You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pernafasan berperan penting dalam pertukaran oksigen (O 2) dengan
karbondioksida (O2). Secara fungsional sistem pencernaan terdiri dari trakea,
bronkus, bronkiolus, alveolus, dan paru-paru. Alveolus dikelilingi oleh pipapipa kapiler, baik alveolus maupun kapiler tersusun oleh satu lapis sel yang
memungkinkan terjadinya pertukaran antara O2 dengan CO2. Oksigen dari
udara masuk melalui bronkus, bronkiolus, alveolus dan terjadi inspirasi lalu
masuk ke sirkulasi sistematik (darah) dan secara bersamaan CO2 didifusikan
keluar dari pipa-pipa kapiler masuk ke alveolus yang selanjutnya dikeluarkan
dari tubuh melalui pernapasan.
Secara umum fungsi sistem pernapasan untuk tujuan menyediakan oksigen
bagi semua sel tubuh, membuang CO2 dari seluruh tubuh, membantu
pertahankan tubuh melawan senyawa asing, dan menghasilkan suara untuk
berbicara. Banyak sekali golongan dan jenis obat yang bekerja di saluran
pernapasan un``tuk menjaga fungsinya.
Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari
trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme
pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan
terbuka dengan jalan mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas,
mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran
nafas.
Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk
semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar
paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk
mungkin sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara ( air borne
infection ). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas

OBAT-OBAT BATUK

Page 1

disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan
masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari.
Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanggulangan penderita
batuk.
Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil
judul karya tulis ini FARMAKODINAMIK OBAT BATUK.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan batuk?


Apa penyebab terjadinya batuk?
Bagaimana patofisiologi obat batuk ?
Apa saja jenis obat batuk ?
Apa saja golongan obat batuk?
Apa saja contoh dari obat batuk yang beredar dan bagaimana
farmakodinamiknya ?

C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan batuk
2. Untk mengetahui penyebab terjadinya batuk
3. Untuk mengetahui patofisiologi obat batuk
4. Untuk mengetahui apa saja jenis obat batuk
5. Untuk mengetahui apa saja golongan obat batuk
6. Untuk mengetahui apa saja contoh dari obat batuk yang beredar dan
bagaimana farmakodinamiknya

BAB II

OBAT-OBAT BATUK

Page 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Batuk
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat
terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk
membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir besar, iritasi,
partikel asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi secara sukarela maupun tanpa
disengaja.
Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun
sakit dan dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Refleks batuk umumnya
diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernapasan, yang
terletak di beberapa bagian di tenggorokan. Bagian ini sangat peka terhadap
berbagai zat perangsang yang dapat mencetuskan batuk. Karena rangsangan
saluran pernapasan, maka terjadilah pengeluaran napas secara tiba-tiba
dengan kekuatan besar, otot dalam dinding perut dan sekat rongga badan
ditekan dengan tiba-tiba ke atas, sehingga angin yang dikeluarkan
menggetarkan selaput suara, maka terjadilah batuk. Maka dari itu Batuk
bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari
dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi. Dengan demikian batuk
merupakan suatu mekanisme perlindungan.
Batuk juga merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan
gejala yang serius di dalam paru-paru. Batuk yang tidak berat biasanya akan
sembuh tanpa menimbulkan kerusakan yang permanen, tetapipenyakit
tersebut tetap harus dicegah atau diatasi sedini mungkin. Pencegahan dan
penyembuhan yang tepat sangat diperlukan, terutama pada anak-anak karena
mungkin adanya komplikasi dengan penyakit lain.
Batuk merupakan sebuah gejala penyakit yang paling umum
dimana prevalensinya dijumpai pada sekitar 15 % pada anak-anak dan 20%
pada orang dewasa. Satu dari sepuluh pasien yang berkunjung ke praktek
dokter setiap tahunnya memiliki keluhan utama batuk. Batuk dapat
OBAT-OBAT BATUK

Page 3

menyebabkan perasaan tidak enak, gangguan tidur, mempengaruhi aktivitas


sehari-hari dan menurunkan kwalitas hidup. Batuk dapat juga menimbulkan
berbagai macam komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum,
sakit kepala, pingsan, herniasi diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga,
perdarahan subkonjungtiva, dan inkontinensia urin.

