You are on page 1of 30

ADAPTASI PSIKOLOGIS DAN FISIOLOGIS PADA IBU POSTPARTUM

A. PENGERTIAN
Postpartum adalah masa dimana tubuh menyesuaikan diri baik fisik maupun
psikologis terhadap proses melahirkan. Dimulai satu jam setelah melahirkan sampai tubuh
menyesuaikan secara sempurna.
Postpartum pada Ibu melahirkan sering disebut juga sebagai masa Nifas pada ibu
melahirkan. Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun
bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dalam memberikan pelayanan pada
masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis,
spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara
terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada ibu dan bayi pada masa
nifas diharapkan dapat mencegah atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi.
Selama watu setelah melahirkan hingga 6 minggu kemudian tersebut perubahanperubahan Fisiologis dan psikologik terjadi selama kehamilan kembali ke keadaan tidak
hamil. Masa ini juga merupakan masa wanita tersebut mengambil alih tanggung jawab
perawatan bayi yang masih sangat memerlukan perhatian dan bergantung pada orang lain
tersbut. Masa ini dapat menimbulkan masalh, pertama jika ia mendapt kesulitan dalam
menyusaikan diri menjadi seorang ibu.
B. PERIODE NIFAS

Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri atau
berjalan dan boleh bekerja setelah 40 hari.

Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang


lamanya 6-8 minggu.

Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selain hamil/waktu mengalami komplikasi.

C. PERUBAHAN FISIK PADA IBU POSTPARTUM

Selama melahirkan, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tak normal.


Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks, vagina, dan perineum
sebagai akibat persalinan dan kelahiran, yaitu:
1. Uterus (rahim)
Setelah melahirkan, rahim mengalami proses involusi pada hari ke 10-19, uterus
dengan berat sekitar 350 gram tidak teraba lagi, setelah 40 hari kembali pada keadaan
semula dengan berat 80-100 gram . bekas plasenta(ari-ari) yang tertanam dalam uterus
akan mengecil karena kontraksi rahim dan kembali ke keadaan semula selama masa
nifas. (Mellyna.2003:22)
2. Serviks
Serviks menjadi tebal,kaku dan masih terbuka sampai 3 hari, namun ada juga yang
berpendapat sampai 1 minggu bentuk mulut serviks yang bulat akan menjadi agak
memanjang dan akan kembali normal 3-4 bulan.
3. Vagina
Vagina yang membengkak dan lipatannya (rugae) yang hilang akan kembali seperti
semula setelah 3-4 minggu.
4. Abdomen(perut)
Perut akan menjadi lembek dan kendur, proses involusi pada perut sebaiknya diikuti
dengan olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru
(striae) tidak akan hilang, tetapi hanya berubah warna menjadi keputih-putihan.
5. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena
peningkatan proklatin pada hari I III). Pada payudara yang tidak disusui,
engorgement akan berkurang dalam 2 3 hari, putting mudah erektil bila dirangsang.
Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1 2 hari
6. Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan menurun sehingga hyperpigmentasi pada muka,
payudara, dll akan menghilang perlahan-lahan kembali seperti semula.

ADAPTASI FISIOLOGIS PADA IBU POSTPARTUM


Adaptasi Fisiologis post Partum Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh
mengalami perubahan secara progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu
2

dimonitor oleh perawat, untuk menghindari terjadinya komplikasi. Perubahan-perubahan


tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tanda-Tanda Vital
Suhu peroral pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 38 derajat
Celsius. Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari berturut-turut, harus dicurigai
adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih, endometriosis, mastitis atau
infeksi lainnya
2. Sistem Respirasi
Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses pembedahan menyebabkan
perubahan kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi. Setelah operasi
mungkin terjadi penumpukan secret pada jalan nafas yang menyebabkan
perubahan pola nafas, juga suara tambahan berupa rales. Hal ini tidak ditemukan
pada anesthesia spinal. Sedangkan peningkatan respirasi mungkin terjadi sebagai
respon klien terhadap adanya nyeri.
3. Sistem Cardiovaskuler
Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak mengalami
perubahan antara lain :
Tekanan Darah
Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau
lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini
menggambarkan Hipotensi Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara
pada kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada

panggul.
Berkeringat dan menggigil
Klien dpt menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena
instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti.
Untuk mengeluarkan jumlah cairan yg banyak, sisa-sisa pembakaran banyak
dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari.

