You are on page 1of 10

LI.

1 Memahami dan Menjelaskan Ngilu gigi


Teori hidrodinamik
Ketika cairan yang melewati tubuli dentin dikenai perubahan temperature atau perubahan
osmotic, pergerakkannya akan merangsang reseptor saraf menjadi sensitive terhadap
tekanan, yang kemudian akan menimbulkan transmisi stimuli
Reaksi yang terjadi yaitu :
o Koefisien ekspansi termal dari cairan tubuli adalah 10x dinding tubuli. Maka,
panas yang mengenai dentin akan berakibat pada ekspansi termal cairan.
Sedangkan dingin menyebabkan kontraksi cairan. Kemudian keduanya akan
merangsang mekanoreseptor.
Teori odontoblas
Melalui dentin yang terbuka, tekanan hidrodinamika akan menyebabkan kerusakan selsel odontoblas.
Adanya hembusan udara atau karena perbedaan tekanan, maka sel-sel odontoblas yang
rusak akan masuk bersama cairan lain ke dalam tubuli dentin.
Sel-sel ini akan merangsang ujung saraf yang dekat dengan pulpa dan akan menimbulkan
rasa ngilu.
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Abrasi
LO.2.1 Definisi
Abrasi adalah ausnya jaringan gigi akibat proses mekanik, misalnya karena pemakaian
pasta gigi yan abrasif atau sikat gigi yang keras. Abrasi gigi biasanya mengenai bagian
serviks gigi sebelah bukal, gigi anterior maupun posterior.
(Sumawinata, Narlan. 2004. Seranai Istilah Kedokteran Gigi Inggris-Indonesia. Jakarta: EGC)
LO.2.2 Etiologi
Lesi abrasi biasanya terjadi karena kebiasaan mulut yang tidak baik seperti penggunaan
tusuk gigi, pin, atau barang keras lain, atau karena menyikat gigi yang berlebihan
dengan pasta gigi yang mengandung bahan abrasif, sering dilakukan sebagai usaha
memutihkan gigi, begitu pula menyikat gigi dengan bulu sikat yang kaku. Hasilnya
adalah terbentuk kerusakan pada daerah servikal di permukaan labial gigi.
(Walton & Torabinejad. 1998. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsi. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC. Jakarta.)
LO.2.3 Patofisiologi
LO.2.4 Gambaran klinis

Sumber : amaliagozali.wordpress.com
Gambaran klinis abrasi:
a. Biasanya terdapat pada daerah servikal gigi.
b. Lesi cenderung melebar daripada dalam.
c. Gigi yang sering terkena P dan C.
(Gandara BK. 1999. Diagnosis and Management of Dental Erosion. J Contemp Dent Pract;
Vol. 1. Hal 1-17)
LO.2.5 Pemeriksaan dan diagnosis
1.Pemeriksaan subyektif, yang terdiri dari
a. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam bahasanya
sendiri berkaitan dengan kondisi yang membuatnya datang mencari perawatan
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 72).
b. Riwayat medis
Riwayat medis yang lengkap dan teliti tidak hanya membantu menegakkan diagnosa
tetapi juga menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi pasien terhadap
infeksi, hal-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang telah diberikan dan status
emosionalnya (Walton dan Torabinejad, 1998 : 73).
2.Pemeriksaan obyektif yang terdiri dari
a. Pemeriksaan ekstraoral
Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan warna,
kemerahan, jaringan parut ekstraoral, saluran sinus dan kepekaan atau nodus jaringan
limfe servikal atau fasial yang membesar merupakan indikator status fisik pasien
(Walton dan Torabinejad, 1998 :77)
b. Pemeriksaan intraoral
- Jaringan lunak, yang meliputi tes fisual dan digital jaringan lunak rongga mulut
yang lengkap dan teliti.
- Gigi geligi, yang diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur,
abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas atau abnormalitas lainnya.
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 77).
LO.2.6 Pencegahan dan perawatan
Pencegahan :

Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya lesi yang lebih parah adalah
dengan menghentikan kebiasaan mulut yang tidak baik. Pengenalan tentang bentuk sikat
gigi, frekuensi, dan lamanya menyikat gigi serta metode atau cara apa yang paling baik
untuk setiap orang diperlukan guna memperoleh kebersihan gigi yang optimal tanpa
menimbulkan abrasi.
Pemilihan sikat gigi hendaknya menurut kebutuhan perseorangan, dengan pertimbangan
mempunyai pegangan lurus, nyaman dipegang, kepala sikat kecil sehingga mudah
masuk kesegala daerah mulut, bulu sikat yang tidak terlalu keras atau lembut sehingga
cukup efektif digunakan dan tidak merusak jaringan. Tidak ada cara khusus menyikat
gigi yang menjadi patokan, namun cara up and down dan berputar adalah cara yang
paling biasa digunakan dan disarankan. Selain itu sikat gigi harus mampu mencapai dan
membersihkan semua bagian di dalam mulut. Lamanya menyikat gigi bervariasi, tetapi
kebanyakan peneliti mendapatkan bahwa lama menyikat gigi antara 2-3 menit sudah
efektif untuk membersihkan plak.Penggunaan pasta gigi yang mengandung bahan yang
abrasif juga sebaiknya dihindari.
(Widyanti, Niken. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan.MEDIKA Fakultas
Kedokteran UGM. Yogyakarta.)
Perawatan :
Prosedur operatif untuk mengatasi lesi abrasi yang saat ini dikenal yaitu dengan
aplikasi resin komposit. Selain digunakan untuk merestorasi gigi, aplikasi resin
komposit juga berperan untuk mengurangi hipersensitifitas dentin dengan menyumbat
tubulus supaya aliran cairan dapat diperlambat sehingga mengurangi rasa nyeri.
Desain preparasi lesi abrasi untuk restorasi resin komposit adalah dengan cara
preparasi modifikasi yang meliputi ketentuan sebagai berikut:
1. Preparasi tersebut bertujuan untuk menghilangkan kerusakan struktur gigi
seminimal mungkin dan retensi tergantung pada email yang dietsa.
2. Menggunakan bur bulat, besarnya kavitas preparasi pada lesi abrasi saja.
3. Preparasi berbentuk skop, divergen, dan axial line angle dengan kedalaman tidak
sama.
Untuk preparasi kavitas kelas V yang berupa lesi abrasi yaitu dengan cara:
1. Mengkasarkan dinding kavitas internal
2. Membevel seluruh margin email
3. Retensi groove pada area tanpa email
(drg. Diatri Nari Ratih, M.Kes, Ph.D,Sp.KG. 2010. Restorasi Sewarna Dengan Gigi. Prodi
Kedokteran Gigi FKIK UMY)
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Atrisi
LO.3.1 Definisi
Atrisi merupakan kerusakan pada permukaan oklusal gigi atau restorasi akibat kontak
antar gigi selama pengunyahan atau karena adanya parafungsi/kelainan fungsi, seperti
bruksism.
(Sumawinata, Narlan. 2004. Seranai Istilah Kedokteran Gigi Inggris-Indonesia. Jakarta: EGC)
LO.3.2 Etiologi
Pada saat gigi berkontak, maka ketika itu timbul keausan gigi. Makin
sering kontak terjadi makin besar keausannya. Oleh karena itu, lazim sekali dijumpai

adanya keausan di permukaan oklusal dan proksimal pada gigi yang telah
berada dalam mulut bertahun-tahun lamanya. Keausan yang disebabkan oleh
kontaknya gigi disebut atrisi.Mengingat email itu demikian kerasnya dan
gigiyang saling berhadapan tidak terlalu sering berkontak karena adanya saliva
sebagai pelumas, maka biasanya keausan terbatas sifatnya meksi gigi telah beberapa
dekade berada di dalam mulut.
LO.3.3 Patofisiologi
LO.3.4 Gambaran klinis

