You are on page 1of 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

Disusun oleh:
Vivi Silvia Anggara

131411123067

Wiwit Widyawati

131411123069

Tri Medyan Prasetyo

131411123072

Wahyu Nofitasari

131411123073

Nabela Nurma Maharani

131411123082

Kelompok 9 / Kelas B17

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas terselesaikannya


makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia.
Penulisan makalah ini di ambil dari berbagai sumber dan melibatkan beberapa
pihak sehingga membantu terselesaikannya makalah ini. Oleh karena itu penulis
berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membantu perbaikan makalah
penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan
pembaca pada umumnya.

Surabaya, 05 September 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1

Latar Belakang..........................................................................1

1.2

Tujuan........................................................................................ 2

1.3

Rumusan Masalah......................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI...........................................................................3


2.1

Pengertian................................................................................. 3

2.2

Etiologi...................................................................................... 3

2.3

Manifestasi Klinis.......................................................................4

2.4

Patofisiologi............................................................................... 5

2.5

Komplikasi................................................................................. 6

2.6

Pemeriksaan Diagnostik............................................................6

BAB 3 PEMBAHASAN.............................................................................. 8
3.1 Case Study.................................................................................... 8

3.2 Asuhan Keperawatan..................................................................10


3.2.1

Pengkajian.........................................................................10

3.2.2

Diagnosa keperawatan......................................................11

3.2.3

Intervensi keperawatan.....................................................12

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN...............................................................18


4.1

Simpulan................................................................................. 18

4.2

Saran....................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pneumonia............................................................................. 3
Gambar 2 Gejala Pneumonia..................................................................5

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Brunner and Suddarth, 2002).
Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat (Misnadiarly, 2008).
Penyebab yang paling umum dari pneumonia adalah bakteri
Streptococcus pneumonia. Pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
ini, biasanya didapatkan suatu gejala tiba-tiba seperti menggigil, demam,
dan produksi dari suatu sputum yang berwarna karat (pekat). Infeksi

menyebar ke dalam darah pada 20%-30% dari kasus, dan jika ini terjadi
20%-30% dari pasien-pasien ini meninggal dunia.
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan
kecacatan yang tertinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% pasien yang
berobat ke poli klinik umum didapatkan kasus infeksi saluran napas, baik
yang terjadi di masyarakat maupun di dalam rumah sakit (Dahlan, 2006).
Dari data dan alasan yang telah disebutkan di atas maka penulis
tertarik untuk membahas tentang pneumonia dan asuhan keperawatan
terhadap pneumonia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran umum mengenai pneumonia.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan tentang pengertian pneumonia
2. Menjelaskan tentang etiologi pneumonia
3. Menjelaskan tentang manifestasi klinik pneumonia
4. Menjelaskan tentang patofisiologi pneumonia
5. Menjelaskan tentang pathway pneumonia
6. Menjelaskan tentang komplikasi pneumonia
7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik yang dipakai untuk
menegakkan diagnosis penyakit pneumonia.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah patofisiologi dan asuhan keperawatan pada klien dengan
pneumonia?

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
a. Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan
pengisian alveoli dengan cairan (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 1999).
b. Pneumonia didefinisikan sebagai keadaan inflamasi akut pada parenkim
paru (Chang, Daly, & Elliott, 2010).
c. Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umunya
disebakan oleh agens infeksius (Smeltser & Bare, 2001).

Gambar 1 Pneumonia

2.2 Etiologi
Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman,
misalnya infeksi melalui droplet sering disebakan oleh streptokokus
pneumonia, melalui selang infus oleh stapilokokus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh p. Aeruginosa dan enterobakter. Dan masa kini
terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan

penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat


(Nurarif & Kusuma, 2013).
Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam, antara lain:
a. Agen penyebab (virus, bakteri, atau jamur)
b. Terapi radialis, bahan kimia, dan aspirasi
2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis meliputi gejala inflamasi setempat, seperti:
a. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama.
b. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanda infeksi meninges.
c. Anoreksia, merupakan hal umum yang disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak.
d. Muntah, diare, nyeri abdomen.
e. Batuk dan peningkatan produksi mucus
f. Dispnea, takipnea, ortopnea, takikardi, demam.