Cardiak Output
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari
pertama setelah persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan
adanya perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit jantung, dapat
terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan tekanan systolic kurang lebih
20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan tubuh untuk menurunkan
resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena. Biasanya ini
3

terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali melakukan
mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic merupakan

indikasi terjadinya perdarahan uteri.


Volume dan Konsentrasi Darah
Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada
sel darah. Selama persalinan erithropoesis meningkat menyebabkan kadar
hemoglobin menurun dan nilainya akan kembali stabil pada hari keempat post
partum. Jumlah leukosit meningkat pada early post partum hingga nilainya
mencapai 30.000/mm3 tanpa adanya infeksi. Apabila peningkatan lebih dari
30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya infeksi.
Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar 400-500 ml. Pada klien
post partum dengan seksio sesarea kehilangan darah biasanya lebih banyak

dibanding persalinan normal (600-800 cc).


4. Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan post partum seksio sesarea biasanya mengalami penurunan
tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa waktu.
Pemulihan kontraksi dan motilitas otot tergantung atau dipengaruhi oleh
penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan, serta mobilitas klien.
Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan mungkin
terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut
karena dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum.
Sebagai akibatnya klien akan mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi
serta gangguan eliminasi BAB. Klien dengan spinal anesthesia tidak perlu
puasa sebelumnya.
5. Sistem Reproduksi
Payudara
Setelah persalinan behubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
korpus luteum, maka estrogen dan progesterone berkurang, prolaktin akan
meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk memproduksi
ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan
keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada
membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan
terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi
perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan

merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,

saraf dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.


Involusi Uterus
Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami kontraksi dan retraksi ototnya
akan menjadi keras sehingga dapat menutup/menjepit pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Proses involusi uterus terjadi
secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari dari 24 jam pertama
post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi fundus sejajar dengan
tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal seperti keadaan
sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus uterus
dapat diraba pada pinggir perut. Rasa tidak nyaman karena kontraksi uterus
bertambah dengan rasa nyeri akibat luka sayat pada uterus terjadi setelah

klien sadar dari narkose dari 24 jam post operasi.


Endometrium
Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan berdiferensiasi
menjadi 2 lapisan, lapisan superficial menjadi nekrotik dan terkelupas
bersama lochea. Sedangkan lapisan basah yang bersebelahan dengan
miometrium yang berisi kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber
pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung
cepat. Seluruhnya endometrium pulih kembali dalam minggu kedua dan

ketiga.
Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum
Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada serviks
dan vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan
mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal.
Pada klien dengan seksio sesarea keadaan perineum utuh tanpa luka.
Setelah melahirkan Perinium mengalami kerusakan atau utuh. Kerusakan ini
dapt diperbaiki, tetapi edema jaringan yang terjadi mungkin menetap samapi
beberapa hari. Dinding vagina bengkak, kebiruan dan menonjol. Tonusnya
cepat pulih kembali meskipun masih fragil samapi satu atau dua minggu.

Lochea
Lochea adalah secret yang berasal dari dalam rahim terutama luka bekas
inplantasi plasenta yang keluar melalui vagina. Lochea merupakan
pembersihan uterus setelah melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari
5

eritrosit, kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan pada
awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya yaitu :
Lochea Rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna
merah terdiri dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan sisa-sisa selaput ketuban.
Lochea Serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan
dengan warna kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan
kesembilan post partum.
Lochea Alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel
leukosit, sel-sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10
sampai minggu ke 2-6 post partum (Cuningham, 195 : 288).
Perdarahan lochea menunjukan keadaan normal. Jika pengeluaran
lochea berkepanjangan, pengeluaran lochea tertahan, lochea yang
prulenta (nanah), aras nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta
yang merupakan sumber perdarahan dan terjadi infeksi intra uterin.
6. Sistem Endokrin
Kaji kelenjar tiroid, adakah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembengkakan
kelenjar getah bening dan kaji .juga pengeluaran ASI dan kontraksi uterus.
7. Sistem Perkemihan
Kesulitan miksi mungkin terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan karena reflex
penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh tekanan pada basis kandung
kemih selama melahirkan.
Kira-kira 10% wanita dalam masa nifas mengalami inkontinensia urin ( biasanya
berupa Inkontinensia stress)
8. Sistem Persarafan
Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami gangguan
kecuali ada komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan
pada anesthesi epidural dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada
ekstremitas bawah. Klien dengan spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam
9.