Sumber : amaliagozali.wordpress.com

Gambaran klinis atrisi, sebagai berikut:


a. Kerusakan yang terjadi sesuai dengan permukaan gigi yang berkontak saat
pemakaian.
b. Permukaan enamel yang rata dengan dentin.
c. Kemungkinan terjadinya fraktur pada tonjol gigi
(Gandara BK. 1999. Diagnosis and Management of Dental Erosion. J Contemp Dent Pract;
Vol. 1. Hal 1-17)
LO.3.5 Pemeriksaan dan Diagnosis
1.Pemeriksaan subyektif, yang terdiri dari
a. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam bahasanya
sendiri berkaitan dengan kondisi yang membuatnya datang mencari perawatan
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 72).
b. Riwayat medis
Riwayat medis yang lengkap dan teliti tidak hanya membantu menegakkan diagnosa
tetapi juga menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi pasien terhadap
infeksi, hal-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang telah diberikan dan status
emosionalnya (Walton dan Torabinejad, 1998 : 73).
2.Pemeriksaan obyektif yang terdiri dari
a. Pemeriksaan ekstraoral
Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan warna,
kemerahan, jaringan parut ekstraoral, saluran sinus dan kepekaan atau nodus jaringan
limfe servikal atau fasial yang membesar merupakan indikator status fisik pasien
(Walton dan Torabinejad, 1998 :77)
b. Pemeriksaan intraoral

- Jaringan lunak, yang meliputi tes fisual dan digital jaringan lunak rongga mulut
yang lengkap dan teliti.
- Gigi geligi, yang diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur,
abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas atau abnormalitas lainnya.
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 77).
LO.3.6 Pencegahan dan perawatan
Pencegahan :
Memperbanyak konsumsi makanan berfluoride yang mampu memperkuat permukaan
gigi.
Perawatan Atrisi :
Pada atrisi, perawatan tidak perlu dilakukan apabila pembentukan dentin sekunder
seimbang dengan terjadinya atrisi. Ketika mahkota sudah aus dan mencapai margin
gingiva, gigi tiruan dapat dibuat untuk meningkatkan fungsi.
(Eversole, Lewis R. Clinical Outline of Oral Phatotogy. USA: PMPH-USA. 4th ed. 2011. P
574)
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Erosi
LO.4.1 Definisi
Erosi gigi adalah proses demineralisasi email oleh asam akibat proses kelarutan. Proses
kelarutan email yang terjadi akibat proses kelarutan garam dalam larutan asam.
Patogenese terjadinya erosi gigi adalah akibat etching dari asam. (Imfeld, 1996)
LO.4.2 Etiologi
Eccles, et al. (1982) mengklasifikasikan faktor penyebab erosi berupa faktor luar dan
dalam. Salah satu faktor luar penyebab erosi gigi adalah faktor lingkungan industri.
Faktor lingkungan industri dapat menyebabkan erosi gigi pada gigi depan akibat
menghirup uap asam baik dalam bentuk aerosol ataupun kabut (fume). Mc Intyre J.M.
(1992) membagi penyebab erosi :
I. Faktor ekstemal adalah karena :
1. Diet (jus buah, buah sitrun, karbonat yang berbahaya, asam cuka)
2. Obat-obatan (asam klorida, asam askorbat, asam asetil salisilat, preparat besi)
3. Pekerjaan (industri yang berhubungan dengan asam)
4. Olahraga (berenang pada air yang mengandung klorit)
II. Faktor Internal:
1. Sendawa dari cairan lambung
2. Masalah psikologi misalnya anoreksia, pecandu alkohol yang berat, stres yang
berat.
3. Efek samping dari obat sitostatika (obat untuk asma kronis, overdosis atau
kelebihan obat yang dapat mengiritasi lambung).
LO.4.3 Patofisiologi
LO.4.4 Gambaran klinis

