Professional Documents
Culture Documents
1. 1.
2. A.
KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar
Kewajiban tak lancar (jangka panjang) merupakan kewajiban yang tidak jatuh
tempo dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi. Kewajiban ini meliputi
pinjaman, obligasi, utang, dan wesel bayar.Kewajiban tak lancar beragam
bentuknya, penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas
seluruh batasan dan ketentuan yang meliputi tingkat bunga, tanggal jatuh
tempo, hak konversi, fitur penarikan, jaminan, persyaratan penyisihan dana
pelunasan, provisi kredit berulang, dan provisi subordinasi. Perusahaan harus
mengungkapkan default atas provisi kewajiban termasuk untuk bunga dan
pembayaran pokok.
1. C.
Analisis Kewajiban
1. 2.
Sewa guna usaha merupakan bentuk pendanaan yang populer, khususnya dalam
beberapa industri tertentu. Sewa guna usaha (lease) merupakan perjanjian
kontraktual antara pemilik (lessor) dan penyewa (lessee). Perjanjian tersebut
memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan aktiva yang dimiliki lessor,
selama masa sewa guna usaha. Sebagai imbalannya, lessee membayar sewa
yang disebut pembayaran sewa guna usaha minimum (minimum lease paymentMLP). Perjanjian mewajibkan lessee untuk membayar selama periode yang
ditentukan. Dua metode alternatif untuk akuntansi sewa guna usaha, yaitu sewa
guna usaha modal (capital lease) dan sewa guna usaha operasi (operating
lease). Pada operating lease, lessee (lessor) mancata MLP sebagai beban
(pendapatan) sewa.
Pendanaan sewa guna usaha populer karena penjual menggunakan sewa guna
usaha untuk meningkatkan penjualan dengan menyediakan pendanaan bagi
pembeli, pendapatan bunga menjadi sumber pendapatan utama bagi penjual,
cara yang nyaman bagi pembeli untuk mendanai pembelian aktivanya,dan dapat
menjadi sumber pendanaan di luar neraca sehingga bisa mempercantik
laporan keuangan.
1. A.
Lessee mengklasifikasikan dan mencatat sewa guna usaha sebagai capital lease
jika pada saat terjadinya transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat
kriteria , antara lain :
1. Terdapat transfer kepemilikan aktiva pada lessee pada khir masa sewa
guna usaha,
2. Terdapat opsi untuk membeli aktiva pada harga murah (bargain price),
3. Masa sewa guna usaha 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis
aktiva
4. Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa guna usaha
minimum lain sebesar 90% atau lebih dari nilai wajar aktiva dikurangi
kredit pajak investasi yang ditahan lessor.
Sewa guna usaha dapat diklasifikasikan sebagai operating lease bila tidak satu
pun kriteria tersebut terpenuhi, kondisi 4 khususnya sulit untuk dihindari.
Jika sewa guna usaha diklasifikasikan sebagai capital lease, lessee mencatatnya
baik aktiva maupun kewajiban sejumlah nilai sekarang MLP selama masa sewa
guna usaha tidak termasuk biaya administrasi seperti asuransi, perawatan, dan
pajak yang dibayar lessor yang termasuk dalam MLP. Aktiva sewa guna usaha
harus disusutkan selama masa sewa guna usaha dengan cara yang konsisten
dengan kebijakan penyusutan lessee yang normal. Tetapi jika sewa guna usaha
mengalihkan kepemilikan atau membeli aktiva pada harga murah, maka
penyusutan dihitung selama estimasi umur ekonomis.
1. B.
1. D.
1. 3.
Pemberi kerja sering menyediakan imbalan bagi pekerja pasca pensiun. Terdapat
dua bentuk imbalan pascapensiun (postretirement benefit):
1. Imbalan pensiun (pension benefit) ,dimana pemberi kerja menjanjikam
imbalan moneter kepada pekerja pasca pensiun, dan
2. Imbalan pasca pensiun lainnya ( other postretirement employee benefitOPEB), dimana pemberi kerja menyediakan imbalan lain(non moneter)
terutama pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa.
Biaya imbalan pasca pensiun ini perlu diestimasi berdasarkan asumsi aktuaria
atas harapan hidup, perputaran pegawai, kompensasi, biaya perawatan
kesehatan, tingkat pengembalian yang diharapkan, dan tingkat bunga. Imbalan
pensiun dan OPEB menjadi bagian besar dalam kewajiban banyak perusahaan.
Selain itu, pensiun menjadi bagian besar dalam tabungan dan investasi ekonomi.
