You are on page 1of 60

Asuhan Kebidanan Pada Ny.

P GIP0-0 38/39 Minggu, Tunggal,


Hidup, Intrauterine, Letak Kepala, KU Ibu dan Janin Baik,
Kesan Jalan Lahir Normal, Inpartu Kala I Fase Aktif
di BPS Yuniati Surabaya

Oleh :
Herlina
NIM 010912063

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga


Program Studi Pendidikan Bidan
Surabaya
2011

LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa, dievaluasi, dan disetujui oleh pembimbing praktik
BPS Yuniati Surabaya
Surabaya,

Juli 2011

Mahasiswa

Herlina
NIM 010912063
Pembimbing Praktik I

Pembimbing Praktik II

K. Kasiati, S.Pd., M.Kes.


NIP ..

Yuniati, SST.
NIP ..
Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bidan


Fakultas Kedokteran Unair Surabaya

dr. Sunjoto, Sp.OG (K)


NIM 19481120 1977031 001

Ucapan Terima Kasih


Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan laporan pada ibu bersalin fisiologis.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas profesi di BPS Yuniati Surabaya.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Kes., Sp.PD, K-EMD, FINASIM selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan program studi pendidikan bidan.
2. Dr. Sunjoto, Sp.OG(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan program studi pendidikan
bidan.
3. Yuniati, SST. yang telah memberikan izin kepada kami untuk dapat
menjalankan praktik profesi pendidikan bidan di BPS yang dipimpin.
4. K. Kasiati, S.Pd., M.Kes., selaku pembimbing praktik yang telah bersedia
memberikan masukan untuk perbaikan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan pendahuluan
ini.
Kami sadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna tapi kami
berharap bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, Juli 2011
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997,

Angka kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan Angka Kematian

Bayi Baru Lahir sebesar 25 per 1000

kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan


penanganan yang baik. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka
kematian tersebut adalah pelayanan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat
dengan masyarakat difokuskan pada tiga pesan kunci Making Pergnancy Safer,
yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi
obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia
subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
dan penanganan komplikasi keguguran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan.
Adanya perubahan paradigma menunggu terjadinya dan menangani komplikasi
menjadi pencegahan terjadinya komplikasi diharapkan dapat memberikan
konstribusi dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir ( Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Departemen kesehatan menargetkan pengurangan angka kematian ibu dari
26,9 persen menjadi 26 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
berkurang dari 248 menjadi 206 per 100 ribu kelahiran yang dicapai pada tahun
2009. Sementara angka harapan hidup berkisar rata-rata 70,6 tahun. Hal ini
disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI Dr Siti Fadilah Supari dalam
memberikan pidato sambutan yang dibacakan oleh Kepala Pusat Perencanaan dan
Pendayagunaan SDM Kesehatan, Depkes, Dra Nasirah Bahaudin MM. Supari
menyebutkan, angka kematian ibu dan bayi mengalami penurunan yang cukup
signifikan dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Di tahun 2007, angka kematian
bayi mencapai 26,9 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu
berkisar 248 per 100 ribu kelahiran. Padahal di tahun 2004, angka kematian bayi

sekitar 30,8 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu sekitar 270
dari per 100 ribu kelahiran (www.ugm/2009.ac.id).
Tercatat pada tahun 2006 di Indonesia dari kasus satu per 100.000 orang
kelahiran hidup (KLH), angka kematian ibu (AKI) akibat melahirkan di Indonesia
mencapai 226 orang, angka tersebut tercatat yang tertinggi di Asia Tenggara. Pada
tahun 2009, pemerintah Indonesia harus bisa menekankan AKI di Indonesia,
targetnya Departemen Kesehatan pada tahun 2009 maksimal mencapai 206 kasus
AKI, penurunan AKI dari tahun 2006 hingga 2009 hanya mencapai 20 orang, hal
tersebut dikarenakan untuk membangun bidang kesehatan di Indonesia cukup sulit
(www.kapanlagi/2009.com).
1.2

Tujuan

1.2.1

Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin

fisiologis menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen


kebidanan menurut Varney sesuai kompetensi bidan serta mendokumentasikan
asuhan kebidanan menggunakan SOAP.
1.2.2

Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin fisiologis, penulis

diharapkan mampu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1.3

melakukan pengkajian (data subyektif dan obyektif)


interpretasi data dasar (mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual)
mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
mengembangkan rencana asuhan kebidanan
melaksanakan rencana asuhan kebidanan
mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
mendokumentasikan asuhan kebidanan menggunakan SOAP

Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik profesi tanggal 06 Juli sampai dengan 15 Juli 2011 di

BPS Yuniati Surabaya.

1.4

Sistematika Penulisan
BAB 1

PENDAHULUAN

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3

TINJAUAN KASUS

BAB 4

PEMBAHASAN

BAB 5

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep Dasar Persalinan

2.1.1

Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37- 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2007).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat timbul
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar ( Ilmu Kebidanan, 2007).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawiroharjo S, 2007).
2.1.2

Macam-macam Persalinan
Berikut adalah macam-macam persalinan :

1) Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan
lahir.
2) Persalinan bantuan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forceps atau dilakukan operasi section caesarea.
3) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan misalnya dengan pemberian pitocin atau
prostaglandin atau pemecahan ketuban.

2.1.3

Istilah-istilah dalam Kehamilan dan Persalinan

1) Gravida : wanita yang sedang hamil


2) Primigravida :

wanita yang hamil untuk pertama kali

3) Para : seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
(variabel)
4) Nullipara : seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang
viabel
5) Multipara atau pleupara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi yang viabel untuk beberapa kali
6) Grandemultipara : wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari 5
kali.
7) Inpartu

: seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.

8) Partus immaturus adalah partus yang terjadi pada umur kehamilan kurang
dari 28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 500-900.
9) Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat
hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2499
gram atau tua kehamilan antara 28-37 minggu.
10) Partus matures atau partus aterm adalah suatu partus yang terjadi pada
kehamilan antara 37-42 minggu dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
11) Partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi pada
kehamilan lebih dari 42 minggu.
12) Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viabel berat janin
dibawah 500 gram atau tua kehamilan dibawah 20 minggu.
2.1.4

Faktor Penyebab Terjadinya Persalinan


Berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya persalinan :

1) Teori keregangan otot


1. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
2. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat dimulai.
3. Pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu dan inpartu.

2) Teori penurunan progesterone


1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu.
2. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
sensitif terhadap oksitosin.
3. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
3) Teori oksitosin
1. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior
2. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
sensitifitas otot rahim, sehingga terjadi Braxton hicks.
3. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan, masa
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dapat
dimulai.
4) Teori prostaglandin
1. Konsentrasi progesteron meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua.
2. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
3. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan
5) Teori Hipotalamus Pituari dan Glandula Suprarenalis
1. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anenchepalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori
ini dikemukakan oleh liggin (1973)
2. Malpas pada tahun 1993 mengangkat otak kelinci percobaan hasilnya
kehamilan kelinci lebih lama.
3. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya) persalinan. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada
hubungan antara hipotalamus-pituari dengan mulainya persalinan.

5. Glandula

suprarenal

merupakan

pemicu

terjadinya

persalinan

(Manuaba, 1998 : 159).


6) Teori Plasenta menjadi tua
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 mgg
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan
sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, sehingga otot-otot
rahim lebih sering berkontraksi.
7) Teori iritasi mekanik
Di

belakang

serviks

terletak

ganglion

serviks

(fleksus

fronkenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh


kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
8) Teori fetal kortisel
Sapi yang diinfus ACTH dapat lahir premature. Hal ini
menunjukkan fetus mempunyai peranan penting dalam memulai
persalinan. Fetus anconcheptal lebih lama lahir dibanding fetus normal.
2.1.5

Faktor-faktor Penting dalam Persalinan


Faktor-faktor penting dalam persalinan adalah sebagai berikut :

1) Power
2) Passanger
3) Passange (jalan lahir)
4) Psikis
5) Penolong
Berikut adalah penjelasan masing-masing faktor tersebut di atas :
1)

