You are on page 1of 65

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU VAGINAL

HYGIENE TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA


REMAJA PUTRI USIA 13-17 TAHUN DI DAERAH PONDOK CABE ILIR

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:
ANNISA NURHAYATI
NIM: 1110103000018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 12 September 2013

Materai
Rp. 6000

Annisa Nurhayati

ii

HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU VAGINAL


HYGIENE TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA
REMAJA PUTRI USIA 13-17 TAHUN DI DAERAH PONDOK CABE ILIR

Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)

OLEH:
Annisa Nurhayati
NIM: 1110103000018

Pembimbing I

Pembimbing II

Rr. Ayu Fitri Hapsari, Ssi, Mbiomed

dr. Lady C. C Koesoema, Sp.KK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H/ 2013 M

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN


Laporan penelitian berjudul HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN
PERILAKU VAGINAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN
PATOLOGIS PADA REMAJA PUTRI USIA 13-17 TAHUN DI DAERAH
PONDOK CABE ILIR yang diajukan oleh Annisa Nurhayati (NIM:
1110103000018), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan pada 12 September 2013. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi
Pendidikan Dokter.
Ciputat, 12 september 2013
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang

Rr. Ayu Fitri Hapsari, Ssi, Mbiomed


Pembimbing I

Pembimbing II

Rr. Ayu Fitri Hapsari, Ssi, Mbiomed

dr. Lady C. C Koesoema, SpKK

Penguji I

Penguji II

dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed

dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd

PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN

Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd

iv

dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan, sehingga mengizinkan saya untuk dapat menyelesaikan
penelitian dengan judul HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN
PERILAKU VAGINAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN
PATOLOGIS PADA REMAJA PUTRI USIA 13-17 TAHUN DI DAEREAH
PONDOK CABE ILIR 2013.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada:
1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd, Dr. H. Arif Sumantri, SKM.
Mkes, dan Dra. Farida Hamid, M. Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung kami, para
mahasiswa untuk terus berjuang dan menjadi lebih baik.
2. dr. Witri Ardini, M.gizi, SpGK selaku Kaprodi PSPD dan kepada semua
dosen yang telah membimbing dan memberikan kesempatan untuk
menuntut ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. drg. Laifa Hendarmin, PhD, selaku penanggung jawab modul riset
mahasiswa PSPD 2010 yang telah memberikan motivasi untuk kami
mengerjakan riset tepat waktu.
4. Rr. Ayu Fitri Hapsari, Ssi, Mbiomed dan dr. Lady C. C Koesoema, SpKK,
selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran
serta kesabarannya dalam memberi masukan dan bimbingan hingga akhir
penelitian ini selesai.
5. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed dan dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd
selaku penguji dalam sidang penelitian ini pada tanggal 12 September
2013.
6. Remaja putri di Pondok Cabe yang telah bersedia untuk berpartisipasi
dalam pengambilan sampel pada penelitian ini.

7. Kedua orang tua Helmi Akhmad Aljufri dan Fatimah Alhasni serta nenek
tercinta Mahani Assegaf yang selalu mendoakan, memberi semangat,
motivasi, kasih sayang yang tidak ternilai harganya sehingga penelitian ini
dapat selesai tepat waktu. Begitu pula kepada ketiga adik tersayang Hanifa
Aljufri, Muthia Aljufri, dan Hanif Aljufri, terima kasih atas bantuan dan
semangat yang telah diberikan untuk kakakmu.
8. Kak Iin Alaydrus yang telah memberikan begitu banyak bantuan dalam
penyelesaian penelitian ini.
9. Ayu Budi, Shabrina, Bening, Alo serta PSPD 2010 yang selama ini telah
menjadi sahabat, sejawat, sekaligus teman seperjuangan atas kerja sama
pada tiga tahun terakhir, sampai akhirnya kita semua dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan baik.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga semua kebaikan yang telah
dilakukan dan diberikan dapat terbalas dengan kebaikan yang setimpal oleh Allah
SWT, dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu bagi
yang membaca. Amin

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Ciputat, 12 September 2013

Annisa Nurhayati

vi

ABSTRAK
Annisa Nurhayati. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Vaginal Hygiene terhadap Kejadian
Keputihan Patologis Pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok
Cabe Ilir. 2013
Keputihan adalah masalah yang umumnya dihadapi kaum wanita.Remajayang
dalam masa peralihan, disertai dengan kematangan organ reproduksinya perlu
perhatian khusus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan
antara pengetahuan, sikap dan perilaku remaja menjaga vaginal hygiene terhadap
kejadian keputihan patologis di daerah Pondok Cabe Ilir. Desain penelitian ini
adalah cross sectional, dengan menggunakan simple random sampling dan
pengambilan data menggunakan kuesioner, kemudian analisis data dilakukan
dengan uji Chi Square. Berdasarkan 130 sampel didapatkan 50% remaja memiliki
pengetahuan buruk, 53.8% memiliki sikap negatif, dan 56.9% memiliki perilaku
buruk dengan kejadian keputihan tidak normal sebesar 56.2%. Hasil uji Chi
Square hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan diperoleh p=0.008,
hubungan sikap dengan kejadian keputihan diperoleh p=0.806, dan hubungan
perilaku dengan kejadian keputihan diperoleh p=0.38.
Kata kunci: remaja, keputihan
ABSTRACT
Annisa Nurhayati. Relationship Between Knowledge, Attitudes and Behavior
of Vaginal Hygiene on the Incidence of Pathological Vaginal Discharge in
Female Adolescents aged 13-17 years at Pondok Cabe Ilir
Vaginal discharge is a problem commonly faced by women. Adolescents who are
in transition period, along with the maturity of reproductive organs need special
attention. The study was conducted to determine the relationship between
knowledge, attitudes and behaviors of female adolecscents in keeping vaginal
hygiene on the incidence of pathological vaginal discharge at Pondok Cabe Ilir.
This study used cross-sectional design with simple random sampling, data
gathered by questionnaire, and analyzed by Chi Square test. From 130 samples,
50% of adolecscents had lack of knowledge, 53.8% had a negative attitude, and
56.9% had a negative behavior and the occurrence of abnormal vaginal discharge
is 56.2%. Chi Square test of the relationship between knowledge and the incident
of vaginal discharge obtained p = 0.008, relationship between attitude and
incidence of vaginal discharge obtained p = 0.806, and the relationship with
incidence of vaginal discharge and behavior obtained p = 0383.
Key words: adolecscents, vaginal discharge

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................................


ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
v
ABSTRAK....................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................................
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................
1.3 Hipotesis ..........................................................................................................
1.4 Tujuan penelitian .............................................................................................
1.4.1 Tujuan umum .........................................................................................
1.4.2 Tujuan khusus ........................................................................................
1.5 Manfaat penelitian ..........................................................................................
1.5.1 Bagi remaja ............................................................................................
1.5.2 Bagi petugas kesehatan ..........................................................................
1.5.3 Bagi peneliti ...........................................................................................

1
2
2
2
2
3
3
3
3
4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan teori..................................................................................................
2.1.1 Anatomi organ reproduksi .....................................................................
2.1.1.1 Vulva ...............................................................................
2.1.1.2 Vagina .............................................................................
2.1.2 Keputihan ...............................................................................................
2.1.2.1 Pengertian .......................................................................
2.1.2.2 Etiologi ...........................................................................
2.1.2.3 Patogenesis ......................................................................
2.1.3 Pengetahuan............................................................................
2.1.4 Sikap .....................................................................................................
2.1.5 Perilaku ..................................................................................................
2.1.6 Remaja ...................................................................................................
2.1.7 Perilaku menjaga vaginal hygiene .........................................................
2.2 Kerangka konsep..............................................................................................
2.3 Definisi operasional..........................................................................................

5
5
5
5
6
6
7
10
10
12
15
17
18
19
20

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Desain penelitian ............................................................................................
3.2 Waktu dan tempat penelitian ..........................................................................
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................................

21
21
21

viii

3.3.1 Populasi ......................................................................................


3.3.2 Kriterial sampel ..........................................................................
3.3.3 Besar sampel ...............................................................................
3.3.4 Cara pengambilan sampel ...........................................................
3.3.5 Instrumen penelitian .....................................................................
3.4 Cara Kerja Penelitian ......................................................................................
3.5 Etika ................................................................................................................
3.6 Manajemen data ..............................................................................................
3.6.1 Pengumpulan data ......................................................................
3.6.2 Pengolahan data ..........................................................................

21
21
21
23
23
24
24
25
25
25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis univariat ............................................................................................
4.2 Analisis bivariat...............................................................................................
4.3 Keterbatasan penelitian ..................................................................................

26
30
34

BAB 5SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ..........................................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................................

35
35

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


LAMPIRAN....................................................................................................................

36
38

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan keputihan fisiologis dan patologis ..................................


Tabel 4.1 Hasil analisis distribusi responden berdasarkan usia .......................
Tabel 4.2 Hasil analisis pengetahuan tentang keputihan ................................
Tabel 4.3 Hasil analisis sikap menjaga vaginal hygiene ..................................
Tabel 4.4 Hasil analisis perilaku menjaga vaginal hygiene.............................
Tabel 4.5 Hasil analisis kejadian keputihan .................................................
Tabel 4.6 Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan ..
Tabel 4.7 Hasil analisis sikap menjaga vaginal hygiene dengan kejadian
keputihan ...............................................................................
Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan perilaku menjaga vaginal hygiene dengan
kejadian keputihan ...................................................................
Tabel 4.9 Hasil analisis hubungan sikap dengan perilaku menjaga vaginal
hygiene ...................................................................................

