari pembentukan awal


program.

Pengembalian yang diharapkan atas aktiva program-pengembalian ini


mengurangi biaya pasca pensiun tahunan bersih jika program didanai.

1. H.

Analisis Imbalan Pascapensiun

Terdapat prosedur tiga langkah untuk analisis imbalan pascapensiun: (1)


menentukan dan merekonsiliasi biaya dan kewajiban (atau aktiva) imbalan
ekonomis dan yang dilaporkan; (2) membuat penyesuaian yang diperlukan atas
laporan keuangan, khususnya neracaa; dan (3) mengevaluasi asumsi aktuaria
dan dampaknya pada laporan keuangan.
1. Menyesuaikan Laporan Laba Rugi dan Neraca

Biaya imbalan yang dilaporkan berbeda dengan biaya ekonomis karena dampak
sementara, seperti keuntungan dan kerugian aktuaria, biaya jasa lalu, dan
pengembalian aktiva abnormal, diamortisasi melalui proses perataan. Tujuan
perataan ini adalah untuk mendapatkan komponen biaya imbalan pascapensiun
yang lebih stabil atau permanen. Jika tujuan analisis adalah menentukan laba
ekonomis , maka analis harus mempertimbangkan semua elemen sementara
laba, yang menimplikasikan bahwa ukuran biaya imbalan yang lebih berguna
adalaaah biaya ekonomis.
1. Asumsi Aktuaria dan Analisis Sensitivitas
Kewajiban imbalan diestimasi dengan menggunakan angka asumsi aktuaria.
Petunjuk untuk penentuan asumsi aktuaria menyediakan ruang pilihan bagi
pemberi kerja yang mungkin ingin mempercantik laporan keuangan. Baik PBO
maupun nilai aktiva program sensitive terhadap factor ekonomi yang berfluktuasi
seperti tingkat bunga dan kinerja pasar saham. Posisi yang dilaporkan (imbalan
atau biaya akrual) dan biaya yang dilaporkan stabil dibandingkan dengan
komponen lainnya.
Asumsi pentingnya adalah estimasi tinkat diskonto. Perubahan tingkat diskonto
memengaruhi besaran PBO maupun biaya imbalan ekonomi. Tingkat diskonto
yang lebih rendah meningkatkan PBO dan karenanya menurunkan status
pendanaan-meskipun proses perataan menghilangkan dampak tersebut dari
neraca. Kenaikan (penurunan) tingkat diskonto berpotensi menurunkan
(menaikkan) biaya jasa namun menaikkan (menurunkan) biaya bunga. Tingkat
diskonto yang lebih rendah umumnya mengindikasikan praktik akuntansi yang
lebih agresif.
Asumsi tingkat pertumbuhan mungkin tidak sepenting asumsi tingkat diskonto
atau asumsi pengembalian yang diharapkan. Cenderung lebih stabil dan lebih
dapat diprediksi, Karena pengaruhnya pada negosiasi tenaga kerja .
1. Implikasi Arus Kas Imbalan Pascapensiun
Implikasi arus kas imbalan pascapensiun adalah arus kas keluar yang sama
dengan kontribusi perusahaan pada program.

1. 4.

1. A.

KONTIJENSI DAN KOMITMEN

Kontijensi

Kontijensi (contingencies) merupakan keuntungan dan kerugian potensial yang


penyelesaiannya bergantung pada satu atau lebih peristiwa di masa depan.
Kontijensi rugi yang disebut kewajiban kontinjen (contingent liability) merupakan
klaim potensial atas sumber daya perusahaan. Kewajiban kontijen timbul dari
perkara hokum, ancaman pengambilalihan, penagihan piutang, klaim atas