1. A.
1. B.
Kewajiban Pensiun
1. C.
Selisih antara nilai aktiva program dan PBO disebut status pendanaan atas
program. Sebuah program disebut didanai lebih bila nilai aktiva pensiun lebih
besar dari PBO, dan disebut didanai kurang bila nilai aktiva pensiun lebih kecil
dari PBO. Status pendanaan atas program mencerminkan posisi ekonomi bersih
yang didefinisikan sebagai POB dikurangi nilai aktiva program.
Terdapat berbagai alasan terjadinya pendanaan lebih seperti akumulasi dana
bebas pajak, kinerja perusahaan sangat baik , perusahaan dapat menghentikan
atau mengurangi kontribusi pada dana pensiun sampai aktiva pensiun sama atau
kurang dari PBO dan perusahaan dapat menari kelebihan aktiva yang dikenakan
pajak penghasilan.
Terdapat alasan pula atas terjadinya pendanan kurang , yaitu kinerja investasi
yang buruk perubahan aturan pensiun seperti pemberian imbalan retroaktif dan
kontribusi oleh pemberi kerja yang tidak memadai.
1. D.
Biaya Pensiun
Biaya pensiun ekonomi atau beban merupakan biaya bersih yang timbul dari
perusahaan posisi ekonomi bersih selama periode bersangkutan yang meliputi
komponen yang berulang (normal) maupun yang tidak berulang (abnormal).
Biaya pensiun yang berulang terdiri atas dua komponen, sebagai berikut :
1. Biaya jasa merupakan nilai sekarang aktuaria atas imbalan pensiun yang
dihasilkan pegawai berdasar rumus imbalan pensiun.
2. Biaya bunga merupakan penambahan atas PBO yang timbul karena
pembayaran pensiun menjadi satu periode lebih dekat.Biya bunga
dihitung cengan mengalikan PBO awal periode dengan tingkat diskonto.
Biaya pensiun yang tidak berulang berasal dari peristiwa seperti perubahan
aumsi aktuaria atau perubahan ketentuan program, terdiri atas dua komponen,
yaitu :
1. Keuntungan atau kerugian aktuaria merupakan perubahan PBO yang
terjadi saat asumsi aktuaria dalam perhitungan PBO direvisi.
2. Biaya jasa lalu timbul karena ketentuan program pensiun atas PBO yang
meliputi imbalan pensiun retroaktif atau imbalan pensiun yang dibentuk
amandemen program.
Komponen terakhir dalam perhotungan biaya pensiun ekonomi bersih adalah
penyesuaian untuk pengembalian aktual aktiva program yang merupakan laba
program pensiun. Laba aktiva program terdiri atas penghasilan
investasi,kenaikan modal serta dividen dan bunga yang diterima, dikurangi upah
manajemen, ditambah kenaikan yang direalisasi dan todak direalisasi.
Pengembalian aktiva program biasanya mengurangi biaya pensiun.
1. E.
Artikulasi biaya muncul dari hubungan anatara laporan laba rugi dan laporan
arus kas yang terdapat dalam akuntansi akrual. Pemahaman artikulasi posisi
ekonomi bersihdan biaya pensiun ekonomi berguna dalam analisis
pengungkapan pensiun.
1. F.
Kerangka akuntansi pensiun diatur dalam SFAS 87 (sebagai catatan, SFAS 132
mengubah ketentuan pengungkapan pensiun namun tidak mengubah kerangka
akuntansinya). Fokus SFAS 87 adalah tercapainya ukuran biaya pensiun yang
stabil dan permanen. Standar ini meratakan biaya pensiun yang dilaporkan
dengan menunda pengakuan dampak ekonomis biaya pensiun, dengan
mengurangi votalitas biaya pensiun yang dilaporkan (dan laba yang dilaporkan).
Kewajiban pensiun sensitive terhadap perubahan asumsi aktuaria dan perubahan
ketentuan program. Perubahan aktiva dan dan kewajiban pensiun dapat
berdampak besar dibandingkan dengan laba bersih perusahaan. Penempatan
biaya pensiun ekonomi dalam laporan laba rugi dapat menimbulkan votalitas
laba yang tidak perlu , yang sering kali mengaburkan dampak ekonomi lainnya.
Dengan tujuan mengurangi votalitas yang tidak perlu atas biaya pensiun yang
dilaporkan , SFAS 87 menyarankan proses perataan. Perataan ini meliputi
penundaan biaya (dan penghasilan) ekonomi tertentu yang dianggap tidak biasa
dan tidak berulang dan kemudian mengamortisasikannya selam periode jasa
yang diharapkan.