7
26
27
27
28
29
30
31
32
33

DAFTAR GAMBAR

Grafik 2.1 Anatomi organ kewanitaan dan batasnya .....................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar penjelasan kepada calon subyek penelitian ...................


Lampiran 2 Lembar kesediaan pengisian kuesioner ........................................
Lampiran 3 Kuesioner penelitian .....................................................................
Lampiran 4 Data hasil uji statistik ...................................................................
Lampiran 5 Daftar riwayat hidup ....................................................................

xii

38
39
40
45
53

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kesehatan reproduksi remaja mempunyai makna suatu kondisi sehat
yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang
dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual. 1

Masalah organ reproduksi pada remaja perlu mendapat perhatian yang


serius, karena masalah tersebut paling sering muncul pada negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan data penelitian kesehatan
reproduksi perempuan didapatkan 75% perempuan di dunia pernah
mengalami keputihan yang paling sedikit satu kali dalam hidupnya. Hasil
penelitian sebelumnya yaitu pada tahun 2002 didapatkan 50% perempuan
Indonesia mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003 disebutkan
bahwa sekitar 60% perempuan mengalami keputihan. Angka ini terus
meningkat dari penelitian tahun 2004 didapatkan sekitar 70% perempuan
di Indonesia mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya.2
Keputihan (white discharge, flour albus, leucorrhea) adalah
keluarnya sekret atau cairan dari vagina yang bervariasi dari bau,
konsistensi, dan warna.1 Keputihan sendiri dapat bersifat normal
(fisiologis) atau juga penyakit (patologis). Pada keadaan normal, sekret
yang keluar dari serviks dan vagina ini disertai adanya bakteri atau flora
normal. Keputihan yang normal umumnya muncul pada masa menjelang
dan setelah menstruasi.3,4
Ada 2 hal yang menjadi faktor pencetus keputihan yaitu faktor
infeksi dan non-infeksi. Faktor infeksi diakibatkan karena bakteri, jamur,
parasit, virus.3 Faktor non-infeksi bisa diakibatkan karena masuknya benda
asing ke vagina, membersihkan daerah vagina yang kurang bersih,
penggunaan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana
dalam maupun pembalut saat mestruasi, dan perawatan saat menstruasi
yang kurang benar.4
1

Masalah keputihan adalah masalah sejak lama yang menjadi


persoalan kaum perempuan. Semua perempuan dari berbagai usia dapat
mengalami keputihan. Remaja merupakan bagian dari populasi yang
berisiko terkena perhatian khusus karena pada masa remaja ini merupakan
masa peralihan juga masa kematangan dari organ seksualnya.4
Akibat dari keputihan patologis dapat berakibat fatal apabila tidak
ditangani secara baik dan cepat. Tidak hanya mengakibatkan kemandulan
dan hamil diluar uterus tetapi juga merupakan awal gejala kanker serviks
yang merupakan pembunuh nomor satu bagi perempuan yang berujung
pada kematian.2,5
Kurangnya ketersediaan akses untuk mendapatkan informasi
mengenai kesehatan reproduksi merupakan salah satu yang menjadi
pencetus semakin banyaknya kejadian keputihan pada remaja. Hal ini
terbukti dari banyak penelitian yang menyatakan rendahnya tingkat
pengetahuan dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada remaja putri.6
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku vaginal hygiene pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah, apakah terdapat hubungan antara pengetahuan,
sikap dan perlaku vaginal hygiene dengan kejadian keputihan patologis
pada remaja putri usia 13-17 tahun di daerah Pondok Cabe Ilir?

1.3

Hipotesis
Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap dan perlaku
vaginal hygiene dengan kejadian keputihan patologis pada remaja putri
usia 13-17 tahun di daerah Pondok Cabe Ilir.

1.4

Tujuan Penelitian
1.4.1

Tujuan umum:
Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku
dalam menjaga vaginal hygiene dengan kejadian keputihan

patologis yang dialami oleh remaja putri usia 13-17 tahun di


Pondok Cabe Ilir.
1.4.2

Tujuan khusus:

Mengetahui angka kejadian keputihan pada remaja putri di


daerah Pondok Cabe Ilir.

Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap kejadian


keputihan patologis pada remaja putri di daerah Pondok
Cabe Ilir.

Mengetahui hubungan sikap menjaga vaginal hygiene


terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah
Pondok Cabe Ilir.

Mengetahui hubungan perilaku menjaga vaginal hygiene


terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah
Pondok Cabe Ilir.

Mengetahui hubungan sikap terhadap perilaku vaginal


hygiene pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.

1.5

Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat

Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya


menjaga

kebersihan

daerah

genital

sebagai

bentuk

pencegahan penyakit.

Menjadi informasi dalam upaya peningkatan kesehatan


reproduksi perempuan terutama remaja.

1.5.2 Bagi Petugas Kesehatan

Dapat memberikan pelayanan dan konseling sejak dini guna


pencegahan terjadinya keputihan patologis.

Dapat melakukan penyuluhan dan demonstrasi tentang


pengetahuan, sikap serta perilaku menjaga vaginal hygiene.

1.5.3 Peneliti

Menambah pengetahuan guna pelaksanaan penelitian


kesehatan, salah satunya mengenai kejadian keputihan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori
2.1.1

Anatomi Organ Reproduksi Perempuan

Gambar.2.1 Anatomi organ keperempuanan dan batas-batasnya


Sumber: Tortora, 2012

2.1.1.1

Vulva
Vulva merupakan tempat muara sistem urogenital.

Bagian luar vulva dikelilingi oleh labia mayora yang


mengarah kebelakang dan menyatu membentuk kommisura
posterior dan perineum. Ke depan labia mayora menjadi
satu dan membentuk prepusium klitoridis dan frenulum
klitoridis, yang kemudian dibawahnya terletak klitoris.
Kira-kira 1.5 cm dibawah klitoris terdapat orifisium uretra
eksternum sebagai lubang kemih.6, 8, 9
2.1.1.2

Vagina
Vagina merupakan sebuah saluran terdiri dari otot

yang menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia

interna. Karena saluran ini terdiri dari lapisan otot maka


vagina bisa melebar dan menyempit. Sebagian dari introitus
vagina tertutup oleh hymen atau yang biasa disebut selaput
dara. 6,8
Epitel vagina terdiri atas epitel skuamosa. Lapisan
ini terdiri dari beberapa lapis epitel gepeng tidak bertanduk
dan tidak memiliki kelenjar. Pada anak kecil epitel ini
sangat tipis sehingga dapat dengan mudah terkena
infeksi.6,8,9
Bagian luar otot-otot terdapat fascia (jaringan ikat),
dimana jaringan ikat ini akan berkurang elastisitasnya pada
perempuan lanjut usia. Bagian atas vagina berbatasan
dengan kandung kemih sampai ke forniks vagina anterior.
Bagian dinding belakang vagina lebih panjang dan
membentuk forniks posterior yang lebih panjang dari
forniks anterior.6,8

2.1.2

Keputihan
2.1.2.1

Pengertian
Keputihan (fluor albus, leucorrhea, white discharge)

adalah keluarnya sekret atau cairan yang berlebihan dari


saluran reproduksi perempuan (vagina). Keputihan dapat
bersifat fisiologis atau patologis, tergantung dari variasi
warna, bau, dan konsistensi. Keputihan dikatakan patologis
bila diikuti dengan perubahan bau dan warna yang
menunjukan tanda-tanda tidak normal. Keluhan umumnya
disertai dengan rasa gatal, disuria, edema genital, dan lainlain.1

Tabel. 2.1 Perbedaan keputihan fisiologis dan patologis


Penampakan
Fisiologis
Patologis
Warna

Bening

Kuning hingga hijau

Kejernihan

Jernih

Keruh

Bau

Tidak berbau

Berbau

Sumber: Wiknjosastro. Ilmu kandungan, 1999

2.1.2.2

Etiologi
Pada keadaan normal, terdapat pertumbuhan flora

normal di vagina seperti Lactobacillus sp dan flora normal


lain. Kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih
yang keluar bercampur dengan bakteri, sel epitel vagina
serta serviks. Normalnya pada perempuan keputihan
memiliki manfaat sebagai pelumas, dan sebagai mekanisme
pertahanan dari berbagai macam infeksi. Pada keadaan
normal inilah keputihan berwarna jernih atau keruh berawan
dengan tanpa bau maupun darah. pH fisiologisnya berada
pada

kisaran

antara

3.5-4.5

yang

berfungsi

untuk

menghambat bakteri patogen tumbuh berlebihan.5, 10,11


Keputihan fisiologis dapat ditemukan dalam keadaan
seperti:10, 11,12

Bayi baru lahir sampai usia kurang lebih 10 hari, hal ini
disebabkan karena pengaruh estrogen dari plasenta
terhadap uterus dan vagina janin. Selama masa
intrauterin, janin telah mendapat pengaruh rangsangan
dari estrogen, progesteron dan gonadotropin, sehingga
ketika bayi perempuan lahir telah terlihat adanya
pembesaran payudara dan uterus. Mukosa vagina dan
endometrium memperlihatkan gambaran proliferasi.
Epitel vagina mengandung glikogen dalam jumlah
besar.

Sekitar menarke karena adanya pengaruh estrogen,


keputihan ini dapat menghilang dengan sendirinya
tetapi kadang menimbulkan kecemasan pada orang tua.

Waktu sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjarkelenjar serviks menjadi lebih encer.

Pada perempuan dewasa apabila dirangsang sebelum


dan pada saat koitus, disebabkan oleh pengeluaran
transudat dari dinding vagina.

Perempuan dengan penyakit menahun juga terjadi


keputihan oleh karena pengeluaran sekret dari kelenjarkelenjar serviks.
Sering kali keputihan patologis merupakan indikasi

adanya vaginitis. Penyebab paling sering pada umumnya


adalah infeksi. Berbagai macam kuman patogen ini dapat
masuk ke dalam vagina salah satunya melalui hubungan
seksual, atau kurangnya dalam menjaga kebersihan daerah
vagina.5, 10
Vaginitis umumnya disebabkan oleh
albicans,

Gardnerella

vaginalis,

Candida

Mycoplasma,

Trichomonas vaginalis. Diagnosis vaginitis umumnya


memerlukan pemeriksaan mikroskopik cairan vagina.
Penyebab keputihan patologis:9,11
a. Candida albicans, warna keputihan seperti putih susu,
dengan konsistensi kental, berbau agak menyengat, dan
disertai rasa gatal berlebihan pada vagina. Akibat
infeksi jamur ini, mulut vagina menjadi kemerahan dan
meradang. Umumnya, kehamilan, penyakit diabetes
mellitus, penggunaan pil KB, dan rendahnya daya tahan
tubuh dapat menjadi pemicu timbulnya infeksi akibat
jamur ini.
b. Trichomonas vaginalis, penularan melalui hubungan
seksual, perlengkapan mandi atau perlengkapan pribadi

(seperti celana dalam, dan lain-lain), atau bibir kloset.


Cairan keputihan pada infeksi parasit ini bisa sangat
bervariasi. Umumnya cairan vagina berbuih, tipis,
berbau tidak sedap, dan banyak. Warna pada keputihan
bisa bervariasi, dari abu-abu, putih, atau kuning
kehijauan.
c. Vaginosis bacterial, merupakan penyebab vaginitis
paling umum. Infeksinya lebih kepada pergeseran
komposisi flora normal vagina dengan peningkatan
bakteri

anaerobik

Gardnerella

dan

vaginalis.

kenaikan

Ciri

konsentrasi

keputihannya

tipis,

homogen, berwarna putih keabu-abuan, dan berbau


amis.
d. Hal lain yang juga dapat menyebabkan keputihan
antara lain pemakaian tampon vagina, penggunaan
celana dalam yang terlalu ketat, tidak menyerap
keringat, lembab pada daerah vagina, alat kontrasepsi,
penggunaan antibiotik terlalu lama, cara membersihkan
yang kurang tepat, penggunaan alat mandi atau pakaian
dalam yang bergantian dapat meningkatkan risiko
penularan.13
Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri,
95% diantaranya adalah Lactobacillus selebihnya adalah
bakteri patogen, yang dalam ekosistem seimbang bakteri
patogen ini tidak akan mengganggu. Peran penting dari
flora vagina ini adalah untuk menjaga keasaaman pH agar
tetap pada level normal. Dengan tingkat keasaman tersebut,
Lactobacillus akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan
mati. Pada kondisi tertentu, kadar pH vagina bisa menjadi
lebih tinggi atau lebih rendah dari keadaan normalnya.6

10

2.1.2.3

Patogenesis
Hormon

estrogen

diperlukan

untuk

menjaga

keasaman vagina, kehidupan Lactobacillus sp sebagai flora


normal, dan proliferasi sel epitel skuamosa vagina sehingga
membran mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi
bakteri. Hal-hal ini dapat terjadi karena dalam sel epitel
vagina yang menebal banyak mengandung glikogen, yang
kemudian

glikogen

Lactobacilus

sp

ini

akan

dalam

dimanfaatkan

keadaan

normal

oleh
untuk

pertumbuhannya, dan hasil metabolisme dari flora normal


ini adalah asam laktat. Suasana yang ditimbulkan asam
laktat

ini

akan

menyuburkan

pertumbuhan

bakteri

Lactobacillus sp dan Corynebacteria acidogenic, juga


bersifat patogen terhadap bakteri lain. Pada kondisi inilah
pH vagina dipertahankan sekitar 3.5-4.5.8,10
Berbagai variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari
sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi
perubahan ini selalu diinterpretasikan penderita sebagai
suatu infeksi. Beberapa perempuan memiliki sekret vagina
yang banyak dibandingkan dengan yang lain. Variasi
banyaknya sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan
mukus serviks dipengaruhi oleh usia, siklus menstruasi,
kehamilan, dan juga pada pengguna pil KB.10,13,14

2.1.3

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,
pendengaran,

peraba,

pembau,

dan

perasa.

Sebagian

besar

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting


dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman

dan

penelitian

ternyata

perilaku

yang

didasari

11

pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.15
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan apa yang diketahui
tentang suatu objek tertentu dan setiap jenis pengetahuan mempunyai
ciriciri spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana (epistemology)
dan untuk apa (aksiology) pengetahuan tersebut.16
Pengetahuan tentang keputihan merupakan sarana penting
dalam melakukan pencegahan keputihan dan bagi kesehatan remaja.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :16
a) Tahu (know): tahu diartikan hanya sebagai recall
(memanggil) memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu. Misalnya, remaja putri
tahu bahwa keputihan merupakan pengeluaran cairan
dari alat genitalia yang bukan berupa darah.
b) Memahami (comprehension): memahami suatu objek
bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, juga tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut. Misalnya, remaja putri
memahami bagaimana cara mencegah keputihan salah
satunya dengan menjaga kebersihan organ genitalia.
c) Aplikasi (application): aplikasi diartikan apabila
orang yang telah memahami objek yang dimaksud,
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
Misalnya, remaja putri tidak hanya memahami cara
menjaga kebersihan organ genitalia, tetapi dia juga
mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari.
Salah satunya adalah cara cebok yang benar yaitu dari
depan (vagina) ke belakang (anus).
d) Analisis (analysis):

analisis adalah kemampuan

seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,


kemudian

mencari

hubungan

atau

komponen

12

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau


objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan
seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
apabila orang tersebut dapat membedakan, atau
memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
Misalnya, remaja putri dapat membedakan antara
keputihan yang normal dan keputihan abnormal.
e) Sintesis (synthesis): sintesis menunjukkan suatu
kemampuan

seseorang

untuk

merangkum

atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari


komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi
formulasi yang telah ada. Misalnya, remaja putri dapat
melakukan tindakan mencegah keputihan dengan cara
sering mengganti celana dalam jika terasa lembab.
f) Evaluasi (evaluation): evaluasi berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku di
masyarakat. Misalnya, remaja dapat membedakan
antara keputihan yang normal dan abnormal serta
dapat melakukan pencegahan terhadap keputihan.

2.1.4

Sikap
Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan
berpikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu
obyek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi
secara langsung atau tidak langsung pada praktik atau tindakan.16
New Comb salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan

13

predisposisi tindak suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi


tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyekobyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
obyek.
Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan:16
a) Menerima (Receiving): menerima diartikan bahwa orang
(obyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
b) Merespon (responding): memberikan jawaban apabila ditanya
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. Karena itu suatu usaha untuk
menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide
tersebut.
c) Menghargai

(Valuing):

mengajak

orang

lain

untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu


indikasi bersikap. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu
yang lain (tetangganya) untuk pergi menimbangkan anaknya
ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu
bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
d) Bertanggung Jawab (responsible): bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang
ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan
dari orang lain.
Faktor-faktor mempengaruhi pembentukan sikap antara lain:17
1. Pengalaman Pribadi: apa yang dialami seseorang akan
mempengaruhi penghayatan dalam stimulus sosial. Tanggapan
akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap,
untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang
harus memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus
memiliki

pengamatan

yang

berkaitan

dengan

obyek

psikologis. Menurut Breckler dan Wiggins bahwa sikap yang

14

diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh


langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung
tersebut dapat berupa predisposisi perilaku yang akan
direalisasikan

hanya

apabila

kondisi

dan

situasi

memungkinkan.
2. Orang lain: seseorang cenderung akan memiliki sikap yang
disesuaikan atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang
yang dianggap berpengaruh antara lain adalah ; Orang tua,
teman dekat, teman sebaya, rekan kerja, guru, suami atau istri,
dll.
3. Kebudayaan:

kebudayaan

dimana

kita

hidup

akan

mempengaruhi pembentukan sikap seseorang.


4. Media Massa: sebagai sarana komunikasi, berbagai media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, mempunyai pengaruh
yang

cukup

besar

terhadap

pembentukan

opini

dan

kepercayaan seseorang. Dalam membawa pesan-pesan yang


berisi sugesti yang dapat mengarah pada opini yang kemudian
dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi sehingga
mampu membentuk sikap.
5. Lembaga

Pendidikan

dan

Lembaga

Agama:

lembaga

pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai


pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya
meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan
dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6.

Faktor Emosional: tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh


situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang.
Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang
sementara dan segera berlalu.