garansi produk atau kerusakan produk, garansi kinerja, perhitungan pajak, risiko
yang diasuransikan sendiri (self-insured risk), dan kerugian property.
Kontijensi rugi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat sebagai rugi.
Pertama, besar kemungkinan (probable) bahwa aktiva akan turun nilainya atau
kewajiban akan timbul. Kondisi kedua adalah jumlah kerugian harus dapat
diestimasikan dengan memadai (reasonably estimable). Contoh yang biasanya
memenuhi kedua kondisi ini adalah kerugian piutang tak tertagih dan kewajiban
garansi produk.
1. Analisis Kewajiban Kontijensi
Kewajiban kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa merupakan estimasi.
Keakuratan analisis kita atas kewajiban ini bergantung pada keakuratan estimasi
tersebut, yang sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan
atau harapan di masa depan. Kita harus berhati-hati menerima estimasi
manajemen ini untuk kewajiban kontinjen garansi maupun kewajiban lainnya.
Kita juga harus menganalisis pengungkapan atas seluruh kerugian (keuntungan)
kontinjensi. Sebagai contoh, penting untuk menganalisis pengungkapan jaminan
tidak langsung atas utang, seperti dana diterima di muka atau menutup beban
tetap entitas lain. Pengungkapan kontinjensi umumnya meliputi:

Deskripsi kewajiban kontinjen dan tingkat rasio.

Jumlah kontinjen potensial dan bagaimana partisipasi pihak lain


diperlakukan dalam penentuan risiko.

Pembebanan estimasi kerugian kontinjen, jika ada.

Analisis kita harus mengakui bahwa perusahaan terkadang kurang mengestimasi


(underestimate) atau tidak mengakui kewajiban tersebut. Contoh lain kewajiban
kontinjen adalah penerbangan gratis bagi pelanggan setia yang mengumpulkan
poin berdasarkan kilometer penerbangan (frequent flyer mileage). Frequent flyer
mileage yang belum diklaim memberikan bermiliar-miliar kilometer penerbangan
gratis bagi para penumpang. Hal tersebut menjamin kesetiaan pelanggan dan
menawarkan imbalan pemasaran yang tidak gratis. Namun perusahaan
penerbangan cenderung kurang mengakui (underestimate) kewajiban ini.
Cadangan untuk kerugian di masa depan merupakan jenis kontinjensi lainnya
yang perlu diperiksa. Konservatisme dalam akuntansi meminta perusahaan
untuk mengakui kerugian saat perusahaan dapat menentukannya atau dapat
meramalakan. Namun demikian perusahaan cenderung untuk mengestimasi
lebih besar (overerstimate) kerugian kontinjen mereka, khususnya di tahun
dengan kinerja buruk. Perilaku ini disebut sebagai mandi besar (big bath) dan
sering meliputi pencatatan kerugian pelepasan aktiva, relokasi, dan penutupan
pabrik. Overestimating kerugian ini menarik biaya masa depanm ke periode
sekarang dan dapat digunakan oleh manajemen sebagai alat untuk mengatur
laba. Rincian estimasi kerugian ini (disebut pula sebagai cadangan kerugian-loss
reserve) terkadang diungkapkan dalam laporan yang diserahkan kepada SEC,

namun tidak terdapat ketentuan untuk pengungkapan rinci. Walau demikian ,


kita harus berusaha untuk memperoleh rincian cadangan kerugian per kategori
dan jumlahnya untuk kepentingan analisis kita.

1. B.

Komitmen

Komitmen (commitments) merupakan klaim potensial atas sumber daya


perusahaan berdasarkan kinerja di masa depan sesuai kontrak. Komitmen tidak
diakui dalam laporan keuangan karena peristiwa seperti penandatanganan
kontrak atau penerbitan pesanan pembelian (purchase order) bukan merupakan
transaksi yang lengkap. Contoh tambahan adalah kontrak jangka panjang yang
tidak dapat dibatalkan untuk membeli barang atau jasa pada harga tertentu, dan
kontrak pembelian aktiva tetap yang harus dibayar selama masa konstruksi.
1. 5.

PENDANAAN DI LUAR NERACA

Pendanaan di luar neraca (off-balance-sheet financing) adalah tidak tercatatnya


kewajiban pendanaan tertentu. Kita telah mempelajari transaksi yang memenuhi
pengertian ini-seperti operating lease yang tidak dapat dibedakan dari capital
lease. Selain sewa guna usaha, terdapat rancangan pendanaan di luar neraca
lainnya, mulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks. Rancangan ini
merupakan bagian dari tatanan yang selalu berubah, di mana saat ketentuan
akuntansi atas transaksi pendanaan di luar neraca diterapkan untuk lebih
mencerminkan kewajiban, diciptakan transaksi baru yang inovatif untuk
menggantikannya.
1. A.

