You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus
sedangkan

perdarahan

pada

kehamilan

tua

disebut

perdarahan

anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua


adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia
kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama.
Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu
perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang
berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan
perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya
kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap
perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal
itu bersumber pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang
secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah
plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas
sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua
persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan
perdarahan yang belum jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga

atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami


perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang
untuk

mendapatkan

pertolongan

karena

disangka

sebagai

tanda

permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung


banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih
banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai
perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera
dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan
operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat
dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang
sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

1.2 Rumusan Masalah Tujuan Penulisan


1.2.1 Bagaimana Tinjauan Teoritis dari plasenta previa?
1.2.2 Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Plasenta Previa?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan plasenta previa
1.3.2 Tujuan khusus
1) Agar mahasiswa mengetahui tinjauan teoritis dari plasenta previa
2) Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada plasenta

previa

BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian

Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta dalam segmen


bawah uterus. Istilah ini menggambarkan hubungan anotomik antara letak
plasenta dan segmen bawah uterus. Suatu plaenta previa telah melewati
batas atau menutup (secara lengkap atau tidak lengkap) ostium uteri
internum. Plasenta previa marginalis disebut demikian bila sebagian dari
plasenta melekat pada segmen bawah uterus dan meluas ke setiap bagian
osteum uteri internum, tetapi tidak menutupinya. Plasenta previa parsialis
dikatakan demikian bila bagian dari plasenta menutup sebagian osteum
uteri internum. Plasenta previa totalis dikatakan demikian bila setiap
bagian plasenta secara total menutupi osteum uteri internum. Insiden
plasenta

previa

hampir

mendekati

dalam

200-400

kelahiran.

(Taber,1994:337)
Plasenta previa adalah dimana letak plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segemen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian / seluruh jalan lahir.(Nugroho, 2011 : 14)
2.2 Klasifikasi
Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu
:
2.2.1 Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas
tidak

mungkin

bayi

dilahirkan

in

order

to

(normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.

vaginam

Gambar 1. Plaseta Previa Total


2.2.2 Plasenta Previa Parsialis/Lateralis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada
tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui pervaginamPlasenta Previa Marginalis

Gambar. 2 Previa Parsialis/Lateralis


2.2.3 Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan
pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

Gambar 3 Plasenta Previa Marginalis


2.2.4 Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)
Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari
tepi jalan lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan
bisa dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada
kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan
teraba pada pembukaan jalan lahir.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya
pembukaan, misalnya plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm
mungkin

akan

berubah

menjadi

plasenta

previa

parsialis pada

pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai


dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).

Gambar. 4 Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)

2.3 Etiologi
Belum diketahui pasti frekuensi plasenta previa meningkat pada grande
multipara, primi gravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan
janin, dan leiumioma uteri. (Mansjoer,2006:276)
Faktor-faktor yang meningkatkan kejadian placenta previer:
2.3.1 Umur penderita:
1) Umur muda karena endometrium masih belum sempurna
2) Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang
subur
2.3.2 Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian placenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
2.3.3 Endometrium yang cacat
1) Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
2) Bekas operasi, bekas kuretage atau placenta manual

3) Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip


4) Pada keadaan malnutrisi
(Manuaba,1998:254)
2.4 Tanda dan gejala
2.4.1 Gejala utama plasenta previa adalah Perdarahan per vaginam tanpa
sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang. Darah pervaginam
biasanya berwarna merah segar. (Anik Maryunani, 2009; 71)
2.4.2 Awitan perdarahan terjadi tiba-tiba
2.4.3 Biasanya terjadi pada trimester ke tiga
2.4.4 Kemungkinan karena iritabilitas uterus
2.4.5 Kelainan presentasi (bokong, letak lintang, kepala mengambang)
(Kriebs, 2009 : 309)
2.4.6 Anemis
2.4.7 Fundus uteri masih rendah
2.4.8 Bagian bawah janin belum turun (Nugroho, 2011: 15)

2.5 Patofisiologi
Perdarahan anterpartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan
10 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar
serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke 3 karena segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena
lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari pla

senta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena

ketidakmampuan serabut otot segmen bawah. Uterus untuk berkontraksi

seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer,2006:276)