15

2.1.5

Perilaku
Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktifitas yang
merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara
berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran,
ingatan, dan fantasi. Penerimaan perilaku baru disadari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif.15
Perilaku ditinjau dari segi biologis adalah suatu kegiatan
atau aktifitas organisme yang bersangkutan, sehingga dimaksud
dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau
aktifitas dari manusia itu sendiri, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar dan
mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, bekerja, dan sebagainya. 15
Seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus, dan
membedakannya dibagi 2 jenis: 15
a) Respondent respons atau reflexive: yaitu respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan tertentu, misal makanan lezat
yang menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terlalu
terang membuat mata tertutup. Pada kategori ini juga
mencakup reaksi emosional, misalnya mendengar berita
duka maka menjadi sedih atau menangis.
b) Operanat respons atau instrumental respons: yaitu respon
yang timbul dan berkembang lalu diikuti oleh stimulus
tertentu, misalnya seorang pekerja yang melakukan
pekerjaannya dengan baik lalu memperoleh penghargaan
dari atasannya, maka pekerja tersebut akan lebih baik lagi
dalam melaksanakan tugasnya.
Ditinjau dari bentuk respon terhadap stimulusnya, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:16
1. Perilaku terbuka (overt behavior): respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata dan

16

dengan mudah dapaat diamati atau dilihat orang


lain.
2. Perilaku tertutup (covert behavior): respon terhadap
stimulus dalam bentuk tertutup ini masih terbatas
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam menjaga
vaginal hygiene dibagi menjadi 2:18
a) Faktor internal: karakteristik orang uang bersangkutan yang
bersifat bawaan, misalnya tingkat pendidikan, tingkat
emosional, konsep diri, dan sebagainya.
b) Faktor eksternal: lingkungan, baik lingkungan fisi, sosial,
budaya, ekonomi, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor yang dominan yang membentuk perilaku
seseorang

dalam

menjaga

vaginal

hygiene,

karena

seseorang akan cenderung menyesuaikan dan mengikuti


perilaku hygiene sesuai dengan kebiasaan yang ada dalam
lingkungannya.
Terdapat 3 faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan
perilaku vaginal hygiene:
a) Faktor yang mempermudah (predisposing factor): faktor
utama

yang mempengaruhi perilaku adalah sikap,

pengetahuan,

konsep

diri,

kepercayaan,

nilai,

dan

informasi. Selain itu faktor sepeti demografi misalnya


status ekonomi, keluarga juga mempengaruhi perubahan
perilaku.
b) Faktor

pendukung

menentukan

(enabling

keinginan

factor):

terlaksana

prasarana, kaehlian dan ketrampilan.

faktor

seperti

ini

sarana,

17

c) Faktor pendorong: faktor yang memperkuat perubahan


perilaku vaginal hygiene seseorang dikarenakan adanya
perilaku dan sikap orang lain seperti guru, keluarga, teman
sebaya, dan lingkunga sekitar lainnya.
2.1.6

Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangn manusia.
Masa ini merupakan periode perubahan atau peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang diikuti perubahan biologik,
psikologik, dan sosial.15 Remaja dari segi usia dapat dibagi
menjadi reamaja awal (early adolescent) 10-13 tahun, remaja
menengah (middle adolescent) 14-16 tahun, dan remaja akhir (late
adolescent) 17-20 tahun.15
Tahap perkembangan remaja:
a. Remaja awal (early adolescent)
Pada tahap ini seorang remaja masih terheran akan
perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertau perubahan-perubahan
itu. Mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara
erotis.

Tampak merasa lebih dekat

dengan teman

sebayanya, merasa ingin bebas.


b. Remaja menengah (middle adolescent)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ia
senanag kalau banyak teman yang mengakuinya. Terdapat
kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Tampak
ingin mencari identitas diri, keinginan atau ketertarikan
terhadap lawan jenis.
c. Remaja akhir (late adolescent)
Tahap ini adalah masa konsolidasi meuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian:

18

Minat yang semakin mantap terhadap fungsi


kognitif.

Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah


lagi.

Tumbuh batasan yang memisahkan kepribadian


dirinya dengan masyarakat umum.

Ego untuk mencari kesempatan untuk bersatu


dengan orang-orang lain dan dalam pengalamanpengalaman baru.

Mulai adanya keseimbangan antara kepentingan diri


sendiri dengan orang lain.

2.1.7

Perilaku menjaga vaginal hygiene


Daerah keperempuanan mudah terkena bakteri yang dapat
menimbulkan infeksi. Maka perempuan perlu menjaga kebersihan
organ genitalianya, seperti:15,18

Membasuh vagina dari arah depan ke belakang dengan hatihati, menggunakan air bersih setelah buang air kecil, buang
air besar, dan mandi.

Mengganti pakaian dalam, minimal 2 kali sehari.

Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang berbahan


lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan
yang membuat alergi (parfum atau gel) dan merekat dengan
baik pada celana dalam. Pembalut harus diganti minimal 3
kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri.

Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina

Menggunakan celana dalam yang bersih, kering, dan


terbuat dari bahan katun

Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain


untuk mengeringkan vagina

Mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari


kelembapan di daerah vagina

19

2.2

Kerangka Konsep
2.1.1

Variabel dependen
Variable dependen atau terikat pada penelitian ini adalah kejadian
keputihan patologis pada remaja usia 13-17 tahun.

2.1.2

Variabel independen
Variable independen atau bebas pada penelitian ini adalah
pengetahuan, sikap dan perilaku vaginal hygene.

Pengetahuan
vaginal hygiene
Kejadian keputihan
patologis
Sikap dan
perilaku vaginal
hygiene

Faktor lain:
Lingkungan
Status sosial
Faktor pendorong dan pendukung
(keluarga, teman, dll)
Hubungan seksual

20

2.3 Definisi operasional


No

Variabel

Definisi

Pengukur

Alat ukur

Cara

Skala

pengukur

pengukuran

an
1.

Pengetahuan

Segala

tentang

diketahui

vaginal
hygiene

sesuatu

yang Peneliti

Kuesioner

Pengisian Ordinal

remaja

Vaginal

kuesioner Score:

tentang vaginal hygiene

hygiene

oleh

dan dan keputihan

no.

1-14

keputihan

Buruk <16
Baik >17

Keputihan
no. 15-25

Perilaku

Segala

kegiatan

atau Peneliti

vaginal

kebiasaan remaja untuk

hygiene

menjaga vaginal hygiene

Kuesioner

Pengisian Ordinal

no. 1-15

kuesioner Score:
Buruk <10
Baik >11

Sikap

Pemahaman

untuk Peneliti

vaginal

membentuk

hygiene

dalam menjaga vaginal

Buruk <52

hygiene

Baik >53

perilaku

Sikap

Peneliti

Kuesioner

Pengisian Ordinal

no. 1-14

kuesioner Score:

Kuesioner

terhadap

Pengisian Ordinal
kuesioner Buruk <52

perilaku

Baik >53

vaginal
hygiene
6

Kejadian

Cairan yang berlebihan Peniliti

Kuesioner

keputihan

yang keluar dari saluran

no.

reproduksi

(perilaku)

Pengisian Ordinal

16-17 kuesioner 1:

tidak

normal
2: normal

21

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan
metode potong lintang (cross-sectional).

3.2.

Waktu dan tempat


Penelitian ini akan dilakukan di

sekitar masjid ataupun

diperkumpulan remaja daerah Pondok Cabe Ilir pada periode bulan


Agustus 2013.
3.3.

Populasi dan sampel


3.3.1

Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah remaja putri di daerah
Pondok Cabe Ilir RW 09. Populasi terjangkau penelitian ini adalah
remaja putri usia 13-17 tahun.

3.3.2

Kriteria sampel
i. Kriteria Inklusi:
Yang termasuk kriteria inklusi pada penelitian ini:

Remaja putri

Usia 13-17 tahun

ii. Kriteria Eksklusi:

Remaja putri yang tidak mengisi data dengan


lengkap

3.3.3

Tidak bersedia mengisi lembar kuesioner

Besar sampel
Besar data pada penelitian ini ditentukan berdasarkan
rumus analisis data kategorik-kategorik tidak berpasangan, yaitu :
[

22

Keterangan:
N

: besar sampel

: deviat baku alfa

: deviat baku beta

P2

: proporsi pada kelompok yang sudah diketahui


nilainya
: 1 P2

Q2
P1

: proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan


judgement peneliti

Q1

: 1 P1

P1 P2

: selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

: proporsi total = (P1 + P2)/2

:1P

Diketahui:
Z: 5% = 1.96
Z: 20% = 0.84
P2: 0.5
Q2: 1 0.5 = 0.5
P1: 0.7
Q1: 1 0.37=0.3
P1 P2: 0.2
P: (0.7 + 0.5)/2 = 0.45
Q: 1 0.27 = 0.55

)(

)(

)(

)
]

N = 93.99 pembulatan 94 sampel


Berdasarkan rumus besar sampel diatas, didapatkan jumlah
sampel minimum yang dibutuhkan sebesar 94 responden. Untuk
mengantisipasi adanya bias maka jumlah sampel ditambah 10%

23

dari jumlah sampel sehingga total sampel menjadi minimal 103


responden. Namun pada penelitian ini diambil responden sebanyak
130 sampel.
3.3.4

Cara pengambilan sampel


Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang
dilakukan adalah dengan menggunakan teknik acak sederhana
(simple random sampling). Metode ini merupakan salah satu teknik
pengambilan sampel probability sampling dimana teknik ini
memberikan peluang yang sama dari semua elemen sebagai sampel
penelitian. Penggunaan teknik acak sederhana ini mengasumsi
bahwa populasi adalah tidak terbatas.19,20

3.3.5

Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini dalam data yang dugunakan adalah data
primer (lampiran 3) menggunakan kuesioner yang disesuaikan
dengan kuesioner sebelumnya yang pernah dilakukan dalam
penelitian

sebelumnya

oleh

Amanda

Octavia

Gambaran

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Feminine Hygiene terhadap


Terjadinya Keputihan di SMA X Kota Subang. Kuesioner ini
kemudian

ditambahkan

dalam

beberapa

pertanyaan

untuk

penyesuaian penelitian. Dilakukan uji validitas dan reabilitas pada


30 responden. Hasil dalam lampiran 4.

24

3.4.Cara Kerja Penelitian


Ethical clearence

Pembuatan kuesioner

Validasi Kuesioner

Mengumpulkan remaja didaerah Pondok Cabe Ilir


Memohon izin dan memberikan penjelasan kepada calon
responden tentang penelitian ini
Informed concent
Menjelaskan bahwa penelitian ini tidak berdampak buruk bagi calon responden dan akan
dijaga kerahasiaan data maupun hasil yang didapat oleh peneliti
Pengisian data kuesioner dengan
lengkap
Analisis data

3.5.

Etika
1. Sebelum memulai penelitian, peneliti akan meminta izin tertulis kepada
responden dan institusi.
2. Peneliti akan menjelaskan kepada responden tentang penelitian yang akan
dilakukan.
3. Peneliti akan menjelaskan tata cara pengisian kuesioner kepada
responden dan menjelaskan bahwa tidak akan memberi dampak buruk
kepada responden.
4. Setiap responden dijamin kerahasiaannya dari data yang didapat dalam
penelitian ini.
5. Setiap responden memiliki hak autonomy untuk menyetujui atau menolak
keikutsertaannya dalam penelitian.

25

3.6.

Manajemen Data
3.3.1

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer, karena kuesioner

diisi langsung oleh responden. Identitas dan data dari responden akan
dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Teknik pengambilan
sampel ini dilakukan dengan cara simple random sampling. Sebelumnya
akan dilakukan penjelasan terlebih dahulu kepada responden mengenai
penelitian yang sedang dilakukan ini dan menjelaskan bahwa penelitian ini
tidak memberi dampak buruk bagi responden. Tidak ada sanksi bagi
responden yang menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maupun
bagi responden yang mengundurkan diri.
3.3.2

Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan

program SPSS (Statistic Package for Social Sciences) versi 16.0.


pengolahan data ini dilakukan dalam beberapa tahap, diataranya:
a) Editing
Melakukan

pemeriksaan

kembali

kebenaran

dan

kelengkapan data. Tahap ini dilakukan setiap kali


responden selesai mengisi kuesioner.
b) Coding
Pemberian kode numerik kepada data yang terdiri atas
beberapa ketegori.
c) Data Entry
Melakukan pemasukan data yang telah dikumpulkan ke
dalam program SPSS.
d) Analisis Data
Menggunakan analisis univariat untuk melihat frekuensi
atau distribusi data dan analisis bivariat menggunakan uji
Chi Square

26

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mulai dari deskripsi data, uji
hipotesis yang dilakukan, dan pembahasan data yang didapatkan dalam penelitian
4.1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini dilakukan untuk melihat frekuensi pada setiap
variabel dependen dan variabel independen serta melihat gambaran
distribusi homogenitas dari 130 responden yang dilakukan pengambilan
data. Berikut adalah pembahasan analisis univariat yang telah dilakukan,
yang terbagi atas:

4.1.1. Usia
Tabel 4.1. Distribusi Reponden Berdasarkan Usia
Usia

Frekuensi

13

28

21.5

14

21

16.2

15

28

21.5

16

20

15.4

17

33

25.4

Total

130

100

Hasil dari distribusi data jumlah responden tertinggi adalah pada usia
17 tahun (25.4%)

4.1.2. Faktor pengetahuan


Faktor pengetahuan disini adalah penilaian sejauh mana
responden mengetahui tentang vaginal hygiene dan keputihan.
Diantaranya meliputi ciri khas keputihan terutama yang tidak normal,
cara

pencegahan,

kurangnya

kebersihan

dapat

menyebabkan

keputihan. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang

26

27

keputihan dan vaginal hygiene dikelompokan kedalam tabel dibawah


ini:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang


Keputihan dan Vaginal hygiene pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun
di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO

PENGETAHUAN

FREKUENSI

BURUK

65

50

BAIK

65

50

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh hasil jumlah


responden dengan pengetahuan baik sama dengan responden dengan
pengetahuan

buruk

(50%).

Pada

penelitian

yang

dilakukan

sebelumnya oleh Amelia (2012) tentang gambaran perilaku remaja


putri SMA, dari total 188 responden yang memiliki pengetahuan
tinggi adalah sebesar 131 responen (69.7%).18 Disini menunjukan
bahwa hasil penelitian tidak sesuai karena perbedaan usia yang diteliti
oleh Amelia dari usia 17-21 tahun. Pengalaman juga dapat dijadikan
cara untuk menambah pengetahuan seseorang. Perbedaan usia yang
dilakukan ini juga mempengaruhi daya tangkap dan pola berpikir
seseorang. Semakin bertambah usia seseorang semakin berkembang
pula daya dan pola berpikir seseorang sehingga pengetahuan yang
diperoleh semakin baik.

4.1.3. Faktor Sikap


Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Menjaga Vaginal
hygiene pada Remaja Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir
Periode Agustus 2013
NO

SIKAP

FREKUENSI

NEGATIF

70

53.8

POSITIF

60

46.2

28

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan responden


dengan sikap negatif sebesar 53.8%. Pada penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Amelia (2012), hasil menunjukan sikap
responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia sebesar 100
responden (53.2%) memiliki sikap negatif sedangkan 88 responden
(46.8%) memiliki sikap positif.18 Hasil penelitian ini sesuai
dikarenakan motivasi dalam menjaga vaginal hygiene sudah kurang
tumbuh, dan anggapan tentang keputihan adalah hal yang harus
diperhatikan masih kurang. Sikap sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor,

diantaranya

adalah

orang

lain

disekitar

dapat

ikut

mempengaruhi sikap seseorang. Mudahnya informasi yang didapat


baik dari media cetak maupun elektronik saat ini sangat mendukung.
Media disini memiliki peranan penting dalam penyampaian informasi,
adanya informasi baru bagi terbentuknya sikap.15

4.1.4. Faktor Perilaku


Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Menjaga
Vaginal hygiene pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah
Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO

PERILAKU

FREKUENSI

BURUK

74

56.9

BAIK

56

43.1

Pada penelitian ini, diperoleh perilaku responden sehari-hari


dalam menjaga vaginal hygiene adalah buruk sebesar 56.9%.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang
gambaran perilaku remaja putri menjaga kebersihan organ genitalia
dalam mencegah keputihan oleh Amelia (2012) didapatkan sebanyak
117 responden (62.2%) memiliki perilaku buruk dalam menjaga
vaginal hygiene sedangkan 71 orang (37.8%) memiliki perilaku yan
baik dalam menjaga vaginal hygiene.18 Hasil penelitian yang
dilakukan Amelia ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan.

29

Pengetahuan yang baik akan menghasilkan sikap dan pemahaman


yang baik yang kemudian dapat melahirkan perilaku yang positif
pula.21 Keadaan ini dipengaruhi karena kurangnya pengetahuan para
responden dalam menjaga vaginal hygiene dan sikap yang benar
tentang menjaga kebersihan masih kurang. Dapat pula karena
kurangnya

pemberian

informasi

menyebabkan

kurangnya

pengetahuan baru yang didapat sehingga sikap perilaku disini


menjadi tergantung dari lingkungan sekitar.22

4.1.5. Kejadian keputihan


Kejadian keputihan yang dilihat pada analisis data ini
adalah kejadian keputihan fisiologis (normal) dan keputihan
patologis (tidak normal). Keputihan ini hanya dilihat dari gejala yang
timbul pada saat keputihan seperti warna, bau dan gatal, serta kapan
saja terjadi keputihan.

Tabel 4.5. Distribusi Kejadian Keputihan pada Remaja Usia 13-17


Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO

KEPUTIHAN

FREKUENSI

TIDAK NORMAL

73

56.2

NORMAL

57

48.3

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh data keputihan


tidak normal sebesar 56.2%. Pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Mariyatul (2010), dari total 103 responden yang
diteliti sebanyak 72 responden mengalami keputihan normal
(69.92%) sedangkaan 31 responden (30.17%) mengalami keputihan
tidak normal.23 Tingginya angka kejadian keputihan tidak normal ini
bisa disebabkan kurangnya pengetahuan dari remaja dalam menjaga
vaginal hygiene, juga buruknya sikap dan perilaku dalam menjaga
vaginal hygiene.

30

4.2. Analisis Bivariat


Pada analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui beberapa
variabel yang mungkin berhubungan dengan kejadian keputihan pada
remaja putri, antara variabel independen dengan variabel dependen.
4.2.1. Hubungan Pengetahuan Vaginal hygiene dengan Kejadian
Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah
Pondok Cabe

Tabel 4.6. Distribusi Data Berdasarkan Hubungan Pengetahuan


Vaginal hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri
Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus
2013
NO PENGETAHUAN

1
2

BURUK
BAIK

KEJADIAN KEPUTIHAN
TIDAK
NORMAL
NORMAL
n
%
n
%
44
67.7
21
32.3
29
44.6
36
55.4

TOTAL

n
65
65

%
100
100

P-VALUE: 0.008
Hasil uji statistik mengenai hubungan pengetahun tentang
vaginal hygiene dan keputihan terhadap kejadian keputihan di
daerah Pondok Cabe ditunjukkan pada tabel 4.6. Diketahui dari 65
responden

yang

berpengetahuan

buruk,

67.7%

mengalami

keputihan tidak normal. Sedangkan dari 65 responden yang


berpengetahuan baik, 55.4% mengalami keputihan normal.
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara
pengetahuan vaginal hygiene dengan kejadian keputihan dengan p:
0.008 (p-Value 0.05). Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
dilakukan di SMA Negeri di Semarang oleh Donatila (2011),
dengan p: 0.027.24 Keputihan dapat terjadi pada remaja yang
memiliki pengetahuan buruk dalam menjaga vaginal hygiene.21
Pengetahuan yang buruk dapat dipengaruhi kurangnya informasi
yang didapat untuk membuat suatu pemahaman bahwa menjaga
vaginal hygiene berpengaruh terhadap kejadian keputihan.14

31

4.2.2. Hubungan Sikap Menjaga Vaginal hygiene dengan Kejadian


Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah
Pondok Cabe Ilir

Tabel 4.7. Distribusi Data Berdasarkan Sikap Menjaga Vaginal


hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17
Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO

1
2

SIKAP

NEGATIF
POSITIF

KEJADIAN KEPUTIHAN
TIDAK
NORMAL
NORMAL
n
%
n
%
40
51.7
30
42.9
33
55.0
27
45.0

TOTAL

n
70
60

%
100
100

P-VALUE: 0.806
Hasil uji statistik mengenai hubungan sikap menjaga
vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan di daerah Pondok
Cabe Ilir ditunjukkan pada tabel 4.7. Diketahui dari 70 responden
dengan sikap negatif, 51.7% mengalami keputihan tidak normal,
sedangkan dari 60 responden dengan sikap positif, 55.0%
mengalami keputihan tidak normal.
Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap menjaga vaginal hygiene dengan kejadian
keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe, dengan nilai
p: 0.806 (p-Value 0.05). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sukarti (2005) tentang hubungan pengetahuan, sikap dan praktek
personal hygiene pada remaja putri di desa Winong, didapatkan
hubungan sikap dengan kejadian keputihan p:0.428.25 Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang kami lakukan. Sikap tidak hanya
dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik ataupun buruk, yang dapat
pula dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan dan status sosial
yang akhirnya memunculkan sikap tidak sesuai.

32

4.2.3. Hubungan Perilaku Menjaga Vaginal hygiene dengan Kejadian


Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah
Pondok Cabe Ilir

Tabel 4.8. Distribusi Data Berdasarkan Perilaku Menjaga Vaginal


hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17
Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO

PERILAKU

BURUK

KEJADIAN KEPUTIHAN
TIDAK
NORMAL
NORMAL
n
%
n
%
44
59.5
30
40.5

BAIK

29

51.8

27

48.2

TOTAL

n
74

%
100

56

100

p-VALUE: 0.383
Hasil uji statistik mengenai hubungan perilaku menjaga
vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan di daerah Pondok
Cabe Ilir ditunjukkan pada tabel 4.8. Diketahui dari 74 respoden
dengan perilaku buruk, 59.5% mengalami keputihan tidak normal,
sedangkan dari 56 responden dengan perilaku baik, 51.8%
mengalami keputihan tidak normal.
Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara perilaku menjaga vaginal hygiene
dengan kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok
Cabe, dengan nilai p: 0.383 (p-Value 0.05). Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elza (2010) yaitu
tidak dapat hubungan bermakna antara peilaku menjaga vaginal
hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri.12 Kesamaan
hasil ini bisa disebabkan beberapa faktor seperti penggunaan cairan
antiseptik khusus vagina, penggunaan celana dalam yang ketat,
serta kurangnya menjaga daerah keperempuanan dari kelembapan.
Keputihan sendiri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor perilaku,
beberapa hal seperti riwayat penyakit sebelumnya juga faktor

33

demografi.26,27 Perilaku sendiri juga dipengaruhi bermacam-macam


faktor, faktor utama yang dapat mempengaruhi perilaku adalah
pengetahuan dan sikap. Selain itu faktor demografi seperti status
ekonomi, usia. Kemudian faktor pendukung seperti sarana dan
prasarana, serta yang terakhir faktor pendorong yaitu lingkungan
dan keluarga.28,29

4.2.4. Hubungan Sikap dengan Perilaku Menjaga Vaginal hygiene


pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir

Tabel 4.9. Distribusi Data Berdasarkan Hubungan Sikap dengan


Perilaku Menjaga Vaginal hygiene pada Remaja Putri Usia 13-17
Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO

1
2

SIKAP

NEGATIF
POSITIF

PERILAKU VAGINAL
HYGIENE
BURUK
BAIK
n
%
n
%
43
61.4
27
38.6
31
51.7
29
48.3

TOTAL

n
70
60

%
100
100

P-VALUE: 0.262
Hasil uji statistik mengenai hubungan sikap menjaga
vaginal hygiene terhadap perilaku menjaga vaginal hygiene di
daerah Pondok Cabe Ilir ditunjukkan pada tabel 4.9. Diketahui dari
70 responden dengan sikap negatif, 61.4% memiliki sikap yang
buruk dalam menjaga vaginal hygiene, sedangkan dari 60
responden yang memiliki sikap positif dalam menjaga vaginal
hygiene, 51.7% memiliki perilaku yang buruk.
Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap dengan perilaku vaginal hygiene, dengan p:
0.262 (p-Value 0.05). Banyak hal yang mempengaruhi perilaku
seseorang, tidak hanya dari sikap dan pengetahuan tapi juga faktor
lingkungan juga pendukung serta pendorong untuk melakukan
perilaku yang positif.

34

4.3. Keterbatasan penelitian


1. Pengumpulan data dengan kuesioner bersifat subjektif,
sehingga kebenaran data sangat bergantung dari kejujuran
responden.
2. Penentuan kejadian keputihan bukan diagnosis pasti dengan
pemeriksaan makroskopis, jadi masih diperlukan pemeriksaan
penunjang yang lebih pasti.
3. Waktu dan tenaga juga menjadi keterbatasan, dengan subjek
yang diteliti terhitung dalam jumlah besar, sehingga hanya
dilakukan pengisian kuesioner secara terpimpin dan tidak
dilakukan wawancara secara langsung

35

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1

SIMPULAN

Dari hasil penelitian didapatkan 57 responden (43.8%) mengalami


keputihan normal sedangkan 73 responden (56.2%) mengalami keputihan
tidak normal.

Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap kejadian


keputihan patologis pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir
(p=0.008).

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap menjaga vaginal


hygiene terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok
Cabe Ilir (p=0.806).

Tidak terdapat hubungan bermakna antara perilaku menjaga vaginal


hygiene terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok
Cabe Ilir (p=0.383).

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap terhadap perilaku


vaginal hygiene pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir (p=0.262).

5.2

SARAN
1. Bagi remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir perlu dilakukan pemberian
informasi tentang vaginal hygiene dan tentang kesehatan reproduksi
termasuk keputihan, juga cara menjaga vaginal hygiene dengan benar.
2. Bagi tenaga kesehatan agar mengadakan penyuluhan dan promosi seputar
kesehatan daerah genitalia guna meningkatkan pengetahuan para remaja
tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah genital dan melakukan
demonstrasi cara menjaga kebersihan daerah genital.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai data untuk melakukan
penelitian selanjutnya, diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk
menggunakan rentang waktu yang lebih lama dan melakukan obeservasi
kepada responden guna mengurangi adanya nilai atau hasil subjektifitas
dari peneliti.

35

36

Daftar Pustaka
1. BKKBN. Kesehatan reproduksi kunci remaja meraih bahagia, 2012.
Available from: http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.as px?ArtikelID=38
2. Prasetyowati, dkk. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian
Keputihan Pada Siswi SMU Muhamadiyah I Metro. Jurnal Kesehatan vol.
11, 2009
3. Ratna DP. Pentingnya Menjaga Organ Keperempuanan. Jakarta: indeks,
2010
4. Manuaba, Ida Agus Gde. Memahami Kesehatan Reproduksi Perempuan.
Jakarta: EGC, 2009
5. Nurhadini S, Zainal E, Efrina D. Hubungan Personal Hygiene dengan
Keputihan Pada Perempuan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkar Timur. 2012
6. Benson, R. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi. Edisi 9. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit EGC, 2008.
7. Tortora, Gerard J. Derrickson Bryan. Principles of Anatomy and
Physiology 13th ed. USA: John Wiley and Sons, Inc., 2012
8. Anwar, M. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
2011
9. Cunningham GF,Leveno KJ,Bloom SL,Hauth JL,Rouse DJ,Spong CY,et
all. William Obstetrics. 23rd ed.: McGraw-Hill Companies, 2010
10. Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1999.
11. Said, Usman. Interaksi Hormonal dan Kualitas Kehidupan Pada
Perempuan. Subunit Immunoendokrinologi reproduksi FK UNSRI, 2004
12. Elza. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Remaja Putri Terhadap
Higienitas Organ Reproduksi di SMPN 85 Pondok Labu. Jakarta, 2010
13. Monalisa , Bubakar AR, Amirudin MD. Clinical Aspects Fluor Albus of
Female and Treatment. Departemen Dermatovenerologi FK Universitas
Hasanudin Makassar. 2012
14. Putri, Amanda Octavia. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Feminine Hygiene Terhadap Insidensi Leukorrhoea Pada Siswi-Siswi
Kelas XII Di Sebuah SMAN Kota Suban. Universitas Maranatha, 2012