pertama. Kesadaran biasanya


Sistem Integumen
Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah persalinan akibat dari
penurunan hormon progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa wanita
ada yang tidak menghilang secara keseluruhan, kadang ada yang hyperpigmentasi
yang menetap. Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan
6

seringkali menghilang setelah persalinan, sebagai akibat dari penurunan hormon


progesterone yang mempengaruhi folikel rambut sehingga rambut tampak rontok.
10. Sistem Muskuloskletal
Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap, hal ini menyebabkan
hilangnya kekenyalan otot pada masa post partum, terutama menurunnya tonus
otot dinding dan adanya diastasis rektus abdominalis. Pada dinding abdomen
sering tampak lembek dan kendur dan terdapat luka/insisi bekas operasi, secara
berangsur akan kembali pulih, selain itu sensasi ekstremitas bawah dapat
berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan, pada klien post partum
dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan regio anestesi dapat terjadi
pula penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh peregangan otot.
11. Sistem pencernaan
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, namun kebanyakan kasus
sembuh secara spontan; jika tidak, dapat diberikan supositoria biskodil pe rectal
untuk melunakkan tinja. Wanita yang menderita hemoroid selama kehamilan
sering mengeluh bahwa mereka lebih merasakan nyeri pada masa postpartum. 1
dari 20 wanita mengalami hemaroid untuk pertama kali sewaktu melahirkan,
tetapi kebanyakan kasus akan hilang dalam waktu 2 atau3 minggu.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA IBU POSTPARTUM
Perubahan emosi selama masa post partum memiliki berbagai bentuk dan variasi.
Kondisi ini akan berangsur angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan.
1. Pada 0 3 hari setelah melahirkan, ibu post partum berada pada puncak kegelisahan
setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang
berakibat ibu sulit beristirahat. Sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada
siang hari dan sulit tidur dimalam hari.
2. Pada 3 10 hari setelah melahirkan, post natal blues biasanya muncul, biasanya
disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataannya berdasarkan riset yang
dilakukan paling banyak muncul pada hari kelima. Post natal blues adalah suatu
kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya
dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada
kondisi dirinya atau bayinya.
3. Pada 1 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada
tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
7

lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik


perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan
normal.
Fase honey moon adalah fase setelah anak lahir dimana terjadi intiminasi dan kontak
yang lama antara ibu-ayah-anak. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai psikis honey moon,
dimana tidak memerlukan hal-hal yang romantis secara biologis. Masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hal yang baru.
Ikatan kasih ( bondingn & attachment ) terjadi pada kala IV, dimana diadakan antara ibuayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih.
Perubahan psikologis selama post partum menurut Rubin (1977) Terdiri Dari :

Fase Taking In ( Periode tingkah laku ketergantungan )


Perhatian klien terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung
berlangsung selama 1-2 hari. Klien tidak mengingninkan kontak dg bayinya tetapi
bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yg diperlukan klien adalah

informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.


Fase Taking Hold ( Periode antara tingkah laku mandiri dan ketergantungan )
Klien berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian lebih kepada kemampuan
mengatasi fungsi tubuhnya, misalnya kelancaran BAK, BAB, melakukan berbagai
aktifitas ; duduk, jalan, dan keinginan untuk belajar tentang perawatan dirinya

sendiri dan bayinya.


Fase Letting go (fase mampu sendiri)
Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai
menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas
bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima
kenyataan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM


PENGKAJIAN
1.

Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat,
No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat,
Tanggal Pengkajian.

2.