Gambar 2 Gejala Pneumonia

2.4 Patofisiologi
Pneumonia bacterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu
reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta

karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi


kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area
paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan
bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah venayang
memasuki paru-paru lewat melalui area yang berkurang terventilasi dan
keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah
terpirau dari sisi kananke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang
teroksigenasi dan tidak terosigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia
arterial (Brunner & Suddarth, 2002).
2.5 Komplikasi
Potensial komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1. Hipotensi dan syok
2. Gagal pernafasan
3. Atelectasis
4. Efusi pleural
5. Delirium
6. Superinfeksi (Brunner & Suddarth, 2002)
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar x
Mengidentifikasi distribusi structural (mis., lobar, bronkial); dapat juga
menyatakan abses luar/infiltrate, empyema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/ perluasan
infiltrate nodul (lebih sering virus).
b. GDA/ nadi oksimetri
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/ kulutr spuntum dan darah

Dapat diambil dengan biopsy jarum, aspirasi transtrakeal, bronskopsopi


fiberoptik, atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebab
d. JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bacterial.
e. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
f. Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
napas mungkin meningkat dan complain menurun.
g. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah
h. Bilirubin: mungkin meningkat
i. Aspirasi : perkuatan/biopsy jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV); karakteristik sel
raksasa (rubeolla).

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Case Study
Seorang Ibu 75 tahun berobat ke klinik rawat jalan mengeluh batuk
berat, nyeri dada kiri sisi yang semakin buruk selama beberapa hari terakhir.
Dia tampak cemas dan wajahnya memerah. Dokter mencurigai pneumonia.
Tanda-tanda vital nya adalah sebagai berikut: Suhu 39 C, T 120/80, N 118,
RR: 32 dangkal. Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan secara
teratur, belum menerima vaksinasi dan ada riwayat merokok. Dokter

memberikan terapi antipiretik, mukolitik dan antibiotic serta dianjurkan rawat


jalan.
1. Apa rencana perawatan saudara saat ini? Buatlah 1-3 diagnosa
keperawatan atau kolaboratif!
2. Kekhawatiran apa yang saudara miliki terhadap klien?
3. Bagaimana seharusnya Anda mengkomunikasikan kekhawatiran Anda?
4. Instruksi apa yang harus Anda berikan kepada klien untuk dilaksanakan di
rumah?
Setelah satu minggu rawat jalan klien dibawa oleh anaknya ke UGD
karena kondisinya memburuk. Tinjau protap penangan klien sesuai clinical
pathway, apa yang akan saudara masukkan dalam rencana perawatan klien
kali ini?
1.
2.
3.
4.

IV
Pengobatan
Terapi oksigen
Lab
Manakah masalah keperawatan berikut yang relevan untuk klien?

Susunlah rencana keperawatan berdasarkan NANDA & NIC, NOC untuk


masalah yang sesuai!
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

hipoksia
Pola pernapasan tidak efektif
Jalan nafas yang tidak efektif
sepsis
hipovolemia
nyeri
intoleransi aktivitas

Saudara melakukan pengkajian dan menemukan data berikut:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengantuk, tapi kooperatif dan bisa dibangunkan


dada nyeri
batuk produktif
Penurunan suhu tubuh
Output urine 200 ml lebih dari 8 jam
Wheezing

7. Pulse oximetry 88%


Manakah dari temuan diatas yang menunjukkan tanda kegawatan?
Jelaskan alasannya!
Data tambahan apa yang harus saudara kumpulkan? Berdasarkan
analisis, tindakan apa yang akan saudara lakukan sesuai prioritas?
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Airway
Breathing
Circulation
Intake output
Nyeri
Keselamatan
Tiba-tiba perawat dan dokter datang untuk melakukan tindakan

pertolongan hingga klien stabil. Apa respon saudara terhadap kondisi klien?
Apa yang bisa Anda lakukan secara berbeda?
3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
Data Objektif

: Pasien mengatakan batuk berat


: Pasien nampak cemas, wajah memerah, ada
riwayat merokok, TD: 120/80, S: 39, RR : 32, N:

Diagnosa

118
: Bersihan jalan nafas tidak efektif

b.d adanya

2. Data Subjektif
Data Objektif

penumpukan sekret
: pasien mengeluh nyeri dada sisi kiri
: wajah memerah, TD: 120/80, S: 39, RR: 32, N:

