You are on page 1of 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Leukemia atau kanker darah adalah proliferasi patologis dari sel
pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
(Ngastiyah, 2005).
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentukan darah. (Suriadi & Rita Yuliani, 2006).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal.
(Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002)
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang tidak normal, jumlahnya berlebihan, dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian.
(Arif Mansjoer, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada
alat pembentuk darah.

B. Klasifikasi
Leukimia diklasifikasikan menjadi 4 bagian, dintaranya yaitu sebagai
berikut:
1. Leukimia Meilogenus Akut
AML mengenai sel sistem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi
kesemua sel mieloid, monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena, insidensi meningkat sesuai

bertambahnya usia. Merupakan leukimia nonlimfositik yang paing


sering terjadi.
2. Leukimia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel mieloid. Namun
banyak sel normal dibandingkan bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan. CML jarang menyerang individu dibawah 20 tahun.
Manifestasi mirip dengan AML, tetapi tanda dan gejala lebih ringan.
Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan
leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukimia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering erjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, puncak
insiden usia 4 tahun, setelah 15 tahun ALL jarang terjadi.
Manifestasi limfosit berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukimia Limfosit Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa
saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain (Arief, 2002).
C. Anatomi Fisiologi
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi
yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan
juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis
yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato yang
berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah


mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit hormon-hormon
dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada
darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah adalah bagian terbesar
dari tubuh manusia. 70% tubuh manusia terdiri dari darah, darah memiliki
banyak fungsi didalam tubuh manusia, pada dasarnya bermanfaat untuk
mengatur suhu tubuh, mengedarkan oksigen, sistem kinerja darah
mengedarkan sari makanan dari tubuh dan mengedarkan hormon.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak
kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah
tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan,
keadaan jantung atau pembuluh darah (Syaifuddin, 2006).
Darah terdiri dari 4 bagian utama yaitu plasma darah, sel darah merah,
sel darah putih dan keping darah.
1. Plasma Darah
Bagian 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan
membentuk medium cairan darah disebut plasma darah 90% bagian
plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini memiliki fungsi
mengangkut sari makanan ke dalam sel dan membawa sisa

pembakaran dari sel ke tempat pembuangan, plasma darah ini juga


bermanfaat untuk menghasilkan zat antibodi untuk menjaga kekebalan
tubuh dari penyakit.
Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan,
merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel
darah merah, sel darah putih, dan sel pembeku darah juga sebagai
media transportasi bahan organik dan anorganik dari suatu organ atau
jaringan.
Zat-zat dalam plasma darah ada 6 macam, diantaranya yaitu
fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah, garamgaram mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang
berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik, protein
darah (albumin, globulin) yang dapat meningkatkan viskositas darah
dan

juga

menimbulkan

tekanan

osmotik

untuk

memelihara

keseimbangan cairan dalam tubuh, zat makanan (asam amino, glukosa,


lemak, mineral, dan vitamin), hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan
dari kelenjar tubuh, dan antibodi/antitoksin (Syaifuddin, 2006).

Gambar 1.1 Plasma darah

2. Sel Darah Merah


Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram bikonkaf tidak
berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m dan
ketebalannya berkurang di bagian tengah menjadi hanya 1mm atau
kurang, karena lunak dan lentur maka selama melewati mikrosirkulasi
sel-sel

ini

mengalami

perubahan

konfigurasi.

Eritrosit

tidak

mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai


sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan
mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan
golongan darah.
Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang paling
banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh
lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Sel darah merah adalah
salah satu contoh sel yang tidak berinti. Sel darah merah berbentuk
pipih dan cekung pada bagian tengahnya, tidak memiliki inti, tidak
dapat menembus dinding kapiler darah dan berwarna kekuningkuningan. Pada orang dewasa sel darah merah berjumlah sekitar 5 juta
sel/mm3 darah pada laki-laki dan 4 juta sel/mm3 darah pada perempuan.
Pada orang dewasa sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang
pipih, sedangkan pada janin sel darah merah dibentuk dalam hati dan
limfa. Setelah berumur 120 hari, sel darah merah akan mati dan diubah
menjadi bilirubin atau zat warna empedu.

