You are on page 1of 3

Nama

NIM
Kelas

: Muhammad Al Fathonah
: 10536499915
: 2015 A

Generasi Muda Siap Menerima Estafet Kepemimpinan


Pemuda adalah pewaris masa depan bangsa. Ditangan pemudalah
masa depan bangsa ditentukan. Demikian pameo yang lazim kita dengar
pada setiap event tentang kepemudaan digelar. Itu berarti bahwa nasib
suatu bangsa yang akan datang ada di pundak generasi muda. Dalam
sejarah peradaban bangsa, pemuda merupakan aset bangsa yang sangat
mahal dan tak ternilai harganya. Kemajuan atau kehancuran bangsa banyak
tergantung pada kaum mudanya sebagai agent of change (agen perubah).
Pada setiap perkembangan dan pergantian peradaban selalu lahir anak
muda yang memeloporinya. Namun, pemuda Indonesia dewasa ini telah
banyak kehilangan jati diri, terutama dalam hal wawasan kebangsaan dan
patriotisme (rasa cinta tanah air). Oleh karenanya dibutuhkan adanya rethingking
(pemikiran
kembali)
dalam
nation
character
building
(pembangunan karakter bangsa) bagi pemuda yang berwawasan
kebangsaan dan patriotisme untuk menemukan kembali jati diri bangsa.
Perjalanan sejarah membuktikan bahwa peran pemuda sangat
signifikan dalam memajukan bangsa Indonesia, sebagaimana tercatat dalam
beberapa etape kesejarahan pembaharuan kebangsaan. Diantaranya
pergerakan Kebangkitan Nasional 1908, diikrarkannya Sumpah Pemuda
tahun 1928, Proklamasi 1945, gerakan Tritura 1966, gerakan Malari 1974,
dan sampai pada gerakan Reformasi 1998.
Tekad dari gerakan itu adalah untuk mengembalikan arah dan tujuan
bangsa secara ideal dalam cita-cita keutuhan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD
1945. Kesemuanya terjadi dalam masa dua puluh tahunan. Sebab setiap dua
puluh tahun akan lahir satu generasi baru.
Itu membuktikan bahwa masa depan bangsa ada ditangan generasi
muda selanjutnya. Bagaimana wajah bangsa ini ke depan, dapat diukur dari
bagaimana wajah generasi mudanya saat ini dalam melakukan akselerasi
untuk memberdayakan dirinya. Tentu saja upaya pemberdayaan itu
diperlukan adannya daya dukung eksternal.
Dengan demikian, pemuda memiliki tanggung jawab moral untuk terus
mengembangkan dirinya melalui kelembagaan pemuda yang berorientasi

mendepan. Peluang dan tantangan pembangunan kedepan, menjadi


tanggung jawab pemuda saat ini. Karena secara alamiah akan mengambil
alih dan menerima tongkat estafet kepemimpinan kedepan jika waktunya
telah tiba. Dalam proses pengambil alihan kepemimpinan itu perlu
dipersiapkan tahapan-tahapannya sehingga dapat terlaksana sesuai dengan
tuntutan dan kondisi masyarakat yang terus bergerak secara dinamis.
Dalam proses dinamika kehidupan masyarakat itu pemuda diharapkan
mampu mendorong terbangunnya masyarakat demokratis, berkeadilan, dan
bermartabat. Sebab perubahan sosial yang semakin dinamis dan kompetitif,
juga merupakan bagian dari tanggung jawab pemuda itu sendiri.
Namun ironis sekali, karena hingga belasan tahun reformasi yang telah
diwarnai dengan pergantian kepemimpinan nasional sebanyak tujuh kali
ternyata kita masih belum bisa keluar dari krisis. Pengangguran merajalela,
lahirnya ancaman dis-integrasi bangsa, korupsi yang semakin meluas, dan
moral bangsa yang kian merosot. Sebuah pertanyaan besar, bagaimana
mengembangkan kepemimpinan pemuda untuk masa depan?
Meredupnya Nasionalisme
Dewasa ini, permasalahan akut yang dihadapi pemuda Indonesia
dalam konteks character building meliputi: Adanya arus materialism dan
hedonisme mengakibatkan redupnya nasionalisme para pemuda sehingga
menurunkan rasa persaudaraan dan semakin tajamnya individualisme.
Selain itu ketidakmampuan para pemuda dalam menyesuaikan dengan
peluang partisipasi politik yang makin terbuka di era reformasi sehingga
menimbulkan anarkhisme, tindak kekerasan, dan liberalisme. Banyaknya
rintangan untuk menjadi pelaku ekonomi yang mandiri sehingga
menurunkan etos kerja pemuda. Dengan populasi pemuda Indonesia yang
mencapai jumlah 37,8% dari total jumlah penduduk atau setara dengan
83,16 juta orang, tentu menjadi kekuatan tersendiri dalam melakukan
pengembangan kepemimpinan Pemuda Indonesia. Sehingga dengan
sendirinya potensi intelektual (bakat dan minat) pemuda Indonesia yang
memadai akan tersedia Undang-Undang Otonomi Daerah yang berlaku sejak
1999, telah menggeser posisi pemuda dan masyarakat dalam
pembangunan. Pemuda dan masyarakat tidak lagi menjadi obyek
pembangunan, melainkan menjadi subjek (pelaku) pembangunan. Yang
menjadi objek adalah pembangunan itu sendiri.
Karena itu pemuda Indonesia harus bisa merancang strategi
pencapaian untuk mengembalikan jati diri pemuda Indonesia menjadi warga
Negara seutuhnya. Memiliki wawasan kebangsaan dan rasa cinta tanah air.

Negara dan bangsa ini memerlukan orang-orang yang berkualitas untuk


melanjutkan cita-cita perjuangan dan mencapai tujuan nasional.
Oleh karena itu diharapkan dimasa depan akan lahir pemimpinpemimpin bangsa dari generasi muda yang berwawasan kebangsaan dan
cinta tanah air. Pemimpin yang diharapkan adalah pribadi pemuda yang
memiliki sikap, intelektualitas yang tinggi, moral dan perilaku yang luhur
berdasarkan prinsip keteladanan, keyakinan, keseimbangan, kedaulatan
rakyat dan prinsip keadilan sosial. Dan yang terpenting adalah pemuda harus
memiliki keterampilan yang memadai.

You might also like