Diagnosa
3. Data Subjektif
Data Objektif
Diagnosa

118
: nyeri akut b.d injuri biologis
:: pasien nampak gelisah, wajah memerah, suhu 39
: hipertemi b.d proses infeksi

4. Data subyektif:

-pasien tidak pernah memeriksakan kesehatannya secara teratur


-pasien belum menerima vaksin
-pasien mempunyai riwayat merokok
Data obyektif:
-pasien tampak cemas
Diagnosa:

Kurang pengetahuan tentang protokol pengetahuan dan metoda


pencegahan.
5. Data Subyektif : Data Obyektif : suhu tubuh 390C, nadi : 118 kali permenit
Diagnosa : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume

cairan

berhubungan dengan demam.


3.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
trakeobronkhial
2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan (inflamasi)
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Kurang pengetahuan tentang protokol pengetahuan dan metode
pencegahan
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam
3.2.3 Intervensi keperawatan
1. Diagnosa: bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
trakeobronkhial
NOC: Jalan nafas efektif
NIC:
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Membimbing pasien melakukan teknik nafas dalam
c. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
d. Bantu pasien untuk batuk secara produktif

10

e. Lakukan drainase postural untuk mobilisasi sekret.


f. Berikan antibiotik yang diresepkan pada interval waktu yang tepat.
g. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
h. Pantau respon pasien terhadap terapi (TTV, pemeriksaan fisik paru)
2. Diagnosa: Nyeri akut berhubungan dengan peradangan (inflamasi)
Intervensi:
NOC: Pengendalian nyeri
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
a. Memperlihatkan tehnik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
b. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
c. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan

NIC: Manajemen nyeri


a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri.

11

b. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada


mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
c. Berikan informasi tentang nyeri.
d. Ajarkan teknik non farmakologis.
3. Diagnosa:

Hipertermi

berhubungan

dengan

proses

infeksi

Intervensi:
NOC
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan
hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tidak memperlihatkan berkeringat, menggigil, dan merinding
b. Mempertahankan tanda vital dalam batas normal
c. Melaporkan suhu yang nyaman
NIC:
a. Kaji kondisi klien
b. Monitor vital sign
c. Berikan kompres hangat
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
4. Diagnosa: Kurang pengetahuan tentang protokol pengetahuan dan metode
pencegah
NOC:

12

Kowlwdge : disease process


Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
NIC:
a. Ajarkan pasien tentang tindakan preventif seperti hindari rokok
b. Pertahankan daya tahan alamiah
c. Dapatkan vaksin influenza dan vakain pneumokokus
d. Hindari keletihan
e. Lakukan pemeriksaan lanjut setelah keluar dr rumah sakit

13

5. Diagnosa: Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


demam
NOC:
setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama

3x24

jam

diharapkankekurangan volume cairan dapat dicegah dengan kriteria hasil :


adanya keseimbangan cairan
NIC:
a. Tingkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat
ketidakseimbangan elektrolit
b. Tingkatkan keeimbangan cairan dan cegah komplikasi akibat kadar
cairan yang abnormal
c. Kumpulkan dan analisa data pasien untuk mengatur keseimbangan
elektrolit
d. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
Kemudian pada topik diskusi selanjutnya, yang merupakan tanda
kegawatan klien adalah wheezing. Terjadinya wheezing diawali dari adanya
percabangan trakeobronkhial melebar dan memanjang selama inspirasi tetapi
sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkhiolus yg sempit,mengalami
edema dan terisi mukus,yg dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai
tingkatan tertentu pd ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat
penyumbatan,sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru akan timbul mengi
ekpirasi memanjang sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar
(Smeltser & Bare, 2001). Kemudian pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Inspeksi