Power
Power adalah tenaga atau kekuatan ibu untuk mengejan, tenaga ini serupa

dengan tenaga waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi. Tanpa
mengejan anak tidak dapat keluar seperti pada pasien yang lumpuh otot-otot
perutnya maka persalinan harus dibantu dengan forcops. Setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak keluar. Selain his

terutama disebabkan oleh kontraksi otot dinding perut yang menyebabkan tekanan
intra abdominal meningkat.
Ibu melakukan kontraksi involuntes dan volunter secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter yang disebut
kekuatan primer menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi
usaha volunter dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder yang
membesar kekuatan kontraksi involunter.
Power saat persalinan disebabkan oleh :
1. HIS (kontraksi otot rahim)
2. Tenaga meneran.
HIS (Kontraksi otot rahim)
Kontraksi persalinan merupakan kontraksi otot-otot rahim miometrium
akibat pengaruh hormon oksitosin, kontraksi uterus disebabkan karena otot-otot
polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat kontraksi
simetris, fundus dominan diikuti relaksasi (Manuaba : 1998).
Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Cavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong
omnion ke arah SBR (Segmen Bawah Rahim) dan serviks. Perbedaan anatomis
dan fisiologis antara fundus uteri, segmen bawah rahim dan serviks sangat
menguntungkan untuk ekspulsi janin. Jika semua bagian tersebut merupakan otot
polos dan semuanya berkontraksi atau berretraksi maka tidak akan terjadi ekspulsi
janin, atau akan memperlambat terjadinya ekspulsi janin.
His pada persalinan dimulai pada daerah dimana saluran tuba masuk
kedalam kavem uteri yaitu yang disebut kornu uteri.daerah ini yang disebut
dengan pace maker. His yang sempurna dimulai dari fundus yaitu daerah yang
mempunyai ketebalan otot paling tinggidan menyebar keseluruh bagian uterus
dengan kecepatan 2 cm per detik. Daerah fundus yang mempunyai otot paling
tebal akan mengalami pemendekan otot yang dalam istilah ginekologi disebut
retraksi. Retraksi otot pada fundus akan membuat daerah yang berada di daerah
cervik mengalami penipisan dan tertarik ke atas karena di daerah tersebut kurang
mengandung otot. Dan penipisan dan pembukaan itu akan menjadi maksimal jika
di cervik terjadi tekanan misalnya oleh kepala janin.

His yang sempurna dan efektif adalah jika ada koordinasi antara
golombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri
dengan amplitude 40-60 mmHg yang berlangsung 60 90 detik dengan jangka
waktu antar kontraksi 2-4 menit. Jika frekuensi dan amplitude his lebih tinggi
maka akan terjadi hipoksia dan gawat janin yang bisa dideteksi dengan DJJ.
Interval diantara tiap his sangat penting bagi kesejahteraan janin dalan rahim.
Yaitu untuk suplai darah dan oksigen ke janin, maka untuk uterus yang tiap menit
berkontraksi dan tidak ad interval (tetania uteri) sangat memiliki resiko tinggi bagi
bayi.
Tenaga Meneran
Tenaga meneran adalah tenaga yang timbul saat persalinan akan dimulai.
Hal ini disebabkan saat kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu refleks
yang mengakibatkan bahwa pasien menutup glotisnya, mengontraksikan otot
ototnya dan menekan diafragma ke bawah. Tenaga mengejan ini sbenarnya
merupakan koordinasi antara kontraksi diagfragma dan otot dinding abomen. Dan
kekuatan meneran ini akan menjadi sangat maksimal jika ibu dalam posisi fleksi,
dagu ibu menempel dada dan tangan merangkul pahanya dekat pada perut.
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil kalau pembukaan sudah lengkap
dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Cara meneran yang baik adalah ketika
kepala janin sudah memasuki PAP. Ketuban sudah pecah (bila belum keras
dipecahkan dulu). His akan timbul lebih sering dan merupakan tenaga pendorong
janin disamping itu ibu harus dipimpin meneran pada waktu ada his dan
beristirahat diantara kedua his.

2)

Passanger
Passenger adalah penumpang yang janin, plasenta atau juga selaput

ketuban harus dilahirkan melalui jalan lahir. Karena itu plasenta juga dan selaput
ketuban dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
Passanger pada saat persalinan terdiri dari :
1. Janin
2. Air Ketuban dan selaput ketuban
3. Plasenta
Janin
-

Berat
Untuk bayi perempuan 3,4 kg dan laki-laki 3,5 kg. Berat bayi normal
antara > 2500 gr sampai < 4000 gr.

Panjang
Untuk panjang bayi rata-rata 50 cm. Panjang bayi normal diantara 45 cm
sampai < 55 cm. bila panjang bayi yang kurang/melebihi panjang bayi
normal maka dicurigai adanya penyimpangan kromosom.

Ukuran kepala janin


Ukuran kepala janin sangat penting untuk mengetahui apakah janin bisa
melewati jalan lahir tanpa penyulit. Selain itu ukuran janin penting untuk
resiko terjadinya CPD dapat mempersulit persalinan. Ukuran diameter
kepala janin :
1. Diameter occipito frontalis

: 12 cm

2. Diameter mento occipitalis

: 13,5 cm

3. Diameter sub occipito bregmatika : 9,5 cm


4. Diameter Biporietalis

: 9,25 cm

5. Diameter bitemporalis

: 8 cm

Ukuran sirkumferensia :
1. Cirkumforensia frento occipitalis : 34 cm
2. Cirkumferensia menta occipitalis : 35 cm
3. Cirkumferensia sub occipito bregmantika : 32 cm (Rustam Muchtar,
1998 : 67).
-

Letak janin

Yaitu hubungan antara sumbung panjang (punggung) janin terhadap sumbu


panjang (punggung ibu). Letak juga disebut sebagai hubungan antara aksis
panjang badan janin dengan abdomen ibu yang digambarkan dengan
membujur, melintang dan miring. Letak janin normal adalah membujur
dengan kepala janin berada di dibawah.
-

Presentasi
Yaitu bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati PAP,
atau bagian janin yang pertama kali masuk PAP. Bisa disebut bokong,
kepala ataupun bahu. Presentasi bayi yang normal adalah sub acccipito
bragmatika.

Denyut jantung janin


Denyut jantung janin sangat penting untuk memantau kesejahteraan janin
dalam rahim. Pada persalinan normal, DJJ diukur dengan auskultasi
dengan menggunakan funduscope ataupun dopler. Frekuensi denyut
jantung janin sangat dipengaruhi oleh beberapa factor penting yaitu
kontraksi, posisi dan kemajuan persalinan itu sendiri.
Air Ketuban dan selaput ketuban
Ruangan yang dilapisi selaput janin (selaput ketuban) berisi air
ketuban (liquar amnii).

Volume
Volume air ketuban dalam kehamilan cukup bulan adalah 1000-1500 cc.
Bila kurang dari 1000 cc disebut oligohidromnion. Namun bila volume air
ketuban lebih dari 1500 cc disebut polihidromnion.

Bentuk
Air ketuban berwarna putih kekeruhan khas amis dan berasa manis. Bila
air ketuban berwarna hijau ini adalah indikasi adanya ketidaknormalan.

Komposisinya
Terdiri atas 98 % air, sisanya albumin sel-sel epitel. Rambut lanugo, vernit
caseasa dan garam-garam organic. Kadar protein 2, gr/l terutama di bagian
albumin. Diproduksi oleh kencing janin, transudasi dari epitel amnion
sekresi dari epitel amnion asal campuran (mixed arigin).

Analisis ketuban pecah


1.

Terlihat genangan atau drainase yang jelas bukan urine.

2.

Genangan pada forniks posterior. Khususnya jika cairan


dapat terlihat keluar dari ostium cerviks dengan menggunakan
maneuver valsava

3.

Dengan lakmus, yaitu berubahnya lakmus merah


menjadi biru

4.

Makroskopis bau amis adanya lanugo, rambut dan


verniks

5.

Mikroskopis, lanugo dan rambut

6.

Laboratorium, tes pakis posistif diratakan di kaca


obyekdan dikeringkan sebelum diperiksa.

Plasenta
Plasenta adalah alat transportasi darah, nutrisi, oksigen dan juga
sisa buangan dari ibu kepada janin. Uri berbentuk bundar atau oval,
ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm berat 500-600 gr.
-

Komponen plasenta
Plasenta terdiri dari desidua kompektel atas beberapa lobus dan terdiri dari
15-20 kotiloden

Tali pusat
Tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan janin.
Panjang tali pusat antara 50-55 cm diameternya 1-2,5 cm dan terdiri atas 2
buah arteri, umbilicalis dan 1 buah vena umbilicalis. Selain panjangnya tali
pusat yang terpenting lagi adalah insersi nya kepada plasenta, hal ini sering
menjadi masalah ketika insersi itu tidak pada tempatnya.

3)

Passage (jalan lahir)


Jalan lahir merupakan bagian keras yaitu tulang-tulang panggul
bagian lunak yaitu otot-otot panggul. Berdasarkan ciri-ciri bentuk panggul
dibagi menjadi :
a. ginekoid

panggul ideal wanita, arcus pubis

luas. Diameter sogitalis posterior hanya sedikit lebih


pendek dari diameter sagitalis anterior.
b. andrekoid

diameter sagitalis posterior jauh lebih

pendek dari pada diameter sagitalis anterior (panggul pria)


segmen anterior sempit dan berbentuk segitiga.
c. anthropoid

Diameter anteroposterior dari PAP

lebih besar dari diameter transversa hingga bentuk PAP


lonjong ke depan. Bentuk segmen anterior sempit dan
runcing.
d. platipolloid :

bentuk

ini

sebetulnya

panggul

dinekoid yang picak, diameter anteroposterior kecil,


diameter transversa biasa. Segmen anterior lebar, secrum
melengkung. (FK Unpad : 1985 : 41-42).
Ukuran panggul
a.