Keluhan Utama
Biasanya klien masih mengeluh perutnya terasa mules.
3.
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien dulu pernah menderita perdarahan setelah melahirkan.
4.
Riwayat Penyakit Keluarga
8

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.
KONSEP DIRI
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu
tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila
mengalami operasi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
SEXUAL
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus
atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan
seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan
intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia
terhenti, biasanya pada
akhir minggu ke 3).
POLA NUTRISI
Pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola
minum, jumlah, freguensi,.
POLA ISTIRAHAT/TIDUR
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat,
penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan
suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
POLA ELIMINASI
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau
retensi urine
karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
PERSONAL HYGIENE
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan
genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
POLA AKTIVITAS
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri
dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
9

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradicardy, suhu 36,238, Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu,
stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi
laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh
(intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak,
boggy),
lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
6. Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah
hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan,
eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra,
4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Resiko cedera
3. Cemas
NO
1.

NANDA

NOC

Nyeri akut
Definisi :
Serangan
perlahan

Tingkat kenyamanan

Manajemen nyeri

Indikator:
mendadak atau Melaporkan
kondisi
dari intensitas
fisik yang membaik

ringan sampai berat yang di Melaporkan


antisipasi

NIC

atau

diprediksi

durasi nyeri kurang dari 6

kondisi

psikologis
membaik
Mengekspresikan
10

yang

kaji

tipe

intensitas,

karakteristik dan lokasi


nyeri
kaji

tingkatan

skala

nyeri untuk menentukan


dosis analgesik

bulan

kegembiraan

Batasan karakteristik
peningkatan

tekanan

intra okuler (TIO) yang


ditandai dengan mual
dan muntah.

terhadap

lingkungan sekitar
Mengekspresikan
kepuasan

dengan

control nyeri
Kontrol Nyeri

Adanya laporan nyeri


secara verbal dan non
verbal
Nafsu makan menurun
Mual, muntah

istirahat

anjurkan

ditempat tidur dalam


ruangan yang tenang
atur sikap fowler 300 atau
dalam posisi nyaman.
ajarkan

klien

relaksasai
Indikator:
Mengenal factor
penyebab
Mengenal serangan
nyeri
Mengenal gejala nyeri
Melaporkan control
nyeri
Tingkat Nyeri
Indicator:
Melaporkan nyeri
Frekuensi nyeri
Ekspresi wajah karena
nyeri
Perubahan tanda-tanda
vital

teknik

dan

nafas

dalam
klien

anjurkan
menggunakan

mekanisme koping yang


baik disaat nyeri terjadi
Hindari

mual,

muntah

karena

ini

akan

meningkatkan TIO
Alihkan perhatian pada
hal-hal

yang

menyenangkan
Hilangkan atau kurangi
sumber nyeri
Pemberian analgesik
Berikan analgesik sesuai
order dokter.
Perhatikan

resep

obat,

nama pasien, dosis dan


rute pemberian secara
benar

sebelum

pemberian obat.

2.

Resiko cedera

1. Pengetahuan :
Keamanan Pribadi

1. Pencegahan Jatuh
Identifikasi
karakteristik

11

Indikator:
Deskripsi tindakan

lingkungan

mencegah jatuh
Deskripsi tindakan

meningkatkan

keamaan di rumah
2. Perilaku Keamanan :
Pencegahan Jatuh
Indikator:

yang

mungkin
potensi untuk jatuh
(misal ,lantai licin
dan

jenjang

yang

terbuka)
Pantau
kecepatan,

Penggunaan alat

keseimbangan,

bantu yang benar


Tempatkan

tingkat

pelindung mencegah
jatuh Gunakan
penahan bila perlu
3. Kontrol Gejala
Indikator:
Mengenal
permulaan gejala
Mengenal gejala
menetap
Mengenal kepelikan
gejala
Mengenal frekuensi
gejala
Mengenal variasi
gejala
Gunakan tindakan
pencegahan
Gunakan tindakan
mengurangi gejala
Gunakan tanda

dan

kelelahan

saat berjalan
Bantu individu yang
tak

kuat

berdiri

dengan berjalan
Sediakan alat bantu
(misal, tongkat dan
alat bantu berjalan)
untuk gaya berjalan
yang kokoh
Pelihara alat bantu
supaya