B. Gejala dan Penyebab Batuk


A. Gejala Batuk
1. Demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku
2. Bersin-bersin dan hidung tersumbat
3. Sakit tenggorokan

B. Penyebab Batuk
1. Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

yang merupakan gejala flu.


Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
Alergi
Asma atau tuberculosis
Benda asing yang masuk kedalam saluran napas
Tersedak akibat minum susu
Menghirup asap rokok dari orang sekitar
Masalah emosi dan psikologis (untuk batuk psikogenik)

C. Patofisiologi Batuk
Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk,
serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk
bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut

OBAT-OBAT BATUK

Page 4

saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga
toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring,
trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada
cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di
laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga
ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan
diafragma.
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang
mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga
rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus
menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus
menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang
dari perikardium dan diafragma.

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase


yaitu:

1. Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring,
trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus
glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila
reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan
saluran telinga luar dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat
kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi
secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam
jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya
iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma,
sehingga

dimensi

lateral

dada

membesar

mengakibatkan

peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan


jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat
OBAT-OBAT BATUK

Page 5

fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil


rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme
pembersihan yang potensial.
3. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi
otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik.
Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O
agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi
selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa
penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan
tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi
aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam
jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan
pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan
glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan
hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi
fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat
getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

D. Jenis-Jenis Batuk
A. Batuk berdasarkan Produktivitasnya
Berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi menjadi 2
jenis, yaitu batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk non
produktif).
OBAT-OBAT BATUK

Page 6

1. Batuk berdahak (batuk produktif)


Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak pada tenggorokan. Batuk
berdahak dapat terjadi karena adanya infeksi pada saluran nafas, seperti
influenza, bronchitis, radang paru, dan sebagainya. Selain itu batuk
berdahak terjadi karena saluran nafas peka terhadap paparan debu, polusi
udara, asap rokok, lembab yang berlebihan dan sebagainya.
2. Batuk kering (batuk non produktif)
Batuk yang ditandai dengan tidak adanya sekresi dahak dalam saluran
nafas, suaranya nyaring dan menyebabkan timbulnya rasa sakit pada
tenggorokan. Batuk kering dapat disebabkan karena adanya infeksi virus
pada saluran nafas, adanya faktor-faktor alergi (seperti debu, asap rokok
dan perubahan suhu) dan efek samping dari obat (misalnya penggunaan
obat antihipertensi kaptopril).
B. Batuk berdasarkan waktu berlangsungnya
Berdasarkan waktu berlangsungnya, batuk dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu batuk akut, batuk sub akut dan batuk kronis.

1. Batuk Akut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya kurang dari 3
minggu. Penyebab batuk ini umumnya adalah iritasi, adanya
penyempitan saluran nafas akut dan adanya infeksi virus atau bakteri.
2. Batuk Subakut

OBAT-OBAT BATUK

Page 7

Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara 3 8


minggu. Batuk ini biasanya disebabkan karena adanya infeksi akut
saluran pernafasan oleh virus yang mengakibatkan adanya kerusakan
epitel pada saluran nafas.
3. Batuk Kronis
Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang terjadi lebih dari
8 minggu. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala adanya
penyakit lain yang lebih berat seperti asma, tuberculosis, bronchitis dan
sebagainya.

E.