Ukuran PAP
Batas PAP adalah promontarium, sayap sacrum, lineainno, minata, ramus
superior, ossispubis dan pinggir atas symphisisi. Ada 3 ukuran :
Ukuran muka belakang
-

Diameter antara posterior

Konjungata vera (dari prementarium ke pinggir


atas symphisis, ukurannya 11 cm)

konjugata vera dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam mengukur


konjugata diagnonalis (cv=cd 1,5 cm)
ukuran melintang

ukuran terbesar antara linea innominata diambil tegak lurus pada


conjugate vera (12,5 cm)
ukuran serong
dari articulation sacro iliaca ke tubercolum pubicum dari belahan
panggul yang bertentangan (13 cm)
b.

Ukuran panggul tengah (bidang luas panggul)


Bidan terbentang antara pertengahan sympisisi, pertengahan acetubulum
dan pertemuan antara luas sacral II dan III.
Ukuran muka belakang

= 12,75 cm

Ukuran melintang

= 12,50 cm

c.

Bidang sempit panggul


Bidang ini setinggi pinggir bawah symphisis kedua spina ischiadikum
dan memotong secrum + 1-2 cm di atas ujung sacrum.
Ukuran muka belakang

= 11,5 cm

Ukuran melintang

= 10 cm

d.

Pintu bawah panggul


Ditentukan dengan mengukur jarak tuberoses ischium dan luar
perdagangan SBR dan pembukaan serviks. Besar pembukaan ditentukan
dengan cara memperkirakan diameter serviks.
-

Ukuran muka belakang (dari pinggir bawah


symphisis ke ujung sacrum = 11,5 cm)

Ukuran melintang (dari tuber ischiadicum kiri dan


kanan sebelah dalam = 10,5 cm)

Diameter sagitalis posterior (dari ujung sacrum ke


pertengahan ukuran melintang : 7,5 cm)

e.

Cerviks
Cerviks juga merupakan bagian dari jala lahr yang penting untuk sebuah
proses kelahiran. Suat persalinan akan dimulai jika ada tanda-tanda
pendataran dan pembukaan cerviks. Ada tiga komponen cerviks secara
structural yaitu kolagen, otot polos, dan jaringan ikat atau substansi
dasar lainnya. Otot polos pada daerah cerviks memang jauh lebih sedikit

daripada di daerah fundus. Struktur yang seperti ini yang menguntungkan


dan menyebabkan terjadinya penipisan dan pembukaan cerviks saat ada
kontraksi dari fundus uteri. Saat terjadi pelunakan, pendataran dan
pembukaan cerviks yang terjadi adaah perubahan pada serabut-serabut
kolagen dan jaringan ikat, serta perubahan relative pada jumlah substansi
dasarnya.
4)

Psikis
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin meliputi :
Kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri dari
1. B endosphin

3. Cartisol

2. Adenocus tricotropin

4. Epinephrin

Hormon hormon tersebut mempengaruhi otot-otot halus uterus yang


dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga menimbulkan
distosia.
Kecemasan
Persalinan

1. Peningkatan bendharpin
2. Adenous tricotropin
3. Cortisol
4. Epinephrin

Pembukaan serviks
Lambat
Otot halus uterus terganggu
Kontraksi
Uterus melemah
Gambar 2.3.4.1 Siklus pengaruh kecemasan pada kemajuan
persalinan

Kegelisahan/ketakutan dan respon endokrin akan mengakibatkan


1. Retensi Na
2. Ekskresi K
3. Penurunan glukosa
Sehingga

dapat

mempengaruhi

sekresi

epinefrin

dan

dapat

menghambat aktivitas miometrium.


Ketakutan
Persalinan lama

Menimbulkan:
1. Retensi Na
2. Ekskresi K
3. Penurunan glukosa

Pembukaan serviks
lambat
Kontraksi uterus

menghambat aktivitas

lemah

miometrium

Gambar 2.3.4.2 Siklus pengaruh ketakutan pada kemajuan persalinan


5)

Penolong
Peran penolong selama proses persalinan memberikan pengaruh
pada ibu yang bersalin untuk melayani proses persalinan dengan sebaikbaiknya. (Manuaba : 1998).

2.1.6

Tanda-tanda Persalinan

1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.

2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :


Pengeluaran lendir
Lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah
4. Dijumpai perubahan serviks
Perlunakan serviks
Pendataran serviks
Pembukaan serviks
2.1.7

Mekanisme Persalinan
1. Engagement
Ketika diameter biparietalis melewati PAP : masuknya kepala kedalam
PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan flexi ringan.
Masuknya kepala kedalam PAP pada primigravida. Sudah terjadi pada
bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru
terjadi pada permulaan persalinan. Penurunan bagian terendah janin ke
dalam rongga panggu ini akan dirasakan ibu sebagai Lightening
2. Desent (penurunan)
Penurunan ini diakibatkan oleh tekanan cairan intra uterine, tekanan
langsung oleh fundus pada bokong saat ada kontraksi, usaha mengejan
yang menggunakan otot-otot abdomen, ekstensi dan pelurusan badan
janin.
3. Flexion
Dengan majunya kepala biasanya juga flexi bertambah hingga UUK jelas
lebih rendah dari UUB. Keuntungan dari bertambahnya flexi ialah bahwa
ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir. Diameter sub occipito
frontalis (11 cm). flexi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tekanan dari pintu atas panggul serviks, dinding
panggul atau dasar panggul.
4. Putaran paksi dalam
Yang dimaksud adalah putaran dari bagian depan sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan bawah sumphisis. Pada
presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah bagian UUK
dan bagian ini yang melakukan putaran ke depan ke bawah symphisis

putaran paksi dalam mutlak untuk melahirkan kepala karena merupakan


usaha menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir. Putaran
paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai hudge III. Kadang-kadang baru setelah kepala
sampai di dasar panggul, sebab-sebab putaran paksi dalam :
1. Pada letak flexi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
kepala.
2. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah dalam atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m
levator ani kiri dan kanan.
3. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter antara
posterior.
5. Extention
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul
terjadilah ekstansi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan
lahir pada pintu bawah pangul mengarah ke depan dan ke atas. Sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi
ekstensi kepala akan tertekan pada perineum dan menembusnya pada
kepala bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Result efeknya ialah kekuatan ke arah depan atas. Setelah sub occiput
tertahan pada pinggir bawah symphisis maka yang dapat maju karena
kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan sub occiput,
maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar,
dahi, hidung, mulut dan akhirnya dengan dagu gerakan akstensi.
6. External Rotation
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran
balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga ke belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak (disisi kiri). Gerakan yang
terakhir ini adalah putaran faksi luar yang sebenarnya dan disebabkan

karena ukuran bahu luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran
bahu (diameter bisa cramial menempatkan diri dalam diameter antero
posterior dari pintu bawah panggul).
7. Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphisis
dan menjadi hipomocclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian
bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah g
paksi jalan lahir.
2.1.8

Tahapan Persalinan

1) Kala I (Kata Pembukaan)


Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya placenta secara lengkap ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
-

Tanda dan gejala inpartu meliputi :


1. Penipisan dan pembukaan serviks
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
3. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina

Fase-fase dalam kala I persalinan :


Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). kala I persalinan dimulai sejak
kontraksi. Kala I persalinan dibagi menjadi 2 fase yaitu :
1) Fase laten
a. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan secara bertahap.
b. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
c. Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam
d. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara 20-30
detik.

2) Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
a. Fase akselarasi (fase percepatan)
Dari pembukaan 3 cm 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
b. Fase kemajuan maksimal
Dari pembukaan 4 cm 9 cm yang dicapai dalam 2 jam
c. Fase deselerasi
Dari pembukaan 9 cm 10 cm selama 2 jam
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 8 jam.
2) Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
sebagian kala pengeluaran bayi.
Gejala dan tanda kala II persalinan yaitu :
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
3. Perineum menonjol
4. Vulva dan vagina, spingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang
hasilnya adalah :
1. Pembukaan serviks telah lengkap
2. Terlihatnya bagian kepala bayi.
Pada saat kepala janin tampak dalam vulva, seorang penolong
persalinan harus menahan perineum dengan kain sedangkan tangan
satunya menahan keluarnya kepala supaya tidak terjadi expulsi
berlebihan. Dengan adanya his dan kekuatan mengejan yang baik,

maximal kepala janin dilahirkan dengan sub uccipito dibawah


symphisis. Kemudian dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat his muncul lagi untuk mengeluarkan tubuh bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 2 jam
sedangkan pada multigravida kira-kira 1 jam.
3) Kala III (Pengeluaran uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban pada kala III persalinan,
otot miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena perlekatan menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
melipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
plasenta lepas, maka plasenta dalam akan turun ke bagian bawah atau
kedalam vagina bersamaan dengan adanya his.
- Tanda-tanda lepasnya plasenta
*Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan TFU biasanya dibawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah uterus
berbentuk segitiga seperti buah pear/alpukat dan fundus diatas
pusat.
*Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur ke luar vagina (tanda Ahfeld)
* Semburan darah mendadak dan singkat
kala III maximal 30 menit (biasanya 15 menit)

4) Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2
jam setelah itu :
Pada kala IV dilakukan observasi sebagai berikut :
1. Tanda-tanda vital ibu
2. Pemeriksaan perdarahan pada ibu
3. Pemantauan kontraksi uterus
4. Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan
Perdarahan pada ibu dianggap normal jika < 500 cc
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :
Kala I

Primi
13 jam

Multi
7 jam

Kala II

1 jam

jam

Kala III

jam

jam

Lama Persalinan

14 jam

7 jam

Tambahan pemantauan pada kala I pada persalinan normal


Parameter
Suhu badan

Fase Laten
Setiap 4 jam

Fase Aktif
Setiap 24 jam

Tekanan darah

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

Nadi

Setiap 30-60 menit

Setiap 30-60 menit

Djj

Setiap 1 jam

Setiap 30 jam

Kontraksi

Setiap 1 jam

Setiap 30 jam

Pembukaan serviks

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

Penurunan

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

2.1.9

Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat pelaksanaan. Partograf
dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif0. partograf dimulai atau dibuat
untuk setiap ibu bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut
normal atau dengan komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan.
Hal-hal yang dicatat mengenai kondisi ibu dan janin adalah sebagai berikut :
(1) Denyut jantung janin
Dinilai setiap 30 menit sampai 1 jam. Mulai waspada apabila djj
mengarah hingga dibawah 120 atau di atas 160 x/mnt.
(2) Air ketuban
Nilai warna ketuban jika selaput ketuban
U

: selaput ketuban utuh

: selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih

: selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur meconium

: selaput ketuban pecah dan air ketuban bernada darah

: tidak ada cairan ketuban atau kering

(3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau mulase)


Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.

Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih, antara tulang


kepala, semakin menunjukkan resiko disproporsi kepala panggul atau
cephalo pelvic disproporsion (CPD).
Lambang dalam partograf :
O : tulang kepala janin terpisah, sutura masih mudah dipalpasi
1 : tulang kepala janin bersentuhan
2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang kepala janin saling tindih dan tidak dapat dipisahkan.
(4) Pembukaan mulut rahim (serviks)
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x) digaris waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
(5) Penurunan bagian terbawah janin
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen) atau pemeriksaan luar di atas ymphisis pubis.
Catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi 0/5 sinsiput (s) atau paruh atas kepala berada di symphisis pubis.

(6) Waktu
Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima. Jam, catat sesuai angka lajur pembukaan digaris waspada.
(7) Kontraksi
Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghilangkan
banyaknya kontraksi dalam hitungan detik.
: kontraksi lamanya kurang dari 20 detik
: kontraksi lamanya 20-40 detik
: kontraksi lamanya lebih dari 40 detik
(8) Oksitosin
Jika memakai oksitosin, catat banyaknya oksitosin per volume cairan
infuse dan dalam tetesan per menit.
(9) Obat-obatan yang diberikan
(10) Nadi
Catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (.)
(11)

Tekanan darah

Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah


(12)

Suhu badan

Catat setiap 2 jam


(13)

Protein, aseton dan volume urine

Catat setiap kali ibu berkemih


Partograf harus digunakan setiap :
1. Untuk semua ibu dalam kala I bersalin fase aktif sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan baik ada atau tak ada
penyulit.

Partograf

akan

membantu

penolong

dalam

memantau

mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan maupun


dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik, bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
pada ibu selama persalinan dan kelahiran.

Penggunaan partograf yang rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapat asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama fase aktif persalinan :
A. Informasi tentang ibu
1. Nama, umur
2. Grafida, para, abortus
3. No catatan medis
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat
5. Waktu pecahnya ketuban
B. Kondisi janin
1. DJJ
2. Warna dan adanya air ketuban
3. Moulage kepala janin
C. Kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
D. Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
2. Waktu actual soal pmx atau penilaian
E. Kontraksi uterus
1. Frekuensi dan lamanya
F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1. Oksitosin
2. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
G. Kondisi ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Urine
H. Asuhan pengamatan dan keputusan lainnya

Mencatat temuan pada partograf


A. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian atas partograf secara teliti saat memulai asuhan persalinan.
B. Kesehatan dan kenyamanan bayi
1. Djj
Setiap kotak pada bagian ini menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan djj. Hubungan titik 1 dengan
lainnya dengan garis tidak terputus.
2. Warna dan adanya
Catat temuan. Temuan pada kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan
lambang berikut :
U : ketuban utuh
J : ketuban sudah pecah, jernih
M : ketuban sudah pecah, air ketuban bercampur mecanium
D : ketuban sudah pecah, bercampur darah
K : ketuban sudah pecah, air ketuban kering
3. Moulage
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilailah penyusupan kepala
janin. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
O

: tulang-tulang kepala janin terpisah

: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

: tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih tapi masih dapat


dipisahkan.

: tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih dan tidak dapat


dipisahkan.

C. Kemajuan persalinan
Angka 1 10 yang tertera disamping kiri kolom menunjukkan besarnya
dilatasi serviks. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30
menit.
1. Perubahan serviks
2. Penurunan bagian terendah janin
3. Garis waspada dan garis bertindak

D. Jam dan waktu


1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera
kotak-kotak yang diberi angka 1-16.
2. Waktu actual soal pmx atau penilaian
E. Kontraksi Uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 kotak dengan tulisan kontraksi per
10 menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi.
F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1. Oksitosin
Jika tetesan oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV dan dalam
satuan tetesan/menit.
2. Obat-obatan lain dan cairan IV
G. Kesehatan dan kenyamanan ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Volume urine, protein atau aseton
H. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik, mencakup :
1. Jumlah cairan per oral
2. Ketuban sakit kepala
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan
5. Upaya rujukan

2.2

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Pengkajian
Tanggal :

jam :

oleh :

I. Data subyektif
1.1 Identitas (MKB tanggal)
-

Nama ibu

nama suami :

Menurut Christina, 1993 : 4. Nama penderita dan suaminya ditanyakan


untuk mengenal dan memanggil penderita supaya tidak keliru dengan
penderita yang lain.
-

Umur ibu

Umur suami :

Menurut Christina, 1993 : 84, kehamilan yang pertama kali dengan baik
antara 19-35 tahun, dengan otot masih bersifat sangat elastis dan mudah
diregang. Tetapi menurut pengalaman, penderita umur 2535 tahun masih
mudah untuk melahirkan jadi melahirkan tidak saja umur 19-25 tahun,
primitua dikatakan mulai 35 tahun.
-

Agama
Menurut Depkes RI, 1995 : 14 dinyatakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama
pasien

akan

memudahkan

bidan

melakukan

pendekatan

dialam

melaksanakan asuhan kebidanan.


-

Suhu/bangsa
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi
kesehatan klien.

Pendidikan
Menurut Depkes RI, 1995 : 14 untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
atau taraf kemampuan berpikir ibu. Sehingga bidan bisa menyampaikan
penyuluhan KIE pada pasien dengan lebih mudah.

Pekerjaan
Menurut Christina, 1993 : 85 yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu
sendiri untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi
penderita agar nasehat yang diberikan sesuai.

Penghasilan
Untuk mengetahui keadaan ekonomi, status ekonomi yang mempengaruhi
perilaku kesehatan klien.

Alamat
Menurut Christina, 1993 : 84, untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan
diperlukan bila mengadakan kunjungan rumah (home care/home visit ke
ibu)

Tetapan
Untuk memudahkan dalam berkomunikasi

1.2 Keluhan utama


Menurut Vicky Chapman, 2006 : 25
1. Ketuban pecah spontan
2. Tekanan rectum, sensasi ingin defekasi selama kontraksi
3. Muntah
4. Bercak atau keluar cairan merah dari vagina
5. Garis ungu memanjang dari anus, mencapai bokong (Hobbs, 1998)
6. Perlambatan DJJ pada puncak kontraksi
Secara umum berikut contoh keluhan yang biasa dialami :
1. Ibu merasakan kontraksi yang semakin lama semakin sering dan bertahan
lama.
2. Ibu merasakan nyeri yang melingkar dari punggung memancar ke perut
bagian depan
3. Keluarnya lendir bercampur berdarah dari jalan lahir
4. Kelaurnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir jika
ketuban sudah pecah (Obstetri fisiologi, 1982 : 258)
1.3 Riwayat menstruasi
Menarche
-

Menurut Rustam Mochtar, 1998 : 86, menarche terjadi pada usia pubertas
yaitu 12-16 tahun

Siklus haid
MENURUT Sarwono, 1999 : 103. panjang siklus haid yang biasa pada
wanita ialah 25-32 hari.