berfungsi

dengan baik
Instruksikan pasien
agar

memanggil

bantuan
bergerak
diperlukan
Ajarkan
keluarga

dalam
jika
anggota
tentang

faktor-faktor resiko
yang

memberi

peringatan utk

kontribusi

mencari pelayanan

jatuh dan bagaimana

kesehatan
Gunakan sumber yg
12

mereka
mengurangi

untuk
bisa
risiko

tersedia
Laporkan
pengontrolan gejala

ini
2. Pengawasan:
Keamanan
Pantau
perubahan
fungsi fisik pasien
yang menyebabkan
perilaku

yang

membahayakan
Pantau lingkungan
yang

berpotensi

membahayakan
keamanan
Tentukan
pengawasan
dibutuhkan

derajat
yang
pasien,

berdasarkan tingkat,
fungsi dan kehadiran
bahaya

dalam

lingkungan

PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK IBU POSTPARTUM


a. Melakukan fisioterapi postpartum
b. Memberikan ASI ekslusif pada bayi
c. Melakukan senam hamil
d. Melaksanakan KB untuk mengatur jarak kelahiran bayi dan untuk kesehatan ibu,bayi, dan
keluarga.
e. Membawa bayi untuk imunisasi.

POST PARTUM BLUES


A. Pengertian
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah
menulis referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin
13

yang disebut sebagai milk fever karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan
laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh
sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai
sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan
yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,
terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman setelah
persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya
sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang
melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

B. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
14

Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :


1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja.
Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
Individu Yang Beresiko
Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post partum blues, di
Belanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan mengidap gangguan ini. Beberapa
kondisi yang dapat memunculkan depresi post partum blues;
1. Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil
2. Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan
suaminya.
3. Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang
tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
4. Melahirkan di bawah usia 20 tahun.
5.

Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak diharapkan

6. Ketergantungan pada alkohol atau narkoba


7. Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman
8. Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau orang
yang bersangkutan dengan sang ibu.
9. Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.
15

10. Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak


11. Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan.
C. PATOFISIOLOGI
Para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi
secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menekan.
Post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, bikimia atau kekurangan
gizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan
menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter.
Beberapa dugaan kemunculan ini disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar
individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen (1985) menunjukkan bahwa
depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi perkembangan anak di kemudian
hari. De Jonge Andriaansen juga meneliti beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat
obstetrical) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu depresi ini. Misalnya saja pada
pembedahan caesar, penggunaan tang, tusuk punggung, episiotomi dan sebagainya.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap
pemicu depresi ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala
awal kemunculan depresi post partum blues, walau demikian gejala tersebut dapat hilang
secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Factor biologis yang paling banyak terlibat adalah factor hormonal. Perubahan kadar
hormone pada wanita memegang peran penting ; perubahan suasana hati bias terjadi sesaaat
sebelum menstruasi sesaat sebelum menstruasi (ketegangan pramenstruasi) dan setelah
persalinan (depresi post partum). Perubahan hormone serupa bias terjadi pada wanita
pemakai pil KB yang mengalami depresi.
Kelainan fungsi tiroid yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan factor factor yang
berperan dalam terjadinya depresi. Depresi juga bias terjadi karena atau bersamaan dengan
sejumlah penyakit atau kelainan fisik. Kelainan fisik bias menyebabkan terjadinya depresi
secara ; langsung, misalnya ketika penyakit tiroid menyebabkan berubahnya kadar hormone.
Yang bias menyebabkan terjadinya depresi tidak langsung, misalnya ketika penyakit atritis
rematoid menyebabkan nyeri dan cacat, yang bias menyebabkan depresi.
16

Ada pula kelainan fisik menyebabkan depresi secara langsung dan tidak langsung.
Misalnya AIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya merusak otak;
secara tidak langsung menyebabkan depresi jika menimbulkan dampak negative terhadap
kehidupan penderitanya
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah
depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama
periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita
baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan
dalam gangguan mood dan onset gejala adalah dalam 4 minggu pascapersalinan. ada 3 tipe
gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan
postpartum psychosis (Ling dan Duff, 2001).
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt (Regina dkk,
2001), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan
menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido
(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Masih menurut Pitt (Regina dkk,
2001) tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan
yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa
awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum
yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem
tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut
neurosa

depresi

atau

depresi

postpartum.

Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya akumulasi
stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi adalah pengalaman yang
negatif ketika semua persoalan tamapak tidak terpecahkan. Persoalan juga tidak akan
terpecahkan dengan berpikir lebih positif, tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat
dikendalikan.

Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem psikis
sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat
berlangsung berbulan bulan. Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa depresi
17

postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus 1 2 minggu.
LlewellynJones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis
pada masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita
yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara sosial dan emosional merasa
terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan
yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus
menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan
sikap tersebut diantaranya sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut,
tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung
( iritabilitas ),merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya
terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit
membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja
Anda lahirkan , insomnia yang berlebihan. Gejala gejala itu mulai muncul setelah
persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai
beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat
disebut postpartum depression.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan
pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner
dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan
kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan
depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas
perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada postpartum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan
memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai
18

dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab
sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati
bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai
prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji
validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia.
EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan
dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan
penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami postpartum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis
seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang
menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan
seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari
teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan
rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan
konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat
diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang
berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan
yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila
memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan
bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya. Post-partum blues juga
dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur
ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak
perfeksionis

dalam

hal

mengurusi

bayi,
19

membicarakan

rasa

cemas

dan

mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.


Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan
menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin
pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama,

dengan melibatkan

lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.


Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan
pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
d. Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
a.

Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah
seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.

b.

Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan
merawat bayi

c.

Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
terhadap istrinya

d.

Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir

e.

Memperbanyak dukungan dari suami


20

f.

Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan

g.

Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan

h.

Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu

i.

mengganti suasana, dengan bersosialisasi

j.

Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri
klien sendiri, diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b. Tidurlah ketika bayi tidur
c.

Berolahraga ringan

d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu


e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
f.

Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan

g. Bersikap fleksibel
h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
i.

Bergabung dengan kelompok ibu

G. Pencegahan
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
1.

Pelajari diri sendiri

21

Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar
terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan
secepatnya.
2.

Tidur dan makan yang cukup


Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan
dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.

3.

Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15
menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan
menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.

4.

Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan


Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau
pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan
menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan
postpartum yang diderita.

5.

Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan
butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak
nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.

6.

Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan


Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat
diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang
bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu
berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.

7.

Persiapkan diri dengan baik

22

Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.


8.

Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai
informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar
dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat
melahirkan akan dapat dihindari.

9.

Lakukan pekerjaan rumah tangga


Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan
perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil,
bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan
dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah
melakukan segalanya.

10. Dukungan emosional


Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam
mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan
serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.
11. Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal
yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum
Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi
persoalan ini.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN MASALAH KESEHATAN: POST


PARTUM BLUES
A. Pengkajian
a. Observasi gejala:
23

Iritabel/gelisah
Gangguan istrirahat - tidur
Marah pada anggota keluarga
Gangguan mood- menangis
Cemas

b. Respon psikososial berkaitan dengan depresi post partum dan psikosis

Gelisah yang memanjang


Perilaku yang labil
Menarik diri
respon yang tidak sesuai pada bayi dan keluarga

Menurut Bobak ( 2004 ) pengkajian dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi
menjadi orang tua baru yaitu:
1. Dampak pengalaman melahirkan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri
( Konrad, 1987 ). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu
rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal hal yang mencakup kelahiran
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan
sangat berbeda dari yang diharapkan ( misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran
sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti
akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
2. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra
tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
Perasaan perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah
melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru
melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa
nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan
perineum.
3. Interaksi Orang tua Bayi
24

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat
ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu.
Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya
keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua
membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda tanda yang menunjukkan ada atau
tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi
terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
4. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social
yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang
adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas
tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang
dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian
menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa
tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak
mereka. Bayi bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa
tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti
pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu
membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa
lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan
kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang
sehat dan gembira.
5. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai
ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga
lain, dan anak anak lain.

25

Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu
merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah:
1. Aktivitas / istirahat
Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas Ego
Peka rangsang, takut / menangis ( " Post partum blues " sering terlihat
kira kira 3 hari setelah kelahiran ).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5. Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari hari ke-3.
6. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 pascapartum.
7. Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar
jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri
) dan aktivitas ( misalnya ; menyusui ). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam pertama,
berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini, tergantung kapan
menyusui dimul
NANDA, NOC, DAN NIC
No.
Diagnosa
1
Kecemasan b.d
ketidaksiapan
menjadi ibu.

