Professional Documents
Culture Documents
Ampas tebu merupakan salah satu limbah biomassa yang banyak dijumpai pada
industri gula. Dalam jumlah besar limbah tersebut menjadi masalah bagi
kelestarian lingkungan, karena belum tertangani dengan baik. Usulan penelitian
ini adalah bagian dari upaya penanganan dan pemanfaatan limbah ampas tebu dan
limbah plastik polyvinylchloride (PVC) menjadi sesuatu yang bernilai guna, yaitu
diolah menjadi papan komposit. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
menghasilkan produk papan komposit berdensitas rendah yang memenuhi standar
pada sifat uji fisis dan uji mekanis. Akan dipelajari pengaruh temperatur
pengempaan, konsentrasi coupling agent, dan ukuran partikel filler terhadap
kualitas papan komposit yang dihasilkan. Limbah plastik PVC akan di uji sebagai
media perekat untuk pembuatan papan komposit. Proses pembuatan papan
komposit dimulai dengan persiapan bahan padat dengan cara pengeringan dan
pengayaan. Kemudian pencairan bijih plastik menggunakan pelarut xylene dengan
suhu 110oC selama 30 menit yang disertai dengan pengadukan. Pada proses
pencampuran ditambahkan coupling agent. Proses pencampuran dilakukan selama
15 menit kemudian dicetak dan dikempakan pada suhu 160 oC, 180oC dan 200oC
selama 10 menit. Setelah proses pendinginan, produk yang dihasilkan akan diuji
sifat fisis dan mekanis.
Keywords: Ampas Tebu, coupling agent MAH, Komposit, polyvinylchloride
(PVC)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang
melimpah, terutama dalam basis pertanian. Banyak produk yang dihasilkan dari
hasil alam tersebut diantaranya produk makanan, tekstil, dan lain sebagainya.
Dalam produksi pengolahan hasil alam tersebut menghasilkan limbah-limbah
yang belum ditanggulangi dengan baik dan benar. Pada industri besar maupun
industri kecil, biasanya limbah hanya dibuang begitu saja sehingga limbah
tersebut dianggap sebagai sampah yang tidak memiliki nilai guna bagi
masyarakat. Kebanyakan limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut tergolong
dalam jenis limbah biomassa seperti ampas tebu, serbuk kayu, tandan kosong
kelapa sawit (TKKS), jerami, dan limbah biomassa lainnya. Limbah-limbah
tersebut sebenarnya dapat di daur ulang kembali menjadi sesuatu yang lebih
bernilai kegunaannya.
komposit
merupakan
papan
yang
terbuat
dari
bahan
Rumusan Masalah
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Satta Panyakaew (2014),
tentang papan insulasi termal berdensitas rendah yang terbuat dari sabut kelapa
dan ampas tebu tanpa menggunakan perekat dan coupling agent. Sifat mekanis
dari sabut kelapa dan ampas tebu papan insulasi diukur untuk perbandingan
dengan standar yang digunakan di Thailand : JIS A 5905 : 2003. Ditemukan
bahwa papan insulasi termal ampas tebu dengan densitas 350 kg/m 3, pada suhu
hot press 200oC selama 13 menit, memenuhi semua persyaratan kecuali untuk
ketebalan papan. Hal ini dikarenakan tanpa menggunakan perekat dan coupling
agent ketebalan papan menjadi rendah.
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan maka penelitian ini
memanfaatkan
ampas
tebu
sebagai
filler
dengan
perekat
daur
ulang
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan papan
komposit berbahan dasar limbah. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah
untuk menghasilkan papan komposit berdensitas rendah yang memenuhi standar
pada sifat uji fisis dan uji mekanis, dengan menggunakan bahan baku berupa
ampas tebu, limbah plastik polyvinylchloride (PVC) sebagai perekat sintetis dan
Maleid Anhidrate (MAH) sebagai coupling agent .
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu adanya pemanfaatan ampas tebu
dan limbah plastik jenis Polyvinylchloride (PVC) sebagai bahan baku pembuatan
papan komposit sehingga dapat mengurangi jumlah pencemaran lingkungan.
