You are on page 1of 10

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS

1. Tinjauan teoritis
Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
Diare adalah defekasi yang tidak normal, baik frekuensi maupun
konsistensinya
Diare dibagi 2 yaitu :
a. Diare akut : yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi yang sebelumnya sehat
b. Diare kronik : Diare yang melanjut dan menetap sampai 2 minggu atau
lebih disertai kehilangan berat badan selama masa tersebut
Etiologi
- Infeksi
- Makanan
- Psikologis
Tanda dan gejala
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sering BAB dengan konsistensi encer


Turgor kulit jelek
Ubun ubun dan mata cekung
Nafsu makan berkurang
Mual dan muntah
Demam 38 c
Nyeri abdomen
Lemah, pucat, nadi cepat dan pernafasan cepat

Komplikasi
1.
2.
3.
4.

Dehidrasi
Hipokalemia
Hiponatremia
Malnutrisi

Pemeriksaan Diagnostik
1.
2.
3.
4.

Riwayat alergi pada obat


Kultur tinja
Pemeriksaan elektrolit
Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, adanya darah

Penatalaksanaan terapeutik

1. Penanganan khusus pada penyebab


2. Pemberian cairan elektrolit
3. Pada bayi pemberian asi diteruskan jika penyebab bukan dari asi
Penatalaksanaan keperawatan
Pengkajian :
a. Riwayat kesehatan :
- Apakah klien pernah menderita diare sebelumnya
- Apakah klien pernah mengkonsumsi makanan yang kadaluarsa
- Apakah klien saat ini mengkonsumsi antibiotik
b. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
: fontanel terlihat cekung
2. Mata
: Konjungtiva anemis, Sklera pucat
3. Pipi
: Pucat
4. Mulut
: Mukosa kering
5. Kulit
: Turgor jelek
6. Nadi
: Tacikardi
7. Pernafasan : Takipnea
8. Abdomen
: Distensi abdomen, bising usus meningkat, nyeri tekan
9. Anus
: kemerahan dan lecet
2. Diagnosa keperawatan
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar
dan encer.
Tujuan :
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal
Kriteria hasil
Menunjukan tanda tanda hidrasi yang adekuat ditandai dengan
tangan kulit elastis, membran mukosa lembab dan berat badan tidak
menunjukkan penurunan.
Intervensi :
a. Kaji status dehidrasi : Ubun-ubun , mata, turgor kulit dan membran
mukosa.
Rasional : dengan mengkaji status dehidrasi dapat mengetahui
tingkat dari hidrasi.
b. Kaji pengeluaran urin setiap 8 jam.
Rasional : mengkaji hidrasi.
c. Kaji tanda-tanda vital.
Rasonal : mengkaji hidrasi.
d. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan.
e. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai indikasi.
Rasional : pemberian cairan dan elektrolit diberikan untuk
mengganti cairan yang hilang bersamaan dengan feses yang encer.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.

Tujuan : Menigkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum.


Kriteria hasil : Klien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk
mempertahankan berat badan.
Intervensi :
a. Timbang berat badan anak setiap hari.
Rasional : mengetahui perubahan berat badan setiap hari.
b. Monitor intake dan output.
c. Berikan banyak minum dan makanan sesuai dengan diit yang
dianjurkan.
Rasional : Dengan memberikan banyak minum dan makanan sesuai
dengan diit , mengganti cairan yang telah hilang dan mempercepat
proses penyembuhan.
d. Lakukan oral hygiene sehabis makan.
Rasional : memberikan rasa nyaman dan menambah bafsu makan.
e. Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah
laktosa.

3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air


besar.
Tujuan : Klien tidak menunjukkan gangguan interitas kulit yang ditandai
dengan keutuhan kulit dan tidak lecet.
Kriteria hasil : Klien tidak mengalami kerusakan kulit dan kulit kembali
normal.
Intervensi :
a. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar.
b. Ganti kain apabila lembab atau basah.
Rasional : menjaga kulit tetap bersih dan kering.
c. Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
Rasional : melindungi kulit dari iritasi dan mencegah
perkembangbiakan kuman.
d. Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal.
Rasional : mempercapat proses penyembuhan dan melindungi
dari iritasi.

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSISI


PARU
A. DEFENISI
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru.
( Bruner dan Suddarth, 2001, hal 584 ).
Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh mikobakterium
tuberkulosis yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru, biasanya merupakan lokasi infeksi primer dengan gejala
yang bervariasi.
B. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis paru adalaj sejenis kuman berbentuk hasil yang
dikenal dengan nama mikobakterium tuberkulosisi, sifatnya :
- Sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.
- Rentan terhadap obat apalagi pemakaian obat yang tidak teratur.
C. ANATOMI FISIOLOGI
Paru terletak pada rongga dada yang dibungkus oleh selaput pleura viseral
dan parietal, pada keadaan normal pleura hampa udara sehingga paru dapat
kembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan yang berguna untuk
meminyaki permukaan pleura, menghindarkan gesekan antara paru dan
dinding dada sewaktu bernafas.
Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung alveoli yang didalamnya terdapat sel-sel epitel dan endotel.
Paru tebagi dua yaitu :
1. Paru kanan terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dextra superior, lobus melia,
lobus inferior.
2. Paru kiri terdiri dari pulmo sinestis, lobus superior dan inferior.
D. TANDA dan GEJALA
1. Demam ( suhu 380C ).
2. Batuk lebih dari 3 minggu.
3. Sesak nafas.
4. Penurunan berat badan secara drastis.
5. Anoreksia.
6. Nyeri sendi.
7. Keringat malam.
8. Nyeri dada.
E. MEKANISME PENULARAN
Lewat Udara :
1. Bersin
2. Batuk.
3. Tertawa.
4. Bernyanyi.

F. WOC
Mikobakterium Tuberkulosis

Terhirup melalui udara

Menempel pada bronchioli atau alveolus

Poliferasi sel epitel disekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ
yang terinfeksi

Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar regional

Inflamasi/infeksi

lesi primer menyebabkan kerusakan

jaringan
Demam, anoreksia, malaise, BB turun
MK : Perubahan nutrisi
Gangguan personal
hygiene

Meluas ke seluruh paru-paru


Batuk

berdahak, nyeri dada


MK : Pola nafas inefektif
Gangguan pola
tidur

Erosi pembuluh darah

Basil menyebar ke daerah yang dekat dan jauh

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnostik TB Paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30 70 % pasien TB yang
dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
2. Tes tuberkulin / mantoux test.
Dengan cara derivate protein yang dimurnikan sebanyak 0,1 ml disuntikan
dalam lapisan intrakutan kira-kira 10 cm dibawah siku membentuk
benjolan pada kulit hasilnya 48- 72 jam setelah disuntikan.
Berdasarkan hasil mantoux test :
- ( + ) bila diameter atau benjolan 5-10 mm individu sudah pernah
terinfeksi/terpajan oleh kuman TB.
- ( - ) kecil dari 5 mm bukan bebas dari terinfeksi TB.
3. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapatkan perhatian karena hasilnya kadang
meragukan , pada saat tuberkulin paru mulai aktif akan didapat jumlah
leokosit masih dibawah normal, laju endap darah mulai meningkat. Bila
penyakit mulai sembuh jumlah leokosit kembali normal.
4. Radiologist
Lokasi lesi TB umumnya di daerah apeks paru ( segmen apical lobus
atas/segmen apical lobus bawah ). Pada awalnya lesi masih merupakan
sarang pneumonia, gambarannya berupa bercak seperti awan dengan
batas yang tidak tegas, bila lesi sudah diliputi oleh jaringan ikat maka
bayangan terlihat bulatan dengan batas tegas .
H. KOMPLIKASI
1. Pleuritis.
2. Efusi pleura.
3. Laringitis.
I. PENATALAKSANAAN
Kebanyak individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak dirawat di
rumah sakit. Jika dirawat dengan kriteria :
- Sakit akut
- Kehidupannya beresiko tinggi
- Tidak patuh pada pengobatan
- Ada riwayat TB
- Ada penyakit lain
- Tidak terjadi perbaikan setelah terapi
- Resisten terhadap pengobatan
Obat yang diberikan :
- Isoniazid
- Rifampisin
- Etambutol / streptomisin, pirazunamid.
1. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat,
status perkawinan, penanggung jawab, no MR.