14

Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Pada klien dengan pneumonia


sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta
adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Batuk dan sputum.
Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya
didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi
secret dan sekresi sputum yang purulent.
2. Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien
dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan
seimbang antara bagian kanan dan kiri.
Getaran suara (fremitus vocal). Taktil fremitus pada klien dengan
pneumonia biasanya normal.
3. Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi
pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronchopneumonia
menjadi suatu sarang (kunfluens).
4. Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi
nafas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit (Muttaqin, 2013).
Sedangkan analisis tindakan sesuai prioritasnya adalah:
1. Airway: jalan napas harus dipastikan paten dengan melakukan manuver
head tilt- jaw thrust atau head tilt- chin lift dan mempertahankannya .
2. Breathing: jika pasien tidak bernapas adekuat, bantuan napas segera
dilakukan begitu jalan napas telah paten mouth to mouth , mouth to nose,
mouth to airway dilakukan hingga bagging dan sungkup tersedia.
3. Circulation: sirkulasi yang berhenti dapat diketahui jika
besar( carotis atau femoral) tidak teraba pulsasinya

arteri

15

4. Intake output: tidak perlu penanganan atau pengkajian khusus tentang


intake output, yang penting adalah menjaga keseimbangan intake dan
output baik itu cairan tubuh maupun nutrisi.
5. Nyeri: untuk pengkajian nyeri, perawat perlu melakukan pengkajian
PQRST untuk menentukan penanganan yang tepat, apakah perlu terapi
farmakologis, atau cukup dengan teknik distraksi, relaksasi, guided
imagery dan sebagainya.
(Tim JMS 119 training division, 2013)
Hasil diskusi untuk pertanyaan selanjutnya, tentang tindakan yang dapat
dilakukan adalah menginformasikan tentang hasil pengkajian serta ikut
berkolaborasi untuk terapi yang akan diberikan kepada klien selanjutnya.
Selain itu kita bisa melakukan pendekatan kepada orang terdekat pasien atau
keluarga pasien tentang terapi yang akan diberikan kepada klien setelah ini dan
mengedukasi keluarga klien untuk menennangkan agar kecemasan dari
keluarga bisa teratasi.

16

BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umunya


disebakan oleh agens infeksius. Pasien dengan pneumonia akan
menunjukan manifestasi klinis berupa demam, meningismus, anoreksia,
muntah, diare, nyeri abdomen, batuk, peningkatan produksi mucus,
dispnea, takipnea, ortopnea, dan takikardi. Diagnosa utama pada pasien
pneumonia yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
sekresi trakeobronkhial, nyeri akut berhubungan dengan peradangan
(inflamasi), dan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Intervensi
dilaksanakan sesuai dengan diagnosa tersebut. Untuk tanda kegawatan
pada pasien ditemukan wheezing. Perlu ditambahkan pemeriksaan IPPA
dan pemeriksaan mulai dari airway, breathing, circulation, intake output,
dan pengkajian nyeri.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah menginformasikan tentang hasil


pengkajian serta ikut berkolaborasi untuk terapi yang akan diberikan
kepada klien selanjutnya. Selain itu kita bisa melakukan pendekatan
kepada orang terdekat pasien atau keluarga pasien tentang terapi yang akan
diberikan kepada klien setelah ini dan mengedukasi keluarga klien untuk
menenangkan agar kecemasan dari keluarga bisa teratasi.

17

4.2 Saran
Pasien pneumonia harus di tangani dengan baik agar kondisinya
semakin memburuk. Tim kesehatan harus saling berkolaborasi dalam
melakukan tindakan. Perlu dukungan dari keluarga pasien untuk
menguatkan psikis pasien.

18

19

DAFTAR PUSTAKA
Brunner, L. S., & Suddarth, D. S. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah
vol. 2. Jakarta: EGC.
Chang, E., Daly, J., & Elliott, D. (2010). Patofisiologi aplikasi pada praktik
keperawatan. Jakarta: EGC.
Dahlan, Z. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: FKUI.
Doenges, E. M., Moorhouse, M., & Geissler, C. A. (1999). Rencana asuhan
keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasi
perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Misnadiarly. (2008). Penyakit infeksi saluran nafas pneumonia. Jakarta: Pustaka
Populer Obor.
Muttaqin, A. (2013). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, & Kusuma. (2013). Buku saku diagnosa keperawatan NANDA NIC NOC.
Yogyakarta: MediAction Publishing .
Smeltser, C. S., & Bare, G. B. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah.
Jakarta: EGC.
Tim JMS 119 training division. (2013). Jakarta medical servise 119 training
division. Jakarta: JMS 1119.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2009). Buku saku siagnosa keperawatan:
diagnosa NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC ed. 9. Jakarta: EGC.

You might also like