Dengan dimanfaatkanya limbah tersebut maka produk papan komposit yang
dihasilkan akan lebih ekonomis. Manfaat lain dari penelitian ini adalah dengan
adanya penambahan coupling agent pada proses pencampuran akan menghasilkan
papan komposit yang berkualitas. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat
sebagai literatur bagi penelitan mengenai pembuatan papan komposit yang akan
datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
peningkatan
produktivitas
dari
aspek
pemilihan
lokasi
dititikberatkan pada iklim yang sesuai yaitu terdapat bulan kering selama 25
bulan, suhu 21 - 34 oC dan rata-rata curah hujan 1000 - 3000 mm. Lahan tersebut
umumnya terdapat di wilayah Timur Indonesia (Propinsi Kalimantan Timur
(Kabupaten Pasir, Kabupaten Poso di Sulawesi Tengah, Kabupaten Kendari dan
Buton di Sulawesi Tenggara, Kabupaten Dompu di Nusa Tenggara Barat,
Kabupaten Belu di Nusa Tenggara Timur serta Merauke di Papua. Faktor
kesediaan air irigasi merupakan faktor pembatas seperti menurut jika tanaman
tidak mengalami kekurangan air produksinya dapat mencapai 123 ton/ha/tahun,
tetapi jika tanaman mengalami stres sedang (45 minggu tidak turun hujan) maka
produksinya turun menjadi 108 ton/ha/tahun (Hakim, 2010).
Tabel 2.1 Lahan Potensial untuk Intensifikasi dan Ekstensifikasi Provinsi
dampak
negatif
terhadap
lingkungan.
Dengan
demikian,
Tm (oC)
Tg (oC)
168
134
330
260
250
5
-110
-115
50
70
110
90
100
150
90
Temperatur kerja
maks. (oC)
80
82
260
100
100
85
70
85
246
71
Secara umum, Coupling Agent terdiri dari agen Bonding dan surfaktan
(bahan aktif permukaan) termasuk compatibilizers dan agen penyebaran. Bonding
agent bekerja sebagai jembatan yang menghubungkan serat kayu dan polimer
termoplastik atau lebih dengan mekanisme ikatan kovalen, rantai polimer terikat,
dan interaksi sekunder yang kuat seperti kasus ikatan hidrogen. Compatibilizer
digunakan untuk menyediakan kompatibilitas antar polimer yang bercampur yang
berfungsi untuk mengurangi tegangan antar muka.
Anhidrida seperti maleid anhydride (MAH) merupakan coupling agent
yang sering digunakan dalam pembuatan komposit. Adapun jenis lainnya seperti
anilin anhidrate, stirene anhidrate, dan PAH memiliki dua kelompok fungsional
yaitu kelompok karboksilat (-COO-) yang dapat menghubungkan serat kayu
melalui esterifikasi atau ikatan hidrogen. Akan tetapi, maleid anhydride adalah
sebuah gugus , senyawa karbonil tidak jenuh mengandung ikatan rangkap
dua rantai karbon (C=C) dan dua gugus rantai karboksilat. Struktur ini sangat baik
untuk meningkatkan konjugasi reaktivitas ikatan karbon rangkap pada cincin
heterosiklik dengan matriks polimer melalui penambahan konjugat pada suatu
inisiator radikal yang mengakibatkan adhesi yang kuat pada antar muka (Yunan,
2012).
2.3.1 Maleid Anhydride (MAH)
Coupling agent maleid anhydride merupakan senyawa vinyl tidak jenuh
yang merupakan bahan mentah dalam sintesa resin polyester, bahan aditif, dan
plastizer. Maleid anhydride mempunyai sifat kimia yang khas yaitu adanya ikatan
etilenik dengan gugus karboksil di dalamnya dan ikatan ini berperan dalam reaksi
adisi. MAH dengan rumus molekul C4H2O3 mempunyai berat molekul 98,06
mendidih pada temperatur 202oC dan meleleh pada temperatur 51-56oC.
Penggunaan MAH dalam komposit meningkatkan jumlah ikatan tak jenuh yang
bertemu dengan permukaan filler pada tingkat tertentu, sehingga memberikan
peningkatan kerapatan, walaupun proses tahapan kerja dilakukan secara manual
(Wardani, dkk., 2013).
Kelebihan Komposit
Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan
proses
pencampuran.
Sebaliknya,
aliran
yang
laminar
akan
Pengujian Tarik
Kekuatan tarik suatu bahan merupakan salah satu sifat mekanik dari
bahan tersebut. Agar kekuatan tarik suatu bahan dapat diketahui, perlu
dilakukannya uji tarik. Uji tarik dilakukan menggunakan mesin pengujian tarik.
Dari uji tarik tersebut, dapat diperoleh data berupa gaya tarik maksimum suatu
bahan dan perubahan panjang sampel saat ditarik hingga putus (Clayrena, 2013).
Berdasarkan American Society for Testing and Material (ASTM),
kekuatan tarik dari pengujian dapat dihitung dengan persamaan:
P
A
3Pb L
2bh 2
untuk melihat bagaimana kapasitas panas material (Cp) yang berubah terhadap
temperatur. Pada prinsipnya DSC digunakan untuk menghitung jumlah energi
yang diserap atau dibebaskan oleh suatu sampel yang dipanaskan dan didinginkan.
Selain itu, DSC juga dapat melihat perubahan fasa yang halus seperti gelas dan
kaca. DSC banyak digunakan industri, termasuk industri farmasi ,polimer,
makanan, kertas , percetakan , manufaktur, pertanian, dan elektronik. Keuntungan
terbesar dari DSC adalah dapat digunakan dengan mudah dan cepat untuk
mengavaluasi kemurnian sampel (Elmers, 2014).
2.6.4
Kerapatan
Kerapatan merupakan
salah
satu
sifat
fisis
yang
menunjukkan
perbandingan antara massa benda terhadap volumenya (banyaknya massa zat per
satuan volume). Kerapatan papan juga dipengaruhi oleh kerapatan dan berat jenis
bahan baku yang digunakan. Berdasarkan rekomendasi ASTM 1974, dalam
standar designation 1554-67 mengklasifikasikan :
a) Papan komposit berkerapatan rendah (Low Density composite board). Papan
komposit berkerapatan rendah yaitu papan komposit yang mempunyai
kerapatan kurang dari 37 lb/ft3 atau berat jenis kurang dari 0,59 g/cm3.
b) Papan komposit berkerapatan sedang (Medium Density composite board).
Papan komposit berkerapatan rendah yaitu papan komposit yang mempunyai
kerapatan kurang dari 37 50 lb/ft3 atau berat jenis kurang dari 0,59 0,80
g/cm3.
c) Papan komposit berkerapatan tinggi (High Density composite board). Papan
komposit berkerapatan rendah yaitu papan komposit yang mempunyai
kerapatan lebih dari 50 lb/ft3 atau berat jenis lebih dari 0,80 g/cm3
.
(Sudarsono, dkk., 2010, Wardani, dkk., 2013)
2.7 Penelitian-Penelitian Papan Komposit Sebelumnya
Dari hasil penelitian sebelumnya seperti yang telah dilakukan oleh Satta
Panyakaew, dkk., (2011) melakukan penelitian tentang pembuatan papan
komposit (insulasi thermal) dari ampas tebu dan sabut kelapa tanpa menggunakan
perekat sintetis dan copling agent. Hasil dari penelitian ini adalah papan komposit
yang dihasilkan dari ampas tebu memiliki ketebalan yang tidak sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dan memiliki kekuatan permukaan yang kurang
sempurna. Hal ini terjadi karena tidak adanya penambahan perekat sintetis dan
copling agent sehingga membuat ikatan antara filler akan menjadi kurang baik.