Contoh Pendanaan di Luar Neraca

Salah satu untuk mendanai property, pabrik, dan peralatan adalah meminta
pihak luar untuk mendapatkannya, dan perusahaan sepakat untuk mengunakan
aktiva tersebut serta menyediakan dana yang cukup untuk melunasi utang.
Contoh rancangan ini adalah through-put agreement di mana perusahaan
sepakat untuk memproduksi barang sejumlah tertentu melalui fasilitas
pemprosesan, atau take or-pay agreement di mana perusahaan memberikan
jaminan untuk membayar sejumlah tertentu barang, diperlukan atau tidak.
Variasi dari rancangan ini melibatkan penciptaan entitas terpisah dan kemudian
menyediakan pendanaan tidak lebih dari 50% kepemilikan seperti joint venture
atau persekutuan terbatas(limited partnership). Perusahaan menempatkan
transaksi ini sebagai investasi dalam ekuitas dan tidak mengonsolidasikannya
dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian pendanaan tersebut
tidak masuk dalam kewajiban.

1. B.

Entitas Bertujuan Khusus

Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entities-SPE), yang sekarang
menjadi tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme
pendanaan yang sah selama lebih dari dua decade dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari keuangan perusahaan saat ini.

SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi


ekuitas, beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang
independen.

SPE meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar


kredit dan membeli aktiva dari atau untuk perusahaan sponsor.

Arus kas dari aktiva digunakan untuk membayar utang dan menyediakan
pengembalian bagi investor ekuitas.

Struktur ini telah digunakan untuk mensahkan berbagai transaksi selama


beberapa decade. Beberapa contohnya adalah :

Sebuah perusahaan menjual piutang usaha kepada SPE.

Sebuah perusahaan ingin membangun fasilitas manufaktur.

Sebuah perusahaan ingin membangun kantor.

1. 6.

EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham) perusahaan.


Ekuitas dipandang klaim pemilik atas aktiva bersih perusahaan. Klaim pemegang
efek ekuitas umumnya berada di bawah kreditor, yang berarti klaim kreditor
dipenuhi terlebih dahulu.
Analisis kita atas ekuitas harus mempertimbangkan pengukuran dan pelaporan
standar ekuitas pemegang saham. Analisis tersebut meliputi :

Mengklasifikasikan dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas.

Mempelajari hak untuk kelompok-kelompok pemegang saham dan


prioritas mereka dalam likuidasi.

Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas.

Menilai ketentuan dan provisi efek yang dapat dikonversi (convertible


securities, opsi saham, dan kesepakatan lainnya yang berpotensial
menerbitkan saham.

Penting bagi kita untuk membedakan antara instrumen kewajiban dan insrtumen
ekuitas mengingat perbedaan risiko dan pengambilan kedua instrumen tersebut.
Pembedaan ini penting terutama jika instrumen keuangan memiliki karakteristik

kewajiban dan karakteristik ekuitas. Beberapa pertanyaan sulit yang harus kita
hadapi adalah :

Apakah instrumen keuangan seperti saham preferen yang ditarik kembali


atau opsi jual saham biasa perusahaan (put option)-yang mewajibkan
perusahaan untuk menariknya kembali pada jumlah tertentu-merupakan
kewajiban atau instrument ekuitas?

Apakah instrument keuangan seperti waran pembelian saham atau opsi


saham pegawai-yang mewajibkan perusahaan untuk menerbitkan saham
pada jumlah tertentu-merupakan kewajiban atau instrument ekuitas?

Apakah hak untuk menerbitkan atau membeli kembali saham perusahaan


pada jumlah tertentu merupakan aktiva atau instrument ekuitas?

Apakah instrument keuangan yang memiliki fitur kewajiban maupun


ekuitas apakah sangat berbeda sehingga disajikan terpisah? Jika ya,
apakah kriteria untuk penyajiannya?

1. A.

Saham Modal

2. Pelaporan Saham Modal


Pelaporan saham modal meliputi penjelasan atas perubahan jumlah lembar
modal. Informasi tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan atau catatan
terkait. Daftar berikut ini menunjukan alasan perubahan saham modal, terpisah
menurut kenaikan dan penurunan.
v Sumber kenaikan saham modal yang beredar:

Penerbitan saham.

Konvensi utang dan saham preferen.

Penerbitan dividen dan pemecahan saham (stock split)

Penerbitan saham dalam akuisisi dan merger.

