Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Mudrikah
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Cairan adalah air beserta unsur-unsurnya yang didalamnya diperlukan untuk
kesehatan sel, dan cairan ini sebagian berada di dalam dan sebagian di luar sel.
Elektrolit adalah suatu zat cair di dalam tubuh yang terdiri dari molekul-molekul atau
ion-ion yang berfungsi membantu proses metabolisme dalam tubuh.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk berlebihan atau
kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan
intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada
bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat
diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
a. Cairan Interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah. Plasma
darah.
b. Cairan Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
2. Fisiologi Cairan Dan Elektrolit
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan
membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen
dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit
tubuh dengan beberapa cara yaitu:
a. Difusi
Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam cairan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.
Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membran sel. Kecepatan difusi di
pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature.
b. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran
semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang
lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya
daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
5. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan
berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 2.500
ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500
ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.
Rumus menghitung keseimbangan cairan tubuh
CM CK IWL
Keterangan :
CM : Cairan Masuk
CK : Cairan Keluar
Rumus IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
6. Pengaturan Keseimbangan Cairan
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotesin II yang dapat merangsang hipotalamus
untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi
haus.
2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
b. Anti diuretik hormon (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipoofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini meningkatkan
reabsorbsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.
c. Aldosteron
Hormon ini di sekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan reabsorbsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang
oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan system angiotensin renin.
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah,
Glikokortikoid
Meningkatkan reabsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan
terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan
pada keseimbangan volume darah. ( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )
7. Pengaturan Elektrolit
a. Natrium (sodium)
Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel. Na +
memengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot.
Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya
sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (potassium)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,
sintesa protein, pengaturan keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah
menjadi ion hydrogen (H+). nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan
ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone paratiroid
mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormone
thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca++ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting
untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai normalnya
sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Klorida
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstrasel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.
f.
Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi
untuk
meningkatkan
kegiatan
neuromuskuler,
metabolisme
karbohidrat,
d. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang di gastrointestinal setiap hari
sekitar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 0
celcius. ( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )
UMUR
BB (KG)
1
2
3
3 hari
1 tahun
2 tahun
3,0
9,5
11,8
CAIRAN (ML/24
JAM)
250 300
1150 1300
1350 1500
4
5
6
7
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun (Adult)
20
28,7
45
54
1800 2000
2000 2500
2200 2700
2200
2700
e. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
f. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit misalnya:
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
g. Tindakan medis
Banyak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain.
h. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
i. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggimengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan darah
selama pembedahan.
11. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan elektrolit dibagi menjadi 3 yaitu gangguan
keseimbangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan
asam basa.
a. Gangguan Keseimbangan Cairan
1) Defisit volume cairan ( fluid volume defisit/ FVD ) atau Hipovolemia
Adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi
cairan dan elektrolit diruang ekstrasel, namun kedua proporsi antara keduanya
mendekati normal. Kehilangan cairan diakibatkan oleh berbagai faktor antara
lain kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut ( misalnya protein,
klorida dan natrium )yang dapat menyebabkan ekskresi urine berlebih,
keringat yang banyak serta kelainan yang menyebabkan pengeluaran urine
berlebih. Secara umum kondisi defisit volume cairan ( dehidrasi ) terbagi 3
yaitu:
a) Dehidrasi isotonic. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma darah 130150 mEq/l.
b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih besar
daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150
mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma
adalah 130mEq/l.
Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya antara lain :
a) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini kehilangan cairan mencapai 5% dari berat
tubuh.
b) Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 510% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kadar natrium berkisar 152-158
mEq/l. salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c) Dehidrasi berat
Kondisi ini terjadi bila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium
serum berisar 159-166 mEq/l. pada kondisi ini penderita dapat mengalami
hipotensi.
Volume cairan berlebih (fluid volume eccess/ FVE) atau hipervolemia
2)
Hipernatremia
Kelebihan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan tekanan osmotic ekstrasel dimana kadar natrium serum >144
mEq/l dan berat jenis urine >11,30. Diakibatkan diare disfagia, poliuria karena
diabetes insipidus.
2)
Ketidakseimbangan Kalium
a)
Hipokalemia
Kekurangan kadar kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
pindahnya kalium keluar sel dimana kadar kalium <4 mEq/l.
b)
Hiperkalemia
Kelebihan kadar kalium dalam cairan ekstrasel dimana kadarnya >5 mEq /l.
3)
Ketidakseimbangan Kalsium
a) Hipokalsemia
Kekurangan
Hiperkalsemia
Kelebihan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium serum
> 5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml.
4)
Ketidakseimbangan Magnesium
a) Hipomagnesemia
Kondisi dimana kadar magnesium kurang dari 1,5 mEq/l. umumnya
disebabkan oleh konsumsi alcohol, malnutrisi, diabetes, gagal ginjal, gagal hati
dan absorbs usus yang buruk.
b)
Hipermagnesemia
Kondisi dimana kadar magnesium lebih dari 3,4 mEq/l. Umumnya disebabkan
oleh konsumsi antasida yang mengandung magnesium.