Lama haid
Menurut Salmah, 2006 : 19, lama haid biasanya berlangsung selama 3-5
hari.

Teratur/tidak

Banyaknya

Sifat darah
Menurut FK UNPAD, 1983 : 78. darah haid berwarna merah, encer, tidak
membeku, terkadang membeku jika banyak.

Dismenorhoe

Fluor albus
Sedikit/sedang/banyak, tidak gatal, tidak bau, warna (putih, keruh,
bening), kekentalan (kental, encer).

HPHT
Menurut Pusdiknas 1993 : 63. bila hari pertama haid terakhir diketahui
maka dapat memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.
Ditanyakan untuk mengetahui umur ketika Milan dan menentukan TPL
dan rumus Nagel (hari + 7, bulan 3, tahun + 1)

1.4 Riwayat obstetri yang lalu


1.5 Riwayat kehamilan ini
Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan ke dan
uk.minggu. keluhan pada trimester I., trimester II.., trimester III,
klien kontrol kehamilan (ANC) di ,kali. Pergerakan anak pertama
kali pada Uk minggu, dan gerak janin terakhir pada jam .imunisasi TT
sebanyak . Kali, status emosional , HE yang sudah didapat

1.6 Riwayat kesehatan klien


1.6.1

Jantung
Menurut Sarwono, 2005. 431-432, tanda dan gejala adanya penyakit
jantung yang berat (Dekompensasi kordis) yaitu bising diastalik,
peristaltik, bising jantung terus-menerus, kordiomegali, aritmia berat,
bising jantung nyaring terutama bisa disertai thrill.

1.6.2

Diabetes
Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah 3P yaitu
polydipsia, polyphagia dan polyuria.

1.6.3

Asma
Menurut Sarwono, 2005 : 490. gejala asma biasanya penderita
mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak dan batuk-batuk.

1.6.4

TBC
Menurut Sarwono, 2005 : 491. tanda dan gejala penyakit TBC adalah
batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang,
berat badan menurun, kadang-kadang batuk darah dan sakit di dada.

1.6.5

Hepatitis
Menurut Sarwono, 2005 : 503. hepatitis venis dapat terjadi pada setiap
kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu.

1.6.6

Ginjal
Menurut Rostam Mochtar, 1998 : 164-169. ditandai dengan fatigue,
gagal tumbuh, pucat, lidah kering, plyun, hipertensi, proteinun,
nokturia.

1.6.7

Hypertensi
Menurut Manuaba, 1998 : 273-274. hypertensi dibagi menjadi dua
yaitu hipertensi essensial dan hipertensi ganas. Hipertensi essensial
jika tekanan darah 140/90 160/100. hipertensi TD systole > 200
mmHg.

1.6.8

Gemelly
Menurut manuaba, 1998 : 72, gemeli juga dipengaruhi faktor
keturunan selain bangsa, umur dan paritas.

1.7 Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga


1.7.1

Jantung

1.7.5 Hypertensi :

1.7.2

DM

1.7.6 TBC

1.7.3

Asma

1.7.7 Ginjal

1.7.4

Hipertensi :

1.7.8 Gemelly

2. Data Obyektif
2.1 Pemeriksaan Umum
2.1.1 Keadaan umum

: baik/jelek

2.1.2 Kesadaran

: composmentis

yakni

dengan

sadar

dapat

menjawab semua pertanyaan petugas.


2.1.3 Tanda-tanda vital :
2.1.3.1 Tekanan darah : normal antara 100/60, 140/90 mmHg
(Chapman, 2006 : 39)
2.1.3.2 Nadi

: menurut Depkes RI, 1994 : 11, nadi


normal antara 80-110 x/mnt

2.1.3.3 Suhu

: Normal suhu antara 360C 370C

2.1.3.4 RR

: Menurut Robert Priharjo, 1996 : 76


pernafasan normal antara 18-24 x/menit

2.1.4 Pengukuran
2.1.4.1 Berat badan
Menurut salmah, dkk, 2006. peningkatan BB normal total
selama kehamilan adalah 12,5 kg. atau kita bisa hitung dengan
menggunakan BMI
2.1.4.2 Tinggi badan
Menurut Depkes RI, 1994 : 10. Ibu hamil dengan tinggi badan
< 145 cm, kemungkinan mempunyai panggul sempit.
2.1.4.3 Lingkar lengan atas
Menurut Depkes RI, 1994 : 10 : LILA yang kurang dari 23,5
cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang.

2.2 Pemeriksaan fisik


2.2.1 Inspeksi
2.2.1.1 Rambut
Menurut Depkes RI, 2000 : 10. rambut yang normal tidak
mudah dicabut. Apabila mudah dicabut menandakan kurang gizi
atau kelainan tertentu.
2.2.1.2 Muka
Menurut Depkes RI, 2009 : 12
Oedema

: tidak ada

conjungtiva

: merah muda

Pucat

: tidak ada

sclera

: putih

2.2.1.3 Mulut
bibir

: tidak pucat

caries

: tidak ada

2.2.1.4 Leher
Menurut Manuaba, 1998 : 140
Pembesaran kelenjar tyroid

: tidak ada

Pembesaran kelenjar limfe

: tidak ada

Pembesaran vena jugularis

: tidak ada

2.2.1.5 Dada
Menurut Manuaba, 1998 : 103. Paydara normal saat hamil
areola hiperpigmentasi, bentuk simetris, colostrums ada/tidak
Menurut Ksarwono, 2005 : 95, hamil 12 minggu ke atas keluar
colostrums yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai
berekskresi.
2.2.1.6 Abdomen
Menurut Sarwono 2005 : 97-98.
Linea alba

: ada

Striae livide : ada / tidak ada


Striae albican : ada / tidak ada
Bekas operasi : ada / tidak ada
2.2.1.7 Genetalia
oedema : tidak

bartholinitis

: tidak

varices : tidak

pembesaran kelenjar skene : tidak

Menurut Sarwono, 1999 : 24-25, adanya hipervaskulonisasi


mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan agak
kebiruan,

tanda

Chadwick.

Pada

wanita

hamil

sering

mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Keadaan ini


dalam batas normal (tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal).
2.2.1.8 Anus
Haemorroid, tidak ada
Menurut Sarwono, 2005 : 502, wasir (haemorroid) dalam
kehamilan terjadi pelebaran vena haemorroidalis interna dan
pleksus hommorroidalis eksternal karena terdapatnya konstipasi
dan pembesaran uterus.
2.2.1.9 Ekstrimitas
Atas = simetris = ya, oedema = tidak, varices, tidak
Bawah = simetris, ya, oedema = tidak varices = tidak
Menurut Manuaba, 1998 : 208, varices merupakan pembesaran
dan pelebaran pembuluh darah yang sering dijumpai pada ibu
hamil di sekitar vulva, vaina, paha, tungkai bawah. Menurut
Pusdiknas, 2000 : 3738. oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi
vena terganggu akibat terkena uterus yang membesar pada
vena-vena panggul
2.2.2 Palpasi
2.2.2.1 Leher
Ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan bendungan
vena jugularis.
2.2.2.2 Dada
Ada massa atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak

2.2.2.3 Abdomen
1. Leopold I : menurut Rustam Mochtar, 1998 : 52
Menurut sielberg (untuk mengetahui TFU)
Umur Kehamilan
22 - 28 minggu

Tinggi fundus uteri


24-25 cm diatas symphisis

28 minggu

26,7 cm diatas symphisis

30 minggu

29,5-30 cm diatas symphisis

32 minggu

29,5-30 cm diatas symphisis

34 minggu

31 cm di atas symphisis

36 minggu

82 cm di atas symphisis

38 minggu

33 cm di atas symphisis

40 minggu

37,7 cm di atas symphisis

Selain mengetahui TFU, Leopold I juga untuk mengetahui


bagian apa yang ada di fundus. Pada letak membujur pada
fundus, teraba lunak tidak bulat dan tidak melintang.
2. Leopold II :
Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian apa yang ada
disamping kiri dan kanan uterus ibu.
Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang
teraba bagian keras, memanjang seperti papan dan sisi yang
berlawanan teraba bagian kecil janin. Dan banyak lagi
kemungkinan perabaan pada letak yang lain.
3. Leopold III :
Menentukan bagian terendah janin dan apakah bagian
terendah tersebut sudah masuk PAP atau belum (Posisi
tangan petugas konvergen, divergen atau sejajar)
4. Leopold IV :
Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk pintu
atas pinggul
Menurut WHO, penurunan bagian terendah/terbawah dengan
metode lima jari (perlimaan)

(buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal, 2002 : N-10)

Periksa luar

Periksa dalam

Keterangan
Kepala di atas pintu atas
panggul,

mudah

digerakkan
Sulit digerakkan : bagian
HT H II

terbesar

belum

masuk

panggul
Bagian terbesar kepala
H II H III

sudah masuk panggul


Bagian terbesar kepala

H III +

sudah masuk panggul


Kepala berada di dasar

H III H IV

panggul
Kepala sudah berada di

H IV

perineum

TBJ : Rumus Johnson Tousak


BB : (MO 12) x 155 gram
BB : Berat badan janin
MD : Jarak symphisis fundus uteri

2.2.3 Auskultasi
Menurut Salmah dkk, 2006. Denyut jantung janin harus diantara
110-160 x/menit. Sedangkan menurut www. Portalkalbefiles-cdk.
Normal denyut jantung janin adalah 120-180 x/menit.