Sumber : perigigiberbagi.wordpress.com
Gambaran klinis :
Umumnya berupa lesi halus, terdapat depresi mengkilap di permukaan enamel
yang terletak di dekat gingival.
Erosi dapat menyebabkan kehilangan enamel dalam jumlah yang besar sehingga
dapat menimbulkan noda berwarna pink di seluruh enamel yang tersisa.
Tidak ada lagi enamel ridges yang tajam karena semuanya sudah membulat
Permukaan enamel bisa menjadi konkaf hingga dentin terkena.
LO.4.5 Pemeriksaan dan diagnosis
1.Pemeriksaan subyektif, yang terdiri dari
a. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam bahasanya
sendiri berkaitan dengan kondisi yang membuatnya datang mencari perawatan
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 72).
b. Riwayat medis
Riwayat medis yang lengkap dan teliti tidak hanya membantu menegakkan diagnosa
tetapi juga menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi pasien terhadap
infeksi, hal-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang telah diberikan dan status
emosionalnya (Walton dan Torabinejad, 1998 : 73).
2.Pemeriksaan obyektif yang terdiri dari
a. Pemeriksaan ekstraoral
Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan warna,
kemerahan, jaringan parut ekstraoral, saluran sinus dan kepekaan atau nodus jaringan
limfe servikal atau fasial yang membesar merupakan indikator status fisik pasien
(Walton dan Torabinejad, 1998 :77)
b. Pemeriksaan intraoral
- Jaringan lunak, yang meliputi tes fisual dan digital jaringan lunak rongga mulut
yang lengkap dan teliti.
- Gigi geligi, yang diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur,
abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas atau abnormalitas lainnya.
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 77).
LO.4.6 Pencegahan dan perawatan
Pencegahan :
Sering berkumur dengan larutan yang mengandung fluoride untuk memperkuat gigi
dan mengurangi efek asam yang mengenai permukaan gigi.

Berkumur dengan larutan sodium bikarbonat (dengan melarutkan 2 sendok teh


baking soda ke dalam segelas air). Larutan ini dapat menetralisir asam pada
permukaan gigi.
Untuk mengurangi rasa mual, konsumsi makanan kecil yang aman untuk gigi
misalnya buah-buahan, jus buah murni tanpa pemanis, sereal dan sayuran mentah
atau lalapan.
Hindari menyikat gigi setelah muntah karena gigi yang baru saja tekena asam
lambung akan lebih mudah tekikis karena penyikatan.
Perawatan :
Perawatan erosi gigi dapat dilakukan berdasarkan tingkat keparahannya.Jika erosi hanya
terdapat pada bagian enamel yaitu erosi ringan, dapat dilakukan aplikasi flour atau
ditambal dengan menggunakan bahan restoratif komposit. Bagi erosi pada bagian labial
yaitu erosi sedang, dilakukan pemasangan veener keramik atau overlay mahkota, Serta
pada erosi berat dilakukan pemasangan mahkota, bridge atau overdenture. Bagi
mempertahankan perawatan ini, etiologi erosi perlu disingkirkan seminimal mungkin.
LI.5 Memahami dan Menjelaskan Abfraksi
LO.5.1 Definisi
Abfraksi merupakan kerusakan permukaan gigi pada daerah servikal akibat tekanan
tensile dan kompresif selama gigi mengalami flexure atau melengkung.
(Sumawinata, Narlan. 2004. Seranai Istilah Kedokteran Gigi Inggris-Indonesia. Jakarta: EGC)
LO.5.2 Etiologi
LO.5.3 Patofisiologi
LO.5.4 Gambaran klinis

Sumber : amaliagozali.wordpress.com

Gambaran klinis abfraksi:


a. Kelainan ditemukan pada daerah servikal labial/bukal gigi.
b. Berupa parit yang dalam dan sempit berbentuk huruf V
c. Pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang mengalami tekanan eksentrik
pada oklusal yang berlebihan atau adanya halangan yang mengganggu oklusi.