Membandingkan biaya pensiun yang dilaporkan (reported pension costs) dan
biaya pensiun ekonomi dalam contoh J. Smith (dalam praktik, biaya pensiun yang
dilaporkan sering disebut biaya pensiun periodik bersih). Tampak tiga perbedaan
yang nyata: (1) yang dilaporkan adalah pengembalian yang diharapkan atas
Status yang dilaporkan dalam neraca dapat dipandang sebagai biaya pensiun
yang dilaporkan kumulatif dikurangi kontribusi kumulatif, bukan sebagai selisih
antara aktiva dana pensiun dan kawajiban dana pensiun. Karena alasan tersebut,
kewajiban (atau aktiva) yang dilaporkan dalam neraca disebut biaya pensiun
akrual atau dibayar dimuka (accued or prepaid pension cost).
Kewajiban Minimum Tambahan. Akuntansi pensiun menentukan kewajiban
pensiun minimum tambahan (additional minimum pension liability) sebagai
penambah jumlah status yang dilaporkan (biaya pensiun akrual) yang harus
diakui dalam kondisi-kondisi tertentu. Kewajiban pensiun minimum (minimum
pension liability) yang harus dicatat oleh pemberi kerja dalam nareca adalah
jumlah selisih lebih antara ABO dan nilai wajar aktiva program. Kewajiban
minimum ini didasarkan pada ABO, bukan PBO-dengan alasan bahwa kewajiban
pemberi kerja bila program dihentikan adalah ABO, bukan PBO. Tujuan kewajiban
minimum tambahan ini adalah untuk meyakinkan bahwa kewajiban pensiun
tercatat dalam neraca selalu lebih tinggi dari kewajiban minimum. Jika nilai wajar
aktiva pensiun melebihi ABO, tidak ada aktiva yang dicatat.
1. G.
Pelaporan biaya bersih (net cost reporting). (1) nilai sekarang biaya akrual
untuk kompensasi yang dijanjikan atas jasa pegawai; (2) akrual biaya
bunga sampai saat pembayaran imbalan; dan (3) pengembalian investasi
dalam aktiva program pengembalian tersebut tidak mengurangi biaya
sebagian besar program karena sebagian besar tidak didanai.
Biaya jasa nilai sekarang aktuaria dari imbalan yang dihasilkan oleh
pegawai selama suatu periode, bagian dari EPBO yang diatribusikan pada
tahun berjalan.
1. H.
Biaya imbalan yang dilaporkan berbeda dengan biaya ekonomis karena dampak
sementara, seperti keuntungan dan kerugian aktuaria, biaya jasa lalu, dan
pengembalian aktiva abnormal, diamortisasi melalui proses perataan. Tujuan
perataan ini adalah untuk mendapatkan komponen biaya imbalan pascapensiun
yang lebih stabil atau permanen. Jika tujuan analisis adalah menentukan laba
ekonomis , maka analis harus mempertimbangkan semua elemen sementara
laba, yang menimplikasikan bahwa ukuran biaya imbalan yang lebih berguna
adalaaah biaya ekonomis.
1. Asumsi Aktuaria dan Analisis Sensitivitas
Kewajiban imbalan diestimasi dengan menggunakan angka asumsi aktuaria.
Petunjuk untuk penentuan asumsi aktuaria menyediakan ruang pilihan bagi
pemberi kerja yang mungkin ingin mempercantik laporan keuangan. Baik PBO
maupun nilai aktiva program sensitive terhadap factor ekonomi yang berfluktuasi
seperti tingkat bunga dan kinerja pasar saham. Posisi yang dilaporkan (imbalan
atau biaya akrual) dan biaya yang dilaporkan stabil dibandingkan dengan
komponen lainnya.
Asumsi pentingnya adalah estimasi tinkat diskonto. Perubahan tingkat diskonto
memengaruhi besaran PBO maupun biaya imbalan ekonomi. Tingkat diskonto
yang lebih rendah meningkatkan PBO dan karenanya menurunkan status
pendanaan-meskipun proses perataan menghilangkan dampak tersebut dari
neraca. Kenaikan (penurunan) tingkat diskonto berpotensi menurunkan
(menaikkan) biaya jasa namun menaikkan (menurunkan) biaya bunga. Tingkat
diskonto yang lebih rendah umumnya mengindikasikan praktik akuntansi yang
lebih agresif.
Asumsi tingkat pertumbuhan mungkin tidak sepenting asumsi tingkat diskonto
atau asumsi pengembalian yang diharapkan. Cenderung lebih stabil dan lebih
dapat diprediksi, Karena pengaruhnya pada negosiasi tenaga kerja .
