You are on page 1of 38

A.

Pengertian
Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu
terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah
tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun
pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk
mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa.
Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep
sains. Siswa dapat membangun gagasan baru sewaktu mereka berinteraksi dengan suatu gejala.
Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa ini tidak hanya bergantung pada karakteristik
objek, tetapi juga bergantung pada bagaimana siswa memahami objek atau memproses informasi
sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru.
Ada tiga dimensi ilmiah yang sangat penting dalam mengajarkan sains. Yang pertama adalah isi
dari sains yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ilmiah yang pertama ini adalah
yang kebanyakan dipikirkan orang. Dua dimensi ilmiah penting lain di samping pengetahuan
ilmiah adalah proses ilmiah dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah bagaimana ilmuwan
melakukan proses dalam mendapatkan sains, sedangkan sikap ilmiah adalah bagaimana para
ilmuwan bersikap ketika melakukan proses dalam mendapatkan sains tersebut. Sains adalah
upaya untuk mempelajari, merumuskan permasalahan, dan menemukan jawaban tentang
berbagai gejala alam. Oleh karena itu, maka keterampilan proses yang sama seperti yang
dimiliki ilmuwan harus kita miliki dalam memecahkan berbagai permasalahan kehidupan
sehari-hari. Ketika kita mengajar siswa untuk menggunakan keterampilan proses dalam
memahami sains, kita juga mengajarkan pada mereka keterampilan yang akan mereka
gunakan dalam masa depan di setiap area kehidupan mereka.
B. Enam Dasar Keterampilan Proses Sains
Ada enam dasar keterampilan proses sains.
1. Pengamatan (Observation)
2. Komunikasi (Communication)
3. Pengelompokan (Classification)
4. Pengukuran (Measurement)
5. Kesimpulan (Inference)
6. Ramalan (Prediction)
Keterampilan dasar tersebut terintegrasi serentak ketika ilmuwan merancang dan
melaksanakan eksperimen atau dalam kehidupan sehari-hari ketika kita semua melakukan tes
percobaan. Enam keterampilan dasar tersebut sangat penting baik secara individu maupun
ketika berkelompok. Enam keterampilan dasar dapat digunakan dalam urutan peningkatan
kemampuan, meskipun mungkin siswa termuda akan menggunakan semua keterampilan
secara bersama di berbagai waktu. Dalam tahap awal siswa akan menghabiskan lebih besar
waktunya menggunakan keterampilan seperti observasi dan komunikasi. Dengan
bertambahnya usia mereka akan mulai menghabiskan lebih banyak waktunya menggunakan
keterampilan inferensi dan prediksi. Klasifikasi dan pengukuran cenderung digunakan di
seluruh tingkatan kelas secara lebih merata. Klasifikasi dan pengukuran perlu diperkenalkan
kepada anak-anak secara bertahap dari waktu ke waktu, karena ada perbedaan dalam

melakukan pengelompokan, kompleksitasnya, metode dan sistem pengukurannya.


Mengembangkan kemampuan untuk merancang semakin ditekankan seiring bertambahnya
tingkat kelas. Mengintegrasikan dasar keterampilan proses secara bersama meliputi:
menciptakan hipotesis, mengidentifikasi dan memanipulasi variabel dalam percobaan
sederhana, dilatihkan kepada siswa secara bertahap Pada tingkat ini, para siswa mulai untuk
benar-benar bertanya dan menjawab pertanyaan ilmiah mereka sendiri. Selanjutnya
merancang percobaan dan menganalisis data eksperimen akan fokus pada penggunaan
keterampilan proses sains terpadu dalam merancang eksperimen dan mencapai kesimpulan.
C. Sains dimulai dari pengamatan
Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal. Kita mengamati benda-benda
dan peristiwa menggunakan semua panca indera kita, yang berarti kita belajar tentang dunia
di sekitar kita. Kemampuan untuk membuat pengamatan yang baik sangat penting untuk
perkembangan keterampilan proses sains lainnya, yaitu: berkomunikasi, mengklasifikasi,
mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi. Pengamatan sederhana dibuat hanya
menggunakan indera, yang biasanya menghasilkan pengamatan kualitatif (misalnya: daun
berwarna hijau, nula lilin lemah,dll). Pengamatan yang melibatkan angka atau kuantitas
adalah pengamatan kuantitatif misalnya: massa satu daun adalah lima gram, jumlah daun
bergerombol dalam kelompok adalah lima). Pengamatan kuantitatif memberikan informasi
yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indera kita saja. Tidak mengherankan, jika
siswa terutama yang masih kecil, membutuhkan bantuan untuk membuat pengamatan yang
baik.
Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus diminta untuk
mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar selengkap mungkin. Informasi hasil
pengamatan siswa harus dibuat dengan penuh rincian karena akan dapat meningkatkan
pemahaman mereka tentang konsep yang sedang dipelajari. Jika siswa mengamati dengan
panca indera mereka atau dengan instrumen, kita dapat membimbing mereka agar membuat
deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Kita dapat melakukan ini dengan mendengarkan
pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong mereka untuk menjelaskan. Misalnya, jika
seorang siswa menjelaskan apa yang dia lihat, mereka mungkin hanya menggambarkan
warna suatu objek tetapi tidak ukuran atau bentuknya. Seorang siswa mungkin
menggambarkan volume suara namun tidak pitch atau iramanya. Kita dapat mendorong siswa
untuk menambahkan rincian deskripsi mereka dan tidak hanya dari lima indera yang mereka
gunakan.
D. Pengamatan, Komunikasi, dan Pengukuran
Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergandengan dengan
pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan
kepada orang lain, dan komunikasi harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami
informasi tersebut. Salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan
menggunakan rujukan (referensi).
Kita mungkin mengatakan langit biru, rumput hijau, atau lemon kuning untuk
menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning. Idenya adalah untuk berkomunikasi
menggunakan deskripsi kata-kata yang baik untuk berbagi pemahaman dengan orang-orang
pada umumnya. Tanpa rujukan, kita telah membuka pintu kesalahpahaman. Jika kita hanya
mengatakan panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan yang berbeda tentang
bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba untuk menjelaskan ukuran diameter
kelereng mereka mungkin menggunakan ukuran sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter
kelereng bisa lebih besar atau lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.

Proses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus khusus dari mengamati dan
berkomunikasi. Ketika kita mengukur beberapa benda, kita membandingkan benda tersebut
untuk didefinisikan dengan rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran
berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk
memberitahu kita berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil
pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis, atau dengan gambar. menggambar. Metode
lain untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafik,
diagram, peta, dan demonstrasi visual.
E. Pengelompokan
Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke dalam
kelompok berdasarkan pengamatan mereka. Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara
memilah objek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah
penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang objek yang berbeda dari gejala alam.
Ada beberapa metode yang berbeda dalam melakukan klasifikasi. Metode yang paling
sederhana adalah klasifikasi serial. Objek ditempatkan dalam urutan peringkat didasarkan
pada beberapa persyaratan, misalnya siswa dikelompokkan berdasarkan tingginya. Dua
metode lainnya adalah klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Dalam sistem klasifikasi
biner, satu set objek yang sederhana dibagi menjadi dua himpunan bagian. Hal ini biasanya
dilakukan atas dasar apakah setiap objek memiliki atau tidak memiliki syarat tertentu.
Misalnya, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu hewan dengan tulang
punggung dan hewan dengan tanpa tulang punggung. Sebuah klasifikasi biner juga dapat
dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu persyaratan. Objek dalam satu kelompok
harus memiliki semua sifat-sifat yang diperlukan, jika tidak mereka akan menjadi milik
kelompok lain.
F. Kesimpulan dan Ramalan
Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek, kesimpulan
adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika
kita mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di
sekitar kita, kita memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar kita. Para
ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan
pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa perlu diajarkan
bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu
membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan
dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan.
Kita dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu mendorong
mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci. Kemudian, dengan
member pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka kita dapat mendorong
siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan
dengan cara ini mengingatkan kita untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati
dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya. Kita menggunakan
pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirkan hasil pengamatan.
Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama.
Kesimpulan kita juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada
umumnya kita lebih percaya diri tentang kesimpulan kita ketika pengamatan yang diperoleh
cocok dengan pengalaman masa lalu. Kita juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat
mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat
kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi

lebih percaya diri dalam mengambil kesimpulan kesimpulan. Kadang-kadang membuat


pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi
tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan
sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja
secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari kejadian
masa depan. Kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian di masa depan
memungkinkan kita untuk berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita. Ramalan ini
didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian yang
diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang kita amati dan masa lalu kita
sehingga mengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi
meramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan kita atau
hipotesis tentang peristiwa yang memberi kita cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis.
Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka kita memiliki keyakinan lebih besar pada inferensi
/hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yang
bertanya dan menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam
keterampilan ilmu dasar proses.
Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam pelajaran
di kelas dan penyelidikan (investigasi) lapangan akan membuat pembelajaran memberikan
pengalaman yang lebih kaya dan lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan belajar keterampilan
sains serta isi sains, dan secara aktif terlibat dengan sains yang mereka pelajari , dan dengan
demikian dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan
sains kemungkinan akan menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan memiliki sikap lebih
positif terhadap sains.

Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien
dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan
sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan
penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponenkomponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian (Devi, 2011).
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund
dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan caracara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan
proses yang tidak dapat dipisahkan. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang
ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan
tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya
menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah
kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas (Wikipedia, 2011).
Perkembangan ilmu pengetahuan sains berupaya membangkitkan minat manusia agar mau
meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan
rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu,
serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah

sifat terapannya, yaitu teknologi. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin
sempit, sehingga semboyan Sains hari ini adalah teknologi hari esok merupakan semboyan
yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal
menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat
mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang
lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology). Oleh karena itu, proses
pelaksanaan pendidikan harus mencakup perkembangan teknologi dan sains demi kebutuhan
manusia di masa yang akan datang.
Menurut Blosser (1973), proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan
berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat
dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga keterampilan
proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.
Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan
keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk
terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi
pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan
(Devi, 2011). Menurut Dahar (1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah
kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan
menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk
menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh
pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting karena
menumbuhkan pengalaman selain proses belajar. Mengingat semakin banyaknya sekolah
yang telah memiliki laboratorium Biologi, sehingga perlu upaya meningkatkan efektivitas
pembelajaran, khususnya prestasi hasil belajar kognitif yang didukung oleh keterampilan
serta sikap dan prilaku yang baik. Oleh karena itu para guru hendaknya secara bertahap mulai
bergerak melakukan penilaian hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap (Rustaman,
2003).
Keterampilan Proses Dasar
American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011), bahwa
pengklasifikasian keterampilan proses dasar yaitu:
1. Observasi (pengamatan)
Pengamatan merupakan salah satu keterampilan proses dasar. Keterampilan pengamatan
menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan pendengar.
Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan pengamatan dengan menggunakan
beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka terhadap segala hal disekitarnya akan
berkembang, pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera disebut pengamatan
kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebut
pengamatan kuantitatif. Melatih keterampilan pengamatan termasuk melatih siswa
mengidentifikasi indera mana yang tepat digunakan untuk melakukan pengamatan suatu
objek.

2. Measuring (pengukuran)
Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau
pengelompokkan atas objek-objek atau kejadian-kejadian. Keterampilan klasifikasi dapat
dikuasai bila siswa telah dapat melakukan dua keterampilan berikut ini:
a. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati dari sekelompok objek
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.
b. Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek.
Klasifikasi berguna untuk melatih siswa menunjukkan persamaan, perbedaan dan hubungan
timbal baliknya.
3. Inferensi (menyimpulkan)
Inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil
inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola
pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori
belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.
4. Prediksi (meramalkan)
Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang.
Prediksi didasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi tentang hubungan antara
beberapa kejadian yang telah diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi yaitu : Inferensi
harus didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan prediksi dilakukan dengan meramalkan
apa yang akan terjadi kemudian berdasarkan data pada saat pengamatan dilakukan.
5. Clasifying (menggolongkan)
6. Communication (komunikasi)
Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan
proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa berbentuk rangkuman,
grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan berkomunikasi ini sebaiknya
selalu dicoba di kelas, agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat dan berani tampil di
depan umum.
Menurut Rezba (1999), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersamasama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan seharihari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika
terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi
terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan
bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.
Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan
berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa
lebih banyak menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan
komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan
proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999).
Keterampilan Proses Terpadu
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah
pada suatu situasi tertentu. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam
satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatif adalah besaran yang dinyatakan dalam
satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume diukur dalam liter dan suhu diukur dalam
thermometer.

Keterampilan identifikasi variabel dapat diukur berdasarkan tiga tujuan pembelajaran berikut:
a. Mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari deskripsi suatu
eksperimen.
b. Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari deskripsi suatu eksperimen.
c. Mengidentifikasi variabel kontrol dari suatu pernyataan tertulis atau deskripsi suatu
eksperimen.
Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang sama pentingnya, yaitu variabel
manipulasi, variabel respon dan variabel kontrol.

Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang secara sengaja diubah atau
dimanipulasi dalam suatu situasi.

Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat dari kegiatan
manipulasi.

Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan agar tidak
berpengaruh terhadap variabel respon.

Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan
mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk yang
mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah dirataratakan. Data yang sudah dianalisis baru diiterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau
dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang membentuk pola atau
beberapa kecenderungan.
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan pekerjaan
tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terdapat variabel respon.
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya
digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara
induktif dan secara deduktif. Perumusan secara induktif berdasarkan data pengamatan, secara
deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban sementara dari
rumusan masalah.
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu
variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi yang menguraikan
bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa yang akan
dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen. Keterampilan ini
merupakan komponen keterampilan proses yang paling sulit dilatihkan karena itu harus
sering di ulang-ulang.
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk
menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu
eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan
dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan
dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu
kemudian di uji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk
penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis yang
berhubungan dengan konsep-konsep didalam GBPP, kecuali untuk melatih khusus siswasiswa dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah Remaja.

Pentingnya Keterampilan Proses Sains


Penguasaan keterampilan proses dapat diukur dengan tes penampilan. Tes penampilan
(performance assesment) dapat diobservasi, jawabannya dapat secara tertulis atau lisan.
Dalam tes penampilan dapat diketahui keterampilan dan cara berpikir responden atau siswa.
Tes penampilan masih sangat jarang dilakukan.
Dalam setiap tujuan pembelajaran (umum) untuk masing-masing pokok bahasan atau konsep
terdapat kata kerja berkenaan dengan perilaku dan cara mencapainya. Misalnya rumusan
tujuan berikut: siswa memahami ketergantungan antar makhluk hidup dengan melakukan
pengamatan dan menafsirkan hasil pengamatannya. Dalam rumusan tersebut nampak ada
konsep dan keterampilan proses sains (melakukan pengamatan, menafsirkan hasil
pengamatan).
Jika rumusan tujuan berikut: siswa mampu melakukan percobaan tentang arus listrik, energi
dan sumber energi listrik serta mampu menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan seharihari. Dalam rumusan tujuan tersebut tujuan utamanya adalah keterampilan proses (mampu
melakukan percobaan, menerapkan pengetahuan) tentang konsep (arus listrik, energi, dan
seterusnya). Dari kedua contoh rumusan tujuan tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa keterampilan proses sains harus melalui pembelajaran konsep dan menghasilkan
pengalaman belajar siswa (Rustaman, 2003).
Menurut Semiawan (1992:14-15) dalam Nuh (2010), terdapat empat alasan mengapa
pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari,
yaitu :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak
mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa,
2. Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret,
3. Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100
%, tapi bersifat relatif,
4. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan
sikap dan nilai dalam diri anak didik.
Menurut Nuh (2010), beberapa hal yang mempengaruhi keterampilan proses sains yang
dituntut untuk dimiliki siswa. Hal-hal yang berpengaruh terhadap keterampilan proses sains,
diantaranya yaitu perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan
strategi guru dalam mengajar.
Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains
Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu kerangka
berpikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks, yang paut (relevant)
dengan maksud dan tujuan. Unsur-unsur metode ialah wawasan intelektual, konsep, cara
penghampiran (approach) persoalan, dan rancang bangun alas data (database) . wawasan
intelektual berkenaan dengan nalar, tanggap rasa, cerapan, pengalaman, dan ilmu
pengetahuan.
Konsep adalah hasil proses intelektual berupa kejadian imajinatif untuk memperluas atau
memperkaya cerapan. Cerapan adalah seni merangkaikan sesuatu yang terhayati dengan