2.6 Komplikasi
Meliputisyok hipovolemik, kelahiran prematur dan plasenta akreta. Pada
ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan, plasentitis, dan endometris pasca persalinan. Pada
janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya sepertia
asfiksia berat. (Mansjoer,2006:277)
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi spesifik
2.7.1.1

Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir prematur,

penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis


servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara noninvasif.
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
Belum ada tanda-tanda in partum.
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
Janin masih hidup.
a) Rawat inap, tirah baring dan berikan anti biotik profilaksis.
b) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantansi plasenta,

usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.


c) Berikan tokolitik (mencegah terjadinya persalinan prematur) bila ada
kontraksi: Betamethason 24 mg IV dosis tinggal untuk pematangan
paruh janin.
d) Uji pematangan paru janin dengan test kocok (bluble test). Dari hasil
amniosentesis.
e) Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa
menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling
untuk menghadapai kemungkinan kegawatdaruratan.
f) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali
apabila rumah pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih
dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke RS apabila terjadi
pendarahan ulang. (Abdul, 2002: 164)
2.7.1.2

Terapi Aktif (tindakan segera)

a) Wanita hamil diatas 22 minggu dengan pendarahan pervagina yang


aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.
b) Untuk

diagnosis

plasenta

previa

dan

menentukan

cara

menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi,


lakukan PDMO (Periksa Dalam di Meja Operasi) jika:
- Infus atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah
siap.

10

- Kehamilan 37 minggu ( BB 2500 gr) dan in partu.


- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (mis:
anensefali).
- Pendarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati
pintu

atas

panggul

(2/5

atau

3/5

pada

palpasi

luar).

(Abdul,2002:164)
2.7.2 Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa ialah:
2.7.2.1

Seksio sesarea

1) Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk


menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanakan. Tujuan seksio
sesarea:
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan pendarahan.
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada servik uteri,
jika janin dilahirkan pervagina.
2) Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga servik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering
menjadi sumber pendarahan karena adanya perbedan vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus uteri.
- Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
- Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan

11

pendarahan, infeksi dan keseimbangnan cairan masuk keluar.


2.7.2.2

Melahirkan Pervagina
Pendarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sbb:

1) Amniotomi dan akselerasi


Umumnya

dilakukan

pada

plasenta

previa

lateralis

atau

marjinalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala.


Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah
rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada
atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin.
- Versi braxton hicks
Tujuan

melakukan

versi

braxton

hicks

ialah

mengadakan

tamponade plasnta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi braxton


hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
- Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai pendarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif
untuk menekan plasenta dan sering kali menyebabkan pendarahan
pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang
telah meninggal dan pendarahan yang tidak aktif. (Taber,1994:342)
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
2.8.1 Hitung darah lengkap harus dilakukan terhadap setiap pasien dengan
tujuan menilai derajat anemia.

12

2.8.2 Urinalis biasanya normal.


2.8.3 Golongan darah dan rhesus: 2-4 unit darah harus dipersiapkan untuk
kemungkinan

transfusi.

Kecepatan

dan

luasnya

perdarahan

menentukan perlunya penggantian darah.


2.8.4 Pemeriksaan ultrasonografi : dapat ditentukan implantasi plasenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium.
2.8.5 Pemeriksaandarah: Hemoglobin, Hematokrit. (Taber,1994:339)

13

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Usia
Ibu saat hamil dengan usia 35thn atau lebih, makin besar kemungkinan
kehamilan plasenta previa, dibanding dengan usia dibawah 25thn.
3.1.2 Keluhan utama
Perdarahan berwarna segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri saat
tidak beraktifitas. (Anik Maryunani, 2009; 71)
3.1.3 Riwayat penyakit keluarga
Kehamilan ganda, penyakit HT, DM.
3.1.4 Riwayat obstetric
Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus plasenta previa
yaitu riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim, riwayat
kehamilan kembar dan riwayat plasenta previa sebelumnya.
3.1.5 Riwayat Haid/Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui
yaitu menarche (untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan
keadaan umum), siklus (untuk mengetahui klien mempunyai siklus

