Professional Documents
Culture Documents
kesehatan. Karena dalam pelayanan kesehatan obat merupakan alat utama untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Obat di dalam resep terkadang tidak bisa sepenuhnya
dilayani karena berbagai sebab. Yang umumnya terjadi adalah:
1. Obat habis atau stok tidak tersedia di sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun
swasta dan juga di pasaran.
2. Harga obat tersebut tidak terjangkau (kemahalan) oleh pasien tersebut, sehingga
pasien memilih untuk menunda menebus obat yang dimaksud.
Apoteker dapat berperan dalam peningkatan penggunaan obat dengan biaya optimal
melalui obat generik. Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah
Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasiaan pasal 24b,
disebutkan bahwa dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan / pasien.
Ada unsur yang berperan dalam penggantian resep obat yaitu tenaga medis (dokter),
tenaga farmasis (apoteker), dan pasien. Dengan demikian, penggantian obat dalam resep
diperbolehkan dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Komposisi senyawa aktif dan dosis obat harus sama.
2. Obat dapat diganti dengan persetujuan dokter dan / dari pasien yang bersangkutan.
Dokter berhak mengganti obat paten dengan mengikuti ketentuan atau peraturan
yang sudah ada.
Jadi penggantian obat oleh Apoteker atas permintaan pasien harus dengan obat yang
mengandung senyawa aktif dan dosis yang sama dengan obat sebelumnya yang tertera dalam
resep. Tetapi harus dilakukan komunikasi antara tenaga media dan tenaga farmasis serta
pasien tentang penggantian obat.
NOMOR 35
TAHUN 2014
Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan Pelayanan
Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang
dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi :
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya cara
pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat berdasarkan
catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah dengan menggunakan
Formulir 8 sebagaimana terlampir.
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat
yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Berdasarkan PERMENKES No. 35 Th. 2014 diatas apoteker diharapkan mampu
memberi pelayanan yang lebih seperti kunjungan ke rumah-rumah pasien yang membutuhkan
prioritas lebih dari tenaga kesehatan seperti pasien-pasien lanjut usia dan juga pasien-pasien
dengan penyakit kronis. Dalam melakukan pelayanan tersebut apoteker diharapkan dapat
mengetahui hal-hal yang berkaitan terhadap penyakit yang diderita dan juga dapat
menemukan masalah-masalah terkait pengobatan yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan
pasien dalam menjalani terapi. Selain hal-hal tersebut apoteker juga harus bisa mencegah
adanya pemakaian obat-obat yang tidak diperlukan sehingga efek samping dari penggunaan
obat yang terlalu banyak dan juga interaksi-interaksi dari obat yang digunakan dapat dicegah.
KEPUTUSAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004
BAB III P E L A Y A N A N
Penyerahan Obat.
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai
pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.
Informasi Obat.
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi:
cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
Konseling.
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi
atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular,
diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling
secara berkelanjutan.
Identifikasi DRP :
a. Pil KB dan Antibiotik : Interaksi yang terjadi dan mekanismenya
laporan kasus kegagalan OC yang disebabkan antimikroba mungkin mewakili normal tingkat
1% hingga 3% dari kehamilan yang terjadi dengan menggunakan OC khas. Recall bias dan
tidak dilaporkan kepatuhan miskin (ketika dihadapkan dengan kehamilan yang tidak
diinginkan) dapat mempersulit penilaian kejadian interaksi.
Etinil estradiol, komponen estrogen biasanya digunakan dalam kontrasepsi oral, sekitar 40%
sampai 50% diserap secara sistemik dalam bentuk aktif berubah dengan variabilitas ditandai
antara individu. Sisanya mengalami metabolisme lintas pertama yang signifikan di dinding
usus dan hati melalui sitokrom P450 3A4. konjugat aktif etinil estradiol diekskresikan dalam
empedu. Bakteri estradiol-beta-glucuronidase flora usus dapat konjugasi metabolit,
melepaskan etinil estradiol aktif untuk reabsorpsi di usus kecil melalui mekanisme
enterohepatik. Progestin diserap sangat baik, dengan tidak ada metabolisme dinding usus dan
minor pertama -pass metabolisme hati. Banyak mekanisme yang diusulkan untuk interaksi
antara antimikroba dan kontrasepsi oral ada.
Contohnya termasuk penurunan penyerapan, penurunan sirkulasi enterohepatik,
meningkatnya persaingan hati enzimatik, hati degradasi enzim atau induksi, peningkatan
eliminasi, antibiotik diare yang disebabkan, peningkatan protein serum mengikat, dan
perpindahan dari steroid kontrasepsi dari situs reseptornya.
Ada ada bukti bahwa antimikroba mempengaruhi fungsi reseptor steroid atau bertindak
sebagai antagonis estrogen atau progestin. Beberapa studi menunjukkan bahwa karena
persiapan modern mengandung jumlah yang lebih kecil dari estrogen (<35 mg), interaksi
dengan antibiotik mungkin lebih cenderung.
Antibiotik, seperti ampisilin (misalnya, Principen), juga diusulkan untuk mengurangi
jumlah bakteri flora usus yang terlibat dalam hidrolisis konjugat estrogen dalam saluran
pencernaan. studi farmakokinetik dalam kelompok kecil perempuan menemukan bahwa
terobosan perdarahan atau ditinggikan konsentrasi follicle-stimulating hormone dapat terjadi
dengan penggunaan ampisilin jangka pendek. Namun, ini tidak terkait dengan perubahan
konsentrasi hormon. Beberapa antibiotik, seperti trimethoprim-sulfamethoxazole (misalnya,
Bactrim), benar-benar dapat meningkatkan kadar plasma dari etinil estradiol. [1,2]
Obat-obatan tertentu dapat mengurangi khasiat dari kombinasi kontrasepsi oral. Obat-obatan
yang meningkatkan metabolisme obat hati (misalnya, fenobarbital, carbamazepine
[Tegretol], fenitoin [Dilantin]) dapat meningkatkan tingkat kegagalan kontrasepsi oral
kombinasi. [1] Antimikroba yang enzim pemicu termasuk rifampisin (misalnya, Rifadin)
dan griseofulvin (misalnya, Fulvicin). Rifampisin dapat menurunkan kadar estradiol baik
etinil dan norethindrone oleh enzim menginduksi aktivitas ampuh nya.
Beberapa studi tentang ini ada dan banyak dari data yang saling bertentangan dan tidak
meyakinkan, sehingga sulit untuk mendiskusikan risiko dengan pasien. Data farmakokinetik
klinis menunjukkan bahwa antimikroba mengubah konsentrasi darah dari kontrasepsi oral
Nama
: DedeReynaldi
NIM
: 201310410311047
Kelas
:D