Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
KELAINAN DEGENERATIF TULANG
A. Osteoporosis
1. Definisi
Kata osteoporosis berasal dari bahasa yunani yaitu osteo yang berarti tulang dan
porous yang berarti keropos. Penyakit osteoporosis adalah penyakit tulang yang dapat
berkurangnya kepadatan tulang, yang disertai dengan penurunan kualitas jaringan
tulang yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan pada tulang.
Menurut World Health Organisation (WHO) dan ahli (seperti dikutip Ferdinan
Zaviera, 2007) mengartikan osteoporosis sebagai penyakit yang ditandai dengan
rendahnya massa ulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, yang
menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur.
Dimana keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah
terjadi fraktur. Dapat disimpulkan bahwa osteoporosis adalah penurunan massa tulang
yang membuat tulang menjadi tidak padat dan rawan akan keretakan.
2. Etiologi Osteoporosis
Berikut adalah beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan osteoporosis :
Usia. Massa tulang berkurang seiring melewati masa puncak tulang yaitu pada
usia 25 30 tahun.
Keturunan. Bila dari garis keturunan memang ada osteoporosis (misalnya
yang lebih rendah dan mengalami pengeroposan lebih cepat dibandingkan pria.
Perokok. Nikotin dalam rokok menimbulkan masalah pada pembentukan tulang
dengan cara mengganggu peran penting estrogen dan testosteron dalam
perkembangan
Asupan alkohol yang berlebihan. Mengonsumsi minuman beralkohol secara
berlebihan mengganggu penyerapan kalsium dan aktivitas osteoblas dalam
pembentukan tulang.
Asupan kafein yang berlebihan. Pada penelitian menemukan bahwa risiko fraktur
pada panggul bertambah jika mengkonsumsi lebih dari dua cangkir kopi atau
empat cangkir teh per harinya. Tetapi pada dasarnya asupan kafein (1 2 porsi
minuman berkafein 10 per hari) tidak akan memengaruhi tulang jika diimbangi
dengan asupan kalsium dan vitamin D yang memadai.
Berat badan. Wanita ramping dan bertulang kecil berisiko lebih besar
3. Patogenesis Osteoporosis
Osteoporosis akan terjadi ketika berlangsungnya proses pengikisan tulang dan
pembentukan tulang menjadi tidak seimbang. Sel sel yang menyebabkan
pengikisan tulang mulai membuat kanal dan lubang dalam tulang lebih cepat
daripada proses pembentukan tulang yang dilakukan oleh sel sel pembentuk
tulang yang membuat tulang baru untuk mengisi lubang tersebut. Tulang menjadi
rapuh dan kemungkinan akan patah.
hancur, makan akan nyeri dan kelainan bentuk (Rasjad,2007). Dampak osteoporosis
antara lain:
Nutrisi yang tepat berfungsi menjaga tulang dan mencegah,beberapa nutrisi yang
berguna bagi tulang :
a. Kalsium
Asupan kalsium yang cukup dapat membantu melindungi tulang sepanjang hidup
kita. Pada orang dewasa (sampai awal empat puluh tahun), asupan kalsium yang
cukup dapat membantu mempertahankan kepadatan tulang khususnya di bagian
pinggul, tulang yang rawan terjadi pengeroposan.
b. Vitamin D
Vitamin D berfungsi sebagai penyerap kalsium dan dapat berdampak langsung
pada tulang. Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak sehingga dapat
disimpan lama dalam tubuh.
c. Olahraga
Olahraga berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi tulang. Selain itu olahraga
akan memberikan manfaat jangka panjang jika dilakukan secara berkelanjutan.
B. Osteoartritis
1. Definisi
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan
patogenesis yang belum jelas serta mengenai populasi luas. Pada umumnya penderita
OA berusia di atas 40 tahun dan populasi bertambah berdasarkan peningkatan usia.
Osteoartritis merupakan gangguan yang disebabkan oleh multifaktorial antara lain
usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor kebudayaan (Barrack, 2006).
Osteoartritis merupakan suatu penyakit dengan perkembangan slow progressive,
ditandai adanya perubahan metabolik, biokimia, struktur rawan sendi serta jaringan
sekitarnya, sehingga menyebabkan gangguan fungsi sendi. Kelainan utama pada OA
adalah kerusakan rawan sendi yang dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral,
pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan pada sinovium,
sehingga sendi yang bersangkutan membentuk efusi. Osteoartritis diklasifikasikan
menjadi 2 kelompok, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebut
idiopatik, disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga
mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang didasari kelainan endokrin,
inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu
lama serta faktor risiko lainnya, seperti obesitas dan sebagainya (Altmann, 2001).
2. Patogenesis
Tulang rawan sendi Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago.
Berhubungan dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan
mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme kondrosit.
Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat
rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan menurun.
Sumber: Altman,2001
Gbr 3. Osteoartritis
Sumber:Altman,2001
untuk
menggantikan
atau
mempertahankan
jaringan
sitokin
anabolik
yang
menstimulasi
proliferasi
dan
Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder
dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta
sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.Semakin
lama ligamen, kapsul dan otot menjadi contracted. Kurangnya penggunaan
sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atropi otot. Perubahan
sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan
tungkai.
3. Diagnosis
Laju endap darah biasanya normal.
Serum kolesterol sedikit meninggi.
Pemeriksaan faktor reumatoid negatif.
a. Pemeriksaan radiologis.