tanggap rasa dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Cerapan digolongkan seni
karena banyak melibatkan bakat atau pembawaan. Alas data adalah cerminan citra tentang
kenyataan yang dimiliki seorang peneliti atau cerapan peneliti tentang kenyataan
(Notohadiprawiro, 2006).
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan atau pendekatan
rasional yang digabungkan dengan pendekatan empirisme. Menurut Notohadiprawiro (2006),
metode ilmiah menggabungkan rasionalisme dengan empirisme. Dengan rasionalisme
landasan pemikiran terpadu dan mantik, dan dengan empirisme diperoleh kerangka pengujian
dalam memastikan kebenaran. Rasionalisme dapat menimbulkan kontroversi karena hakekat
kebenaran tidak sama bagi semua orang. Empirisme bersifat subjektif karena memberikan arti
kepada peristiwa menurut tafsiran atau pendapat pengamat. Menurut Bashiruddin (2011),
perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, perumusan
hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains
Penilaian merupakan proses pemberian atau penentuan nilai kepada objek berdasarkan
criteria tertentu. Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian
keterampilan proses sains merupakan pendekatan untuk mengukur dan menilai kemampuan
kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas atau dalam mempertunjukkan kegiatan. Kinerja
merupakan tanggapan aktif siswa secara langsung atau tidak langsung yang berupa proses
atau prosedur atau hasil.
Cara Mengukur Keterampilan Proses Sains
a. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
1. Karakteristik umum, yaitu:
1. Pokok uji keterampilan proses tidk boleh dibebani konsep. Hal ini diupayakan agar poko
uji tidak rnacu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat harus
diyakini oleh penyusun pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.
Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa. Informasinya dapat
berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya.
Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya
interpretasi.
2. Karakteristik khusus, yaitu:
a. Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya
b. Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola
c. Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau
diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau ditentukan jumlah
kelompok yang harus terbentuk
d. Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalan
e. Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian
lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
f. Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan
yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara
kerja untuk menguji atau membuktikan
g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi kesempatan untuk
mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur
yang harus ditempuh, menentukan peubah, mengendalikan peubah

h Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa
menyebutkan nama konsepnya.
Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak
biasa atau kontraktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.
b. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses sains
Penyusunan pokok uji KPS sebaiknya memilih satu konsep tertentu lalu menyajikan sejumlah
informasi yang perlu diolah. Setelah itu menentukan bentuk jawaban yang diminta misalnya
tanda silang, tanda cek, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah lalu menyiapkan pertanyaan
untuk memperoleh jawaban yang diharapkan. Misalnya uji keterampilan observasi tentang
bagian-bagian bunga. Mengajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan
daun mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri bunga tersebut.
Respon diminta dalam bentuk jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah dari a sampai e
(Rustaman, 2003).
c. Pemberian Skor Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
Pokok uji keterampilan proses memerlukan skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang
benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk pokok uji
observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya
membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya
pertanyaan berlatar belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana
diberi skor 2; pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2003).
Rincian Keterampilan Proses Sains a. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato
Abruscato (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 32) mengklasifikasikan keterampilan
proses sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan
keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar terdiri dari
: (1) Pengamatan, (2)Penggunaan bilangan, (3)Pengklasifikasian, (4) Pengukuran, (5)
Pengkomunikasian, (6) Peramalan, (7) Penginferensial. Sedangkan keterampilan terintegrasi
terdiri dari : (1) Pengontrolan variabel, (2) Penggunaan bilangan, (3) Perumusan hipotesis, (4)
Pendefenisian secara operasional, (5) Melakukan eksperimen. Agar siswa-siswa memiliki
keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan
dengan keterampilan itu . b. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran
sains sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan
masalah. Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dalam KBK antara lain : Mengamati Mengklasifikasi Mengukur
Menggunakan alat Mengkomunikasikan Menafsirkan Memprediksi Melakukan eksperimen
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dalam KBK antara lain : Mengamati Menggolongkan atau
Mengkelaskan Mengukur Menggunakan alat Mengkomunikasikan hasil Menafsirkan
Memprediksi Menganalisis Mensintesis Melakukan percobaan Keterampilan proses sains
yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah (MA) dalam
KBK antara lain : Mengamati Mengukur Menggolongkan Mengajukan Pertanyaan Menyusun
Hipotesis Merencanakan percobaan Mengidentifikasi variabel Menentukan langkah kerja
Melakukan eksperimen Membuat dan Menafsirkan Informasi / grafik Menerapkan konsep
Menyimpulkan 1Mengkomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal (Khaeruddin dan
Sujiono Eko Hadi, 2005 : 31). 3. Keterampilan-Keterampilan Proses Sains Keterampilanketerampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa pada saat
mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah,
mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah

tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains dikembangkan bersama-sama dengan faktafakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains. Menurut Nur (Khaeruddin dan Sujiono Eko
Hadi, 2005 : 34) keterampilan proses tersebut adalah pengamatan (observasi),
pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan
bilangan, penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan
hipotesis, dan pendefenisian secara operasional. 1. Pengamatan Pengamatan adalah
penggunaan indera-indera seseorang. Seseorang mengamati dengan penglihatan,
pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan
siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan;
(b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c) pengidentifikasian banyak
sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (e) melakukan
pengamatan kuantitatif, contohnya: 5 kilogram bukan massa (f) melakukan pengamatan
kualitatif, contohnya: baunya seperti susu asam bukan berbau Pengamatan yang
dilakukan hanya menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan pengukuran baku
tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut
pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan
kuantitatif. Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan
beberapa atau seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang
dirasa, apa yang dibau, apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati.
Pengamatan yang hanya menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang
lengkap tentang obyek yang diamati (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 35). Melalui
pengamatan, siswa akan mempelajari dunia sekelilingnya. Mereka mengamati obyek-obyek
dan fenomena alam melalui panca inderanya. Informasi dan data yang diperolehnya
mendorong kesungguhan belajar, menimbulkan pertanyaan, menumbuhkan kecakapan
interpretasi atau pemahaman lingkungan, serta memotivasi untuk melakukan penelitian
berikutnya. Keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling dasar
dalam pembelajaran IPA dan sangat penting bagi pengembangan keterampilan proses lainnya,
seperti keterampilan menyimpulkan, keterampilan komunikasi, keterampilan pengukuran dan
keterampilan klasifikasi (Suderajat Hari, 2004 : 76). Carin (Khaeruddin dan Sujiono Eko
Hadi, 2005 : 36) mengemukakan bahwa terdapat tujuh komponen untuk melakukan
pengamatan ilmiah yang baik, yaitu : Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun
pengamatan supaya tidak terlewati hal-hal yang penting atau supaya tidak terjadi
pengulangan yang tidak perlu. Indera (senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau
perlu memakai alat untuk membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.
Pertanyaan (question). Tetaplah mempunyai rasa ingin tahu selama mengamati, waspadalah
terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk mendapatkan
informasi baru dan pengamatan baru. Pengukuran (measurement). Buatlah pengukuranpengukuran variabel yang penting untuk melengkapi pengamatan kualitatif. Persamaan dan
perbedaan (similarities and differences). Identifikasilah persamaan dan perbedaan antara
obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat dibandingkan. Perubahan (changes).
Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau sistem yang sedang diteliti.
Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati perubahan yang terjadi sebagai akibat.
komunikasi (communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jelas mempergunakan
uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang tepat. 2. Penggunaan
bilangan Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa
pada saat menggunakan bilangan adalah : (a) penghitungan; (b) pengurutan; (c) penyusunan
bilangan dalam pola-pola yang benar; (d) penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.
3. Pengklasifikasian Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-

sifat tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian suatu sifat umum,
contohnya : mineral menyerupai logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b)
memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih, contohnya : yang memiliki
celah yang dapat menggores gelas; dan mineral tanpa celah dan mineral yang tidak dapat
menggores gelas (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36). Keterampilan
mengklasifikasi tergantung pada keterampilan penelitian. Melalui penelitian siswa belajar
untuk mengenali persamaan dan perbedaan benda-benda disekitar kita (Suderajat Hari, 2004 :
79). 4. Pengukuran Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu
obyek, berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan
dengan satu satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku centimeter.
Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa
adalah : (a) pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang
sesuai; (b) memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 37). Keterampilan siswa dalam melakukan
pengukuran merupakan salah satu keterampilan praktis dan bersifat manipulatif dalam
keterampilan proses penguasaan ilmu pengetahuan (Suderajat Hari, 2004 : 82). 5.
Pengkomunikasian Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan
ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi adalah penting menyatakan
sesuatu atau menulis data sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan
memberi kesempatan sebanyak-banyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka
mengevaluasi apa yang mereka katakan atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa
pada saat melakukan komunikasi adalah : (a) pemaparan pengamatan atau dengan
menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai; (b) pengembangan grafik atau gambar untuk
menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c) perancangan poster atau diagram untuk
menyajikan pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 37). Kemampuan
seseorang berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar dari apa yang orang tersebut
kerjakan. Komunikasi yang efektif haruslah jelas, presisi dan tidak kabur (Nur M, 1998 : 81).
6. Peramalan Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu
percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan interferensiinterferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan atas apa
yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk
memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa adalah : (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran
generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai. 7.
Penginferensial Penginferensial adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk menjelaskan
sesuatu yang telah terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk
menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh : Anda melihat suatu petak rumput mati.
Suatu inferensi yang mungkin diajukan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang
menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) mengaitkan pengamatan
dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk
pengamatan-pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 38). 8. Identifikasi dan
Pengontrolan Variabel Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada
suatu situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting,
yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja
diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian
variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan dilakukan percobaan yang
menghasilkan kesimpulan bahwa Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka
nyala lampu menjadi semakin redup. Variabel-variabel yang di teliti dalam percobaan itu
adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan ini secara sengaja telah diubah
banyaknya lampu, yakni mula-mula hanya ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu

lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu banyak lampu merupakan variabel
manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan variabel respon, karena nyala lampu
berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi. Di samping variabel manipulasi, terdapat
banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu
eksperimen, dapat dikatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang
berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa faktor lain
yang dapat memberikan suatu pengaruh dikontrol untuk tidak memberikan pengaruh. Dengan
demikian variabel ini disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan
pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi
mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah
tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat dilakukan eksperimen untuk menguji
hipotesis Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi
semakin redup. Kita mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani
satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kita menambah satu lampu lagi secara seri
dengan pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kita menambah satu lampu
tersebut, kita tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel
penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kita telah
menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat
variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa satusatunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu (variabel respon)
karena ada tambahan satu lampu secara seri (variabel manipulasi). Beberapa perilaku siswa
dalam mengontrol variabel adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil;
(b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel
yang dikontrol dalam suatu percobaan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 40). 9.
Penafsiran Data Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah
dikumpulkan. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang
mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan; (c)
pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan. 10. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang
bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika
dan maka. Contohnya : Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM
semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil. Dari rumusan ini dapat dikatakan
bahwa hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel
manipulasi terhadap variabel respon. Oleh karena itu di dalam rumusan hipotesis lazim
terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk
pernyataan, bukan pertanyaan. Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif
berdasarkan data hasil pengamatan atau dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan
teori. Penalaran induktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus
menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau teori
sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori menuju
pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa yang
dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) perumusan hipotesis berdasarkan
pengamatan dan inferensi; (b) merancang cara-cara untuk menguji hipotesis; (c) merevisi
hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut (Khaeruddin dan Sujiono Eko
Hadi, 2005 : 41). 11. Pendefenisian Variabel Secara Operasional (PVSO) PVSO adalah
perumusan suatu defenisi yang berdasarkan pada apa yang dilakukan atau apa yang diamati.
Suatu defenisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian
berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu. Mendefenisikan secara operasional
suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang
akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume

air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil. Untuk variabel
manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20
ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml,
40 ml, dan 60 ml. untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin,
sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap
peneliti dapat membuat defenisi operasional variabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang
sama defenisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masingmasing peneliti. Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan
pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol.
Beberapa perilaku siswa saat mendefenisikan variabel secara operasional adalah; (a)
memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-obyek konkrit, (b)
mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan
atau pengukuran-pengukuran selama suatu kejadian. 12. Melakukan eksperimen Melakukan
eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu eksperimen, seluruh
variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata lain,
eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan
untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis.
Apabila cara bagaimana suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan
dinyatakan secara jelas dalam bentuk defenisi operasional. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa saat melakukan eksperimen adalah : (a) merumuskan dan menguji prediksi
tentang kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji hipotesis, (c) mengidentifikasi dan
mengontrol variabel, (d) mengevaluasi prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil
percobaan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 42). 4. Pendekatan Keterampilan
Proses Pendekatan keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan
mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampuan
fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana
dan perlu diransang agar menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilanketerampilan memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan
sendiri fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Pengertian
tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya menemukan dan
mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah dikembangkan itu
berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara
kemampuan dan konsep melalui proses belajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap
dan nilai pada diri siswa, misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampuan
memecahkan masalah (Hamalik Oemar, 2003 : 149) Menurut Nur proses belajar mengajar
dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-teori
dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk
langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan atau pengalaman-pengalaman ilmiah tak
berbeda dengan apa yang dialami oleh saintis. (Nur M, 1998 : 3) Pendekatan proses dalam
pengajaran sains didasarkan pada pengkajian terhadap apa yang dilakukan ilmuwan. Prosesproses itu dijabarkan dari pengkajian terhadap apa yang dilakukan ilmuwan dan disebut
keterampilan proses sains. Beberapa yang termasuk dalam keterampilan proses itu adalah :
pengamatan, pengukuran, inferensi, pemanipulasian variabel, merumuskan hipotesis,
pendefenisian secara operasional dan melakukan eksperimen. Untuk mengajarkan
keterampilan proses itu kepada siswa, perlu siswa itu benar-benar melakukan pengamatan,
pengukuran, pemanipulasian variabel dan sebagainya. Ringkasnya, ia bertindak sebagai
ilmuwan. Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa dengan obyek-obyek
konkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan proses memberi siswa pemahaman yang valid

tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan dapat lebih baik
memahami fakta-fakta dan konsep-konsep. Hal yang unik dari pengajaran sains melalui
pendekatan proses adalah bahwa pendekatan ini memberikan siswa suatu sentuhan rasa
tentang sains. Misalnya, mudah untuk mengatakan kepada siswa bahwa air mendidih pada
100oC atau membeku pada 0 oC, tetapi alangkah akan lebih bermanfaat bila mengajarkan
siswa itu bagaimana mengukur suhu yang merupakan salah satu keterampilan proses sains.
Siswa itu akan dapat menemukan sendiri titik didih dan titik beku air. Dia akan
mendapatkan suatu perasaan tentang sains. Pengembangan keterampilan proses sains pada
siswa merupakan usaha yang bermanfaat. Keterampilan proses sains dapat ditransfer ke topik
dan bidang studi lain serta tidak mudah dilupakan. Keterampilan proses sains membuat siswa
merasakan hakikat sains dan memungkinkan siswa berbuat sains. Dan dengan berbuat
sains, siswa belajar fakta-fakta dan konsep-konsep sains. Jadi, dengan menggunakan
keterampilan proses dalam mengajarkan sains, siswa belajar proses dan produk sains.
(Nur M, 1998 : 21)
Source: http://www.eurekapendidikan.com/2014/10/keterampilan-proses-sains.html
Disalin dan Dipublikasikan melalui Eureka Pendidikan
Keterampilan-Keterampilan Proses Sains
Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri dari fakta,
konsep, dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau
proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala
alam yang belum diterangkan. Secara garis besar sains dapat didefenisikan atas
tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk ilmiah.
Jadi proses atau keterampilan proses atau metode ilmiah merupakan bagian
studi sains, termasuk materi bidang studi yang harus dipelajari siswa.
Mengajarkan bidang studi sains (IPA) berupa produk atau fakta, konsep dan teori
saja belum lengkap, karena baru mengajarkan salah satu komponennya.
Komponen sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkan antara lain adalah tanggung
jawab, keinginan hendak tahu, jujur, terbuka, obyektif, kreatif, toleransi,
kecermatan bekerja, percaya diri sendiri, konsep diri positif, mengenal hubungan
antara masyarakat dan sains,perhatian terhadap sesama mahluk hidup,
menyadari bahwa kemajuan ilmiah diperoleh dari sudut usaha bersama, dan
menginterpretasikan gejala alam dari sudut prinsip-prinsip ilmiah. Dengan kata
lain pendidikan sains juga bertujuan mengembangkan kepribadian siswa.
Proses dapat didefenisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang
digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Proses atau metode
ilmiah itu merupakan konsep besar yang dapat dirinci menjadi sejumlah

komponen yang harus dikuasai apabila orang itu hendak melakukan penelitian
dan pengembangan dalam bidangnya. Sainstis mengembangkan teori antara
melalui keterampilan proses.
A. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato
Abruscato (1992), mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi dua
bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan keterampilan
proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar terdiri
atas:
1. Pengamatan
2. Penggunaan bilangan
3. Pengklasifikasian
4. Pengukuran
5. Pengkomunikasian
6. Peramalan
7. Penginferensial
Sedangkan keterampilan proses terintegrasi terdiri atas:
1. Pengontrolan variabel
2. Penafsiran data
3. Perumusan hipotesis
4. Pendefinisian secara operasional
5. Melakukan eksperimen.
Agar siswa memiliki keterampilan-keterampilan tersebut, maka harus dilatih
untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan dengan keterampilan itu.
B. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum 2006
Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains
sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses
dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu
memecahkan masalah.
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) dalam Standar Isi antara lain:


1. Mengamati
2. Mengklasifikasi
3. Mengukur
4. Menggunakan alat
5. Mengkomunikasikan
6. Menafsirkan
7. Memprediksi
8. Melakukan eksperimen
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dalam Standar Isi antara lain:
1. Mengamati
2. Menggolongkan atau Mengkelaskan
3. Mengukur
4. Menggunakan alat
5. Mengkomunikasikan hasil
6. Menafsirkan
7. Memprediksi
8. Menganalisis
9. Mensintesis
10. Melakukan percobaan
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU)
dan Madrasah Aliyah (MA) dalam Standar Isi antara lain:
1. Mengamati
2. Mengukur
3. Menggolongkan
4. Mengajuakn Pertanyaan
5. Menyusun Hipotesis
6. Merencanakan percobaan
7. Mengidentifikasi variabel
8. Menentukan langkah kerja
9. Melakukan eksperimen
10. Membuat dan Menafsirkan informasi/grafik

11. Menerapkan konsep


12. Menyimpulkan
13. Mengkomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal.

Keterampilan-keterampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang


dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka
terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam
keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilanketerampilan proses sains dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains.
Menurut Nur (2003) keterampilan proses tersebut adalah pengamatan,
pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran,
penggunaan bilangan,penginterpretasian data, melakukan eksperimen,
pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, dan pendefinisian secara
operasional.
1. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seorang mengamati
dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan.
Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a)
penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan; (b) pengorganisasian obyekobyek menurut satu sifat tertentu; (c)pengidentifikasian banyak sifat; (d)
pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (e) melakukan
pengamatan kuantitatif, contohnya: 5 kilogram bukan massa (f)melakukan
pengamatan kualitatif, contohnya: baunya seperti susu asam bukan berbau.
Pengamatan yang dilakukan hanya dengan menggunakan indera tanpa mengacu
kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif,
sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang
mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan
kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan
kuantitaif.

Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan


beberapa atau seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat,
apa yang dirasa, apa yang dibau, apa yang didengar, apa yang dicicipi dari
obyek yang diamati.
Pengamatan yang hanya menggunakan satu indera tidak dapat memberikan
deskripsi yang lengkap tentang obyek yang diamati. Carin (1993)
mengemukakan bahwa terdapat tujuh komponen untuk melakukan
pengamatan ilmiah yang baik, yaitu:
1. Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak
terlewati hal-hal yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak
perlu.
2. Indera (Senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai
alat untuk membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.
3. Pertanyaan (Question). Tetaplah mepunyai rasa ingin tahu selama mengamati,
waspadalah terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu
untuk mendapatkan informasi baru dan pengamatan baru.
4. Pengukuran (Measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang
penting untuk melengkapi pengamatan kualitatif.
5. Persamaan dan perbedaan (Similarities and Differences). Identifikasikanlah
persamaan dan perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain
yang dapat dibandingkan.
6. Perubahan (Changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada
obyek atau sistem yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan
dan amati perubahan yang terjadi sebagai akibat.
7. Komunikasi (Communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jells
mempergunakan uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode
lain yang tepat.
2. Penggunaan bilangan
Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat menggunakan bilangan adalah: (a) penghitungan; (b)
pengurutan; (c) penyusunan bilangan dalam pola-pola yang benar; (d)

pengunaan keterampilan matematika yang sesuai.


3. Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat
tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengidentifikasian suatu sifat
umum, contohnya:mineral menyerupai logam dan mineral yang tidak
menyerupai logam; (b) memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau
lebih, contohnya: yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral
tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas.
4. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu
obyek,berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut
dibandingkan dengan suatu satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas
atau satuan baku sentimeter. Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan
kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengukuran panjang, volume,
massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b) memilih alat dan
satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut.
5. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang diketahui seseorang dengan
ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi penting
menyatakan sesuatu atau menulis data sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu
siswa dengan jalan memberi kesempatan sebanyak-banyaknya berlatih
berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang mereka katakan
atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan
komunikasi adalah: (a) pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan
perbendaharaan kata yang sesuai; (b) pengembangan grafik atau gambar untuk
menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c) perancangan poster atau
diagram untuk menyajikan orang lain.
6. Peramalan

Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu


percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan
inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang
pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan
inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu
pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa adalah: (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b)
penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian kebenaran dari ramalanramalan yang sesuai.
7. Penginferensial
Penginferensial adalah penggunaan seseorang apa yang diamati untuk
menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui
suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh:
Seorang melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang mungkin
diajukaan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu
mati. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) mengkaitkan pengamatan dengan
pengalaman atau pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasanpenjelasan untuk pengamatan-pengamatan.

8. Identifikasi dan Pengontrolan Variabel

Variabel adalah suatu besaran yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu
situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang
penting, yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel
yang secara sengaja diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah
sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut variabel respon.
Andaikan kamu telah melakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan
bahwa Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu
menjadi semakin redup. variabel-variabel yang kamu teliti dalam percobaan itu
adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan itu kamu sengaja telah
mengubah banyak lampu, yaitu mula-mula hanya ada satu lampu kemudian

ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu
banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu
merupakan variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian
variabel manipulasi. Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor
yang dapat mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu
eksperimen, kita ingin dapat mengatakan bahwa variabel manipulasi adalah
satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena
itu, harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memiliki suatu pengaruh dicegah
untuk memberikan pengaruh. Variabel yang dapat mempengaruhi hasil
eksperimen, tetapi dijaga agar tidak memberikan pengaruh disebut variabel
kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu
dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi mengontrol variabel berarti
memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap sama
kecuali satu faktor. Misalkan pada saat melakukan eksperimen untuk menguji
hipotesis Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu
menjadi semakin redup. Kamu mula-mula membuat rangkaian sederhana satu
baterai yang dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kamu
menambah satu lampu lagi secara seri dengan pertama, ternyata lampu menjadi
redup. Pada saat kamu menambah satu lampu tersebut, kamu tidak mengubah
empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket
baterai, dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kamu telah menjaga empat
variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat variabel
kontrol itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kamu dapat mengatakan
bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu
itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secar seri (variabel
manipulasi). Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah: (a)
pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian
variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang
dikontrol dalam suatu percobaan.
9. Penafsiran Data
Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah
dikumpulkan.Beberapa perilaku siswa adalah: (a) penyusunan data; (b)
pengenalan pola-pola atau hubungan-hubungan; (c) merumuskan inferensi yang
sesuai dengan menggunakan data; (d) pengikhtisaran secara benar.

10. Perumusan Hipotesis


Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat
diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering
dinyatakan sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya: Dengan waktu
pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air
PDAM akan semakin kecil. Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa hipotesis
adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi
terhadap variabel respon. Oleh karena itu, di dalam rumusan hipotesis lazim
terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam
bentuk pernyataan, bukan pertanyaan. Hipotesis dapat dirumuskan dengan
penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau dirumuskan dengan
penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif adalah penalaran yang
dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan
umum yang dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif
adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan
kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa yang
dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) perumusan hipotesis
berdasarkan pengamatan dan inferensi, (b) merancang cara-cara untuk menguji
hipotesis, (c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis
tersebut.
11. Pendefinisian Variabel Secara Operasional (PVSO)
PVSO adalah perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa yang mereka
lakukan atau apa yang mereka amati. Suatu definisi operasional mengatakan
bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan
atau kejadian itu. Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti
menetapkan tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan
dicatat. Contohnya, dari hipotesis Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila
volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil.
Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke
dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang
dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml. Untuk variabel
respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan

pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap
peneliti dapat membuat definisi operasional veriabel sendiri-sendiri, artinya
variabel yang sama definisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung
pada yang ditetapkan masing-masing peneliti. Oleh karena itu, sebagian besar
rancangan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah terselesaikan.
Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat
mendefinisikan variabel secara operasional adalah; (a) memaparkan
pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-obyek kongkrit, (b)
mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut, (c) memaparkan
perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu kejadian.
12. Melakukan eksperimen
Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu
eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel
manipulasi. Dengan kata lain, eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan
sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk
menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila suatu
variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara
jelas dalam bentuk definisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa
saat melakukan eksperimen adalah: (a) merumuskan dan menguji prediksi
tentang kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji hipotesis, (c)
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, (d) mengevalusai prediksi dan
hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil percobaan.