Keumala Hayati, dkk., (2007) melakukan penelitian pembuatan papan
komposit dengan menggunakan serbuk kayu dengan perekat sintetis polietilen
tanpa menggunakan copling agent dan hasilnya adalah produk papan komposit
yang diperoleh memiliki kekuatan yang kurang baik. Sama halnya seperti
penelitian yang dilakukan oleh Satta Panyakaew hal ini disebabkan karena tidak
adanya penambahan copling agent sehingga membuat ikatan antar filler akan
menjadi kurang baik. Dalam penelitian ini papan komposit yang akan diproduksi
berbahan baku ampas tebu dan plastik Poly Vinyl Chloride (PVC) sebagai perekat
sentetis serta menggunakan Maleid Anhidrate Polyethelen (MAPE) sebagai
copling agent untuk melihat pengaruh terhadap papan komposit yang dihasilkan.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Lusita Wardani, dkk., (2013) tentang
Pemanfaatan Limbah Pelepah Sawit dan Plastik Daur Ulang (RPP) sebagai Papan
Komposit Plastik. Penelitian ini mengenai sifat fisik dan mekanik papan komposit
dari partikel pelepah sawit (POP) dengan limbah plastik polypropilen (RPP) yang
dibuat berdasarkan perbedaan ukuran partikel pelepah sawit serta perbedaan
penggunaan bahan compatibilizer Maleid Anhihyde (MAH) dengan insiator
Benzoil peroksida (BPO). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ukuran partikel
dengan penggunaan MAH dan BPO meningkatkan sifat fisik dan sifat mekanik
papan plastik tersebut.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September sampai November
2014 di Laboratorium Polimer MIPA USU, Laboratorium Teknik Mesin USU,
Laboratorium Polimer Unsyiah, Laboratorium Katalis dan Katalisis Teknik Kimia
Unsyiah,
Untuk specimen uji tarik digunakan standar ASTM 638-99 tipe 1, seperti
pada gambar 3.2
3.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan
Kondisi dan variable dalam penelitian ini adalah
1. Kondisi yang ditetapkan
a. Limbah yang digunakan sebagai filler : Ampas tebu
b. Limbah yang digunakan sebagai perekat :
Plastik
jenis
polyvinylchloride (PVC)
c. Waktu pengempaan : 10 menit
d. Perbandingan komposisi filler dengan matrik : 50:50 (%berat)
e. Ukuran Partikel limbah padat : 50-100, 100-120, 120-150 dan 150-200
mesh
2. Kondisi yang diteliti
a. Suhu pengempaan
b. Jumlah Coupling Agent
c. Densitas
B. Proses Pembuatan
Adapun proses pembuatan kayu komposit ini adalah sebagai berikut
1. Plastik daur ulang jenis PVC dan ampas tebu yang telah dikeringkan dan
diayak, ditimbang masing-masing seberat 50 gram
2. Dipasang labu leher tiga kedalam penangas
3. Plastik daur ulang sebanyak 50 gram dimasukkan kedalam labu leher tiga
dan ditambahkan pelarut xylene 20% sebanyak 200 ml untuk mencairkan
plastik (Yunan, 2010)
4. Dihidupkan penangas dan set temperature sekitar 100-200oC
5. Ampas tebu dimasukkan setelah plastik daur ulang mencair diaduk hingga
homogen 15 menit
6. Campuran yang telah homogen dikeluarkan dari labu leher tiga dan
dibiarkan hingga pelarut menguap selama 24 jam
7. Dilakukan pengempaan Hot Press pada suhu yang telah ditentukan selama
10 menit (Panyakaew, 2011)
8. Dibiarkan hingga suhu kayu konposit konstan dan dibentuk sesuai standar
pengujian
9. Dilakukan pengujian kekerasan, uji tarik, dan termal untuk mengetahui
sifat fisis dan mekanis dari produk yang dihasilkan
: 165 mm
: 115 mm
: 19 mm
Tebal spesimen
: 3 mm
1
1
1. Penyempurnaan Proposal
2. Persiapan Alat dan Bahan
3. Melakukan Penelitian
4. Analisa Uji Kekerasan
5. Analisa Uji Tarik dan DSC
6. Penyusunan Laporan
Bulan Ke
2
2
3
4
3
1
DAFTAR PUSTAKA
Sinaga, P., 2010, Material Pabrik, Sinaga, Parlin. Material Plastik. Disampaikan
pada pelatihan Quality Control alat alat IPA Kerjasama antara Jurusan
pendidikan Fisika dengan PT Sugitek Indo Tama.
Sukmadjaja, D., dan Mulyana A., 2011, Regenerasi dan Pertumbuhan Beberapa
Varietas Tebu (Saccharum offinarum L.) secara In Vitro, Jurnal
AgroBiogen, 7 (2), 106 118.
Surono, U.B., 2013, Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan
Bakar Minyak, Jurnal Teknik, Vol.3, No.1.
Wardani, L., Massijaya M.Y., Machdie M.F., 2013, Pemanfaatan Limbah Pelepah
Sawit dan Plastik Daur Ulang (RPP) Sebagai Papan Komposit Plastik,
Jurnal Hutan Tropis, Volume 1, No.1
Yunan, A., dan Adnan, H., 2012, Pembuatan Komposit dari Sabut Kelapa, Jerami
dan Limbah Plastik Jenis Polietilen, Laporan Hasil Penelitian, Jurusan
Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala.
Proposal Penelitian
Di Susun Oleh:
(1104103010002)
(1104103010033)