Penggolongan Obat Batuk


Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam dua golongan besar,
yaitu :
1. Zat-zat Sentral (Antitusif)
Obat-obat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang
terletak di sumsum lanjutan dan mungkin bekerja terhadap pusat saraf
lebih tinggi di otak dengan efek menenangkan (sedatif). Zat-zat ini
dibedakan antara zat-zat yang menimbulkan adiksi dan non-adiksi.
a. Zat-zat adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah candu dan kodein, zat ini
termasuk kelompok obat opioid, yaitu zat yang memiliki sebagian sifat
farmakologi dari opium atau morfin. Berhubungan obat ini mempunyai
efek ketagihan (adiksi) maka penggunaanya harus hati-hati dan untuk
jangka waktu yang singkat.
b. Zat-zat non-adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah noskapin, dekstrometorfan,
pentoksiverin. Antihistamin juga termasuk, misalnya prometazin dan
difenhidramin.
2. Zat-zat Perifer Obat-obat ini bekerja di perifer dan terbagi dalam beberapa
kelompok yaitu :

OBAT-OBAT BATUK

Page 8

a. Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak
dari saluran pernapasan. Obat ini bekerja melalui suatu refleks dari
lambung yang menstimulasi batuk. Sekresi dahak yang bersifat cair
diperbanyak secara reflektoris atau dengan jalan efek langsung terhadap
sel-sel kelenjar. Obat yang termasuk golongan ini adalah ammonium
klorida, gliceryl guaiacolat, ipeka, dan minyak terbang.
b. Mukolitik
Mukolitk ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran
pernapasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum. Mukolitik memiliki gugus sulfhydryl
bebas

dan

berdaya

mengurangi

kekentalan

dahak

dan

mengeluarkannya. Mukolitik digunakan dengan efektif pada batuk


dengan dahak yang kental sekali. Zat-zat ini mempermudah
pengeluaran dahak yang telah menjadi lebih encer melalui proses batuk
atau dengan bantuan gerakan cilia dari epitel. Tetapi pada umumnya
zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu, misalnya pada
perokok atau akibat infeksi. Obat-obat yang termasuk kelompok ini
adalahasetilkarbosistein, mesna, bromheksin, danambroxol.
c. Emoliensia
Memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan
agar tidak kering, serta memperlunak selaput lendir yang teriritasi. Zatzat yang sering digunakan adalah sirup (thymi dan altheae), zat-zat
lendir (infus carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar manis),
permen, pastilles isap, dan sebagainya.
F. Contoh-contoh Obat Batuk
A. ANTITUSIF
Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan
menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehinggaakan
mengurangi iritasi. Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif

OBAT-OBAT BATUK

Page 9

dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di
sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan
non-narkotik.
a) Antitusif yang Bekerja di Perifer
Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal
di saluran nafas, yaitu pa da reseptor iritan perifer dengan cara anestesi
langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lendir saluran
napas.
Obat-obat anestesi
Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol, dan
garam fenol digunakan dalam pembuatan lozenges. Obat ini
mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan di faring, tetapi hanya
sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk akibat kelainan saluran napas
bawah.
Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain,
kokain dan lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk akibat
prosedur pemeriksaan bronkoskopi. Beberapa hal harus diperhatikan
dalam pemakaian obat anestesi topikal yaitu :
1. Resiko aspirasi beberapa jam sesudah pemakaian obat.
2. Diketahui kemungkinan reaksi alergi terhadap obat anestesi.
3. Peningkatan tekanan jalan nafas sesudah inhalasi zat anestesi.
4. Resiko terjadinya efek toksis sistemik termasuk aritmia dan
kejang terutama pada penderita penyakit hati dan jantung.
Lidokain

OBAT-OBAT BATUK

Page 10

Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan
lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk akibat prosedur
pemeriksaan bronkoskopi.

Demulcent
Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan
selaput lendir. Obat ini dipakai sebagai pelarut antitusif lain atau
sebagai lozenges yang mengandung madu, akasia, gliserin dan anggur.
Secara obyektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini mempunyai
efek antitusif yang bermakna, tetapi karena aman dan memberikan
perbaikan subyektif obat ini banyak dipakai.
b) Antitusif yang Bekerja Sentral
Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang
rangsang yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk. Dibagi atas
golongan narkotik dan non-narkotik.