1. Implikasi Arus Kas Imbalan Pascapensiun
Implikasi arus kas imbalan pascapensiun adalah arus kas keluar yang sama
dengan kontribusi perusahaan pada program.
1. 4.
1. A.
Kontijensi
garansi produk atau kerusakan produk, garansi kinerja, perhitungan pajak, risiko
yang diasuransikan sendiri (self-insured risk), dan kerugian property.
Kontijensi rugi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat sebagai rugi.
Pertama, besar kemungkinan (probable) bahwa aktiva akan turun nilainya atau
kewajiban akan timbul. Kondisi kedua adalah jumlah kerugian harus dapat
diestimasikan dengan memadai (reasonably estimable). Contoh yang biasanya
memenuhi kedua kondisi ini adalah kerugian piutang tak tertagih dan kewajiban
garansi produk.
1. Analisis Kewajiban Kontijensi
Kewajiban kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa merupakan estimasi.
Keakuratan analisis kita atas kewajiban ini bergantung pada keakuratan estimasi
tersebut, yang sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan
atau harapan di masa depan. Kita harus berhati-hati menerima estimasi
manajemen ini untuk kewajiban kontinjen garansi maupun kewajiban lainnya.
Kita juga harus menganalisis pengungkapan atas seluruh kerugian (keuntungan)
kontinjensi. Sebagai contoh, penting untuk menganalisis pengungkapan jaminan
tidak langsung atas utang, seperti dana diterima di muka atau menutup beban
tetap entitas lain. Pengungkapan kontinjensi umumnya meliputi:
1. B.
Komitmen
Salah satu untuk mendanai property, pabrik, dan peralatan adalah meminta
pihak luar untuk mendapatkannya, dan perusahaan sepakat untuk mengunakan
aktiva tersebut serta menyediakan dana yang cukup untuk melunasi utang.
Contoh rancangan ini adalah through-put agreement di mana perusahaan
sepakat untuk memproduksi barang sejumlah tertentu melalui fasilitas
pemprosesan, atau take or-pay agreement di mana perusahaan memberikan
jaminan untuk membayar sejumlah tertentu barang, diperlukan atau tidak.
Variasi dari rancangan ini melibatkan penciptaan entitas terpisah dan kemudian
menyediakan pendanaan tidak lebih dari 50% kepemilikan seperti joint venture
atau persekutuan terbatas(limited partnership). Perusahaan menempatkan
transaksi ini sebagai investasi dalam ekuitas dan tidak mengonsolidasikannya
dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian pendanaan tersebut
tidak masuk dalam kewajiban.
1. B.
Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entities-SPE), yang sekarang
menjadi tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme
pendanaan yang sah selama lebih dari dua decade dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari keuangan perusahaan saat ini.
Arus kas dari aktiva digunakan untuk membayar utang dan menyediakan
pengembalian bagi investor ekuitas.
1. 6.
Penting bagi kita untuk membedakan antara instrumen kewajiban dan insrtumen
ekuitas mengingat perbedaan risiko dan pengambilan kedua instrumen tersebut.
Pembedaan ini penting terutama jika instrumen keuangan memiliki karakteristik
kewajiban dan karakteristik ekuitas. Beberapa pertanyaan sulit yang harus kita
hadapi adalah :
1. A.
Saham Modal
Penerbitan saham.
Aspek penting lainnya dalam analisis saham modal evaluasi atas opsi yang
dimiliki oleh pihak lain, saat dijalankan, menyababkan kenaikan jumlah saham
beredar dan mendilusi kempemilikan. Opsi tersebut meliputi:
Waran yang dapat ditukarkan dengan saham dalam kondisi tertentu pada
harga tetap.
Modal kontribusi atau modal disetor merupakan total pendanaan yang diterima
dari pemegang saham sebagai pembayaran saham modal.Modal kontribusi
dabagi menjadi dua bagian. Pertama, bagian untuk saham modal nominal
(saham biasa dan/atau saham preferen). Kedua, kelebihan modal
kontribusi/modal disetor di atas nilai nominal. Akun lain dalam bagian modal
kontribusi di ekuitas pemegang tersebut adalah pembebanan atau kredit dari
berbagai transaksi modal, termasuk (1) penjual saham diperoleh kembali
(terasury stock), (2) perubahan modal karena penggabungan usaha, (3) modal
donasi, sering kali disajikan terpisah, (4) biaya penerbitan saham dan beban
merger, dan (5) kapitalisasi laba ditahan melalui dividen saham.
Aktiva tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aktiva kontinjen
dengan kemungkinan terjadi yang tinggi sering kali tidak tercermin dalam
nilai baku.