Professional Documents
Culture Documents
1. Tinjauan teoritis
Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
Diare adalah defekasi yang tidak normal, baik frekuensi maupun
konsistensinya
Diare dibagi 2 yaitu :
a. Diare akut : yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi yang sebelumnya sehat
b. Diare kronik : Diare yang melanjut dan menetap sampai 2 minggu atau
lebih disertai kehilangan berat badan selama masa tersebut
Etiologi
- Infeksi
- Makanan
- Psikologis
Tanda dan gejala
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Komplikasi
1.
2.
3.
4.
Dehidrasi
Hipokalemia
Hiponatremia
Malnutrisi
Pemeriksaan Diagnostik
1.
2.
3.
4.
Penatalaksanaan terapeutik
F. WOC
Mikobakterium Tuberkulosis
Poliferasi sel epitel disekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ
yang terinfeksi
Inflamasi/infeksi
jaringan
Demam, anoreksia, malaise, BB turun
MK : Perubahan nutrisi
Gangguan personal
hygiene
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnostik TB Paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30 70 % pasien TB yang
dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
2. Tes tuberkulin / mantoux test.
Dengan cara derivate protein yang dimurnikan sebanyak 0,1 ml disuntikan
dalam lapisan intrakutan kira-kira 10 cm dibawah siku membentuk
benjolan pada kulit hasilnya 48- 72 jam setelah disuntikan.
Berdasarkan hasil mantoux test :
- ( + ) bila diameter atau benjolan 5-10 mm individu sudah pernah
terinfeksi/terpajan oleh kuman TB.
- ( - ) kecil dari 5 mm bukan bebas dari terinfeksi TB.
3. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapatkan perhatian karena hasilnya kadang
meragukan , pada saat tuberkulin paru mulai aktif akan didapat jumlah
leokosit masih dibawah normal, laju endap darah mulai meningkat. Bila
penyakit mulai sembuh jumlah leokosit kembali normal.
4. Radiologist
Lokasi lesi TB umumnya di daerah apeks paru ( segmen apical lobus
atas/segmen apical lobus bawah ). Pada awalnya lesi masih merupakan
sarang pneumonia, gambarannya berupa bercak seperti awan dengan
batas yang tidak tegas, bila lesi sudah diliputi oleh jaringan ikat maka
bayangan terlihat bulatan dengan batas tegas .
H. KOMPLIKASI
1. Pleuritis.
2. Efusi pleura.
3. Laringitis.
I. PENATALAKSANAAN
Kebanyak individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak dirawat di
rumah sakit. Jika dirawat dengan kriteria :
- Sakit akut
- Kehidupannya beresiko tinggi
- Tidak patuh pada pengobatan
- Ada riwayat TB
- Ada penyakit lain
- Tidak terjadi perbaikan setelah terapi
- Resisten terhadap pengobatan
Obat yang diberikan :
- Isoniazid
- Rifampisin
- Etambutol / streptomisin, pirazunamid.
1. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat,
status perkawinan, penanggung jawab, no MR.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu :
- Pernahkan pasien kontak dengan penderita TB
- Apakah pasien mengalami imunosupresi
- Apakah pasien ada riwayat TB
- Adakah riwayat vaksinasi BCG atau test mantoux
- Adakah pasien konsumsi alkohol
- Apakah pasien merokok
Riwayat kesehatan keluarga :
Apakah keluarga ada riwayat TB atau pada lingkungan sosial.
Riwayat kesehatan sekarang :
- Demem ( 380c).
- Batuk berdahat atau berdarah.
- Sesak napas.
- Nyeri dada.
- Anoreksia.
- Penurunan berat badan.
- Nyeri otot.
- Keringat malam.
c. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
- KU Pasien
- Terlihat konjungtiva/kulit pucat karena anemi.
- Badan kurus/penurunan berat badan.
Palpasi : perge4rakan akan tertinggal pada bagian paru yang sakit.
Perkusi : Suara paru-paru redup bila terdapat kapasitas yang begitu
besar, timbul suara
Hipersonor atau timpani.
Auskultasi : Suara napas bronkhial, suara tambahan ronki basah , kasar
dan nyaring, vesikuler melemah bila terdapat penebalan pleura.
3. Intervensi Keperawatan.
Dx. 1. Bersihan jalan napas inefektif b/d pengeluaran sekret yang berlebihan.
Tujuan : Jalan napas efektif.
Kriteria hasil : Suara napas terdengar bersih.
Pasien dengan batuk efektif dapat mengeluarkan sekret.
Pernapasan dalam batas normal ( 16-24 x/I ).
Intervensi :
- Kaji fungsi pernapasan seperti : bunyi napas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan oto bantu.
Rasional : Penurunan bunyi napas seperti ronki dan mengi dapat
menunjukkan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas
yang dapat menimbulkan penggunaan oto bantu pernapasan dan
peningkatan kerja napas.
- Berikan posisi semi fowler/duduk
Rasional : posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernapasan.
- Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : memberikan gambaran tentang kerja jantung dan paru.
- Pertahankan lingkungan bebas debu, polusi udara, dan lain-lain.
Rasional : mencegah infeksi lanjut.
- Mengajarkan batuk efektif.
Rasional : membantu melancarkan jalan napas.
- Anjurkan banyak minum air putih hangat lebih kurang 2500 ml/hari
Rasional : pemasukan cairan yang banyak dan membantu
mengencerkan sekret.
- Berikan O2 sesuai indikasi.
Rasional : membantu melancarkan pernapasan.
- Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : membantu penyembuhan dan mencegah terjadinya
infeksi lebih lanjut.
4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan keperawatn yang telah
direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penyakit pasien.
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatn untuk menilai keberhasilan
dari tindakan keperawatn yang telah dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dari status
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan.