Professional Documents
Culture Documents
tekanan
intrapleura
terjadi
pada
kondisi
pneumotoraks,
2.
Chylothoraks
DEFINISI
Suatu keadaan terdapatnya chyle dalam pleural space akibat pecahnya ductus
thoracicus. Chyle merupakan cairan putih (milky fluid) yang terdiri atas cairan
limph dan lemak atau asam lemak bebas (FFA).
Berdasarkan anatominya,
aliran chyle
menembus
Non-trauma
o
tersering, sekitar 60% dari semua kasus, dengan non-Hodgkin lymphoma lebih
sering dari Hodgkin lymphoma untuk menyebabkan chylothorax.
o
Traumatic
o
Penyebab tersering adalah trauma surgikal pada ductus thoracicus, paling sering
pada prosedur yang meliputi diseksi di sekitar aorta thoracicus descendens bagian
proximal dan arteri subklavia kiri, meskipun dapat pula pula akibat komplikasi
prosedur lainnya. penyebab yang lebih jarang adalah trauma noniatrogenik,
misalnya penetrasi dada dan leher, pukulan pada dada, hiperekstensi spinal yang
menyebabkan peregangan dan ruptur ductus tltor aci cus.
MANIFESTASI KLINIS
1. Anamnesa Pasien mengeluh dyspneu, takipneu.
2. Pemeriksaan fisik
- Respiratory rate meningkat
- Bentuk dan gerak dinding dada asimetris. Gerakan hemithorax yang terkena
tamak tertinggal
- VBS menurun
- Pada perkusi ditemukan dull.
3. Rontgen thorax : gambaran efusi pleura yang luas.
4. Torakosentesis :keluarnya cairan putih (milky fluid). Pada analisis cairan pleura,
jika kadar trigliserida lebih besar dari 110 mg/dL maka 99% cairan itu adalah
cairan limfe.
5. CT scan mediastinal dibutuhkan terutama pada pasien nontaumatik untuk melihat
adanya keganasan di mediastinum.
Pseudochylothoraks
Chylothoraks
harus
dapat
dibedakan
dari
pseudochylothoraks,
yang
merupakan kumpulan dari kristal kolesterol pada efusi pleura yang kronis. Penyebab
tersering pseudochylothoraks adalah rheumatoid pleura yang kronik. TBC dan
empiema
yang
penanganannya
buruk juga
dapat
menyebabkan
terjadinya
pseudochylothoraks.
Chylothoraks dapat dibedakan dari pseudochylothoraks dengan pemeriksaan
analisis cairan pleura. Dalam pseudochylothoraks nilai kolesterol lebih dari 200
md/dL, tidak terdapat chylomicrons, dan kristal kolesterol terlihat di bawah
mikroskop.
PEMERIKSAAN UNTUK CHYLOTHORAKS
Untuk menentukan chylothoraks dapat dengan torakocentesis dan analisis cairan
pleura. Pada analisis cairan pleura untuk chylothoraks yang dilihat adalah kadar
trigliserida. Jika kadar trigliserida lebih besar dari 110 mg/dL maka 99% cairan itu
adalah cairan limfe. Jika kurang dari 50 mg/dL maka 5% cairan itu adalah cairan
limfe. Jika kadarnya antara 50 110 mg/dL dapat digunakan analisis lipoprotein
untuk memeriksa kadar chylomicrons atau kristal kolesterol pada cairan pleura.
PENATALAKSANAAN
Tube thoracostomy untuk melonggarkan rongga pleura.
Mengurangi produksi cairan limfe dengan memakan makanan yang rendah lemak.
Kemoradiasi dapat menghasilkan resolusi dari chylothoraks dan dapat digunakan
pada pasien dengan malignant chylothoraks yang tidak masuk dalam kriteria
operasi.
Somatostatin dapat digunakan pada anak-anak yang postoperasi dan pada
iatrogenik chylothoraks. Dosis : 3,5 12 mikrogram/kb BB/ jam. Perlu
diperhatikan efek samping somatostatin yang berupa diare, hipoglikemia, dan
hipotensi.
Operasi
Indikasi:
Kebocoran cairan limfe lebih besar dari 1L/ hari selama 5 hari atau kebocoran
cairan limfe yang persisten selama 2 minggu selama terapi konservatif.
Komplikasi nutrisi atau metabolik, termasuk kehilangan elektrolit dan
imunosupresi.