2.2.Jenis-jenis Keterampilan dalam Keterampilan Proses


Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut
terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan
terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam
keterampilan, yakni: mengobservasi,
mengklasifikasi,memprediksi,mengukur,menyimpulkan,dan mengkomunikasikan.
Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengindentifikasi variabel,
membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan
keterhubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengelolah data, menganalisa penelitian,
menyusun hipotesa, mendifinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan
melaksanakan eksperimen.
Sejumlah keterampilan proses yang dikemukakan oleh Funk di atas, dalam kurikulum
(Pedoman Proses Belajar Mengajar) dikelompokkan menjadi enam keterampilan proses.

Adapun 6 (tujuh) keterampilan proses tersebut adalah


mengamati,mengklasifikasikan,mengkomunikasikan,mengukur,memprediksi dan
menyimpulkan
1. Mengamati
Melalui mengamati kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis. manusia mengamati
obyek-obyek dengan phenomena alam melalui panca indra: penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman, dan perasa/pengecap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntun
keinginan-tahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interprestasi tentang
lingkungan kita, dan meneliti lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan
keterampilan paling dasar dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta
merupakan hal esensial untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses lain.
Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai obyek dan peristiwa alam dengan
menggunakan panca indra.
2. Mengklasifikasikan
Agar kita memahami sejumlah besar obyek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan
disekitar kita, lebih mudah apabila menentukan berbagai jenis golongan. Mengklasifikasikan
merupakan keterampilan proses untuk memilahkan berbagai obyek dan peristiwa berdasarkan
sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golong-an/kelompok sejenis dari obyek atau
peristiwa yang dimaksud. Contoh kegiatan yang menampakkan ketrampilam
mengklasifikasikan adalah mengklasifikasikan makhluk hidup selain manusia menjadi dua
kelompok: binatang dan tumbuhan, mengklasifikasikan binatang beranak dan bertelur,
mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, dan kegiatan lain yang sejenis.
3. Mengkomunikasikan
Kemampuan berkomunikasi dengan yang lain merupakan dasar untuk segala yang kita
kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persamaan matematika, dan
demonstrasi visual, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis atau dibicarakan, semua
adalah cara-cara komunikasi yang sering kali digunakan dalam ilmu pengetahuan. Manusia
mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk
memecahkan masalah.
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep
dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, dan/atau suara visual. Contohcontoh kegiatan dari keterampilan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan masalah,
membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis.
4. Mengukur
Berapa banyak? Berapa jaraknya? Berapa ukurannya? Berapa jumlahnya? Pertanyaanpertanyaan ini sering kita dengar atau ajukan dalam kehidupan sehari-hari dan kita perlu
untuk memiliki kemampuan menjawabnya dengan mudah. Pengembangan yang baik
terhadap keterampilan-keterampilan mengukur merupakan hal yang esensial dalam membina
observasi kuantitatif, mengklasifikasikan dan membandingkan segala sesuatu disekeliling
kita, serta mengkomunikasikan secara tepat dan efektif kepada yang lain.
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan
ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh kegiatan yang
menampakkan keterampilan mengukur antara lain: mengukur panjang garis, mengukur berat
badan, mengukur temperatur kamar, dan kegiatan lain yang sejenis.
5. Memprediksi
Suatu prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin
dapat diamati. Kegiatan-kegiatan yang dapat digolongkan sebagai keterampilan memprediksi,
antara lain: berdasarkan pola-pola waktu terbitnya matahari yang telah diobservasi dapat

diprediksikan waktu terbitnya matahari pada tanggal tertentu, memprediksikan waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan yang
kecepatannya tertentu, dan kegiatan lain yang sejenis.
6. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu
obyek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui. Kegiatankegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan, antara lain: berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa api lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat, siswa
menyimpulkan bahwa lilin dapat menyala bila ada udara yang mengandung oksigen.
Enam keterampilan yang telah diuraikan sebelumnya merupakan keterampilan-keterampilan
dasar dalam keterampilan proses, yang menjadi landasan untuk keterampilan proses
terintegrasi pada hakikatnya merupakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
melakukan penelitian. Sepuluh keterampilan terintegrasi tersebut akan diuraikan berikut ini.
1. Mengenali variable
Ada dua macam variable yang perlu dikenal yakni : variabel termanipulasi (manipulated
variabel ) dan variabel terikat. Pengenalan terhadap variabel berguna untuk merumuskan
hipotesis penelitian.
Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai atau konsep yang
diberi lebih dari satu nilai. Dengan dua batasan seperti disebutkan sebelumnya, Kita dapat
menyimpulkan bahwa variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai atau segala
sesuatu yang dapat berubah/berganti dalam satu situasi.
Variabel termanipulasi (manipulated variable) is deliberately changed in a situation (funk,
1985:89) sedangkan menurut surakhmad (1978:63) menyebutnya sebagai variabel bebas
yakni variabel yang diselidiki pengaruhnya. Dengan kata lain, variabel termanipulasi atau
variabel bebas dapat kita artikan sebagai variabel yang dengan sengaja diubah-ubah dalam
suatu situasi dan diselidiki pengaruhnya.
2. Membuat table data
Setelah melaksanakan pengumpulan data, seorang penyidik harus mampu membuat table
data. Keterampilan membuat table data perlu dibelajarkan kepada siswa karena fungsinya
yang penting untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan membuat table data diantaranya adalah
membuat table frekuensi dan membuat table silang.
3. Membuat grafik
Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk disajikan dalam
bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu
datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertical. Data untuk setiap variabel
terjadi sebagaimana terjadi pada table data.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan membuat
grafik diantaranya adalah membaca data dalam table, membuat grafik garis, membuat grafik
balok, dan membuat grafik bidang lain.
4. Manggambarkan hubungan antar variabel
Hubungan antar variabel dalam penelitian perlu dideskripsikan oleh setiap peneliti.
Keterampilam mendiskripsikan hubungan antar variabel merupakan salah satu kemampuan
yang harus dimiliki oleh setiap peneliti. Keterampilan menggambarkan hubungan antar
variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antar variabel
termanipulasi dengnan variabel hasil hubungan antara variabel-variabel yang sama.
Hubungan antar variabel ini perlu digambarkan karena merupakan inti penelitian ilmah.
5. Mengumpulkan data dan mengolah data
Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh
informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan, tertulis, atau

pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar
pengujian hipotesis atau penyimpulan.
Untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan mengolah data dapat melalui
kegiatan yang diantaranya adalah membuat instrument pengumpulan data, mentabulasi data,
menghitung nilai kuadrat, menentukan tingkat signifikasi hasil perhitungan dan kegiatan lain
yang sejenis.

a.
b.
c.
d.

6. Menganalisis penelitian
Keterampilan menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian
orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian. Kegiatan yang
dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menganalisis diantaranya adalah
mengenali variabel, mengenali rumusan hipotesis, dan kegiatan lain yang sejenis.
7. Menyusun hipotesis
Umumnya penelitian dimaksudkan untuk menguji hipotesis, maka dapat dipahami mengapa
menyusun atau merumuskan hipotesis merupakan langkah yang penting sekali didalam
penelitian. Pentingnya keterampilan menyusun hipotesis dalam pelaksanaan penelitian,
menyebabkan penting pula untuk dimiliki oleh para calon penyelidik (siswa).
8. Mendefinisikan variabel
Seperti yang kita ketahui, setiap cabang ilmu pengetahuan mencari hubungan yang sistematis
antar variabel. Untuk memudahkan penyistematisan hubungan antar variabel.
9. Merancang penelitian
Agar suatu penelitian dapat dilaksanakan secara baik dan menghasilkan sesuatu yang berguna
dan bermakna, maka diperlukan adanya rancangan penelitian. Rancangan penelitian ini
diharapkan selalu dibuat pada setiap kegiatan penelitian. Merancang penelitian dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi
dan direspon dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel
hipotesisi yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang
akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan merancang penelitian
adalah :
Mengenali, menentukan, dan merumuskan masalah yang akan diteliti.
Merumuskan satu atau lebih dugaan yang dianggap benar dalam rangka menjawab
masalah. Merumuskan dugaan yang dianggap benar ini disebut menyusun hipotesis.
Menyusun hipotesis dapat dilakukan dengan mendasarkan dugaan pada pengalaman
sebelumnya atau observasi atau intuisi.
Memilih alat/instrument yang tapat untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang
dirumuskan.
10. Bereksperimen
Eksperimen merupakan salah satu bentuk penelitian yang sering kali dilaksanakan oleh
seorang tanpa disadari. Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk
mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep,, dan prinsip ilmu
pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.
Contoh-contoh yang menampakkan keterampilan bereksperimen antara lain : menguji
kebenaran pernyataan bahwa semua zat memuai bila terkena panas dan yang tidak langsung
terkena sinar matahari.
Enam karakteristik dari keterampilan dasar tersebut sangat penting baik secara
individu maupun ketika berkelompok.

a.

Pengamatan

Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal. Kita mengamati
benda-benda dan peristiwa menggunakan semua panca indera kita, yang berarti kita belajar
tentang dunia di sekitar kita. Kemampuan untuk membuat pengamatan yang baik sangat
penting untuk perkembangan keterampilan proses sains lainnya, yaitu: berkomunikasi,
mengklasifikasi, mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi. Pengamatan sederhana dibuat
hanya menggunakan indera, yang biasanya menghasilkan pengamatan kualitatif (misalnya:
daun berwarna hijau, nula lilin lemah,dll). Pengamatan yang melibatkan angka atau kuantitas
adalah pengamatan kuantitatif misalnya: massa satu daun adalah lima gram, jumlah daun
bergerombol dalam kelompok adalah lima). Pengamatan kuantitatif memberikan informasi
yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indera kita saja. Tidak mengherankan, jika
siswa terutama yang masih kecil, membutuhkan bantuan untuk membuat pengamatan yang
baik.
Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus diminta untuk
mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar selengkap mungkin. Informasi hasil
pengamatan siswa harus dibuat dengan penuh rincian karena akan dapat meningkatkan
pemahaman mereka tentang konsep yang sedang dipelajari. Jika siswa mengamati dengan
panca indera mereka atau dengan instrumen, kita dapat membimbing mereka agar membuat
deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Kita dapat melakukan ini dengan mendengarkan
pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong mereka untuk menjelaskan. Misalnya, jika
seorang siswa menjelaskan apa yang dia lihat, mereka mungkin hanya menggambarkan
warna suatu objek tetapi tidak ukuran atau bentuknya. Seorang siswa mungkin
menggambarkan volume suara namun tidak pitch atau iramanya. Kita dapat mendorong siswa
untuk menambahkan rincian deskripsi mereka dan tidak hanya dari lima indera yang mereka
gunakan.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergandengan dengan
pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan
kepada orang lain, dan komunikasi harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami
informasi tersebut. Salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan
menggunakan rujukan (referensi). Kita mungkin mengatakan langit biru, rumput hijau, atau
lemon kuning untuk menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning. Idenya adalah untuk
berkomunikasi menggunakan deskripsi kata-kata yang baik untuk berbagi pemahaman
dengan orang-orang pada umumnya. Tanpa rujukan, kita telah membuka pintu
kesalahpahaman. Jika kita hanya mengatakan panas atau kasar, mungkin pendengar

mempunyai gagasan yang berbeda tentang bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba
untuk menjelaskan ukuran diameter kelereng mereka mungkin menggunakan ukuran
sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter kelereng bisa lebih besar atau lebih kecil dari
sepatu siswa tersebut.
c.

Pengukuran
Proses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus khusus dari mengamati dan
berkomunikasi. Ketika kita mengukur beberapa benda, kita membandingkan benda tersebut
untuk didefinisikan dengan rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran
berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk
memberitahu kita berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil
pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis, atau dengan gambar. menggambar. Metode
lain untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafik,
diagram, peta, dan demonstrasi visual.

d. Pengelompokan
Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke
dalam kelompok berdasarkan pengamatan mereka. Pengelompokan obyek atau peristiwa
adalah cara memilah objek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan
langkah penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang objek yang berbeda dari gejala
alam.
Ada beberapa metode yang berbeda dalam melakukan klasifikasi. Metode yang paling
sederhana adalah klasifikasi serial. Objek ditempatkan dalam urutan peringkat didasarkan
pada beberapa persyaratan, misalnya siswa dikelompokkan berdasarkan tingginya. Dua
metode lainnya adalah klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Dalam sistem klasifikasi
biner, satu set objek yang sederhana dibagi menjadi dua himpunan bagian. Hal ini biasanya
dilakukan atas dasar apakah setiap objek memiliki atau tidak memiliki syarat tertentu.
Misalnya, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu hewan dengan tulang
punggung dan hewan dengan tanpa tulang punggung. Sebuah klasifikasi biner juga dapat
dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu persyaratan. Objek dalam satu kelompok
harus memiliki semua sifat-sifat yang diperlukan, jika tidak mereka akan menjadi milik
kelompok lain.
e.

Kesimpulan
Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek,
kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan
pengamatan. Ketika kita mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan

peristiwa-peristiwa di sekitar kita, kita memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap
lingkungan di sekitar kita. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu
peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan
(investigasi). Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan
kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan
mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau
kesimpulan.
Kita dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu mendorong
mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci. Kemudian, dengan
member pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka kita dapat mendorong
siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan
dengan cara ini mengingatkan kita untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati
dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya. Kita menggunakan
pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirkan hasil pengamatan.
Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang
sama. Kesimpulan kita juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada
umumnya kita lebih percaya diri tentang kesimpulan kita ketika pengamatan yang diperoleh
cocok dengan pengalaman masa lalu. Kita juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat
mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat
kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi
lebih percaya diri dalam mengambil kesimpulan kesimpulan. Kadang-kadang membuat
pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi
tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan
sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja
secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.
f.

Ramalan
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari
kejadian masa depan. Kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian di masa depan
memungkinkan kita untuk berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita. Ramalan ini
didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian yang
diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang kita amati dan masa lalu kita
sehingga mengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi
meramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan kita atau

hipotesis tentang peristiwa yang memberi kita cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis.
Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka kita memiliki keyakinan lebih besar pada inferensi
/hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yang
bertanya dan menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam
keterampilan ilmu dasar proses.
Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam
pelajaran di kelas dan penyelidikan (investigasi) lapangan akan membuat pembelajaran
memberikan pengalaman yang lebih kaya dan lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan belajar
keterampilan sains serta isi sains, dan secara aktif terlibat dengan sains yang mereka pelajari ,
dan dengan demikian dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam. Akhirnya, keterlibatan
aktif dengan sains kemungkinan akan menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan
memiliki sikap lebih positif terhadap sains.

American Association for the Advancement of Science tahun 1970 menyatakan bahwa
pengklasifikasian keterampilan proses sains dasar yaitu:
a. Observasi (pengamatan)
Keterampilan observasi adalah keterampilan mengidentifikasi dan memberikan nama
sifat- sifat dari objek atau kejadian melalui panca indera untuk memperoleh informasi atau
data mengenai benda atau kejadian.
Pengamatan dengan menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif. Pengamatan
ini membuat kesadaran dan kepekaan terhadap segala hal disekitarnya akan berkembang.
Contoh: daun berwarna hijau.
Pengamatan yang dilakukan dengan membutuhkan alat ukur disebut pengamatan
kuantitatif. Pengamatan ini melatih siswa untuk mengidentifikasi indera mana yang tepat
digunakan untuk melakukan pengamatan suatu objek. Misalnya: massa satu daun adalah lima
gram, tinggi batang kentang 15 cm.
b. Klasifikasi (pengelompokan)
Keterampilan mengklasifikasi adalah keterampilan yang dikembangkan melalui latihan
mengategorikan benda-benda berdasarkan pada sifatnya untuk menentukan golongan bendabenda atau kegaitan-kegiatan. Keterampilan klasifikasi berguna untuk melatih siswa
menunjukkan persamaan, perbedaan dan hubungan timbal baliknya.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan klasifikasi ini adalah
1. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati dari sekelompok objek
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.

Misalnya: memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar-gambar hewan,
daun-daun, atau kancing-kancing berdasarkan sifat-sifat benda tersebut.
2. Menyusun klasifikasi dalam tingkatan tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek.
Misalnya: berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan.
c. Pengukuran (measurement)
Keterampilan mengukur dapat dikembangkan melalui kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan
sebagainya. Pengukur adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk mengukur observasi.
Pengukuran dapat diukur dengan standar konvensional atau standar non konvensional.
Standar non konvensional apabila mengukur membutuhkan alat ukur baku dan kemampuan
untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat- alat ukur. Contoh:
menghitung massa tanah menggunakan timbangan dengan satuan gram, menghitung volume
air dengan liter, mengukur panjang dengan penggaris satuan cm, dm, km dll. Standar
konvensional, apabila mengukur tidak menggunakan instrument. Contoh: menghitung
panjang kelas dengan menggunakan jengkalan tangan.
d. Komunikasi(Communication)
Komunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan
dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta
kejadain- kejadian secara rinci.
Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi bendabenda dan kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan
beberapa jenis hewan- hewan kecil (seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara
geraknya), siswa tersebut menjelaskan deskrifsi tentang objek yang diamati didepan kelas.
e. Inferensi
Inferensi disebut juga keterampilan membuat kesimpulan sementara adalah
menggunakan logika untuk membuat kesimpulan dari fakta yang di observasi.
Contoh, suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu benda
tersebut. Siswa mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian
menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa
akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk
menjelaskan suatu hasil observasi.
f. Prediksi
Prediksi adalah perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan
akan terjadi berdasarkan dari kejadian yang terjadi sekarang. Prediksi didasarkan pada
observasi yang cermat dan inferensi tentang hubungan antara beberapa kejadian yang telah
diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi yaitu : Inferensi harus didukung oleh fakta hasil
observasi, sedangkan prediksi dilakukan dengan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian
berdasarkan data pada saat pengamatan dilakukan.