Sel darah merah mengandung hemoglobin, sel darah merah


dihasilkan dari limpa, hati, dan sumsum merah pada tulang pipih, sel
darah merah yang sudah rusak akan dibuang ke dalam hati.
Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai
menjadi 2 zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk
pembuatan eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat
dalam eritrosit berguna untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida.
Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gr dalam 100 cc
darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%
(Syaifuddin, 2006).

Gambar 1.2 Sel darah merah


3. Sel Darah Putih
Sel darah putih atau leukosit adalah sel yang membentuk
komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat
bergerak secara amuboid (bentuk tidak tetap), dan dapat menembus
dinding kapiler/diapedesis. Normalnya kita memiliki 4x109 hingga

11x109 sel darah putih dalam satu liter darah manusia dewasa yang
sehat atau sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam kasus leukimia
jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Leukosit
bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh
tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak
memiliki bentuk yang tetap.
Fungsinya membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang
masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikulo endotel) tempat
pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut
yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di
pembuluh darah juga terdapat diseluruh jaringan tubuh manusia. Pada
kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka
jumlah leukosit yang ada dalam darah akan lebih banyak dari biasanya.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal didalam
kelenjar

limfe,

sekarang

beredar

di

dalam

darah

untuk

mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika jumlah


leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3 disebut leukositosis dan
kurang dari 6000/mm3 disebut leukopenia (Syaifuddin, 2006).

Gambar 1.3 Sel darah putih

Gambar 1.4 Beberapa jenis sel darah putih

Ada beberapa jenis sel darah putih, yaitu: basofil, eosinofil, sel
batang, sel segmen, limfosit, dan monosit.

Gambar 1.5 Ciri-ciri sel darah putih


4. Keping Darah
Keping darah, lempeng darah, trombosit atau platelet, adalah
fragmen sel yang tersirkulasi dalam darah yang terlibat dalam
mekanisme hemostatis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan
darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit
dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat
meningkatkan risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak
teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit
dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. Jumlah
trombosit adalah 200000-300000 keping/mm3 darah.

Trombosit diproduksi di sumsum merah, keping darah berfungsi


dalam pembekuan darah, jika ada orang yang terkena demam berdarah,
maka jumlah trombosit ini akan semakin sedikit sehingga darah
semakin mengental dan menyebabkan kematian, oleh karena itu
penderita demam berdarah harus ditranfusi darah agar mendapat
pasokan trombosit yang banyak (Syaifuddin, 2006).

Gambar 1.6 Keping darah


Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat
pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh.
Peredaran oksigen pada tubuh.
a. Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah
b. Darah yang dipompa dan bilik kanan jantung menuju paru-paru
melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
c. O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri
d. Dari bilik kiri O2 dibawa ke seluruh tubuh oleh sel darah merah
untuk pembakaran (oksidasi)
e. Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari
jantung membawa oksigen dan sari makanan keseluruh tubuh dan
kembali ke jantung membawa karbondioksida
f. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa
karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil
oksigen dibawa ke jantung

Jadi kesimpulannya, fungsi darah adalah mengedarkan sari


makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah,
mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari
tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, karbindioksida
dikeluarkan melalui paru-paru, urea dikeluarkan melalui ginjal,
mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar buntu
(endokrin) yang dilakukan oleh plasma darah, mengangkut oksigen
ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah,
membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan
oleh sel darah putih, menutup luka yang dilakukan oleh kepingkeping darah, dan menjaga kestabilan suhu tubuh (Guyton, 1995).
D. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukimia, yaitu faktor genetik:
Virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell
Leukimia-Lhymphoma Virus/ HLTV), radiasi, obat-obat imunosupresif,
obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol, faktor herediter, misalnya
pada kembar monozigot, serta kelainan kromosom, misalnya pada down
sindrom (Suriadi, 2001).
Leukimia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari
sebagian besar jenis leukimia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu(misalnya benzena) dan
pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down
dan sindroma Fanconi). Juga lebih peka terhadap leukemia.