14

normal atau tidak), lamanya (jika lama haid 15 hari berarti abnormal
dan

kemungkinan

adanya

gangguan

yang

mempengaruhinya),

banyaknya(untuk mengetahui apakah ada gejala kelainan banyaknya


darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah klien menderita nyeri
setiap haid).
3.1.1 Riwayat kehamilan dan Persalinan Sekarang
Kemungkinan klien merasa mual, muntah serta perdarahan, kapan
pergerakan janin pertama kali dirasakan. Apakah ibu telah melakukan
kunjungan antenatal dengan tenaga kesehatan, ibu mendapat imunisasi
TT dan belum ada tanda-tanda persalinan.
Pada klien dengan plasenta previa terjadiperdarahan bewarna merah
segar pada TM III, perdarahan sedikit dan sesekali mungkin terjadi pada
TM I dan TM II.perdarahan biasanya tidak disertasi rasa sakit walaupun
kram rahim pada beberapa wanita. Sebagian wanita tidak mengalami
perdarahan sama sekali.
3.1.6 Riwayat kehamilan yang lalu
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami seksio saisaria curettage
yang berulang-ulang.
3.1.7 ADL
3.1.7.1

Nutrisi

Dirumah: Makan tertatur 3x/sehari, namun terkadang makan 2x/hari


karena malaise
Dirumah Sakit: Makan dari RS habis, terkadang makan makanan ringan

15

(puding, roti)
3.1.7.2

Hyigiene Personal

Dirumah: Saat dirumah mandi, keramas, ganti baju dapat dilakukan


secara mandiri, terkadang dibantu oleh keluarga
Dirumah Sakit: sebagian dibantu oleh perawat, misal saat keramas
3.1.7.3

Eliminasi

Dirumah: Saat dirumah BAB dan BAK dilakukan sendiri dan teratur
Dirumah Sakit: BAB dan BAK terkadang dibantu oleh keluarga dan
perawat
3.1.7.4

Aktifitas istirahat

Dirumah: Saat dirumah tidur malam 5-6jam karena, perdarahan yang


tiba-tiba terutama saat tidur malam hari
Dirumah Sakit: tidur siang, Tidur malam juga hanya 6jam
3.1.8 Pemeriksaan fisik
Inspeksi:
1) Mata: Conjungtiva terlihat pucat dan anemishal ini disebabkan oleh
perdarahan yang banyak (Sofian, 2012)
2) Genitalia: Perdarahan pervagianam yang keluar banyak, sedikit, darah
beku dan sebagainya (sofian, 2012)

Palpasi

16

Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi


abdomenyang didapat yaitu :
1) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
2) Sering dijumpai kesalahan letak janin
3) Bila

cukup

pengalaman

(ahli),

dapat

dirasakan

suatu

bantalanpadasegmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus


4) Bagian

terbawah

janin

belum

turun,

apabila

letak

kepala,

biasanyakepala masih goyang atau terapung (floating) atau di atas


pintu ataspanggul (sofian,2012)
Auskultasi:
Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung
janin, frekuensinya teratur atau tidak.Pada klien dengan plasenta previa,
denyut jantung janin dapat bervariasi dari normal sampai asfiksia dan
kematian dalam rahim (norma, dkk. 2013)
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatrnya pertahanan
primer karena kurang bersihnya vulva.
3.2.2 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
3.2.3 Resiko tinggi terjadinya cidera janin berhubungan dengan perfusi
darah ke plasenta berkurang
3.2.4 Kecemasan berhubungan dengan keadaan yang di alami.
3.3 Intervensi

17

3.3.1 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


primer karena kurang bersihnya vulva
Tujuan: Pasien tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi
1) Kaji kondisi keluaran/ discard yang keluar: jumlah, warna, dan bau
R/ Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dishart
keluar. Adanya warna gelap disertai bau tidak enak merupakan tanda
infeksi
2) Jelaskan pada klien perawatan vulva selama masa perdarahan
R/ infeksi dapat timbul akibat kurang kebersihan genital yang lebih
luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan dischart
R/ berbagai kuman dapat teridentifikasi melalaui dischart
4) Kaji tanda-tanda vital dan indicator lain infeksi, seperti menggigil.
R/ peningkatan suhu, nadi, pernapasan, dan TD merupakan indicator
infeksi yang di sebabkan oleh

pemajanan jaringan plasenta dan

penurunan resistansi sekunder akibat anemia.