Golongan narkotik

Antitusif yang mempunyai potensi untuk mendatangkan adiksi/


ketergantungan, dan mempunyai potensi untuk disalahgunakan.Opiat
dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik,
OBAT-OBAT BATUK

Page 11

sehingga digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan


sesak karena gagal jantung kiri dan antidiare. Di antara alkaloid ini,
morfin dan kodein sering digunakan. Efek samping obat ini adalah
penekanan pusat napas, konstipasi, kadang-kadang mual dan muntah,
serta efek adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya bronkospasme
karena penglepasan histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis
terapeutik untuk antitusif. Di samping itu narkotik juga dapat
mengurangi efek pembersihan mukosilier dengan menghambat sekresi
kelenjar mukosa bronkus dan aktivitas silia. Terapi kodein kurang
mempunyai efek tersebut.

a. Kodein

7,8 Didehidro- 4,5-epoksi-3metoksi-17-metilmorfinan 6 -ol


monohidrat [6059-47-8] CHNOHO Anhidrat

Kodein atau Metilmorfin masih merupakan antitusif dengan uji


klinik

terkontrol dalam batuk eksperimen dan batuk

patologik akut dan

kronis.

Dalam dosis antitusif biasa, kodein memiliki efek analgesic


ringan dan sedative. Efek Analgetik Kodein ini dapat
dimanfaatkan untuk batuk yang disertai dengan nyeri dan
ansietas. Dan untuk dapat menimbulkan ketergantungan fisik,
Kodein harus diberikan dalam dosis tinggi dalam beberapa jam
dengan jangka waktu satu bulan/lebih (lama).

Kodein diserap baik pada pemberian oral dan puncak efeknya


ditemukan 1-2 jam, dan berlangsung selama 4-6 jam.
Metabolisme terutama di hepar, dan diekskresi ke dalam urin
dalam bentuk tidak berubah, diekskresi komplit setelah 24 jam.
Dalam jumlah kecil ditemukan dalam air susu Ibu.

OBAT-OBAT BATUK

Page 12

Sediaan terdapat dalam bentuk tablet Kodein Sulfat atau


Kodein fosfat berisi 10, 15, dan 20 mg. Dosis biasa dewasa 1030 mg setiap 4-6 jam. Dosis yang lebih besar tidak lagi
menambah besar efek secara proporsional. Dosis anak: 1-1,5
mg/kg BB/ hari dalam dosis terbagi.

Kodein dalam dosis kecil (10-30mg) sering digunakan sebagai


obat batuk, jarang ditemukan efek samping, dan kalau ada tidak
lebih tinggi dari placebo. Efek samping dapat berupa mual,
pusing, sedasi, anoreksia, dan sakit kepala. Dosis lebih tinggi
(60-80mg)

dapat

menimbulkan

kegelisahan,

hipotensi

ortostatik, vertigo, dan midriasis. Dosis lebih besar lagi (100500mg) dapat menimbulkan nyeri abdomen atau konstipasi.
Jarang-jarang timbul reaksi alergi seperti: dermatitis, hepatitis,
trombopenia, dan anafilaksis. Depresi pernafasan dapat terlihat
pada dosis 60 mg dan depresi yang nyata terdapat pada dosis
120 mg setiap beberapa jam. Karena itu dosis tinggi berbahaya
pada penderita dengan kelemahan pernafasan, khususnya pada
penderita retensi CO2.

Dosis fatal kodein ialah 800-1000 mg. Kelebihan dosis paling


sering terjadi pada anak-anak, dan terutama harus diperhatikan
pada neonatus dengan perkembangan hepar dan ginjal yang
belum sempurna atau dengan diuresis yang berkurang sehingga
dapat terjadi efek kumulatif yang memperdalam koma atau
mempercepat kematian. Antagonis Opioid seperti nalokson
dapat bermanfaat untuk terapi kelebihan dosis.

b. Morfin , Dihidromorfinon, Dihidrokodeinon , Morfolinil-etilmorfin


(Pholcodine) , Puried Opium Alkaloid (Pantopon) , Meperidin ,
Levorfanol

OBAT-OBAT BATUK

Page 13

Keefektifan antitusif narkotik ini sebagai obat batuk, sedangkan secara


klinis yang digunakan sebagai antitusif yang hanyalah kodein. Narkotik
lain diatas tidak lebih baik dari Kodein dam efektifitas dan keamanannya

sebagai penekan batuk.