Penerbitan untuk opsi saham dan waran

v Sumber penurunan saham.

Pembelian dan penghentian saham.

Pembelian kembali saham

Pemecahan saham terbalik (reverse stock split).

Aspek penting lainnya dalam analisis saham modal evaluasi atas opsi yang
dimiliki oleh pihak lain, saat dijalankan, menyababkan kenaikan jumlah saham
beredar dan mendilusi kempemilikan. Opsi tersebut meliputi:

Hak konversi utang dan saham preferen menjadi saham biasa.

Waran yang dapat ditukarkan dengan saham dalam kondisi tertentu pada
harga tetap.

Komitmen utnuk menerbitkan modal saham.

Pentingnya analisis pengungkapan tersebut adalah untuk meningkaatkan kita


adanya potensi kenaikan jumlah saham yang beredar. Dampak dilusi pada laba
dan nilai buku per lembar saham tergantung pada faktor-faktor seperti jumlah
yang diterima atau hak lain yang diberikan saat konvensi dilakukan.

Modal Kontribusi (contributed (or paid-in) capital).

Modal kontribusi atau modal disetor merupakan total pendanaan yang diterima
dari pemegang saham sebagai pembayaran saham modal.Modal kontribusi
dabagi menjadi dua bagian. Pertama, bagian untuk saham modal nominal
(saham biasa dan/atau saham preferen). Kedua, kelebihan modal
kontribusi/modal disetor di atas nilai nominal. Akun lain dalam bagian modal
kontribusi di ekuitas pemegang tersebut adalah pembebanan atau kredit dari
berbagai transaksi modal, termasuk (1) penjual saham diperoleh kembali
(terasury stock), (2) perubahan modal karena penggabungan usaha, (3) modal
donasi, sering kali disajikan terpisah, (4) biaya penerbitan saham dan beban
merger, dan (5) kapitalisasi laba ditahan melalui dividen saham.

Saham Diperoleh Kembali (Treasury stock atau buyback).

Salam diperoleh kembali merupakan saham yang dibeli kembali stelah


sebelumnya diterbitkan dan dibayar penuh

1. Klasifikasi Saham Modal


Saham Modal (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada
pemegang ekuitas sebagai pembayaran aktiva dan jasa. Terdapat juga dua jenis
saham modal di antaranya:
1. Saham Preferen (prefered stock) merupakan kelompok khusus saham
yang memiliki fitur yang tidak dimiliki oleh saham luar biasa. Ciri-ciri
umum preferen meliputi:
2. Prioritas atas distribusi dividen, termasuk hak partisipasi dan dividen
kumulatif.
3. Prioritas atas likuidasi, termasuk hal yang terpenting karena selisih antara
nilai nominal dan nilai likuidasi saham preferen bisa besar.
4. Dapat konvensi menjadi saham biasa.
5. Tidak memiliki hak suara yang dapat berubah karena perubahan hal-hal
seperti dividen yang tidak dibayarkan.

6. Harga pembelian kembali, biasanya digunakan untuk melindungi


pemegang saham preferen dari pembelian kembali yang terlalu awal.
1. Saham Biasa (common stock) merupakan kelompok saham yang
mencerminkan hak kepemilikanserta memiliki rasio tinggi dan
pengembalian tinggi atas kinerja perusahaan. Saham biasa
mencerminkan bunga sisa (residual interest), tidak diprioritaskan,
namun mendapatkan laba bersih sisa da menyerap rugi bersih.
Saham biasa dapat memiliki nilai nominal, jika tidak biasanya
memiliki nilai yang ditetapkan (stated value). Nilai nominal saham
biasa merupakan msalah legal dan bersifat historis.

1. Analisis Saham Modal.


Akun-akun dalam ekuitas pemegang saham umumnya tidak mempengaruhi
penentuan laba, sehingga tidak banyak mempengaruhi analisis laba. Informasi
yang lebih relevan bagi analisis adalah komposisi pos modal dan pemabataspembatasan yang berlaku. Komposisi ekuitas penting karena dapat
mempengaruhi hak sisa atas saham biasa serta hak, risiko, dan pengembalian
bagi investor ekuitas.
1. Laba Ditahan
Laba ditahan (retained earnings) merupakan modal yang dihasilkan sebuah
perusahaan. Akun laba ditahan mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang
tidak dapat dibagikan sejak berdirinya perusahaan.