2.2.4 Perkusi
Reflek patella +/+
Menurut Depkes RI, 2000 : 20, dianggap normal jika tungkai bawah
akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Menurut pusdiknakes,
1993 : 68, bila refleks patella negatif, kemungkinan pasien kekurangan
vitamin B1. Pemeriksaan ini akan sangat berguna jika menghadapi
pasien dengan preeklamsia atau eklamsi. Karena reflek patella akan
digunakan untuk syrat pemberian terapi SM.
2.2.5 Pemeriksaan dalam (VT)
Untuk

mengetahui

kemajuan

persalinan

dengan

melakukan

pemeriksaan langsung pada jalan lahir.


Tanggal :

jam :

oleh :

1. adakah kelainan pada dinding vagiana, elastisitas perineum


2. Pembukaan : 110 cm (evoluasi tiap 4 jam)
* Pada primigravida, pembukaan pada fase laten 1 cm/jam
* Pada multigravida, pembukaan pada fase laten 2 cm/jam
3. penipisan / effacement
4. Ketuban : utuh (u) / sudah pecah , jika sudah keruh atau jernih
5. Presentasi : kepala
6. Denominator : UUK depan
7. adakah bagian kecil di sekeliling bagian terendah (presentasi ganda)
8. Hodge : I II
3. Assesment
3.1 Diagnosa
G PAPIAH, usia kehamilan, hidup, tunggal, letak, intrauterine, keadaan jalan
lahir kesan baik, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I atau kala II.
3.2 Masalah
3.3 Diagnosa potensial : tidak ada
3.4 Masalah potensial : tidak ada

4. Planning
4.1 Kala I
4.1.1 Fase laten
4.1.1.1 Tujuan
Untuk mengetahui batas waktu normal pembukaan 0 sampai 4,
normalnya pada primipara, 12 jam dan pada multipara 8 jam
(asuhan persalinan normal, 2007).
4.1.1.2 Kriteria Hasil
1. Fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam kontraksi
mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-40 detik atau
lebih dari 40 detik.
(asuhan persalinan normal, 2007)
2. Keadaan ibu
ku

: baik

kesadaran

: composmentis

TD

: 110/70 120/80 mmHg

RR

: 16-24 kali per menit

Suhu

: 360 370C

Nadi

: 76-88 x/menit

Pembukaan : 1-4 cm
3. Keadaan bayi
DJJ normal : 110 x/mnt
Terjadi penurunan kepala janin, tidak terjadi moulage.

4.1.1.3 Rencana Kala I fase laten


1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien keluarga
R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang
diberikan.

2. Jaga privasi ibu dengan menutup tirai tidak menghadirkan


orang tanpa setahu ibu dan membuka bagian tubuh ibu
seperlunya.
R/ Memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dapat
mempercepat proses persalinan.
3. Bantu ibu mengatasi kecemasannya dengan memberi
dukungan dan mengajari ibu untuk menarik nafas panjang
saat ada kontraksi.
R/ Nafas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan
tidak kaku dalam menjalani persalinan.
4. Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau posisi-posisi nyaman
R/ Posisi miring ke kiri mencegah tertekannya vena
cavainferior sehingga memperlancar sirkulasi darah ibu.
5. Penuhi kebutuhan makan dan minum
R/ Memenuhi kebutuhan fisik ibu memberikan tenaga pada
ibu.
6. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan sedikitnya 2 jam.
R/ Kandung kemih penuh dapat menghalai penurunan kepala
janin.
7. Sarankan ibu untuk berjalan-jalan di area
R/ Dengan

mobilisasi

dapat

membantu

mempercepat

penurunan bagian terendah janin dan mengurangi nyeri


dan cemas pada ibu.
8. Lakukan observasi fase laten di lembar observasi
Tekanan darah setiap 4 jam, suhu badan tiap 2 jam, nadi
setiap 30-60 menit, DJJ setiap 1 jam, kontraksi setiap 1 jam,
pembukaan serviks setiap 4 jam, penurunan setiap 4 jam.
R/ Kemajuan persalinan pada fase laten ditulis dilembar
observasi sehingga diketahui perkembangan kondisi ibu
dan janin.
4.1.2 Fase aktif

4.1.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui batasan waktu normal pembukaan 4 sampai
lengkap.
4.1.2.2 Kriteria hasil
1. Fase aktif akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multigravida) dan terjadi penurunan bagian terendah janin.
(Asuhan Persalinan Normal, 2007)
2. Keadaan ibu
ku

: baik

kesadaran

: composmentis

Tekanan Darah

: 110/70 120/80 mmHg

Respiration Rate : 16-24 kali per menit


Suhu

: 360 370C

Nadi

: 76-88 x/menit

Pembukaan

: 4-10 cm

3. Keadaan bayi
DJJ normal : 110 160 x/mnt
Terjadi penurunan kepala janin, tidak terjadi moulage.
4.1.2.3 Rencana kala I Fase aktif
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga
R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang
diberikan.
2. Jaga privasi ibu dengan menutup tirai tidak menghadirkan
orang tanpa setahu, membuka seperlunya.
R/ Memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dapat
mempercepat proses persalinan.
3. Bantu ibu mengatasi kecemasannya dengan memberi
dukungan dan mengajari ibu untuk menarik nafas panjang
saat ada kontraksi.
R/ Nafas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan
tidak kaku dalam menjalani persalinan.

4. Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau posisi yang nyaman


R/ Posisi miring ke kiri mencegah tertekannya VCI sehingga
sirkulasi darah ibu lancar.
5. Penuhi kebutuhan makan, minum dan support
R/ Memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu memberikan
rasa aman dan nyaman ibu.
6. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan minimal 2 jam.
R/ Blost penuh menghalagi penurunan kepala janin.
7. Siapkan portus set dan obat-obatan yang diperlukan.
R/ Kelengkapan dan kesiapan alat-alat persalinan dapat
mengurangi keteledoran yang dapat terjadi.
8. Observasi fase aktif di partograf
Tekanan darah setiap 4 jam, suhu badan tiap 2 jam, nadi
setiap 30-60 menit, DJJ setiap 30 menit, kontraksi tiap 30
menit, pembukaan serviks setiap 4 jam, penurunan setiap 4
jam.
R/ Dengan menggunakan partograf, kemajuan persalinan
dapat diketahui sesegera mungkin serta menghindari
adanya keterlambatan merujuk.
9. Libatkan keluarga atau suami dalam proses persalinan
R/ Asuhan sayang ibu dalam melibatkan keluarga dapat
memberikan rasa aman dan nyaman sehingga persalinan
lancar.
10. Apabila pembukaan lengkap dan tanda gejala kala II muncul
sediakan alat, keluarga dan diri, kemudian segera pmpin
persalinan.
R/ Pimpinan persalinan yang benar akan mempercepat proses
persalinan dan mengurangi komplikasi yang terjadi.
4.2 Kala II
4.2.1 Tujuan

Proses dimulai dari mengejan pada pembukaan lengkap sampai baik


lahir tidak boleh lebih dari 1 jam (multi) dan 2 jam (primi).
4.2.2 Kriteria Hasil
Lama persalinan kurang dari 1 jam (multi) dan 2 jam (primi). Bayi lahir
spontan belakang kepala, keadaan ibu dan bayi baik.
- Keadaan ibu
TTV = TD
S

: 110/60 140/90 mmHg

RR : 16-24 x/menit

: 360C 370C

N : 55-90 reguler/mnt

Kontraksi : his adekuat (+ 3 x dalam 10 menit) lama 40-60 detik.