LO.5.5 Pemeriksaan dan diagnosis


1.Pemeriksaan subyektif, yang terdiri dari
a. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam bahasanya
sendiri berkaitan dengan kondisi yang membuatnya datang mencari perawatan
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 72).
b. Riwayat medis
Riwayat medis yang lengkap dan teliti tidak hanya membantu menegakkan diagnosa
tetapi juga menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi pasien terhadap
infeksi, hal-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang telah diberikan dan status
emosionalnya (Walton dan Torabinejad, 1998 : 73).
2.Pemeriksaan obyektif yang terdiri dari
a. Pemeriksaan ekstraoral
Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan warna,
kemerahan, jaringan parut ekstraoral, saluran sinus dan kepekaan atau nodus jaringan
limfe servikal atau fasial yang membesar merupakan indikator status fisik pasien
(Walton dan Torabinejad, 1998 :77)
b. Pemeriksaan intraoral
- Jaringan lunak, yang meliputi tes fisual dan digital jaringan lunak rongga mulut
yang lengkap dan teliti.
- Gigi geligi, yang diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur,
abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas atau abnormalitas lainnya.
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 77).
LO.5.6 Pencegahan dan perawatan
Perawatan Abfraksi
Restorasi abfraksi membutuhkan kombinasi restorasi kedokteran gigi adhesive dan
terapi penyesuaian oklusi. Perawatan restorasi mengisi struktur akar yang terbuka
dengan komposit yang dibonding, sementara penyesuaian oklusi mengurangi gaya-gaya
lateral yang menyebabkan momen lateral terjadi secara berulang. Tanpa adanya
penyesuaian oklusi, akan mengalami kerusakan seperti abfraksi.
(Grippo. Abfractions; A New Clacification of Hard Tissue Lesions of The Teeth. J Esthet Dent
1991. 3(1): 14-19)
LI.6 Memahami dan Menjelaskan Fraktur
LO.6.1 Definisi
Fraktur dental atau patah gigi adalah hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi
utuh yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan.
LO.6.2 Etiologi
LO.6.3 Patofisiologi
LO.6.4 Gambaran klinis

Sumber : Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Principles and Practice 4th Edition
Menurut WHO dan dimodifikasi oleh Andreasen
1. Fraktur email; Hanya mengenai bagian email gigi saja. Termasuk di dalamnya
adalah pecahnya email atau fraktur tidak sempurna, atau hanya retaknya email.
2. Fraktur mahkota dengan pulpa masih belum terbuka; Merupakan fraktur yang
sederhana dan melibatkan email dan dentin. Pulpa masih belum terbuka.
3. Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka; Merupakan trauma yang kompleks dan
menyebabkan pulpa terbuka.
4. Fraktur mahkota-akar; Fraktur yang melibatkan email, dentin, dan sementum
akar serta bisa melibatkan pulpa bisa juga tidak.
5. Fraktur akar; Fraktur yang hanya melibatkan akar saja dan meliputi sementum,
dentin, dan pulpa. Juga disebut sebagai fraktur akar horizontal.
6. Luksasi; Berubahnya posisi gigi, meliputi konkusi, subluksasi, luksasi ekstrusif,
luksasi lateral, dan luksasi intrusif.
7. Avulsi; Lepasnya gigi dari soketnya.
8. Fraktur prosesus alveolaris (pada mandibula atau maksila); Fraktur atau
remuknya soket alveolus atau prosesus alveolaris.
LO.6.5 Pemeriksaan dan diagnosis
1.Pemeriksaan subyektif, yang terdiri dari
a. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam bahasanya
sendiri berkaitan dengan kondisi yang membuatnya datang mencari perawatan
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 72).
b. Riwayat medis
Riwayat medis yang lengkap dan teliti tidak hanya membantu menegakkan diagnosa
tetapi juga menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi pasien terhadap

infeksi, hal-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang telah diberikan dan status
emosionalnya (Walton dan Torabinejad, 1998 : 73).
2.Pemeriksaan obyektif yang terdiri dari
a. Pemeriksaan ekstraoral
Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan warna,
kemerahan, jaringan parut ekstraoral, saluran sinus dan kepekaan atau nodus jaringan
limfe servikal atau fasial yang membesar merupakan indikator status fisik pasien
(Walton dan Torabinejad, 1998 :77)
b. Pemeriksaan intraoral
- Jaringan lunak, yang meliputi tes fisual dan digital jaringan lunak rongga mulut
yang lengkap dan teliti.
- Gigi geligi, yang diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur,
abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas atau abnormalitas lainnya.
(Walton dan Torabinejad, 1998 : 77).
LO.6.6 Pencegahan dan perawatan

You might also like