1. Dividen Tunai dan Dividen Saham.


Dividen Tunai (cash dividen) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Dividen ini juga merupakan jenis dividen yang paling umum dan saat
diumumkan menjadi kewajiban bagi perusahaan.
Dividen Saham (stock dividen) merupakan distribusi saham perusahaan itu
sendiri kepada pemegang saham secara proposional. Akuntansi bagi dividen
saham kecil(small stock dividen) atau dividen saham sederhana (ordinary stock
dividen), umumnya lebih kecil dari 20% sampai 25% saham beredar,
mensyaratkan penilaian dividen saham pada nialai pasar pada tanggal
pengumuman.
1. Penyesuaian Periode Lalu.
Penyesuaian periode lalu (prior period adjustment) merupakan koroeksi
kesalahan di periode laporan keuangan lalu.
1. Apropriasi Laba Ditahan.

Apropriasi laba ditahan (appropriation of covenant of retainer earnings)


merupakan pembatasan atau ketentuan laba ditahan sejumlah tertentu.
Pembatasan penting meliputi pembatasan distribusi dividen. Ketentuan obligasi
dan kesepakatan pinjaman merupakan sumber pembatasan tersebut.
1. Analisis Laba Ditahan.
Analisis pembatasan distribusi laba ditahan oleh pinjaman atau kesepakatan
li\ain umumnya mengungkapakan perusahaan dalam area seperti distribusi
dividen atau pencapaian modal kerja pada tingkat tertentu.
1. Nilai Buku per Lembar Saham.
1. Perhitungan Nilai Buku per Lembar Saham.
Nilai buku per lebar saham (book value per share) adalah angka per lembar yang
berasal dari likuiditas perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca.
Nilai buku (book value) merupakan istilah konvensional yang mengacu pada
nilai aktiva bersih, yaitu total bersih dikurangi dengan klaim terhadapanya. Nilai
buku saham biasa (book value of commont stock) sama dengan total aktiva
dikurangi kewajiban dan klaim efek yang diprioritaskan (seperti saham preferen)
pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca.
Cara sederhana untuk menghitungnilai buku adalah menjumlahkan akun-akun
ekuitas saham biasa dan menguranginya dengan klaim yang didahulukan yang
tidak tercermin dalam neraca.

1. Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham.


Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan. Aplikasi
meliputi:

Nilai buku, dengan potensi penyesuaian, seiring dalam penilaian


kesepakan marger.

Analisis perusahaan dengan komposisi besar aktiva likuid (institusi


keuangan, invstasi, asuransi, asuransi, dan bank) sangat tergantung pada
nilai buku.

Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat memerlukan


penutupan aktivitas (asset corverage).

Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntansi sebagai berikut dalam


perhubungan nilai buku per lembar saham:

Nilai buku aktiva, khususnya aktiva jangka panjang seperti properti,


pabrik, dan peralatan, biasanya disajikan pada harga perolehan yang
dapat sangat berbeda dengan nilai pasar.

Aktiva tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aktiva kontinjen
dengan kemungkinan terjadi yang tinggi sering kali tidak tercermin dalam
nilai baku.

1. Kewajiban pada Ujung Ekuitas.


1. Saham Preferen yang Dapat Ditarik Kembali.
Analisis harus mewaspadi efek ekuitas (umumnya saham preren) yang dimiliki
provisi pernarikan kembali wajib, yang membuatnya lebih mirip utang daripada
ekuitas. Efek tersebut mengharuskan perusang untuk membayar dana pada
tanggal tertentu. Efek ekuitas yang sesungguhnya tidak memiliki ketentuan
seperti itu.
1. Hak Minoritas.
Hak Minoritas (minority interest)dalam perusahaan yang dikonsolidasi umumnya
dasajikan di neraca, di antara kewajiban dan ekuitas. Hak minoritas
adalahkepemilikan proporsional pemegang saham minoritas atas anak
perusahan yang dikonsolidasikan tersebut. Karena induk perusahaan
memasukkan semua aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) anak perusahaan
yang dikonsolidasi ke dalam laporan keuangan, induk perusahaan hak minoritas
sebagai kredit, atau sebadai komponen pendanaan di neraca.

You might also like