Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Postpartum adalah masa dimana tubuh menyesuaikan diri baik fisik maupun
psikologis terhadap proses melahirkan. Dimulai satu jam setelah melahirkan sampai tubuh
menyesuaikan secara sempurna.
Postpartum pada Ibu melahirkan sering disebut juga sebagai masa Nifas pada ibu
melahirkan. Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun
bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dalam memberikan pelayanan pada
masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis,
spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara
terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada ibu dan bayi pada masa
nifas diharapkan dapat mencegah atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi.
Selama watu setelah melahirkan hingga 6 minggu kemudian tersebut perubahanperubahan Fisiologis dan psikologik terjadi selama kehamilan kembali ke keadaan tidak
hamil. Masa ini juga merupakan masa wanita tersebut mengambil alih tanggung jawab
perawatan bayi yang masih sangat memerlukan perhatian dan bergantung pada orang lain
tersbut. Masa ini dapat menimbulkan masalh, pertama jika ia mendapt kesulitan dalam
menyusaikan diri menjadi seorang ibu.
B. PERIODE NIFAS
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri atau
berjalan dan boleh bekerja setelah 40 hari.
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selain hamil/waktu mengalami komplikasi.
panggul.
Berkeringat dan menggigil
Klien dpt menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena
instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti.
Untuk mengeluarkan jumlah cairan yg banyak, sisa-sisa pembakaran banyak
dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari.
Cardiak Output
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari
pertama setelah persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan
adanya perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit jantung, dapat
terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan tekanan systolic kurang lebih
20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan tubuh untuk menurunkan
resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena. Biasanya ini
3
terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali melakukan
mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic merupakan
ketiga.
Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum
Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada serviks
dan vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan
mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal.
Pada klien dengan seksio sesarea keadaan perineum utuh tanpa luka.
Setelah melahirkan Perinium mengalami kerusakan atau utuh. Kerusakan ini
dapt diperbaiki, tetapi edema jaringan yang terjadi mungkin menetap samapi
beberapa hari. Dinding vagina bengkak, kebiruan dan menonjol. Tonusnya
cepat pulih kembali meskipun masih fragil samapi satu atau dua minggu.
Lochea
Lochea adalah secret yang berasal dari dalam rahim terutama luka bekas
inplantasi plasenta yang keluar melalui vagina. Lochea merupakan
pembersihan uterus setelah melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari
5
eritrosit, kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan pada
awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya yaitu :
Lochea Rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna
merah terdiri dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan sisa-sisa selaput ketuban.
Lochea Serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan
dengan warna kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan
kesembilan post partum.
Lochea Alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel
leukosit, sel-sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10
sampai minggu ke 2-6 post partum (Cuningham, 195 : 288).
Perdarahan lochea menunjukan keadaan normal. Jika pengeluaran
lochea berkepanjangan, pengeluaran lochea tertahan, lochea yang
prulenta (nanah), aras nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta
yang merupakan sumber perdarahan dan terjadi infeksi intra uterin.
6. Sistem Endokrin
Kaji kelenjar tiroid, adakah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembengkakan
kelenjar getah bening dan kaji .juga pengeluaran ASI dan kontraksi uterus.
7. Sistem Perkemihan
Kesulitan miksi mungkin terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan karena reflex
penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh tekanan pada basis kandung
kemih selama melahirkan.
Kira-kira 10% wanita dalam masa nifas mengalami inkontinensia urin ( biasanya
berupa Inkontinensia stress)
8. Sistem Persarafan
Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami gangguan
kecuali ada komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan
pada anesthesi epidural dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada
ekstremitas bawah. Klien dengan spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam
9.
Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat,
No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat,
Tanggal Pengkajian.
2.
Keluhan Utama
Biasanya klien masih mengeluh perutnya terasa mules.
3.
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien dulu pernah menderita perdarahan setelah melahirkan.
4.
Riwayat Penyakit Keluarga
8
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.
KONSEP DIRI
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu
tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila
mengalami operasi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
SEXUAL
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus
atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan
seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan
intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia
terhenti, biasanya pada
akhir minggu ke 3).
POLA NUTRISI
Pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola
minum, jumlah, freguensi,.
POLA ISTIRAHAT/TIDUR
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat,
penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan
suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
POLA ELIMINASI
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau
retensi urine
karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
PERSONAL HYGIENE
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan
genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
POLA AKTIVITAS
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri
dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
9
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradicardy, suhu 36,238, Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu,
stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi
laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh
(intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak,
boggy),
lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
6. Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah
hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan,
eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra,
4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Resiko cedera
3. Cemas
NO
1.