Faktor yang ikut berperan yaitu : virus onkogenik yang memiliki


struktur antigen tertentu, predisposisi genetik yang digabungkan dengan
inisiator (mutasi) baik yang diketahui maupun tidak, abnormalitas
kromosom dan hereditas, faktor eksogen, seperti sinar X, sinar radioaktif,
hormon, bahan kimia dan infeksi, faktor endogen, seperti ras (orang
Yahudi), serta riwayat penyakit yang berkaitan dengan hematopoisis
(pembentukan sel darah), seperti penyakit meiloma multiple, polisitemia
vera, dan anemia siderobastik (Ngastiyah, 1997).
Berdasarkan sumber lainnya, terdapat etiologi lain, yaitu: obat-obat
imunosupresif, obat karsinogenetik dan kelainan kromosom (Mastriyani,
2007).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah
sebagai berikut : kepucatan akibat anemia, infeksi berulang akibat
penurunan sel darah putih, nyeri tulang akibat, penumpukan sel-sel
sumsum tulang yang mengakibatkan peningkatan tekanan dan kamatian
sel, limfadenopati, splenomegali dan hepatomegali akibat infiltrasi sel
leukemik ke organ-organ limfosit tersebut, adanya penurunan BB akibat
berkurangnya nafsu makan dan peningkatan kalori oleh sel-sel neoplastik
(Price, 1999)
Tanda-tandanya meliputi : kelelahan, malaise, kelemahan otot,
palpitasi, takikardi, diare, nyeri tekan, feses hitam, penurunan haluaran
urin, perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, ansietas, anoreksia,
muntah, disfagia, disorientasi, perestesia, nyeri abnormal, nafas pendek,

gangguan penglihatan, perdarahan spontan, demam, infeksi, kemerahan,


purpura dan pembesaran pada nodus limfe (Mastriyani, 2007).
F. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoietik yang total
dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan
tidak terkendalinya prolifrasi dari leukemia dan prosedurnya.
Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya
(granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar
(splenomegali, hepatomegali). Proliferasi dari satu jenis sel sering
mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke
pengembangan/ pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenias (penurunan
jumlah). Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya
immunocompetence dengan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi.
(Long, 1996).
Jika penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan
struktur antigen manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai maka
akan ditolak oleh tubuh. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur
antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang
terletak dipermukaan tubuh. Istilah HL-A (Human Leucocyte Lotus-A)
antigen terhadap jaringan telah ditetapkan (WHO). Sistem HL-A individu
ini diturunkan menurut hukum genetika, sehingga adanya peranan faktor
ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan (ngastiyah,
1997).

Menurut Suriadi, 2001, prosesnya meliputi: normalnya tulang marrow


dianti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan
mudah mengalami infeksi, manifestasi akan tampak pada gambaran
gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan
pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan
berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan. Dan adanya infiltrasi pada ekstra medular
akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri
persendian.
Leukemia adalah penyakit kanker jaringan yang menghasilkan imatur
atau abnormal dalam jumlah berlebihan dan menyusup ke dalam berbagai
organ tubuh. Sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum tulang,
mengganti unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya, timbul anemia dan
dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang tidak mencukupi. Timbul
perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Inflasi
juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit. Penyusupan
sel-sel leukemik ke dalam semua organ-organ vital menimbulkan
hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati.
Timbul disfungsi sumsum tulang, menyebabkan turunnya jumlah
eritrosit, neutrofil dan trombosit. Sel-sel leukemik menyusupi limfonodus,
limfa, hati, tulang, dan SPP (Betz, 2002).

Di semua tipe leukemia, sel yang berproliferasi dapat menekan


produksi dan elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan
berlomba-lomba untuk menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai
nutrisi untuk metabolisme. Tanda dan gejala dari leukemia merupakan
hasil dari infiltrasi sumsum tulang, dengan 3 manifestasi yaitu anemia dan
penurunan RBCs, infeksi dari neutropenia, dan perdarahan karena
produksi platelet yang menurun. Invasi sel leukemia yang berangsur
angsur pada sumsum menimbulkan kelemahan pada tulang dan cenderung
terjadi fraktur, sehingga menimbulkan nyeri.
Ginjal, hati, dan kelenjar limfe mengalami pembesaran dan akhirnya
fibrosis, leukemia juga berpengaruh pada SSP dimana terjadi peningkatan
tekanan intrakranial sehingga menyebbkan nyeri pada kepala. Letargi papil
edema, penurunan kesadaran dan kaku kuduk (Wong, 2000).

You might also like