Kebanyakan obat-obat yang mendepresi SSP dapat mempengaruhi pusat
batuk di Medulla Oblongata. Antitusif yang bekerja sentral juga dapat
bekerja melalui serabut saraf di Cortex serebri dan subcortex, seperti
Opioid-opioid dan sedative pada umumnya.

Antitusif Narkotik Lain


Dihidrokodein ( paracodin ), cara kerja dan efek samping hamper
sama dengan kodein.Folkodin, penggunaan utama ialah sebagai antitusif.
Efek analgetik dan efek efori hampir tidak ada ( kalau ada kecil sekali ),
dan gejala putus obat jauh lebih ringan dari kodein.
Hidrokodon
Merupakan derivat sintetik morfin dan kodein, mempunyai efek
antitusif yang serupa dengan kodein. Efek samping utama adalah sedasi,
penglepasan histamin, konstipasi dan kekeringan mukosa. Obat ini tidak
lebih unggul dari kodein.
Golongan non-narkotik

Antitusif non narkotik ialah antitusif yang tidak mendatangkan adiksi


dan potensinya untuk di salah gunakan kecil sekali. Termasuk
dekstrometorfan, noskapin dan lain lain antitusif yang bekerja perifer.
a. Dekstrometorfan

Dekstrometorfan adalah derifat morfinan sintetik yang bekerja


sentral dengan meningkatkan ambang rangsang reflek bentuk sama

OBAT-OBAT BATUK

Page 14

seperti kodein. Potensi antitusifnya lebih kurang sama dengan


kodein. Berbeda dengan kodein dan 1 metorfan, dekstrometorfan
tidak memiliki efek analgesik, efek sedasi, efek pada saluran cerna
dan

tidak

mendatangkan

adiksi

atau

ketergantungan.

Dekstrometorfan efektif untuk mengontrol batuk eksperimen


maupun batuk patologik akut maupun kronis. Dekstrometorfan di
laporkan juga memiliki efek pengurangan sekret dan efek
antiinflamasi ringan. Kadang kadang dilaporkan adanya stimulasi
ringan pernafasan pada penggunaanya dalam batas batas dosis

antitusif biasa.
Efek samping dan toksisitas : efek penekanan aktifitas silia
bronkhus hanya terjadi pada dosis tinggi. Toksisitas rendah sekali.
Dosis berlebihan menimbulkan pusing, diplopia, sakit kepala,
mual, dan muntah. Dalam dosis sangat besar di temukan depresi

pernafasan yang dapat menimbulkan kematian.


Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet, sirup berisi 10 20
mg / 5 ml. Dosis dewasa 10 20 mg setiap 4 6 jam, maksimum
120 mg / hari, Meninggikan dosis tidak akan menambah kuat efek,
tapi dapat memperpanjang kerjanya sampai 10 12 jam, dan ini
dapat bermanfaatkan untuk mengontrol batuk malam hari. Dosis
anak anak 1 mg/ kg BB/ hari dalam dosis terbagi 3 4 kali
sehari.

b. Noskapin

Noskapin merupakan derivat benzilisokinolin yang di peroleh dari


alkaloid opium, tidak mempunyai efek analgesik. Kecuali efek antitusif,
noskapin dalam dosis terapi tidak memiliki efek terhadap SSP, dan tidak
memiliki efek adiksi dan ketergantungan; potensi antitusif nya lebih
kurang sama dengan kodein ( dalam berat yang sama ). Cara kerja sama
dengan kodein.

OBAT-OBAT BATUK

Page 15

Efek samping yang menonjol adalah gangguan saluran cerna ( terutama


konstipasi ringan ), terlihat sampai 30 % dari pasien yang di teliti. Efek
depresi pernafasan baru terjadi bila di berikan dosis lebih dari 90 mg.
Kelebihan dosis juga menimbulkan depresi otot jantung dan otot polos

lain.
Noskapin tersedia dalam bentuk tablet etau sirup. Dosis dewasa 3 kali
sehari 15 30 mg.
c. Levopropoksifen
Levopropoksifen adalah senyawa non narkotik sintetik, isomer
dari propoksifen yang tidak memiliki efek analgesik. Beberapa uji
klinik pada pasien dengan batuk patologik menunjukkan efikasinya
dapat menyamai dekstrometorfan. Dosis yang di gunakan untuk
mengontrol batuk adalah 50 100 mg.
d. Difenhidramin
Antihistamin H1 dengan efek sedasi dan efek antikolinergik dapat
menekan batuk, misalnya difenhidramin. Sebagai antitusif harus di
berikan dalam dosis yang juga menyebabkan sedasi, dan obat ini sering
di berikan dalam bentuk kombinasi dangan obat lain.