NANDA
NOC
Nyeri akut
Definisi :
Serangan
perlahan
Tingkat kenyamanan
Manajemen nyeri
Indikator:
mendadak atau Melaporkan
kondisi
dari intensitas
fisik yang membaik
NIC
atau
diprediksi
kondisi
psikologis
membaik
Mengekspresikan
10
yang
kaji
tipe
intensitas,
tingkatan
skala
bulan
kegembiraan
Batasan karakteristik
peningkatan
tekanan
terhadap
lingkungan sekitar
Mengekspresikan
kepuasan
dengan
control nyeri
Kontrol Nyeri
istirahat
anjurkan
klien
relaksasai
Indikator:
Mengenal factor
penyebab
Mengenal serangan
nyeri
Mengenal gejala nyeri
Melaporkan control
nyeri
Tingkat Nyeri
Indicator:
Melaporkan nyeri
Frekuensi nyeri
Ekspresi wajah karena
nyeri
Perubahan tanda-tanda
vital
teknik
dan
nafas
dalam
klien
anjurkan
menggunakan
mual,
muntah
karena
ini
akan
meningkatkan TIO
Alihkan perhatian pada
hal-hal
yang
menyenangkan
Hilangkan atau kurangi
sumber nyeri
Pemberian analgesik
Berikan analgesik sesuai
order dokter.
Perhatikan
resep
obat,
sebelum
pemberian obat.
2.
Resiko cedera
1. Pengetahuan :
Keamanan Pribadi
1. Pencegahan Jatuh
Identifikasi
karakteristik
11
Indikator:
Deskripsi tindakan
lingkungan
mencegah jatuh
Deskripsi tindakan
meningkatkan
keamaan di rumah
2. Perilaku Keamanan :
Pencegahan Jatuh
Indikator:
yang
mungkin
potensi untuk jatuh
(misal ,lantai licin
dan
jenjang
yang
terbuka)
Pantau
kecepatan,
Penggunaan alat
keseimbangan,
tingkat
pelindung mencegah
jatuh Gunakan
penahan bila perlu
3. Kontrol Gejala
Indikator:
Mengenal
permulaan gejala
Mengenal gejala
menetap
Mengenal kepelikan
gejala
Mengenal frekuensi
gejala
Mengenal variasi
gejala
Gunakan tindakan
pencegahan
Gunakan tindakan
mengurangi gejala
Gunakan tanda
dan
kelelahan
saat berjalan
Bantu individu yang
tak
kuat
berdiri
dengan berjalan
Sediakan alat bantu
(misal, tongkat dan
alat bantu berjalan)
untuk gaya berjalan
yang kokoh
Pelihara alat bantu
supaya
berfungsi
dengan baik
Instruksikan pasien
agar
memanggil
bantuan
bergerak
diperlukan
Ajarkan
keluarga
dalam
jika
anggota
tentang
faktor-faktor resiko
yang
memberi
peringatan utk
kontribusi
mencari pelayanan
kesehatan
Gunakan sumber yg
12
mereka
mengurangi
untuk
bisa
risiko
tersedia
Laporkan
pengontrolan gejala
ini
2. Pengawasan:
Keamanan
Pantau
perubahan
fungsi fisik pasien
yang menyebabkan
perilaku
yang
membahayakan
Pantau lingkungan
yang
berpotensi
membahayakan
keamanan
Tentukan
pengawasan
dibutuhkan
derajat
yang
pasien,
berdasarkan tingkat,
fungsi dan kehadiran
bahaya
dalam
lingkungan
yang disebut sebagai milk fever karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan
laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh
sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai
sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan
yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,
terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman setelah
persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya
sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang
melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
B. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
14
Ada pula kelainan fisik menyebabkan depresi secara langsung dan tidak langsung.
Misalnya AIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya merusak otak;
secara tidak langsung menyebabkan depresi jika menimbulkan dampak negative terhadap
kehidupan penderitanya
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah
depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama
periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita
baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan
dalam gangguan mood dan onset gejala adalah dalam 4 minggu pascapersalinan. ada 3 tipe
gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan
postpartum psychosis (Ling dan Duff, 2001).
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt (Regina dkk,
2001), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan
menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido
(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Masih menurut Pitt (Regina dkk,
2001) tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan
yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa
awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum
yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem
tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut
neurosa
depresi
atau
depresi
postpartum.
Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya akumulasi
stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi adalah pengalaman yang
negatif ketika semua persoalan tamapak tidak terpecahkan. Persoalan juga tidak akan
terpecahkan dengan berpikir lebih positif, tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat
dikendalikan.
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem psikis
sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat
berlangsung berbulan bulan. Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa depresi
17
postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus 1 2 minggu.
LlewellynJones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis
pada masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita
yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara sosial dan emosional merasa
terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan
yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus
menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan
sikap tersebut diantaranya sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut,
tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung
( iritabilitas ),merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya
terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit
membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja
Anda lahirkan , insomnia yang berlebihan. Gejala gejala itu mulai muncul setelah
persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai
beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat
disebut postpartum depression.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan
pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner
dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan
kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan
depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas
perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada postpartum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan
memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai
18
dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab
sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati
bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai
prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji
validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia.
EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan
dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan
penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami postpartum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis
seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang
menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan
seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari
teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan
rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan
konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat
diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang
berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan
yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila
memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan
bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya. Post-partum blues juga
dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur
ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak
perfeksionis
dalam
hal
mengurusi
bayi,
19
membicarakan
rasa
cemas
dan
dengan melibatkan
Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah
seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b.
Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan
merawat bayi
c.
Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
terhadap istrinya
d.
e.
f.
g.
Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
h.
i.
j.
Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri
klien sendiri, diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b. Tidurlah ketika bayi tidur
c.
Berolahraga ringan
g. Bersikap fleksibel
h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
i.
G. Pencegahan
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
1.
21
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar
terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan
secepatnya.
2.
3.
Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15
menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan
menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
4.
5.
Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan
butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak
nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
6.
7.
22
Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai
informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar
dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat
melahirkan akan dapat dihindari.
9.
Iritabel/gelisah
Gangguan istrirahat - tidur
Marah pada anggota keluarga
Gangguan mood- menangis
Cemas
Menurut Bobak ( 2004 ) pengkajian dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi
menjadi orang tua baru yaitu:
1. Dampak pengalaman melahirkan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri
( Konrad, 1987 ). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu
rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal hal yang mencakup kelahiran
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan
sangat berbeda dari yang diharapkan ( misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran
sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti
akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
2. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra
tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
Perasaan perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah
melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru
melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa
nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan
perineum.
3. Interaksi Orang tua Bayi
24
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat
ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu.
Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya
keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua
membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda tanda yang menunjukkan ada atau
tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi
terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
4. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social
yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang
adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas
tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang
dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian
menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa
tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak
mereka. Bayi bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa
tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti
pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu
membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa
lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan
kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang
sehat dan gembira.
5. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai
ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga
lain, dan anak anak lain.
25
Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu
merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah:
1. Aktivitas / istirahat
Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas Ego
Peka rangsang, takut / menangis ( " Post partum blues " sering terlihat
kira kira 3 hari setelah kelahiran ).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5. Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari hari ke-3.
6. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 pascapartum.
7. Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar
jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri
) dan aktivitas ( misalnya ; menyusui ). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam pertama,
berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini, tergantung kapan
menyusui dimul
NANDA, NOC, DAN NIC
No.
Diagnosa
1
Kecemasan b.d
ketidaksiapan
menjadi ibu.
NOC
1. Kontrol ansietas
Indikator:
Monitor intensitas
NIC
Penurunan Ansietas
Aktivitas:
Gunakan pendekatan yang
ansietas
Mengeliminasi
hangat
Jelaskan semua
precursor ansietas
26
prosedur/kondisi yang
Menurunkan stimulasi
lingkungan ketika
ansietas
Mencari informasi
untuk menurunkan
ansietas
Menggunakan strategi
koping yang efektif
Melaporkan
penurunan durasi
ansietas
Mempertahankan
hubungan sosial
Melaporkan tidur
yang adekuat
Mengontrol respon
ansietas
2. Koping
Indikator:
Mengidentifikasi pola
koping yang efektif
Melaporkan
penurunan stress
Menyatakan
penerimaan terhadap
situasi
Memanfaatkan
dukungan sosial yang
ada
Melaporkan
penurunan perasaan
2
Kurang
pengetahuan
(keluarga)
tentang
perawatan bayi
negative
Pengetahuan: perawatan
bayi
Indikator:
Mendeskripsikan
karakteristik bayi
27
dan pemulihan
diri berhungan
dengan kurang
terpaparnya
keluarga
terhadap
normal
Mendeskripsikan
perkembangan bayi
normal
Mendeskripsikan
posisi bayi yang tepat
Mendeskripsikan
informasi yang
adekuat
keluarga
Berikan panduan tentang
perkembangan selama 1
tahun kehidupan
Berikan informasi tentang
penambahan makanan
cairan selama 1 tahun
pertama
Berikan informasi tentang
perkembangan gigi dan
higien oral selama 1 tahun
pertama
Dorong orang tua untuk
berbicara dan bercerita
kepada bayi
Berikan panduan tentang
perubahan pola tidur
selama 1 tahun pertama
Berikan panduan tentang
perubahan pola eliminasi
selama 1 tahun pertama
Dorong orang tua untuk
memegang , menyentuh dan
masase bayi
Dorong keluarga untuk
memberikan stimulasi
auditori,dan visual untuk
meningkatkan pertumbuhan
Dorong orang tua bermain
dengan bayi
Demonstarsikan cara orang
tua menstimulasi
perkembangan bayi
Informasikan kepada orang
tua pentingnya perawatan
kesehatan bayi dan
28
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas (ed 4). Jakarta: EGC.
http://www.indocina.net/viewtopic.php?f=28&t=7446
29
http://www.mitrakeluarga.com/kemayoran/kesehatan005.html
http://www.dunia-ibu.org/html/baby_blues.html
http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=2208&tbl=cakrawala
http://www.korantempo.com/news/2003/3/2/Keluarga/17.html
http://www.bayisehat.com/child-consultation/cara-mengatasi-baby-blues.html
http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=06304&rubrik=bayi
30