NOC
1. Kontrol ansietas
Indikator:
Monitor intensitas

NIC
Penurunan Ansietas
Aktivitas:
Gunakan pendekatan yang

ansietas
Mengeliminasi

hangat
Jelaskan semua

precursor ansietas
26

prosedur/kondisi yang

Menurunkan stimulasi
lingkungan ketika
ansietas
Mencari informasi
untuk menurunkan
ansietas
Menggunakan strategi
koping yang efektif
Melaporkan
penurunan durasi
ansietas
Mempertahankan
hubungan sosial
Melaporkan tidur
yang adekuat
Mengontrol respon

terjadi pada pasien


Pahami perspektif pasien
terhadap situasi yang
penuh stress
Berikan informasi factual
tentang diagnosa, tindakan,
dan prognosis
Berikan penguatan kepada
pasien
Ciptakan atmosfir untuk
memfasilitasi kepercayaan
pasien
Dukung pasien untuk
menyatakan perasaan,
persepsi, dan kekhawatiran
Identifikasi ketika terjadi

ansietas
2. Koping

perubahan tingkat ansietas


Kontrol simulasi sesuai

Indikator:

dengan kebutuhan pasien


Tentukan kemampuan

Mengidentifikasi pola
koping yang efektif
Melaporkan
penurunan stress
Menyatakan

pasien untuk mengambil


keputusan
Berikan medikasi untuk
mengurangi ansietas

penerimaan terhadap
situasi
Memanfaatkan
dukungan sosial yang
ada

Melaporkan
penurunan perasaan
2

Kurang
pengetahuan
(keluarga)
tentang
perawatan bayi

negative
Pengetahuan: perawatan
bayi
Indikator:
Mendeskripsikan
karakteristik bayi
27

Pengajaran: Perawatan Bayi


Aktivitas:
Demonstarikan dan
jelaskan tentang perawatan
bayi kepada orang tua dan

dan pemulihan
diri berhungan
dengan kurang
terpaparnya
keluarga
terhadap

normal
Mendeskripsikan
perkembangan bayi
normal
Mendeskripsikan
posisi bayi yang tepat
Mendeskripsikan

informasi yang

isapan ASI bayi yang

adekuat

nutritive dan yang


tidak
Mendeskripsikan
teknik menyusui bayi
Mendeskripsikan cara
memandikan bayi
Mendeskripsikan
perawatan tali pusat
Mendeskripsikan pola
tidur-bangun bayi
Mendeskripsikan
komunikasi dengan
bayi
Mendeskripsikan
kebutuhan adanya
perawatan khusus

keluarga
Berikan panduan tentang
perkembangan selama 1
tahun kehidupan
Berikan informasi tentang
penambahan makanan
cairan selama 1 tahun
pertama
Berikan informasi tentang
perkembangan gigi dan
higien oral selama 1 tahun
pertama
Dorong orang tua untuk
berbicara dan bercerita
kepada bayi
Berikan panduan tentang
perubahan pola tidur
selama 1 tahun pertama
Berikan panduan tentang
perubahan pola eliminasi
selama 1 tahun pertama
Dorong orang tua untuk
memegang , menyentuh dan
masase bayi
Dorong keluarga untuk
memberikan stimulasi
auditori,dan visual untuk
meningkatkan pertumbuhan
Dorong orang tua bermain
dengan bayi
Demonstarsikan cara orang
tua menstimulasi
perkembangan bayi
Informasikan kepada orang
tua pentingnya perawatan
kesehatan bayi dan

28

imunsasi bayi secara teratur

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas (ed 4). Jakarta: EGC.

http://www.indocina.net/viewtopic.php?f=28&t=7446
29

http://www.mitrakeluarga.com/kemayoran/kesehatan005.html

http://www.dunia-ibu.org/html/baby_blues.html

http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=2208&tbl=cakrawala

http://www.korantempo.com/news/2003/3/2/Keluarga/17.html

http://www.bayisehat.com/child-consultation/cara-mengatasi-baby-blues.html

http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=06304&rubrik=bayi

30

You might also like