- Keadaan janin
A5 = 7-10
1. Bunyi jantung > 100 x/menit
2. Usaha bernafas spontan dan menangis 30 detik setelah lahir
3. Tonus otot pergerakan aktif
4. Reflek muro : baik, reflek menghisap, baik
5. Warna seluruh badan merah muda.
4.2.3 Rencana Kala II
1.

Jelaskan hasil periksaan kepada ibu.


R/ Informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan.

2.

Pimpin persalinan saat ada his, maksimal selama 2 jam pembukaan


lengkap
R/ Pada primipara kala II harus berlangsung maksimal 2 jam.

3.

Berikan dukungan dan dampingi ibu


R/ Dengan dukungan dan pendamping, ibu merasa lebih aman
dan nyaman sehingga mempercepat persalinan.

4.

Berikan ibu minum manis/asupan diantara 2 his


R/ Menegah dehidrasi, dan memberikan tambahan energi

5.

Anjurkan pada ibu cara meneran yang baik dan efisien, mengikuti
dorongan alamiah
R/ Cara meneran yang baik memperlancar proses persalinan

6.

Anjurkan pada ibu posisi yang nyaman untuk meneran

R/ Posisi yang nyaman dan benar dapat memperlancar proses


persalinan
7.

Anjurkan ibu untuk beristirahat / relaksasi sat tidak ada his


R/ Dengan teknik relaksasi yang benar dapat menghemat tenaga
ibu

8.

Observasi DJJ dan his

4.2.4 Langkah langkah memimpin persalinan


1. Setelah pembukaan lengkap, kepala janin terlihat 4-5 cm membuka
vulva, letakkan handuk kering pada perut ibu, melipat 1/3 bagian dan
meletakkannya di bawah bokong ibu.
2. Penolong membuka partus set dan memakai sarung tangan DTT
pada kedua tangan.
3. Saat sub occiput tampak dibawah symphisis, tangan kanan
melindungi perineum dengan di atas lipatan kain dibawah bokong
ibu. Sementara tangan kiri menahan puncak kepala bayi agar tidak
terjadi defleksi yang terlalu cepat.
4. Saat

kepala

lahir

dan

mengusap

kasa/kain

bersih

untuk

membersihkan muka bayi, kemudian memeriksa adanya lilitan tali


pusat pada leher bayi (jika ketuban keruh), kemudian cek adanya
lilitan tali pusat pada leher janin. kemudian menunggu hingga kepala
melakukan putar paksi luar secara spontan.
5. Kepala bayi menghadap kepaha ibu, kepala dipegang secara
biparietal kemudian ditarik cunam ke bawah untuk melahirkan bahu
depan dan gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga
bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
6. Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior), kearah
perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan
tersebut.
7. Saat badan dan lengan lahir kemudian tangan kiri menelusuri
punggung ke arah bokong dan tungkai bawah bayi dengan selipkan
jari telunjuk tangan kiri diantara lutut bayi.

8. Setelah badan bayi lahir seluruhnya, lakukan peilaian dengan cepat


apakah bayi menangis spontan dan warna kullitnya. letakkan bayi di
atas perut ibu dengan depan kepala lebih rendah, bayi dikeringkan
dan dibungkus kecuali bagian tali pusat.
9. cek fundus ibu, pastikan tidak ada janin ke dua. Kemudian beri tahu
ibu abahwa ia akan disuntik. Injeksikan oksitosin 10 IU secara IM ke
1/3 paha sebelah luar.
9. Klem tali pusat 2 cm dari umbilicus bayi dan dari titik penjepitan,
tekan tali pusat dengan 2 cm kemudian dorong. Isi tali pusat ke arah
ibu (agar tidakterpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat).
Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan
pertama pada sisi atau mengarah pada ibu. Pegang tali pusat diantara
kedua klem tersebut dan satu tangan menjadi pelindung dari kulit
bayi tangan lian memotong tali pusat. Ikat tali pusat dengan tali atau
dengan klem tali pusat.
10. Ganti handuk basah dengan kain/selimut kering dan bersih. Dan
letakkan bayi dengan posisi tengkurap. Perut bayi menempel pada
perut ibu. Lakukan IMD
11. Lakukan penilaian APGAR Score dan timbang BB serta ukur BB
bayi.
4.3 Kala III
4.3.1 Tujuan
Untuk menghasilkan kontraksi yang efektif saat placenta lahir, sehingga
dapat memperpendek waktu pada kala III dan mengurangi perdarahan
dalam waktu 30 menit.
4.3.2 Kriteria hasil
1. Plasenta lahir lengkap tidak lebih dari 30 menit
2. Kontraksi uterus baik, keras (glabuler)
3. Jumlah perdarahan < 500 cc
4. TTV

: N

: Normal

: 80-110 x/menit

: Normal

: 360-370C

RR

: Normal

: 16-24 x/menit

TD

: Normal

: 110/70 140/90 mmHg

4.3.3 Rencana kala III


- Lakukan manajemen aktif kala III meliputi :
Berikan oksitosin 10 IU IM 2 menit setelah bayi lahir. Lakukan
penegangan tali pusat terkendali.
1. Pindahkan klem kedua yang telah dijepit apda waktu kala II pada
tali pusat kira-kira 5-10 cm dan vulva.
2. Letakkan tangan yang lain apda abdomen ibu tepat di atas tulang
pubis, ini bertujuan untuk meraba kontraksi uterus. Menahan
uterus pada saat PTT. Setelah ada kontraksi yang kuat, tegangkan
tali pusat lalu tangan kiri menekan korpus uteri ke arah dorso
kranial. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari inversion
uteri.
3. Bila placenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi kuat kirakira 2-3 menit.
4. Pada saat uterus berkontraksi, uterus mulai menjadi bulat dan tali
pusat bertambah panjang, tegangkan kembali tali pusat kearah
bawah dengan hati-hati bersamaan dengan itu lakukan penekanan
uterus ke arah dorsokranial hingga plasenta lepas dari
implantasinya.
5. Setelah plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran sedikit dan
tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah. Kemudian ke atas
hingga plasenta tampak pada vulva kira-kira separuh, kemudian
pegang dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum
jam sehingga selaput plasenta terpilih.
6. Tangan kanan memeriksa plasenta dan tangan kiri memasase
perut ibu.
7. Setelah plasenta lahir, memeriksa kontraksi uterus
8. Lakukan penjahitan apabila terdapat robekan jalan lahir
9. Masase perut ibu dan ajarkan ibu serta keluarga teknik masase.
10. Mengukur darah yang dikeluarkan dan bersihkan ibu.

11. Buang alat-alat bekas pakai dan masukkan dalam larutan klorin
0,5 %
12. Bereskan alat-alat kedalam tempat yang disediakan
4.4 Kala IV
4.4.1 Tujuan
Setelah 2 jam post partum tidak terjadi komplikasi.
4.4.2 Kriteria Hasil
1. Perdarahan < 500 cc
2. Kontraksi keras
3. TFU 1-2 jari dibawah pusat
4. TTV

: N

: 76-80 x/menit

: 360-370C

RR

: 16-24 x/menit

TD

: 110/70 140/90 mmHg

4.4.3 Rencana Kala IV


1. Lanjutkan observasi kontraksi uterus dan pendarahan
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama persalinan
- Setiap 30 menit pada 1 jam kedua persalinan
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk penatalaksanaan karena atonia uteri.
R/ Dua jam pertama merupakan saat-saat yang memerlukan
perhatian khusus sehubungan dengan adanya komplikasi
kala III.
2. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering.
R/ Vulva hygiene dan personal hygiene bagi ibu.
3. Periksa tekanan darah, suhu, nadi dan kandung kemih
R/ Untuk mengetahui perkembangan kondisi ibu dan memastikan
tidak terjadi komplikasi atau resiko potensial komplikasi.
4. Masase perut ibu dan anjurkan keluarga tentang teknik masasse

R/ Pemantauan

terhadap

kontraksi

uterus

diperlukan

untuk

menghindari bahaya komplikasi dan waspada kemungkinan


atonia.
5. Mengukur darah keseluruhan yang dikeluarkan
R/ Pengeluaran darah > 500-600 cc tanda terjadi HPP
6. Ajarkan ibu cara menyusui anaknya
R/ Kebutuhan nutrisi ibu dan untuk memulihkan tenaga setelah
persalinan.
7. Berikan makanan dan minuman pada ibu
R/ Mencukupi kebutuhan nutrisi ibu dan untuk memulihkan tenaga
setelah persalinan.
8. Ajarkan ibu untuk mobilisasi dini di tempat tidur seperti miring l ke
kanan dan ke kiri
R/ Mobilisasi penting untuk mempercepat penyembuhan luka pasca
persalinan dan mencegah trombosis vena.

DAFTAR PUSTAKA
Babak, dkk. 2004. Keperawatan Matrinitas. Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2005. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.