B. ANTIHISTAMIN
1. Prometazin: (phenargen exp)
Sebagai antihistaminikum berdaya meredakan rangsangan batuk
berkat sifat sedative dan antikolinergik yang kuat.
Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan
buang air kecil dan akomodasi pada manula.
Dosis : 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c., anak-anak diatas 1 tahun
2-4 dd 0,2 mg/kg.
2. Oksomemazin
Adalah derivat dengan khasiat dan penggunaan sama, daya
antikolinergiknya lemah.
Dosis : 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2 tahun 2,5-10 mg sehari, 2-5
tahun 10-20 mg sehari, 5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.
3. Difenhidramin (Benadryl)
OBAT-OBAT BATUK

Page 16

Sebagai zat antihistamin (H-Blocker), senyawa ini bersifat


hipnotis-sedatif dan dengan demikian meredakan rangsangan batuk.
Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan paradoksal, misalnya
mengeringnya selaput lender karena efek antikolinergiknya.
Dosis : 3-4 dd 25-50 mg
C. MUSKOLITIK
1. Asetilsistein (Fluimucil)
Mekanisme aksinya yakni Mengurangi kekentalan / viskositas
sekret dengan memecah ikatan disulfida pada mukoprotein,
memfasilitasi pengeluaran sekret melalui batuk. Mekanisme ini paling
baik pada pH 7-9, sehingga pH sediaan diadjust dengan NaOH.
Efek Samping: Reaksi hipersensitivitas (bronkospasme,
angioedema, kemerahan, gatal), hipotensi / hipertensi (kadangkadang), mual, muntah, demam, syncope, berkeringat, arthralgia,
pandangan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang, ;cardiac /
respiratory arrest.
Dosis : Oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anakanak n2-7 tahun 2 dd 200 mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg, Sebagai
antidotum keracunan paracetamool , oral 150 mg/kg berat badan dan
larutan 5 %, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam.
2. Bromheksin
Mekanisme aksinya yakni Bromheksin merupakan secretolytic
agent, yang bekerja dengan cara memecah mukoprotein dan
mukopolisakarida pada sputum sehingga mukus yang kental pada
saluran bronkial menjadi lebih encer, kemudian memfasilitasi
ekspektorasi.
Efek Samping : Pusing, sakit kepala, berkeringat, kulit kemerahan.
Batuk atau bronkospasme pada inhalasi (kadang-kadang). Mual,
muntah, diare dan efek samping pada saluran cerna.
Dosis : Oral 3-4 dd 8-16 mg (Klorida), Anak-anak 3 dd 1,6 8 mg.
Tergantung dari usia.
D. EKSPEKTORAN