5) Kaji adanya nyeri tekan uterus dan rabas vagina dengan bau yang tak

18

sedap.
R /Untuk mendeteksi tanda awal infeksi saluran reproduksi.
6) Lakukan perawatan vulva
R/ inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
7) Jelaskan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi
R/ berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda non-spesifik
infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan
gejala infeksi
8) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama
selama masa perdarahan
R/ pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan
ibu
9) Berikan obat sesuai terapi
R/ antibiotika profilaktik/ pengobatan
(Doenges,Marilyn, 2000)
3.3.2 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan: Pasien suplai/kebutuhan darah kejaringan terpenuhi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
Kriteria Hasil: Conjuntiva tidak anemis, akral hangat, Hb normal, muka
tidak pucat, tidak lemas.

19

Intervensi :
1) Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
R/ pasien paham tentang kondisi yang dialami
2) Monitor tanda-tanda vital Auskultasi dan laporkan DJJ , catat
bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin
R/ tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan

gangguan

sirkulasi

darah.

(hipoaktivitas

atau

hiperaktivitasMengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya ,


janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan
peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan
aktivitas terjadi.
3) Observasi tingkat perdarahan setiap 15 30 menit
R/ mengantisipasi terjadinya syok, Kejadian perdarahan potensial
merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia
atau hipoksia uteroplasenta.
4) Catat intake dan output cairan
R/produksi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan
fungsi ginjal.
5) Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
R/ cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang
akiba perdarahan. Rasional : tranfusi darah mengganti komponen
darah yang hilang akibat perdarahan.

20

3.3.3 Resiko tinggi terjadinya cidera janin berhubungan dengan perfusi darah
ke plasenta berkurang
Tujuan: Tidak terjadi fetal distres setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x24 jam
Kriteria Hasil: DJJ normal/ terdengar, adanya pergerakan bayi, bayi lahir
selamat
Intervensi:
1) Jelaskan risiko terjadinya distres janin/ kematian janin pada ibu
R/ koopertaif ibu pada tindakan
2) Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur keposisi kiri
R/ tekanan uterus pada vena cava aliran darah ke jantung menurun
sehingga terjadi perfusi jaringan
3) Observasi tekanan darah dan nadi klien
R/ penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pada sindroma
vena cava sehingga klien harus dimonitor secara teliti
4) Observasi perubahan frekuensi dan pola DJ Janin
R/ penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam
janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin
5) Berikan O2 10-12Lt dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal
distres
R/ meningkatkan oksigen pada janin

21

(Green Carol, 2012)


2.3.4 Ansietas berhubungan dengan keadaan yang dialami.
Tujuan : Pasien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya
setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam
Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klien tidak
gelisah.
Intervensi :
1) Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.
R/ Dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban
pikiran.
2) Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin
R/ Mengurangi kecemasan klien tentang kondisi janin.
3) Beri penjelasan tentang kondisi janin
R/ Mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin.
4) Beri informasi tentang kondisi klien
R/ Mengembalikan kepercayaan dan klien.
5) Anjurkan untuk menghadirkan orang-orang terdekat
R/ Dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien
6) Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
R/ Agar pasien kooperatif.

22

(Green Carol, 2012)

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta dalam segmen
bawah uterus. Istilah ini menggambarkan hubungan anotomik antara letak
plasenta dan segmen bawah uterus. Suatu plaenta previa telah melewati
batas atau menutup (secara lengkap atau tidak lengkap) ostium uteri
internum. Plasenta previa marginalis disebut demikian bila sebagian dari
plasenta melekat pada segmen bawah uterus dan meluas ke setiap bagian
osteum uteri internum, tetapi tidak menutupinya. Plasenta previa parsialis
dikatakan demikian bila bagian dari plasenta menutup sebagian osteum
uteri internum. Plasenta previa totalis dikatakan demikian bila setiap
bagian plasenta secara total menutupi osteum uteri internum. Insiden
plasenta previa hampir mendekati 1 dalam 200-400 kelahiran. Ibu saat
hamil dengan usia 35thn atau lebih, makin besar kemungkinan kehamilan
plasenta previa, dibanding dengan usia dibawah 25thn.

23

24

You might also like