Loculated chylothorax, fibrin clots, atau trapped lung.
Post esophagectomy chylothorax
Macam-macam operasi:
Ligasi duktus thorakikus. Biasanya duktus diligasi antara vertabra VII dan XII,
di atas hiatus aorta.
Pleuroperitoneal shunt. Digunakan untuk refractory chylothorax tapi dapat
menyebabkan infeksi dan obstruksi.
Pleurodesis. Digunakan pada malignant chylothorax. Tidak efektif untuk
loculated chylothorax atau trapped lung.
Pleurectomy.
3.
SHOCK
Shock adalah suatu sindroma klinis dari adanya perfusi jaringan yang tidak adekuat.
Hipoperfusi jaringan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan akan
oksigen dan zat-zat lainnya disfungsi seluler dikeluarkannya mediatormediator inflamasi mengganggu perfusi melalui perubahan fungsional dan
struktural dari mikrovaskular tidak ditangani secara tepat multiple organ
failure - kematian.
Manifestasi klinis dari shock dapat berupa respon simpatik atau tanda-tanda
disfungsi organ dan biasanya terdapat hipotensi (mean arterial pressure < 60 mmHg)
KLASIFIKASI SHOCK
Hypovolemia
Septik
Traumatik
Hiperdinamik
Kardiogenik
Hipodinamik
Intrinsik
Neurogenik
Kompresif
Hipoadrenal
Otot polos pada arterial memiliki alpha dan beta adrenergik resptor. Reseptor
alpha1 menyebabkan vasokonstriksi sedangkan reseptor beta2 menyebabkan
vasodilatasi. Epinephrine dan norepinephrine yang dilepaskan dari medulla
adrenal konsentrasinya meningkat di dalam darah. Demikian pula vasokonstriktor
lainnya seperti angiotensin II,vasopresin,endhotelin-1 dan Tromboksan A2.
Sedangkan
yang
merupakan
vasodilator
adalah
prostasiklin(PGI2),nitric
darah,memelihara
perfusi
sentral
dan
mobilisasi
substrat
return
jadi
juga
meningkatkan
pengisian
ventrikel
selama
SHOCK TRAUMATIK
Shock ini menyebabkan cedera mikrosirkulasi sekunder dan maldistribusi
aliran darah sehingga dapat menyebabkan kegagalan system organ.Sebagai contoh
tamponade pericardium,tension pneumothorax atau kontusio miokard.
Terapi berupa penanganan ABC ( airway,breathing,circulation ) mutlak
diperlukan.Stabilisasi fraktur,debridement dan evakuasi hematom dapat mengurangi
respon inflamasi.
SHOCK KARDIOGENIK
SHOCK KARDIOGENIK INTRINSIK
Paling sering sebagai komplikasi AMI tetapi dapat juga terjadi pada bradikardi
atau takikardi berat,penyakit katup jantung atau stadium akhir CHF.Ditandai dengan
cardiac output yang rendah,perfusi perifer berkurang,kongesti paru,elevasi resistensi
vascular sistemik dan tekanan vascular paru.Shock kardiogenik dengan gagal jantung
kiri menyebabkan akumulasi darah di dalam sirkulasi vena,cairan paru meningkat
yang menyebabkan edema interstitial atau alveolar.
Dalam menegakkan diagnosis adanya penyakit jantung atau AMI,pemeriksaan
fisik dan EKG memegang peranan penting.Foto thorax,ekokardiogram berguna untuk
menegakkan diagnosis abnormalitas structural atau gangguan kontraktilitas.
Terapi
Dopamin dan norepinephrine digunakan untuk mengatasi hipotensi.Dobutamin
suatu inotropik positif dengan efek vasodilatasi dapat diberikan bila tekanan darah
arteri telah membaik.Furosemide iv dapat diberikan bila ada kongesti paru.Bila tidak
berhasil dapat digunakan pompa intraaorta untuk memperbaiki fungsi miokard.
SHOCK KOMPRESIF KARDIOGENIK
Darah atau cairan dalam perikard dapat menyebabkan tamponade,peningkatan
intra torax seperti pneumothorax,herniasi intra abdomen dan tekan ventilasi positif
yang berlebih semuanya dapat menyebabkan shock jenis ini.