37

15. Notoadtmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010


16. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua, PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 2003
17. Azwar, S. Sikap Manusia. Pustaka Belajar. Yogyakarta, 2003.
18. Amelia. Gambaran Perilaku Remaja Putri Menjaga Kebersihan Organ
Genitalia dalam Mencegah Keputihan. Jakarta, 2012
19. Dahlan, M Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika, 2010
20. Sunyoto, D. Buku Ajar Statistik Kesehatan Parametrik, Non Parametrik,
Validitas, dan Reabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika, 2013
21. Marista, Enda. Sikap Remaja Terhadap Personal Hygiene Organ
Reproduksi di SMK Labor Pekanbaru, 2012
22. Kurniawan, T. P. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan
Reproduksi Remaja di SMA Negeri 1 Purbalingga, Kabupaten
Purbalingga. Universitas Diponegoro Semarang, 2008
23. Mariyatul, Q. Gambaran Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Kejadian
Keputihan di SMP Negeri 1 Tambakboyo. Tuban, 2010
24. Novrinta, D. Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Menjaga
Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi
SMA Negeri 4 semarang. UNDIP, 2011
25. Sukarti. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Personal Hygiene
dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri di Desa Winong, 2005
26. Ahmad, Mira. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Flour Albus
pada Remaja Putri di SMP Negeri 29 Semarang. Universitas
Muhamadiyah Semarang, 2011
27. Wijayanti, Daru. Fakta Penting Kesehatan Reproduksi Perempuan.
Jakarta: Book Marks, 2009
28. Wiwit. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang
Penanganan keputihan. Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang,
2008
29. Michale W, Cowan F. Vaginal discharge causes diagnosis and treatment.
In ABC of sexually transmitted infections. BMJ publishing group ltd. 2005

38

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb
Perkenalkan nama saya Annisa Nurhayati, sedang menjalani pendidikan
kedokteran di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta. Saat ini saya
akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Sikap dan
Perilaku Vaginal hygiene Terhadap Kejadian Keputihan Patologis Pada
Remaja Usia 13-17 Tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana anda memahami tentang keputihan dan pentingnya menjaga daerah
keperempuanan serta penerapan dikebiasaan anda sehari-hari. Manfaat peelitian
ini adalah agar anda mengetahui tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah
keperempuanan sebagai bentuk pencegahan penyakit.
Saya sangat mengharapkan partisapasi dari adik-adik sekalian dalam
penelitian ini. Perlu anda ketahui bahwa penelitian ini bersifat sukarela tanpa
paksaan dan tidak akan berdampak negatif kepada anda. Semua informasi yang
adik-adik berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk
penelitian ini. Oleh karena itu sangat diharapkan partisipasi adik-adik sekalian
untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tanpa adanya paksaan maupun
tekanan dari manapun.
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan partisipasi adikadik sekalian, saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

(Annisa Nurhayati)

39

LAMPIRAN 2

LEMBAR KESEDIAAN PENGISIAN KUESIONER


(INFORM CONCENT)

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama

Usia

Kelas

Sekolah

Dengan ini menyatakan kesediaan untuk ikut serta menjadi subjek penelitian
setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian dengan judul:
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU VAGINAL
HYGIENE TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA
REMAJA USIA 13-17 TAHUN
Yang disusun oleh:
Nama : Annisa Nurhayati
NIM

: 1110103000018

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun.

Tangerang,

2013

Peserta penelitian,

40

LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN

Dikesempatan ini, saya akan mengajukan beberapa pernyataan kepada


anda mengenai pengatahuan, sikap dan perilaku anda sehari-hari tentang
kebersihan alat genital (vagina) dan mengenai keputihan. Jawaban yang anda
berikan tidak akan berdampak negatif pada anda.
Terimakasih

Karakteristik Responden
Nama

Sekolah

Kelas

Usia

Sudah menstruasi: ya / tidak


Jika ya, kapan pertama menstruasi:

1. PENGETAHUAN
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang
tersedia dibagian kanan pertanyaan dengan mengisi centang/check list ().
Dimohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti
agar tidak ada pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur karena tidak
ada dampak buruk dari hasil penelitian ini.
BENAR: jika menurut anda pernyataan tersebut benar
SALAH: jika menurut anda pernyataan tersebut salah
No
1
2
3

Pernyataan
Pengetahuan tentang kebersihan alat kelamin (vagina) dan
keputihan dapat diperoleh dari orang tua
Sebelum membasuh alat kelamin harus mencuci tangan
dengan sabun terlebih dahulu
Salah satu cara untuk mencegah terjadi kelembapan pada
daerah keperempuanan adalah dengan mencukur sebagian

BENAR

SALAH

41

4
5
6

7
8
9
10
11
12
13
14

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

rambut 1 kali dalam sebulan


Cara membasuh/membersihkan daerah keperempuanan
adalah dari depan (vagina) ke arah belakang (anus)
Membasuh/membersihkan daerah keperempuanan yang
benar adalah dengan menggunakan sabun
Untuk mengeringkan daerah keperempuanan setelah
buang air kecil atau buang air besar dengan menggunakan
tissue berparfum
Jenis pakaian dalam (celana dalam) yang baik adalah
terbuat dari bahan nylon
Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon dapat
membuat daerah keperempuanan menjadi lembab
Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon lebih baik
daripada yang terbuat dari bahan katun
Mengganti pakaian dalam 1 kali dalam 1 hari sudah cukup
Memakai pakaian dalam selama 2 hari berturut-turut
adalah kebiasaan baik
Cairan pembersih khusus vagina baik digunakan setiap
hari
Membersihkan daerah keperempuanan lebih baik selalu
menggunakan larutan antiseptik khusus vagina
Kebersihan daerah keperempuanan adalah perawatan diri
pada alat kelamin perempuan yang harus dijaga
kebersihannya supaya merasa nyaman
Keputihan ada 2, keputihan normal dan keputihan tidak
normal
Keputihan selalu disebabkan oleh kebersihan daerah
keperempuanan yang buruk
Keputihan normal adalah keputihan yang keluar saat
sebelum dan setelah menstruasi
Rasa gatal pada saat keputihan selalu normal
Keputihan yang tidak normal adalah yang berwarna
bening seperti lendir
Keputihan yang tidak normal jarang mengeluarkan bau
tidak sedap
Infeksi jamur merupakan salah satu penyebab keputihan
tidak normal
Pemakaian cairan antiseptik khusus vagina dapat
menganggu keseimbangan bakteri normal pada vagina
Pakaian dalam berbahan katun dapat menyerap keringat
dengan baik
Pembalut yang baik adalah yang lembut dan menyerap
dengan baik
Mengganti celana dalam 2x dalam sehari dapat mencegah
terjadi keputihan

42

2. SIKAP
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang
tersedia dibagian kanan pertanyaan dengan mengisi centang/check list ().
Dimohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti
agar tidak ada pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur karena tidak
ada dampak buruk dari hasil penelitian ini.
STS: Sangat Tidak Setuju
TS: Tidak Setuju
S: Setuju
SS: Sangat Setuju
NO
1

2
3

8
9
10

11

PERNYATAAN
Kebersihan daerah keperempuanan adalah hal
yang sangat penting untuk mencegah terjadinya
keputihan
Sebelum menyentuh daerah keperempuanan
harus mencuci tangan terlebih dahulu
Cara benar untuk membasuh daerah
keperempuanan adalah dari arah depan
(vagina) ke belakang (anus)
Membasuh daerah keperempuanan dari arah
depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari
anus masuk ke vagina
Untuk membasuh daerah keperempuanan harus
menggunakan air dari kran langsung karena
merupakan air yang bersih
Untuk menghindari kelembapan di daerah
keperempuanan, seharusnya alat kelamin
dikeringkan dengan tissue non parfum setelah
buang air besar atau buang air kecil
Pemakaian cairan antiseptik khusus daerah
keperempuanan
dapat
mengganggu
keseimbangan bakteri normal dalam vagina
Saat menstruasi sebaiknya mengganti pembalut
2-3 kali sehari
Celana dalam yang terbuat dari bahan katun
dapat menyerap keringat
Mengganti celana dalam 2x sehari adalah salah
satu contoh menjaga kebersihan daerah
keperempuanan
Celana dalam yang lembab dapat menyebabkan
keputihan

STS

TS

SS

43

12
13
14

Pantyliners yang digunakan lebih dari 6 jam


dapat meningkatkan risiko terjadinya keputihan
Pantyliners yang baik adalah yang non parfum
Rambut kemaluan harus dicukur agar tidak
lembab di daerah keperempuanan
3. PERILAKU
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pada pertanyaan dibawah ini, pilihlah salah satu yang paling
menggambarkan kebiasaan anda sehari-hari yang selalu anda lakukan
dengan mengisi tanda silang (X) pada jawaban.
1. Sebelum menyentuh daerah keperempuanan, apakah anda selalu mencuci
tangan terlebih dahulu?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda selalu menggunakan air dalam ember atau air tampungan
untuk membersihkan daerah keperempuanan?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda selalu membersihkan daerah keperempuanan dari arah depan
(vagina) ke belakang (anus)?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda menggunakan cairan antiseptik khusus vagina untuk
membersihkan daerah keperempuanan?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda menggunakan sabun atau cairan pembersih lain untuk
membersihkan daerah keperempuanan?
a. Ya, jika ya sebutkan...
b. Tidak
6. Setelah buang air besar atau buang air kecil apakah anda selalu
mengeringkan daerah keperempuanan?
a. Ya
b. Tidak
7. Saat menstruasi apakah anda menggunakan pembalut yang lembut dan
menyerap dengan baik?
a. Ya
b. Tidak
8. Dalam sehari berapa pembalut yang anda gunakan saat menstruasi?