Manuaba, Ide Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta, EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetrik. Jilid I. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP.SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP.SP.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
Varney Helen. 1995. Asuhan Kebidanan Varney Jakarta, EGC.
_________,2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK.KR
(www.ugm/2009.ac.id)
( www.kapanlagi/2009.com )

BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 Juli 2011 jam 20.30 WIB, oleh
Herlina, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bidan FKUA Surabaya,
didokumentasikan menggunakan SOAP Notes.
3.1 DATA SUBYEKTIF
3.1.1 Biodata
Nama Ibu : Ny. P
Umur
: 20 tahun
Agama
: Islam
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sekretaris
Alamat
No. Telp.
3.1.2

Nama Suami: Tn. H


Umur
: 26 tahun
Agama
: Islam
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : D1
Pekerjaan : Jualan es cincau

: Kali Butuh Barat IV/82 Surabaya


:-

Keluhan Utama / Alasan Kunjungan


Perut terasa kenceng-kenceng sejak tgl 14/07/2011 jam 17.00 WIB, keluar
lendir bercampur darah tgl 14/07/2011 jam 14.30 WIB.

3.1.3

Riwayat Menstruasi
Menarche
Siklus
Jumlahnya
Lamanya
Sifat darah

: umur 15 tahun
: 28-30 hari
: sedang
: 5-7 hari
: encer

Warna
Fluor Albus
Dismenorhea
Bau
HPHT

: merah
: ya, kadang-kadang
: ya, sebelum mens
: tidak
: 15 Oktober 2010

3.1.4

Riwayat Obstetri yang lalu


Ket.
Kehamilan

Persalinan

Anak

Nifas

Cara
KB

lama
KB

Suami
1

3.1.5

Ke-

UK

Peny

Penolong

Jenis

Peny

Seks

BB

Hidup /
Mati

Peny

Lama
netek

Hamil ini

Riwayat Kehamilan Sekarang


Ibu merasakan gerak janin pada usia kehamilan 4 bulan, sering.
Selama hamil ini ibu memeriksakan kehamilannya di Bidan Agustin 5 x.
Penyuluhan yang sudah didapat saat hamil ini adalah nutrisi, personal
hygiene, tamblet tambah darah dan kalsium.
Pada hamil ini Ibu sudah mendapat imunisasi TT sebanyak 1x yaitu pada
usia kehamilan 4 bulan.

3.1.6

Riwayat Kesehatan Klien


Penyakit yang pernah dialami klien : tidak ada.

3.1.7

Riwayat Kesehatan Keluarga


Diabetes Mellitus
Jantung
Hipertensi
Gemelli
TBC
Asma

: ada nenek dari ibu


: tidak ada
: ada, kakek dari ayah
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

3.1.8 Pola Kehidupan Sehari-hari


1. Pola Nutrisi
Frekuensi makan
: 3 x sehari
Porsi : sedang, lauk : ayam, telur, tempe, tahu
Nafsu makan
: baik
Makanan yang tidak disukai/ alergi/ pantangan : tidak ada
Ibu terakhir makan jam 17.30 WIB, berupa roti.
2. Pola Eliminasi
Buang Air Kecil
: pada hamil tua frekuensi lebih sering 8-10 x / hari,
jumlah sedikit, warna kuning.
Buang Air Besar
: Frekuensi : 2 x / hari, sedikit, warna kuning.
Ibu terakhir BAK jam 19.00 WIB, dan BAB jam 07.00 WIB.
3. Pola Istirahat
Teratur, sebelum cuti tidur siang jam 12.00 16.00, malam 21.00 04.30.
Sesudah cuti tidur siang jam 09.00 13.00, malam 21.00 04.30.
Saat di kamar bersalin ibu tidak tidur.
4. Personal Hygiene

Mandi
: Frekuensi : 2 x / hari.
Sikat gigi
: Frekuensi : 2 x / hari.
Keramas
: Frekuensi : 3 x / minggu.
Selama di kamar bersalin ibu tidak ke kamar mandi.
5. Pola Aktivitas
Kegiatan sehari-hari : bekerja di koperasi dan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga dibantu ibu.
Kegiatan waktu luang : jalan-jalan, nonton TV
Olah raga
: tidak
Keluhan dalam beraktivitas : sering capek saat hamil
6. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Merokok
Minuman keras
Ketergantungan obat
Jamu-jamuan
Binatang peliharaan
3.1.9

: tidak
: tidak
: tidak
: tidak
: tidak

Riwayat Pernikahan
Sudah menikah (usia pertama kali menikah : 19 tahun, berapa kali : 1 kali
lamanya : 1 tahun).

3.1.10 Data Psikososial


Kehamilan ini direncanakan.
Sikap anggota keluarga terhadap kehamilan saat ini : sangat mendukung
terutama ibu kandung dan mertua.
Kesiapan mental menghadapi masalah : ibu cemas menghadapi kelahiran
anak ini.
3.2 DATA OBYEKTIF
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: composmentis
TP
: 22 Juli 2011
3.2.1 Pemeriksaan Fisik
1) Antropometri
Berat badan : 64 kg.
Tinggi badan : 158 cm.
LILA
: 22 cm.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg.
Nadi
: 88 x / menit.
Pernafasan
: 24 x / menit.
Suhu rectal
: 36 oC
Inspeksi

3.2.2

Wajah
Tidak oedema, tidak pucat.
Konjungtiva mata : merah muda
Sklera mata : putih
Mulut : bibir : basah, gigi : tidak ada caries
Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Dada
Payudara : Pembesaran : ada, simetris, Konsistensi : keras
Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
Genetalia
Keluaran
: tidak ada
Bartholinitis : tidak ada
Kebersihan : baik
Bekas jahitan perineum : tidak ada
Anus
Hemoroid
: tidak ada
Punggung
Tidak ada kelainan
Ekstrimitas
Atas
: oedema : tidak
Bawah
: oedema : tidak, varices : tidak
Palpasi
Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Dada
Massa abnormal : tidak ada
Abdomen
Leopold I
: 3 jari bawah px (TFU : 35 cm)
Leopold II
: kanan ibu teraba bagian keras seperti papan
Kiri ibu teraba bagian kecil-kecil
Leopold III : bagian terendah janin teraba bulat, keras, tidak melenting
Leopold IV : konvergen (Kep 4/5)
Ekstrimitas
Atas : oedema : tidak, Bawah : oedema : tidak
Auskultasi
DJJ
: terdengar jelas, keras, teratur (12-12-12)
Perkusi : tidak dilakukan
Pemeriksaan Khusus
VT jam 21.15 (oleh bidan yuniati) :

4 cm, eff 50 %, presentasi kepala, hodge I, panggul kesan normal,


ketuban +
3.3

ASSESMENT

1.

Diagnosa : GIP00000 UK 38/39 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak


kepala, kesan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik, Inpartu Kala I fase

2.
3.
4.

aktif.
Masalah : cemas
Diagnosa potensial : Identifikasi kebutuhan tindakan segera : -

3.4 PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Inform consent
3. Memberikan penjelasan tentang proses persalinan sehingga ibu bisa
mengurangi rasa cemasnya
4. Menganjurkan ibu miring ke kiri
5. Menjaga privasi ibu
6. Mengajari cara mengurangi nyeri persalinan, yaitu dengan cara mengatur
nafas dan memijat punggung
7. Memenuhi kebutuhan makan dan minum
8. Melakukan observasi sesuai lembar partograf
9. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan saat menolong persalinan

3.4

IMPLEMENTASI

Tgl/jam

TD

Nadi

Suh
u

RR

HIS

DJJ

14 Juli
2011

21.30

84

3x35

144

22.00
22.30
23.00
23.30
24.00
15 Juli
2011

84
80
78
82
84

3x35
3x40
3x40
4x40
4x40

148
144
146
140
148

37

24

Keterangan
Menjelaskan
hasil pemeriksaan
pada ibu serta
cara mengatasi
nyeri
Menganjurkan
ibu miring ke kiri

00.30
01.00
01.30
02.00
02.30
03.00

80
84
82
80
84
82

03.30
03.45

80

37,2

20

36,8

18

20

4x45
4x45
4x44
4x42
4x43
4x45

152
144
146
148
142
144

4x45

144

Pasien ingin
meneran, anus
membuka,
perineum
menonjol,
VT 10 cm, eff
100 %, presentasi
kepala, ket +, HII
Bayi lahir Spt B,
, BB 3000
gram, PB 50 cm,
anus +, kelainan
kongenital -

Penatalaksanaan Kala II

Penilaian APGAR Score


1.
2.
3.
4.
5.

Kategori
Warna kulit
Frekuensi jantung
Reaksi rangsangan
Tonus otot
Pernafasan

Manajemen aktif Kala III


Observasi Kala IV

1 menit
2
2
1
1
2
8

5 menit
2
2
2
1
2
9

You might also like