5)
Ketidakseimbangan Klorida
a) Hipokloremia
Penurunan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida >95 mEq/l.
Disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan seperti
diare, muntah, uresis.
b)
Hiperkloremia
Peningkatan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida <105 mEq/l.
Disebabkan oleh dehidrasi dan masalah ginjal.
6)
Ketidakseimbangan Fosfat
a) Hipofosfatemia
Penurunan kadar fosfat didalam serum, dimana nilainya <2,8 mg/dl.
Disebabkan oleh alkoholisme, malnutrisi, hipertiroidisme.
b)
Hiperfosfatemia
Peningkatan kadar fosfat dalam serum, dimana nilainya >4,4 mg/dl atau >3,0
mEq/l. Disebabkan oleh penggunaan laksatif yang mengandung fosfat,
penurunan hormone paratiroid dan kasus gagal ginjal. ( Wahid dan Nurul, 2007
).
c. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1) Asidosis respiratorik.
Adalah gangguan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat gangguan
hiperkapnia.
a)
Tanda-tandanya
meliputi:
nafas
dangkal,
gangguan
pernafasan
yang
dan disorientasi, pH plasma <7,35; pH urine <6, PCO2 tinggi (>45 mmHg).
Penyebabnya antara lain penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis,
penurunan aktivitas pusat pernafasan karena trauma kepala, pendarahan,
narkotik, anestesi)
2)
Asidosis metabolic
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa.
a)
b)
3)
Alkalosis respiratorik
Merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi.
a)
Tanda-tandanya meliputi:
4)
Alkalosis metabolic
Merupakan kondisi penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh difisiensi relatif
asam nonkarbonat.
a)
b)
13. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan
penyakit dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi
beratnya diare dan penyakit.
b. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta
larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
c. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti
defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan
motilitas.
d. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau
bila diare sangat berat.
e. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk
anak kecil dan lansia.
Jam
Ruang
a. Biodata
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung jawab
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan kebutuhan cairan
dan elektrolit antara lain: nyeri abdomen, kram, bising usus hiperaktif atau
hipoaktif, anoreksia, borborigmi, distensi abdomen, perasaan rektal penuh,
feses keras dan berbentuk, kaletihan umum, sakit kepala, tidak dapat
makan, nyeri saat defekasi, mual, muntah, konstipasi, inkontenensia
2)
3)
defekasi, diare.
Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan / menjelaskan kronologi berjalannya penyakit pasien
Riwayat kesehatan terdahulu
b)
(a) Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan
(b) Tingkat kesadaran
(3) Pengukuran pemasukan cairan
(a) Cairan oral ; NGT dan oral
(b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
(c) Makanan yang cenderung mengandung air
(d) Irigasi kateter atau NGT
(4) Pengukuran pengeluaran cairan
(a) Urine : volume, kelernihan/kepekatan
(b) Feses : jumlah dan konsisten
(c) Muntah
(d) Tube drainase
(e) IWL
(f) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya + 200 cc
Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
(1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan
sensasi rasa.
(2) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin dan
bunyi jantung.
(3) Mata : cekung, air mata kering.
(4) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
(5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-untah
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan elektrolit,
2) Darah lengkap,
3) pH,
4) Berat jenis urin,
5) AGD (Analisa Gas darah)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Aktual / Resiko defisit Volume Cairan
Definisi : Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada
ekstraseluler (CES) dan Vaskuler (CIV).
Berhubungan dengan :
1) Kehilangan cairan secara berlebihan
2) Berkeringant secara terus menerus
3) Menurunnya intake oral
4) Penggunaa diuretic
5) Pendarahan
Ditandai dengan :
1)
Hipotensi
2)
Takhikardia
3)
Pucat
4)
Keklemahan
5)
Konsentrasi urin pekat
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
1)
Penyakit Addison
2)
Koma
3)
Ketoasidosis pada disbetik
4)
Pendarahn gastrointestinal
5)
Muntah diare
6)
Intake cairan tidak adekuat
7)
AIDS
8)
Pendarahan
9)
Ulcer kolon
Tujuan yang diharapkan :
1)
Mempertahnkan keseimbangan cairan
2)
Menunjukkkan adannya keseimbangan cairan seperti output adekuat, tekanan
3)
NO
1
Monitor IV infuse
CVP
Status mental
Berat badan
Berikan makanan dan cairan
antimuntah
Berikan dukungan verbal dalam pemberian
cairan
Lakukan kebersihan mulut sebelum makan
Meningkatkan sirkulasi
NO
1
INTERVENSI
RASIONAL
perawatan
pengobatan
Hati hati dalam pembarian cairan
Mengurangi edeme
teruis menerus.
Berikan pengetahuan kesehatan
tentang :
dan kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2005. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: teori dan
aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta
North American Nursing Diagnosis Association. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan
NANDA 2005-2006. Prima Medika
Tarwoto dan Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Manusi & Proses Keperawatan. Edisi 3.
Salemba Medika. Jakarta
Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta