Pemuda adalah pewaris masa depan bangsa. Ditangan pemudalah masa depan bangsa ditentukan. Demikian pameo yang lazim kita dengar pada setiap event tentang kepemudaan digelar. Itu berarti bahwa nasib suatu bangsa yang akan datang ada di pundak generasi muda. Dalam sejarah peradaban bangsa, pemuda merupakan aset bangsa yang sangat mahal dan tak ternilai harganya. Kemajuan atau kehancuran bangsa banyak tergantung pada kaum mudanya sebagai agent of change (agen perubah). Pada setiap perkembangan dan pergantian peradaban selalu lahir anak muda yang memeloporinya. Namun, pemuda Indonesia dewasa ini telah banyak kehilangan jati diri, terutama dalam hal wawasan kebangsaan dan patriotisme (rasa cinta tanah air). Oleh karenanya dibutuhkan adanya rethingking (pemikiran kembali) dalam nation character building (pembangunan karakter bangsa) bagi pemuda yang berwawasan kebangsaan dan patriotisme untuk menemukan kembali jati diri bangsa. Perjalanan sejarah membuktikan bahwa peran pemuda sangat signifikan dalam memajukan bangsa Indonesia, sebagaimana tercatat dalam beberapa etape kesejarahan pembaharuan kebangsaan. Diantaranya pergerakan Kebangkitan Nasional 1908, diikrarkannya Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi 1945, gerakan Tritura 1966, gerakan Malari 1974, dan sampai pada gerakan Reformasi 1998. Tekad dari gerakan itu adalah untuk mengembalikan arah dan tujuan bangsa secara ideal dalam cita-cita keutuhan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Kesemuanya terjadi dalam masa dua puluh tahunan. Sebab setiap dua puluh tahun akan lahir satu generasi baru. Itu membuktikan bahwa masa depan bangsa ada ditangan generasi muda selanjutnya. Bagaimana wajah bangsa ini ke depan, dapat diukur dari bagaimana wajah generasi mudanya saat ini dalam melakukan akselerasi untuk memberdayakan dirinya. Tentu saja upaya pemberdayaan itu diperlukan adannya daya dukung eksternal. Dengan demikian, pemuda memiliki tanggung jawab moral untuk terus mengembangkan dirinya melalui kelembagaan pemuda yang berorientasi
mendepan. Peluang dan tantangan pembangunan kedepan, menjadi
tanggung jawab pemuda saat ini. Karena secara alamiah akan mengambil alih dan menerima tongkat estafet kepemimpinan kedepan jika waktunya telah tiba. Dalam proses pengambil alihan kepemimpinan itu perlu dipersiapkan tahapan-tahapannya sehingga dapat terlaksana sesuai dengan tuntutan dan kondisi masyarakat yang terus bergerak secara dinamis. Dalam proses dinamika kehidupan masyarakat itu pemuda diharapkan mampu mendorong terbangunnya masyarakat demokratis, berkeadilan, dan bermartabat. Sebab perubahan sosial yang semakin dinamis dan kompetitif, juga merupakan bagian dari tanggung jawab pemuda itu sendiri. Namun ironis sekali, karena hingga belasan tahun reformasi yang telah diwarnai dengan pergantian kepemimpinan nasional sebanyak tujuh kali ternyata kita masih belum bisa keluar dari krisis. Pengangguran merajalela, lahirnya ancaman dis-integrasi bangsa, korupsi yang semakin meluas, dan moral bangsa yang kian merosot. Sebuah pertanyaan besar, bagaimana mengembangkan kepemimpinan pemuda untuk masa depan? Meredupnya Nasionalisme Dewasa ini, permasalahan akut yang dihadapi pemuda Indonesia dalam konteks character building meliputi: Adanya arus materialism dan hedonisme mengakibatkan redupnya nasionalisme para pemuda sehingga menurunkan rasa persaudaraan dan semakin tajamnya individualisme. Selain itu ketidakmampuan para pemuda dalam menyesuaikan dengan peluang partisipasi politik yang makin terbuka di era reformasi sehingga menimbulkan anarkhisme, tindak kekerasan, dan liberalisme. Banyaknya rintangan untuk menjadi pelaku ekonomi yang mandiri sehingga menurunkan etos kerja pemuda. Dengan populasi pemuda Indonesia yang mencapai jumlah 37,8% dari total jumlah penduduk atau setara dengan 83,16 juta orang, tentu menjadi kekuatan tersendiri dalam melakukan pengembangan kepemimpinan Pemuda Indonesia. Sehingga dengan sendirinya potensi intelektual (bakat dan minat) pemuda Indonesia yang memadai akan tersedia Undang-Undang Otonomi Daerah yang berlaku sejak 1999, telah menggeser posisi pemuda dan masyarakat dalam pembangunan. Pemuda dan masyarakat tidak lagi menjadi obyek pembangunan, melainkan menjadi subjek (pelaku) pembangunan. Yang menjadi objek adalah pembangunan itu sendiri. Karena itu pemuda Indonesia harus bisa merancang strategi pencapaian untuk mengembalikan jati diri pemuda Indonesia menjadi warga Negara seutuhnya. Memiliki wawasan kebangsaan dan rasa cinta tanah air.
Negara dan bangsa ini memerlukan orang-orang yang berkualitas untuk
melanjutkan cita-cita perjuangan dan mencapai tujuan nasional. Oleh karena itu diharapkan dimasa depan akan lahir pemimpinpemimpin bangsa dari generasi muda yang berwawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Pemimpin yang diharapkan adalah pribadi pemuda yang memiliki sikap, intelektualitas yang tinggi, moral dan perilaku yang luhur berdasarkan prinsip keteladanan, keyakinan, keseimbangan, kedaulatan rakyat dan prinsip keadilan sosial. Dan yang terpenting adalah pemuda harus memiliki keterampilan yang memadai.