Contoh: dalam kegiatan praktikum pengaruh jumlah serabut akar terhadap proses
transportasi air adalah adanya penurunan air pada gelas yang berisi tanaman karena air
tersebut diserap oleh tanaman.
g. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan
pengamatan. Ketika kita mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan
peristiwa-peristiwa di sekitar kita, kita memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap
lingkungan di sekitar kita. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu
peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan.
Contoh: melakukakan praktikum pengaruh jumlah serabut akar terhadap transportasi air
maka siswa akan dapat menarik kesimpulan bahwa akar bertugas menyerap air jadi semakin
banyak jumlah serabut akar maka jumlah volume air yang diserap tanaman juga akan banyak
pula ditandai adanya penurunan volume air dalam gelas tanaman.

Funk (1985) dalam Dimyati dan Mudjiono, (2002: 140) mengutarakan bahwa berbagai
keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a.) Keterampilan proses dasar (basic skill)
Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi,
pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Bila kita kaji lebih lanjut sebagai berikut.

1. Observasi
Melalui kegiatan mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar yang fantastis. Manusia
mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan melibatkan indera penglihat, pembau,
pengecap, peraba, pendengar. Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi siswa
tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut. Kemampuan mengamati merupakan
keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu serta hal terpenting untuk
mengembangkan keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan tanggapan terhadap
berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Dengan obsevasi, siswa
mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek yang diamati.

2. Klasifikasi
Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih
mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis golongan.
Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta pengelompokan
objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya
sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.

3. Komunikasi
Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk
memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan sesuatu secara lisan maupun tulisan
termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaikan dan
memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau
suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143). Contoh membaca peta, tabel, garfik,
bagan, lambang-lambang, diagaram, demontrasi visual.

4. Pengukuran
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan dalam menggunakan alat dalam
memperoleh data dapat disebut pengukuran.

5. Prediksi
Predeksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi, berdasarkan gejala yang ada.
Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita untuk mengenal pola dan untuk
memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono
(2002: 144) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau
membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan
perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan
prinsip dalam pengetahuan.

6. Inferensi
Melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai suatu keterampilan
untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip
yang diketahui.

b.) Keterampilan terintegrasi (integarted skill).


Keterampilan terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar
atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik,
diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis
ekperimen. Bila kita kaji lebih lanjut sebagai berikut.

1. Identifikasi Variabel
Keterampilan mengenal ciri khas dari faktor yang ikut menentukan perubahan.
Dalam penyelidikan ilmiah para ilmuan sering mengendalikan variable eksperimen atau
penelitian.

2. Tabulasi
Keterampilan penyajian data dalam bentuk tabel, untuk mempermudah pembacaan hubungan
antarkomponen (penyusunan data menurut lajur-lajur yang tersedia).

3. Grafik
Keterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya sesuatu keadaan.

4. Deskripsi hubungan variabel


Keterampilan membuat sinopsis/pernyataan hubungan faktor-faktor yang menentukan
perubahan. Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Sebagai contoh, guru dapat melatih
anak-anak dalam mengendalikan variabel untuk membuktikan bahwa tanaman jagung yang
diberi pupuk akan lebih cepat tumbuh.

5. Perolehan dan proses data


Keterampilan melakukan langkah secara urut untuk memperoleh data. Data yang
dikumpulkan melalui observasi, penghitungan, pengukuran, eksperimen dapat dicatat dan
disajikan dalam bentuk grafik, tabel, histogram, atau diagram.

6. Analisis penyelidikan
Keterampilan menguraikan pokok persoalan atas bagian-bagian dan terpecahkannya
permasalahan berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang
prinsip-prinsip dasar.

7. Hipotesis
Keterampilan merumuskan dugaan sementara.

8. Ekperimen
Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan suatu teori/penjelasan berdasarkan
pengamatan dan penalaran.
Keterampilan proses seperti yang diutarakan oleh Funk merupakan keterampilan proses yang
harus diaplikasikan pada pendidikan di sekolah oleh guru. Pembelajaran sains menekankan
pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengembangkan sikap
ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
keterampilan proses baik keterampilan proses dasar maupun keterampilan proses terintegrasi
(terpadu) seperti terungkap di atas.
Keterampilan memperoleh pengetahuan yang ingin dibentuk adalah daya pikir dan kreasi.
Daya pikir dan daya kreasi merupakan indikator perkembangan kognitif. Para ahli psikologi
pendidikan menemukan bahwa pekembangan kognitif bukan merupakan akumulasi kepingan
informasi atau kepingan perubahan informasi yang terpisah, tetapi merupakan pembentukan
oleh anak suatu kerangka atau jaringan mental untuk memahami lingkungan.
Read more: http://www.ukessays.com/essays/education/keterampilanproses.php#ixzz40sAN7J00

Selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan seharihari secara obyektif dan rasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam
menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam
pengajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat
melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) dalam
Dimyati dan Mudjiono, (2002: 140) mengutarakan bahwa berbagai keterampilan proses dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu: keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan
terintegrasi (integarted skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan
dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Bila kita kaji lebih
lanjut sebagai berikut.
1. Observasi
Melalui kegiatan mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar yang fantastis. Manusia
mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan melibatkan indera penglihat, pembau,
pengecap, peraba, pendengar. Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi siswa
tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut. Kemampuan mengamati merupakan
keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu serta hal terpenting untuk
mengembangkan keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan tanggapan terhadap
berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Dengan obsevasi, siswa
mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek yang diamati.
2. Klasifikasi
Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih
mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis golongan.
Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta pengelompokan
objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya
sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.
3. Komunikasi
Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk
memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan sesuatu secara lisan maupun tulisan
termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaikan dan
memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau
suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143). Contoh membaca peta, tabel, garfik,
bagan, lambang-lambang, diagaram, demontrasi visual.
4. Pengukuran
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan dalam menggunakan alat dalam
memperoleh data dapat disebut pengukuran.
5. Prediksi

Predeksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi, berdasarkan gejala yang ada.
Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita untuk mengenal pola dan untuk
memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono
(2002: 144) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau
membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan
perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan
prinsip dalam pengetahuan.
6. Inferensi
Melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai suatu keterampilan
untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip
yang diketahui.
B. KETERAMPILAN PROSES TERINTEGRASI
Keterampilan terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar
atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik,
diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis
ekperimen.
1. Identifikasi Variabel
Keterampilan mengenal ciri khas dari faktor yang ikut menentukan perubahan.
2. Tabulasi
Keterampilan penyajian data dalam bentuk tabel, untuk mempermudah pembacaan
hubungan antarkomponen (penyusunan data menurut lajur-lajur yang tersedia).
3. Grafik
Keterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya sesuatu keadaan
4. Deskripsi hubungan variabel
Keterampilan membuat sinopsis/pernyataan hubungan faktor-faktor yang menentukan
perubahan.
5. Perolehan dan proses data
Keterampilan melakukan langkah secara urut untuk meperoleh data
6. Analisis penyelidikan
Keterampilan menguraikan pokok persoalan atas bagian-bagian dan terpecahkannya
permasalahan berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang
prinsip -prinsip dasar.
7. Hipotesis

Keterampilan merumuskan dugaan sementara.


8. Ekperimen
Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan suatu teori/penjelasan
berdasarkan pengamatan dan penalaran.
Keterampian proses seperti yang diutarakan oleh Funk merupakan keterampilan proses yang
harus diaplikasikan pada pendidikan di sekolah oleh guru. Pembelajaran sains menekankan
pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengembangkan sikap
ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
keterampilan proses baik keterampilan proses dasar maupun keterampilan proses terintegrasi
(terpadu) seperti terungkap di atas.

You might also like