b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu :
- Pernahkan pasien kontak dengan penderita TB
- Apakah pasien mengalami imunosupresi
- Apakah pasien ada riwayat TB
- Adakah riwayat vaksinasi BCG atau test mantoux
- Adakah pasien konsumsi alkohol
- Apakah pasien merokok
Riwayat kesehatan keluarga :
Apakah keluarga ada riwayat TB atau pada lingkungan sosial.
Riwayat kesehatan sekarang :
- Demem ( 380c).
- Batuk berdahat atau berdarah.
- Sesak napas.
- Nyeri dada.
- Anoreksia.
- Penurunan berat badan.
- Nyeri otot.
- Keringat malam.
c. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
- KU Pasien
- Terlihat konjungtiva/kulit pucat karena anemi.
- Badan kurus/penurunan berat badan.
Palpasi : perge4rakan akan tertinggal pada bagian paru yang sakit.
Perkusi : Suara paru-paru redup bila terdapat kapasitas yang begitu
besar, timbul suara
Hipersonor atau timpani.
Auskultasi : Suara napas bronkhial, suara tambahan ronki basah , kasar
dan nyaring, vesikuler melemah bila terdapat penebalan pleura.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan.


- Bersihan jalan napas tidak efektif b/d pengeluaran sekret yang
berlebihan.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia.
- Defisit perawatan diri b/d imobilisasi fisik.
- Gangguan pola tidur b/d batuk pada malam hari.

3. Intervensi Keperawatan.
Dx. 1. Bersihan jalan napas inefektif b/d pengeluaran sekret yang berlebihan.
Tujuan : Jalan napas efektif.
Kriteria hasil : Suara napas terdengar bersih.
Pasien dengan batuk efektif dapat mengeluarkan sekret.
Pernapasan dalam batas normal ( 16-24 x/I ).
Intervensi :
- Kaji fungsi pernapasan seperti : bunyi napas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan oto bantu.
Rasional : Penurunan bunyi napas seperti ronki dan mengi dapat
menunjukkan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas
yang dapat menimbulkan penggunaan oto bantu pernapasan dan
peningkatan kerja napas.
- Berikan posisi semi fowler/duduk
Rasional : posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernapasan.
- Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : memberikan gambaran tentang kerja jantung dan paru.
- Pertahankan lingkungan bebas debu, polusi udara, dan lain-lain.
Rasional : mencegah infeksi lanjut.
- Mengajarkan batuk efektif.
Rasional : membantu melancarkan jalan napas.
- Anjurkan banyak minum air putih hangat lebih kurang 2500 ml/hari
Rasional : pemasukan cairan yang banyak dan membantu
mengencerkan sekret.
- Berikan O2 sesuai indikasi.
Rasional : membantu melancarkan pernapasan.
- Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : membantu penyembuhan dan mencegah terjadinya
infeksi lebih lanjut.

Dx. 2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.


Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.
Kriteria hasil : Pasien menunjukkan peningkatan berat badan 0,5 1 kg /
minggu.

Pasien dapat menghabiskan porsi makanan yang disediakan.


Pasien tidak terlihat lemah.
Intervensi :
-

Kaji kebiasaan makan dan makanan yang tidak disukai.


Rasional : membantu memberikan pemasukan nutrisi yang adekuat
dengan makanan yang disukai.

Timbang berat badan


Rasional : mengukur keefektifan nutrisi.
Lakukan perawatn mulut secara teratur, buang sekresi yang keluar.
Sediakan tempat penampung sekret.
Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan selera makan.
Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional : meningkatkan selera makan.
Anjurkan pasien makan dalam porsi sedikit tapi sering.
Rasional : memaksimalkan pemasukan nutrisi.
Kolaborasi : berikan diit TKTP.
Rasional : memberikan perencanaan diit dengan nutrisi adekuat
sesuai kebutuhan metabolik dan diit.
Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : membantu penyembuhan penyakit.

4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan keperawatn yang telah
direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penyakit pasien.
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatn untuk menilai keberhasilan
dari tindakan keperawatn yang telah dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dari status
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan.

You might also like