Professional Documents
Culture Documents
TUGAS RESUME
Oleh
Muhammad Ghazali Rachman
NIM SF14055
sebagai
reseptor
fisiologis
untuk
ligan
endogen
(hormone,
A. Fase Farmasetik
Sediaan obat banyak dipakai adalah sediaan padat atau cair. Sediaan padat
misalnya tablet dan kapsul, sediaan cair misalnya larutan, sirup atau linimen.
Untuk dapat diabsorbsi harus dapa melarut dalam tempat absorpsinya. Jadi
obat berbentuk tablet untuk dapat diabsorpsi harus mengalami proses-proses
seperti pecah (terdegreadasi) menjadi granul,lalu granul-granul terpecah
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, berikutnya terjadi pelepasan zat aktif
dari zat pembawa (tambahan), berikutnya zat aktif terdisolusi (larut) dan
diabsorpsi (Priyanto, 2008).
B. Fase Farmakodinamik
Farmakodinamikialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biomokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan
mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta
spektrum efek dan respons yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal
ini merupakan dasar terapi rasional dan beguna dalam sintesis obat baru (Amir
Syrif et al, 2009).
Kebanyakan obat bekerja melalui salah satu dari proses berikut, yaitu:
1. Berinteraksi dengan Reseptor
Obat berinteraksi dengan bagian dari sel, ribosom atau tempat lain yang
sering disebut sebagai reseptor. Reseptor dapat berupa protein, asam
nukleat, enzim, karbohidrat atau lemak. Semakin banyak reseptor yang
diduduki atau bereaksi intensitasefek semakin meningkat. Jumlah obat yang
mengikat reseptor merupakan fungsi dari kadar obat dalam plasma. Oleh
karena itu, untuk meramalkan efek obat dapat melalui penetapan kadar obat
dalam plasma.
2. Berinterakdi dengan Enzim
Beberapa obat atau zat kimia dapa menimbulkan efek karana mengikat
atau memperbanyak enzim yang dikeluarkan oleh tubuh. Misalnya, obat
kolinergik mengikat enzim asetilkolin esterase, dan obat diabetes mellitus
tertentu memperbanyak sekresi insulin.
3. Kerja Non Spesifik
Banyak sekali obat yang dapat menimbulkan efek tanpa mengikat
reseptor atau bshkan tidak punya reseptor, ini disebut kerja non spesifik.
Cara kerja seperti ini bersifat umum, misalnya Na-bikarbonat merubah Ph
cairan tubuh, alcohol mendenaturasi protein, dan norit mengikat toksin, zat
racun atau bakteri (Priyanto, 2008).
C. Fase Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup proses, yakni proses absorbs
(A), distribusi (D), metabolism (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau
biotransformasi, dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif, merupakan proses
eleminasi obat (Amir Syrif et al, 2009).
1. Absorpsi
Absorpsi adalah proses masuknya obat dari tempat obat ke dalam
sirkulasi sistemik (pembuluh darah). Kecepatan absorpsi obat tergantung
dari kecepatan obat melarut pada tempat absorpsi, derjad ionisasi, pH
tempat absorpsi, dan sirkulasi darah di tempat obat melarut.
1.1 Kelautan
Untuk dapat diabsorbsi obat harus dapat melarut atau dalam bentuk
yang sudah terlarut. Sehingga kecepatan melaut dari suatu obat akan
sangat menentukan kecepatan absorbs
1.2 Ph
pH adalah derajat keasaman atau kebasaan jika zat berada dalam bentuk
larutan. Obat yang terlarut dapat berupa ion atau on ion.
1.3 Tempat absorpsi
Obat dapat diabsorpsi pada berbagai tempat misalnya di kulit
membrane mokusa, lambung dan usus halus. Namun deikian, untuk
obat oral absorpsi banyak berlangsung di usus halus karena paling luas
permukaannya. Begitu pula obat yang diberikan melalui inhalasi
diabsorpsi seangat cepat karena epithelium paru-paru juga sangat luas.
1.4 Sirkulasi darah
obat umumnya diberikan pada daerah yang kaya akan sirkulasi darah.
Misalnya pembrian melalui sublingual akan lebih cepat diabsorpsijika
dibandingkan dengan melalui subkutan. Karena sirkulasi darah di
subkutan lebih sedikit disbanding sublingual (Priyanto, 2008).
2. Distribusi
Distribusi adalah penyebaran obat dari pembuluh darah ke jaringan atau
tempat kerjanya. Kecepatan distribusi dipengaruhi oleh permeabilitas
membranae kapiler terhadap molekul obat. Karena membrane kapiler
kebanyakan terdiri dari lemak, obat yang mudah larut dalam lemak juga
Ginjal adalah organ utama yang berperan dalam ekskresi obat atau
metabolitnya. Tempat ekskresi obat lainnya adalah intestinal (melalui feses),
dan ekskresi suatu obat dapat dilihat dari nilai waktu paruhnya (t ). T
adalah waktu yang diperlukan sehingga kadar obat dalam darah atau jumlah
obat dalam tubuh tinggal separuhnya (Priyanto, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Syarif, Amir et al. 2009. FARMAKOLOGI DAN TERAPI. Badan penerbit FKUI:
Jakarta.
Ross, Elliot M dan Kenakin, Terry P. 2003. Goodman and Gilman: Dasar
Farmakologi Terapi Volume 1. EGC: Jakarta.
Priyanto. 2008 FARMAKOLOGI DASAR Untuk Mahasiswa Farmasi &
Keperawatan. Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi: Jabar