Diagnosis
Didasarkan pada penemuan klinis,foto thorax dan ekokardiogram.Diagnosis lebih
sulit bila hipovolemi dan kompresi jantung terjadi bersamaan.Tanda klasik berupa
trias hipotensi,distensi vena leher dan bunyi jantung muffled dapat ditemukan.Pulsus
paradoksus juga dapat terjadi.
Terapi
Perikardiosentesis
SHOCK SEPTIK
Disebabkan oleh respon sistemik terhadap infeksi yang berat yang berasal dari
paru,abdomen dan saluran kencing.Tanda klinisnya adalah hasil gabungan perubahan
metabolic dan sirkulasi serta akibat pelepasan komponen toxic organisme.Perubahan
hemodinamik mengikuti dua pola khas yaitu pola hiperdinamik pada awalnya dan
pola hipodinamik pada akhirnya.
Respon hiperdinamik berupa takikardi,cardiac output normal,tahanan vascular
sistemik menurun sedangkan tahanan vascular paru meningkat.Kontraktilitas miokard
menurun.
Respon hipodinamik berupa vasokonstriksi dan cardiac output menurun.Pasien
biasanya takipnoe,demam,diaforesis,dingin dan sianosis.Oliguria,gagal ginjal dan
hipotermi mungkin mengakibatkan peningkatan serum laktat.
SHOCK NEUROGENIK
Cedera korda spinalis,anestesi spinal atau cedera kepala berat dapat
menyebabkan shock jenis ini.Dilatasi alveolar dan vasodilatasi dapat menyebabkan
pengumpulan darah dalam vena dengan akibat penurunan venous return dan cardiac
output.Berbeda dengan shock hipovolemi,pada shock jenis ini extremitas menjadi
hangat.Terapi meliputi koreksi hipovolemi relatif dan hilangnya tonus vasomotor
yang terjadai.Volume dalam jumlah besar serta norepinephrine mungkin diperlukan.
SHOCK HIPOADRENAL
Insufisiensi adrenal dapat terjadi akibar stress,pemberian steroid dosis tinggi atau
keadaan lain seperti atrofi idiopatik,TBC dan lain-lain.Diagnosis ditegakkan dengan
test stimulasi ACTH.Terapinya adalah dexametason 4 mg iv .resusitasi cairan dan
dengan bantuan vasopressor.
TERAPI TAMBAHAN
Posisi
Posisi Trendelenburg atau dengan mengangkat kaki dapat berguna tetapi hati-hati
bahaya aspirasi.
Pneumatic Antishock Garment (PASG)
Biasanya digunakan untuk evakuasi sebelum dibawa ke rumah sakit untuk bantuan
hemodinamik sentral.PASG akan meningkatkan tahanan vascular sistemik dan
tekanan darah tanpa merubah cardiac output.
Pemanasan
Pemanasan yang cepat dapat menurunkan kebutuhan akan darah dan memperbaiki
fungsi jantung.Metode yang paling efektif adalah pemanasan ekstrakorporal arteri
femoral dan kanulasi vena.Dapat menaikkan suhu dari 30 derajat sampai 36 derajat
dalam waktu kurang dari 30 menit.
4.
EMPIEMA TORAKS
DEFINISI
Kondisi terkumpulnya pus dalam rongga toraks atau lebih tepatnya rongga pleura.
ETIOLOGI
-
PAT-PAT
Terbagi menjadi 3 fase, yakni :
-
Fase I (eksudat)
Pada fase ini cairan pleura masih jernih namun disertai peningkatan viskositas
dibandingkan transudat. Pada pemeriksaan kimia darah akan terlihat peningkatan
protein dan LDH serta kadar glukosa yang rendah. Mikroskopis dapat ditemukan
banyak leukosit. Pada tuberculosis terdapat lebih banyak limfosit daripada neutrofil.
-
Fase II (fibropurulen)
Didapatkan pus kental dan mengandung fibrin sehingga pengeluaran pus dengan
pungsi atau water sealed drainage (WSD) menjadi sulit dilakukan.
-
Organisasi pus menyebabkan pus akan bersepta atau mengalami lokulasi, dan
penebalan pleura visceral yang hambat pengembangan paru.
DIAGNOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS
-
(inspeksi dan palpasi) pergerakan dinding dada yang tertinggal, fremitus melemah
(perkusi) daerah yang lebih redup, (auskultasi) penurunan suara nafas dan ronki.
Pungsi Pleura ditemukan adanya pus
TATA LAKSANA
5.
Lymphatic Drainage
The lymphatics of the parietal pleura contain stomata that are in direct
communication with the pleural space and subsequently drain into lymphatic
lacunae, lympathic ducts, and lympathic channels;
o From costal pleura drain ventrally into nodes along internal thoracic artery
and dorsally to the internal intercostal LN.
o From mediastinal pleura drain into tracheobronchial and mediastinal LN.
o From diaphragmatic pleura drain into parasternal, middle phrenic, and
6.
Anterior mediastinal
Posterior mediastinal
Tracheobronchial
Paratracheal
is cardiac output
and
7. Fungal ball
An aspergilloma, also known as a mycetoma or fungus ball, is a
clump of mold which exists in a body cavity such as a paranasal
sinus or an organ such as the lung. By definition, it is caused by fungi of the genus
Aspergillus. Aspergilloma (fungal ball) occurs in up to 20% of residual pulmonary
cavities 2.5cm in diameter. Signs and symptoms associated with single (simple)
aspergillomas are minor, including a cough (sometimes productive), hemoptysis,
wheezing, and mild fatigue. More significant sign and symptoms are associated with
chronic cavitary pulmonary aspergillosis and should be treated as such. The vast
majority of fungal balls are caused by A. fumigates, but A. niger has been implicated,
particularly in diabetic patients; aspergillomas due to A. niger can lead to oxalosis
with renal dysfunction. The most significant complication of aspergilloma is lifethreatening hempotysis, which may be the presenting manifestation. Some fungal
balls resolve spontaneously, but the cavity may still be infected.
Parietal pleural involvement in lung cancer results either from neoplastic spread
across the pleural cavity from visceral pleural sites along pleural adhesions that are
either preformed or secondary to the malignant process, or from the attachment of
exfoliated cells from the visceral pleura. The pathogenesis of visceral pleural
metastasis in lung cancer appears to be through pulmonary artery invasion and
embolization.
Adenocarcinoma of the lung is the most common cell type to involve the pleura
because of its peripheral location and spread by contiguity, and its propensity to
invade the vasculature. Bilateral pleural metastases in lung cancer are usually
associated with hepatic involvement, with haematogenous spread to the contralateral
lung. Pleural metastases from primary sites below the diaphragm are generally a
manifestation of a tertiary spread from established liver metastases.
At diagnosis, pleural effusions are rare in Hodgkin's disease but not infrequent in nonHodgkin's lymphoma. Lymphomatous invasion of the pleura appears to be an
uncommon and late finding in Hodgkin's disease, but is commonly seen in nonHodgkin's lymphoma. Whilst pleural effusion in lymphoma can be due either to
impaired lymphatic drainage due to mediastinal adenopathy, pleural or pulmonary
infiltration, or to thoracic duct obstruction, impaired lymphatic drainage appears to be
the primary mechanism in Hodgkin's disease and direct pleural infiltration the
predominant cause in non-Hodgkin's lymphoma.
9. EFUSI PLEURA
Kelebihan cairan pada rongga pleura
Rongga pleura
1. Pleura parietalis : membungkus rongga dada dan diaphragm
2. Pleura visceralis : membungkus paru
Diantara pleura parietalis dan pleura visceralis, terdapat rongga pleura yang berisi
cairan pleura (Normalnya < 20 mL, fungsinya sebagai lubrikasi untuk pergerakan
paru, dan pembentukan cairan pleura 0,01 mL/kg/jam)
Cairan pleura berasal dari tekanan hidrostatik kapiler sistemik pada pleura parietalis
dan kapiler pulmo pada pleura visceralis. Selain itu, cairan pleura juga berasal dari
-
Etiologi
Transudat
Jernih, encer
Basa
< 3gr/dL
= plasma
< 200 IU/L
<1000/mm3
- Peningkatan tekanan
hidrostatik kapiler
- Penurunan tekanan
osmotik kapiler
- Penurunan tekanan
intrapleura
Penyakit selain paru
Eksudat
Keruh, kental
Asam
+
> 3gr/dL
< plasma
> 200 IU/L
> 1000/mm3
+
+
Peningkatan permeabilitas
vaskuler
Penyakit paru
Patofisiologi
1. Pembentukan cairan pleura meningkat
- Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler
Contoh : gagal jantung peningkatan cairan di interstitial paru
- Penurunan tekanan osmotik kapiler
Contoh : sindroma nefrotik celah podosit lebih lebar albumin keluar
hipoalbuminemia