OBAT-OBAT BATUK

Page 17

1. Kaliumiodida
Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorokan dan
mencairkannya, tetapi sebagai obat batuk (Hampir) tidak efektif.
Efek Samping : gangguan tiroid , Struma, Ucticaria dan iod-acne,
juga hiperkaliemia( pada fungsi ginjal buruk).
Dosis: Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks. 6 g sehari.
2. Amoniumklorida
Berdaya diuretic lemah yang menyebabkan acidosis, yakni
kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan gerakkan bulu
getar (cilia) disaluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga
meningkat. Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaaan
sirop batuk, misalnya obat batuk hitam.
Efek Sampingnya : Acidosis ( khusus pada anak-anak dan pasien
ginjal) dan gangguan lambung (mual, muntah), berhubung sifatnya
yang merangsang mukosa.
Dosis : oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g seharinya.
3. Guaifenesin ( Gliserilguaiakolat, Toplexil)
Digunakan sebagai ekspektorans dalam berbagai jenis sediaan
bentuk popular. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot seperti
mefenesin.
Efek Samping : Iritasi Lambung (mual,muntah) yang dapat
dikurangi bila diminum dengan segelas air.
Dosis: Oral 4-6 dd 100-200 mg.
E. Emolliensia
1. Succus Liquiritiae
Obat ini banyak digunakan sebagai salah satu komponen dari
sediaan obat batuk guna mempermudah pengeluaran dahak dan
sebagai bahan untuk memperbaiki rasa.
Efek Samping : Pada doosis Tinggidari 3 g sehari berupa nyeri
kepala, udema, dan terganggunya keseimbangan elektrolit, akibat
efek mineralalokortikoid dan hipernatriema dari asam glycyrrizinat.
Dosis : oral 1-3 g sehari.

Tabel-1 berikut bisa Anda jadikan sebagai panduan ringkas dalam


memilih obat batuk.

OBAT-OBAT BATUK

Page 18

Jika batuk Anda

Pilihlah yang

Contoh obat

Kering (tanpa disertai

mengandung
Antitusif

Dekstrometorfan, atau noskapin

dahak)
Disertai dahak

Ekspektoran

Bromheksin, gliseril guajakolat (GG,


atau guaifenesin), ambroksol,

Akibat alergi dan disertai

Antihistamin

karbosistein, atau ammonium klorida


Difenhidramin, klorfeniramin

dengan hidung meler

(CTM), doksilamin, feniramin, atau

Disertai dengan napas

tripolidin
Fenil propanol amin, efedrin,

Dekongestan

yang tidak lega

pseudoefedrin, etilefedrin, atau


fenilefrin

BAB III
PENUTUP
OBAT-OBAT BATUK

Page 19

A. KESIMPULAN
Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun sakit dan
dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Refleks batuk umumnya diakibatkan
oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernapasan, yang terletak di
beberapa bagian di tenggorokan.
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase
yaitu: :

1. Fase iritasi
2. Fase inspirasi
3. Fase kompresi
4. Fase ekspirasi/ ekspulsi
Jenis-Jenis Batuk
A. Batuk berdasarkan Produktivitasnya
1. Batuk berdahak (batuk produktif)
2. Batuk kering (batuk non produktif)
B. Berdasarkan waktu berlangsungnya
1. Batuk Akut
2. Batuk Subakut
3. Batuk Kronis

Penggolongan Obat Batuk

1. Zat-zat Sentral (Antitusif)


Zat-zat ini dibedakan antara zat-zat yang menimbulkan adiksi dan nonadiksi.
a. Zat-zat adiktif
b. Zat-zat non-adiktif
OBAT-OBAT BATUK

Page 20

2. Zat-zat Perifer
Obat-obat ini bekerja di perifer dan terbagi dalam beberapa kelompok
yaitu :
a. Ekspektoran
b. Mukolitik
c. Emoliensia

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya. Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan oleh karena itu saran dan kritikan yang membangun kami harapkan
untuk pembuatan makalah selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA
Aditama T Y, Patofisiologi Batuk, dalam Cermin Dunia Kedokteran
no.84,1993,5-7.
Hoan Tjay, Drs. Tan dan Raharja., Drs. Kirana.2002. Obat-obat penting edisi
keenam.Jakarta. PT.Elex Media Komputindo

OBAT-OBAT BATUK

Page 21

Katzung, Bertram G.1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta:
EGC
http://purwaisontheway.wordpress.com/2010/02/08/tugas-farmol-macam-macamobat-sistem-pernafasan/
Diakses Jumat, 09 Januari 2015
http://medicastore.com/apotik_online/obat_saluran_nafas/dekongestan_dan_obat_
hidung_lainnya.htm.
Diakses Sabtu 10 Januari 2015
http://berbagi-sehat.com/article/12254/peran-perawat-dalam-pemberian-obat.html
Diakses Sabtu, 110 Januari 2015

OBAT-OBAT BATUK

Page 22

You might also like