44

a. 1
b. 2-3
9. Berapa kali dalam sehari anda mengganati celana dalam?
a. 1 kali
b. 2 kali
10. Bahan celana dalam yang anda gunakan setiap hari terbuat dari:
a. Katun
b. Nylon
c. Lainnya, sebutkan...
11. Apakah anda menggunakan celana dalam yang ketat?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah anda sering menggunakan pantyliners?
a. Ya
b. Tidak
13. Berapa banyak pantyliners yang anda gunakan dalam sehari?
a. 1
b. 2-3
14. Apakah anda mencukur rambut kemaluan anda?
a. Ya
b. Tidak
15. Berapa kali dalam sebulan anda mencukur rambut kemaluan anda?
a. Tidak pernah
b. 1 kali
16. Kapan saja anda mengalami keputihan?
a. Sebelum dan sesudah menstruasi
b. Setiap saat
17. Deskripsikan keputihan yang biasa anda alami

45

LAMPIRAN 4
UJI NORMALITAS
1. Tabel Uji Normalitas Pengetahuan pada Remaja di Pondok Cabe Ilir
Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic
TSTAHU

df

.155

Shapiro-Wilk

Sig.
130

Statistic

.000

df

.926

Sig.
130

.000

a. Lilliefors Significance Correction

2. Tabel Uji Normalitas Sikap pada Remaja di Pondok Cabe Ilir


Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic
SIKAP

df

.184

Shapiro-Wilk

Sig.
130

Statistic

.000

.890

df

Sig.
130

.000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives
Statistic
SIKAP

Std. Error

Mean

51.83

95% Confidence Interval for Lower Bound

51.49

Mean

Upper Bound

52.17

5% Trimmed Mean

51.76

Median

52.00

Variance

3.909

Std. Deviation

1.977

Minimum

49

Maximum

56

Range

Interquartile Range

Skewness
Kurtosis

.173

.025

.212

-.625

.422

46

3. Tabel Uji Normalitas Perilaku pada Remaja di Pondok Cabe Ilir


Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic
PERILAKU

df

.178

Shapiro-Wilk

Sig.
130

Statistic

.000

.911

df

Sig.
130

.000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives
Statistic
PERILAKU

Mean

10.4000

95% Confidence Interval for Lower Bound

10.0217

Mean

Upper Bound

.19122

10.7783

5% Trimmed Mean

10.3333

Median

10.0000

Variance

Std. Error

4.753

Std. Deviation

2.18025

Minimum

7.00

Maximum

15.00

Range

8.00

Interquartile Range

2.00

Skewness

.586

.212

-.403

.422

Kurtosis

UJI BIVARIAT
4. Tabel Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja di
Pondok Cabe Ilir
PENGETAHUAN YANG DIKELOMPOKAN * PUTIH Crosstabulation
PUTIH
TIDAK
NORMAL
PENGETAHUAN YANG

BURUK

Count

NORMAL
44

21

Total
65

47

DIKELOMPOKAN

Expected Count

36.5

28.5

65.0

67.7%

32.3%

100.0%

29

36

65

36.5

28.5

65.0

44.6%

55.4%

100.0%

73

57

130

73.0

57.0

130.0

56.2%

43.8%

100.0%

% within
PENGETAHUAN YANG
DIKELOMPOKAN
BAIK

Count
Expected Count
% within
PENGETAHUAN YANG
DIKELOMPOKAN

Total

Count
Expected Count
% within
PENGETAHUAN YANG
DIKELOMPOKAN

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.008

6.124

.013

7.098

.008

7.030
b

df

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

.013
6.975

.007

.008

130

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,50.
b. Computed only for a 2x2 table

5. Tabel Hubungan Sikap dengan Perilaku Menjaga Vaginal Hygiene pada


Remaja di Pondok Cabe Ilir
SIKAP YANG DIKELOMPOKAN * PERILAKU YANG DIKELOMPOKAN Crosstabulation
PERILAKU YANG
DIKELOMPOKAN
BURUK

BAIK

Total

48

SIKAP YANG

NEGATIF Count

DIKELOMPOKAN

43

27

70

39.8

30.2

70.0

61.4%

38.6%

100.0%

31

29

60

34.2

25.8

60.0

51.7%

48.3%

100.0%

74

56

130

74.0

56.0

130.0

56.9%

43.1%

100.0%

Expected Count
% within SIKAP YANG
DIKELOMPOKAN
POSITIF

Count
Expected Count
% within SIKAP YANG
DIKELOMPOKAN

Total

Count
Expected Count
% within SIKAP YANG
DIKELOMPOKAN

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.262

.889

.346

1.256

.262

1.256
b

df

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.290

Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

1.246

.173

.264

130

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,85.
b. Computed only for a 2x2 table

6. Tabel Hubungan Sikap dengan Kejadian Keputihan pada Remaja di Pondok


Cabe Ilir
SIKAP YANG DIKELOMPOKAN * PUTIH Crosstabulation
PUTIH
TIDAK
NORMAL

NORMAL

Total

49

SIKAP YANG

NEGATIF Count

DIKELOMPOKAN

40

30

70

39.3

30.7

70.0

57.1%

42.9%

100.0%

33

27

60

33.7

26.3

60.0

55.0%

45.0%

100.0%

73

57

130

73.0

57.0

130.0

56.2%

43.8%

100.0%

Expected Count
% within SIKAP YANG
DIKELOMPOKAN
POSITIF

Count
Expected Count
% within SIKAP YANG
DIKELOMPOKAN

Total

Count
Expected Count
% within SIKAP YANG
DIKELOMPOKAN

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.806

.005

.946

.060

.806

.060
b

df

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.860

Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

.060

.473

.807

130

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26,31.
b. Computed only for a 2x2 table

7. Tabel Hubungan Perilaku dengan Keputihan pada Remaja di Pondok Cabe Ilir
PERILAKU YANG DIKELOMPOKAN * PUTIH Crosstabulation
PUTIH
TIDAK
NORMAL
PERILAKU YANG

BURUK

Count

NORMAL
44

30

Total
74

50

DIKELOMPOKAN

Expected Count
% within PERILAKU
YANG DIKELOMPOKAN
BAIK

41.6

32.4

74.0

59.5%

40.5%

100.0%

29

27

56

31.4

24.6

56.0

51.8%

48.2%

100.0%

73

57

130

73.0

57.0

130.0

56.2%

43.8%

100.0%

Count
Expected Count
% within PERILAKU
YANG DIKELOMPOKAN

Total

Count
Expected Count
% within PERILAKU
YANG DIKELOMPOKAN

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.383

.483

.487

.762

.383

.762
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.476

Linear-by-Linear Association

.757

N of Valid Cases

.384

130

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,55.
b. Computed only for a 2x2 table

UJI UNIVARIAT
8. Tabel Frekuensi Kejadian Keputihan pada Remaja di Pondok Cabe Ilir
PUTIH
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TIDAK NORMAL

73

56.2

56.2

56.2

NORMAL

57

43.8

43.8

100.0

130

100.0

100.0

Total

.244

51

9. Tabel Frekuensi Pengetahuan pada Remaja di Pondok Cabe Ilir


PENGETAHUAN YANG DIKELOMPOKAN
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

BURUK

65

50.0

50.0

50.0

BAIK

65

50.0

50.0

100.0

Total

130

100.0

100.0

10. Tabel Frekuensi Sikap pada Remaja di Pondok Cabe Ilir


SIKAP YANG DIKELOMPOKAN
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

NEGATIF

70

53.8

53.8

53.8

POSITIF

60

46.2

46.2

100.0

130

100.0

100.0

Total

11. Tabel Frekuensi Perilaku pada Remaja di Pondok Cabe Ilir


PERILAKU YANG DIKELOMPOKAN
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

BURUK

74

56.9

56.9

56.9

BAIK

56

43.1

43.1

100.0

Total

130

100.0

100.0

12. Tabel reabilitas pengetahuan


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items
.787

26

52

13. Tabel reabilitas sikap


Case Processing Summary
N
Cases

Valid
a

Excluded
Total

%
30

100.0

.0

30

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items
.744

14

14. Tabel reabilitas perilaku


Case Processing Summary
N
Cases

Valid
a

Excluded
Total

%
30

100.0

.0

30

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items
.713

18

53

LAMPIRAN 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Annisa Nurhayati Aljufri

Tempat, tanggal lahir

: Jakarta, 29 Mei 1992

Alamat

: Jl. Talas V No. 66 Pondok Cabe Ilir, Pamulang

No. HP

: +6289654302673

E-mail

: annisa.aljufri29@gmail.com

Riwayat Pendidikan:
1.
2.
3.
4.
5.

TK Tunas
SDN Cipayung I
SMP Dharma Karya UT
MA Pembangungan UIN
PSPD FKIK UIN Jakarta

(1996-1998)
(1998-2004)
(2004-2007)
(2007-2010)
(2010-sekarang)

You might also like