Foto polos.
Gambaran yang khas pada foto polos adalah:
sendi.
Sklerosis tulang subkondral.
Kista tulang pada permukaan sendi terutama subkondral.
Osteofit pada tepi sendi.
b. Radionuklida scanning
Dilakukan dengan menggunakan 99 Tc-HDP dan terlihat
peningkatan aktivitas tulang pada bagian subkondral dari sendi yang
terkena osteoartritis. Dapat pula ditemukan penambahan vaskularisasi
dan pembentukan tulang baru. Juga terlihat daerah perselubungan
sendi vetebra apofisial. Bentuk klasik osteoartritis monokuler berupa
nyeri dan disfungsi dari 1 sendi, terutama pada sendi yang menyokong
beban tubuh yaitu pada sendi pinggul dan lutut. Pada osteoartritis
sekunder mungkin dapat ditemukan penyebab sebelumnya seperti
dysplasia asetabuler, penyakit Legg-Calve-Perthes, pasca trauma, atau
fraktur pada daerah panggul. Osteoartritis poli artikuler ditemukan
nyeri sementara.
Mengurangi BB dengan diet.
Fisioterapi penting untuk
otot.
Istirahat yang teratur untuk mengurangi penggunaan beban
pada sendi.
Pemakaian alat bantu seperti tongkat, penyangga leher.
Dukungan psikososial.
Persoalan seksual, terutama pada pasien dengan OA di tulang
menghilangkan
nyeri
dan
belakang
b. Medikamentosa.
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomtatik. Obat antiinflamsi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgetik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis.
Analgesik yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4 g/
hari atau propksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun
perhatikan juga efek samping pada saluran cerna dan ginjal.
Jika tidak berpengaruh, atau jika tidak terdapat tanda peradangan,
maka OAINS seperti fenoprofin, biasanya 1/2 -1/3 dosis penuh untuk
RA. Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, maka ES
lokal.
Sendi yang tidak stabil oleh karena adanya sublukasi atau
Sendi lutut:
sendi.
Hermiartroplasti, bila kerusakan satu kompartemen sendi.
Artroplasti total, bila seluruh kpmpartemen rusak.
C. Plantar Fascitis.
1. Definisi
penyerap
kejutan
(shock-absorbing
bowstring),
menyangga lengkung dalam kaki kita. Tetapi, jika tegangan pada serabutserabut tersebut terlalu besar, maka dapat terjadi beberapa robekan kecil di
serabut-serabut tersebut. Bila ini terjadi berulang-ulang maka fascia akan
menjadi teriritasi atau meradang.
4. Diagnosis
5. Penatalaksanaan
Non Operatif.
-Kompres es batu yang dibungkus dengan kain di daerah nyeri atau
bekukan sebotol air dan urutkan di atas daerah yang nyeri selama 20
sampai 30 menit, 3 atau 4 kali sehari atau setelah melaksanakan aktivitas.
-Obat-obatan golongan NSAID.
-Kurangi Aktifitas olah raga. Alihkan aktivitas olah raga dengan
pembebanan pada kaki hingga nyeri mereda. Untuk mempertahankan
kondisi atlet sebaiknya dianjurkan melakukan bentuk-bentuk latihan
alternatif, seperti aktivitas berenang ataupun bersepeda.
tendon Achilles dengan cara menyentuh ujung kaki anda dan secara
perlahan-lahan melipat kaki anda. Ini dapat menolong untuk membalikkan
kekencangan dari Plantar Fascia yang terjadi sepanjang malam.
D. Frozen shoulder
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
penyebab
utamanya
idiopatik,
banyak
yang
menjadi
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
-Terapi ultrasound
Dengan pemberian modalitas ultra sonic dapat terjadi iritan jaringan yang
menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan jaringan, hal ini
disebabkan oleh efek mekanik dan thermal ultra sonik. Pengaruh mekanik
tersebut juga dengan terstimulasinya saraf polimedal dan akan dihantarkan
terjadi
inflamasi
sekunder
atau
dikenal
neurogeic
terjadinya
penyembuhan
jaringan
yang
mengalami
pengaruh
gosokan
membantu
venous
dan
lymphatic,
2. Etiologi
Trauma minor yang berulang-ulang umumnya memberikan kontribusi
terhadap perkembangan penyakit de Quervains syndrome. Aktivitasaktivitas yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada pergelangan
tangan termasuk faktor pekerjaan, tugastugas sekretaris, olahraga golf,
atau permainan olahraga yang menggunakan raket. Faktor-faktor lain yang
mungkin dapat memberikan kontribusi terjadinya de Quervains syndrome
antara lain : penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi inflamasi tendon
yang
terjadi
berhubungan
dengan
gesekan
yang
berlebihan
kasus trauma akut atau diduga nyeri oleh karena fraktur atau
osteonekrosis.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan terapi konservatif
dan intervensi bedah. Pada terapi konservatif kasus-kasus dini, sebaiknya
penderita menghindari pekerjaan yang menggunakan jari-jari mereka. Hal
ini dapat membantu penderita dengan mengistirahatkan (immobilisasi)
kompartemen dorsal pertama pada ibu jari (polluks) agar edema lebih
lanjut dapat dicegah. Idealnya, immobilisasi ini dilakukan sekitar 4-6
minggu.
Kompres
dingin
pada daerah
edema
dapat
membantu
1.