You are on page 1of 12

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

PROGRAM STUDI PROSTODONSIA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MACAM-MACAM DESAIN GTS AKRILIK


(GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN KERANGKA LOGAM)

Disusun Oleh :

CHUSNUL CHOTIMAH

BAGIAN PROSTODONSI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

DESAIN GTS AKRILIK

Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli
yang hilang dengan dukungan utama adalah jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan
tambahan dari gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik
ini sering disebut juga removable partial denture (Applegate, 1960).
Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki fungsi pengunyahan,
fonetik, dan estetik saja, tetapi juga harus dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersisa.
Untuk tujuan terahir ini selain erat kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan mulut, juga
bagaimana mengatur agar gaya-gaya yang terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi
besarnya gaya yang kemungkinan akan merusak (Ardan, 2007a).
Dalam proses pembuatan desain geligi tiruan sebagian lepasan berlaku suatu yang umum dan
penting. Pertama-tama, dokter gigi perlu mengetahui selengkap-lengkapnya tentang keadaan
fisik pasien yang akan menerima protesa. Selain itu, sebelumnya, ia juga sudah memahami betul
data-data mengenai bentuk, indikasi dan fungsi dari cengkeram, letak sandaran, macam konektor,
bentuk sadel dan jenis dukungan yang akan diterapkan untuk sebuah geligi tiruan. Selanjutnya,
sebagai pemenuhan tanggung jawab kepada pasien, dokter gigi wajib membuat rencana desain
protesa yang akan diberikannya (Gunadi et al., 1995).
Setiap protesa yang dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko merusak kesehatan gigi dan
jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil dengan membuat desain yang tepat dan
dengan menginstruksikan pada pasien tentang cara menjaga kebersihan mulut dan geligi
tiruannya (Neil & Walter, 1992). Oleh sebab itu, rencana pembuatan desain merupakan salah satu

tahap penting dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah geligi tiruan (Gunadi
et al., 1995).
II. Komponen Protesa Sebagian Lepasan
Pada umumnya geligi tiruan yang konvensional baik yang terbuat dari plastik maupun dari
kerangka logam, terdiri dari bagian-bagian penahan, basis, konektor, sandaran dan elemen gigi
tiruan.
Penahan (retainer)
Penahan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi memberi retensi dan
karenanya mampu menahan protesa tetap pada tempatnya. Penahan dapat dibagi menjadi dua
kelompok.
Pertama, penahan langsung (direct retainer) yang berkontak langsung dengan permukaan gigi
penyangga dan dapat berupa cengkeram atau kaitan presisi (Suryatenggara et al., 1991).
Kedua, penahan tak langsung (indirect retainer) yang memberikan retensi untuk melawan gaya
yang cenderung melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini
diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya
tadi bekerja. Macam-macam bentuk penahan tak langsung antara lain; sandaran oklusal,
dukungan rugae, perluasan basis/ plat (Suryatenggara et al., 1991).

Sandaran (rest)
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada permukaan gigi penyangga dan
dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada protesa. Sandaran dapat ditempatkan
pada permukaan oklusal gigi posterior atau pada permukaan lingual gigi anterior (Suryatenggara
et al., 1991).
Konektor (connector)
Konektor pada tiap rahang dapat dibagi menjadi konektor utama (major connector) dan konektor
minor (minor connector), sesuai dengan fungsinya masing-masing. Konektor utama merupakan
bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan bagian protesa yang terletak pada
salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi lainnya. Konektor minor atau tambahan
merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan konektor utam dengan
bagian lain (Suryatenggara et al., 1991).
Elemen Gigi Tiruan
Elemen gigi merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi menggantikan gigi
asli yang hilang. Seleksi gigi tiruan kadang-kadang merupakan tahap yang cukup sulit dalam
proses pembuatan protesa, kecuali pada kasus masih ada gigi asli yang bisa dijadikan panduan.
Dalam seleksi elemen ada metode untuk pemilihan gigi anterior dan posterior serta faktor-faktor
yang harus diperhatikan yaitu ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna dan bahan elemen
(Suryatenggara et al., 1991).
Basis Geligi Tiruan (saddle)

Basis geligi tiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang dan
berfungsi mendukung gigi (elemen) tiruan. Basis geligi tiruan dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu; (1) basis dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle) dan (2) basis dukungan
jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free end) (Suryatenggra et al., 1991).
III. Tahapan Pembuatan Desain
Prinsip pembuatan desain geligi tiruan , baik yang terbuat dari resin akrilik maupun kerangka
logam tidaklah terlalu berbeda. Dalam pembuatan desain dikenal empat tahap yaitu (1) tahap I:
menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi, (2) tahap II: menentukan macam
dukungan dari setiap sadel, (3) tahap III: menentukan macam penahan, dan (4) tahap IV:
menentukan macam konektor (Gunadi et al., 1995).
A. Menentukan Klasifikasi Daerah Tak Bergigi
Daerah tak bergigi pada suatu lengkungan gigi dapat bervariasi, dalam hal panjang, macam,
jumlah, dan letaknya. Semua ini mempengaruhi rencana pembuatan desain geligi tiruan, baik
dalam bentuk sadel, konektor, maupun dukungannya (Gunadi et al., 1995).
lasifikasi menurut Osborne J & Lammie GA berupa klasifikasi geligi tiruan berdasarkan
distribusi beban, sebagai berikut.
1. Geligi tiruan tooth borne, semua pendukung untuk geligi tiruan berasal dari gigi geligi.
2. Geligi tiruan mucosa borne, geligi tiruan ini seluruhnya didukung oleh mukosa dan lingir
alveolar dibawahnya.

3. Geligi tiruan tooth and mucosa borne, beberapa bagian geligi tiruan didukung oleh gigi
sebagian yang lainnya didukung oleh mukosa (Watt & McGregor, 1992).
Rincian Klasifikasi Kennedy adalah sebagai berikut.

Kelas I : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada dan
berada pada ke dua sisi rahang (bilateral).

Kelas II : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi
berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral).

Kelas III : daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anteriornya dan unilateral.

Kelas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada
dan melewati garis tengah rahang.

Menurut Applegate, daerah tak bergigi dibagi atas enam kelas, yang kemudian dikenal sebagai
Klasifikasi Applegate-Kennedy dengan rincian sebagai berikut (Suryatenggara et al., 1991).
Kelas I : daerah tak bergigi berupa sadel berujung bebas (free end) pada kedua sisi (Kelas I
Kennedy).
eadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan
gigi.

Secara klinis, dijumpai keadaan sebagai berikut:


1. derajat resorpsi residual ridge bervariasi
2. tengang waktu pasien tak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi tiruan yang akan
dipasang
3. jarak antar lengkung rahang bagian posterior sudah biasanya sudah mengecil
4. gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi.
5. gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
6. jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6 10 gigi
7. ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi protesa : protesa lepasan, dua sisi dan dengan perluasan basis ke distal.

Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup (paradental) dan daerah
berujung bebas (free end). Sesuai dengan sebutan ini, bentuk sadel dari geligi tiruan dibagi dua
macam juga dan dikenal dengan sebutan serupa, yaitu sadel tertutup (paradental saddle) dan
sadel berujung bebas (free end saddle) (Gunadi et al., 1995).
Dukungan untuk protesa sebagian lepasan dapat diperoleh dari mukosa yang didukung tulang di
bawahnya dan dari gigi (ligamen periodontal). Bila hanya dari mukosa saja disebut mucosa
borne support seperti protesa lengkap, bila dari gigi saja disebut tooth borne support seperti pada
kasus kehilangan gigi Kennedy kelas III. Kedua macam dukungan ini juga dapat dipakai
bersamaan dan kontribusi masingmasing disesuaikan dengan kemampuannya (equitable),
sehingga dapat tetap memelihara kesehatan jaringan tersisa (Ardan, 2007b).

Gambar 1. Dukungan sadel tooth borne support, mucosa borne support dan dukungan
kombinasi.

Sumber: Watt & Macgregor, 1992.


Terdapat tiga pilihan untuk dukungan sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa,
atau dari gigi dan mukosa (kombinasi). Sebaliknya, untuk sadel berujung bebas, dukungan hanya
bisa berasal dari mukosa atau dari gigi dan mukosa (kombinasi) (Gunadi et al., 1995).
Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan hanya dapat diperoleh jika faktor keadaan
jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang akan dipasang geligi
tiruan tersebut diperhatikan dan dipertimbangkan (Gunadi et al., 1995).
1. Keadaan Jaringan Pendukung
Idealnya, dukungan untuk sadel berujung bebas sebaiknya berasal dari mukosa untuk mencegah
penerimaan beban kunyah yang tidak seimbang antara gigi dan mukosa, meskipun dukungan
kombinasi masih dimungkinkan dengan syarat gigi penyangga ini sehat dan baik.
Apabila jaringan gigi sehat, dukungan sebaiknya berasal dari gigi, tetapi bila keadaan gigi sudah
meragukan, sebaiknya dukungan dipilih dari mukosa dengan memperhatikan bahwa:
(a)

Jaringan mukosa di bawah sadel sehat dan cukup tebal,

(b) Bagian plat kortikal dari tulang alveolar di bawah sadel padat dan terletak di atas tulang
trabekula dan kanselus yang sehat,
(c)

Pasien tidak pernah menderita penyakit atau kelainan yang berkaitan dengan resorpsi tulang

secara cepat.
2. Panjang Sadel

Untuk sadel yang pendek dengan gigi tetangga kuat, dukungan sebaiknya berasal dari gigi.
Namun, jika sadelnya panjang dan gigi tetangga serta gigi aslinya kurang kuat, untuk rahang atas
sebaiknya dipakai dukungan mukosa.
3. Jumlah Sadel
Rahang dengan jumlah sadel multiple perlu diperhatikan keadaan gigi-gigi yang masih ada serta
jaringan mukosanya. Pada rahang atas, lebih baik dianjurkan dukungan dari mukosa dan
upayakan desain tidak terlalu kompleks.
4. Keadaan Rahang
Untuk rahang bawah dengan sadel berujung tertutup, sebaiknya dipilih dukungan gigi karena
luas permukaannya yang kecil. Sedangkan untuk rahang atas, dukungannya terdapat tiga pilihan.
Menentukan Jenis Penahan (Retainer)
Terdapat dua macam retainer untuk geligi tiruan yaitu penahan langsung (direct retainer) dan
penahan tak langsung (indirect retainer). Untuk menentukan penahan mana yang akan dipilih,
maka perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut (Gunadi et al., 1995).
1. Dukungan sadel. Hal ini berkaitan dengan indikasi darimacam cengkeram yang akan
dipakai dan gigi penyangga yang atau diperlukan.
2. Stabilitas geligi tiruan. Hal ini berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung
yang ada dan yang akan dipakai.

1. Estetika. Hal ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta lokasi gigi
penyangga.
Salah satu penahan langsung (direct retainer) pada geligi tiruan adalah adanya cengkeram.
Cengkeram biasanya terletak pada permukaan gigi di luar kontur normal mahkota anatomis,
tetapi juga terletak pada preparasi mahkota tiruan atau restorasi gigi-gigi pendukung. Selain
cengkeram, terdapat pula attachment buatan pabrik dan perluasan basis geligi tiruan ke undercut
(Watt & McGregor, 1992). Pemakaian cengkeram sebagai penahan langsung dapat
dikelompokkkan berdasarkan dukungan sadel, paradental saddle atau free end saddle.
Macam bentuk penahan tak langsung (indirect retainer) pada bagian anterior antara lain gigi
sandaran oklusal, daerah modifikasi batang lingual sekunder cumner arm, palatum dukungan
rugae, batang anterior posterior, batang horse shoe. Sedangkan penahan tak langsung pada
bagian posterior antara lain: gigi sandaran oklusal sekunder, palatum batang palatal posterior,
perluasan basis/plat, dan lingir sisa relasi direct-indirect.
Pada penahan tak langsung (indirect retainer), prinsip kerjanya dapat terlihat pada kasus
Kennedy kelas I rahang bawah, bila dibuat protesa dengan cengkeram dan sandaran oklusal
ditempatkan pada gigi premolar dua dan basis pada kedua sisi dihubungkan dengan plat lingual.
Pada saat basis bergerak menjauhi linger, plat lingual akan bergerak kea rah dasar mulut. Bila
gerakan ini ditahan, gerakan basis bertahan pula. Inilah prinsip kerja penahan tak langsung, yang
berfungsi melawan gaya perpindahan ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Gaya ini bisa
berupa aksi yang ditimbulkan makanan lengket, atau aksi otot pada tepi geligi tiruan pada saat
membuka mulut (Suryatenggara et al., 1991).

Sumbu rotasi adalah garis imajiner yang ditarik melalui sandaran oklusal yang ada pada gigi
penyangga utama. Sumbu ini juga disebut sebagai garis fulkrum atau garis rotasi.

Gambar . Garis fulkrum klasifikasi Kennedy pada rahang tak bergigi sebagian.

You might also like