You are on page 1of 56

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia
yang memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan
tahap perkembangan lainnya, karena pada tahap ini seseorang
mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Masa remaja
adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas

diri.

Karakteristik

psikososial

remaja

yang

sedang

berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan


banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa anak-anak
dimana selain mneingkatnya kesadaran diri (self consciousness)
terjadi

juga

perubahan

secara

fisik,

kognitif,

sosial

maupun

emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami


perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah,
tersinggung
pada

masa

bahkan

agresif. Perubahan-perubahan karakteristik

remaja

tersebut,

ditambah

dengan

faktor-faktor

eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan


gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai penyebab
timbulnya masalah-masalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock,
2007).
Laporan

situasi

Kependudukan

Dunia

Tahun

2012

pada

peluncurannya, disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus


tumbuh dan telah mencapai 7 miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk
dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19 tahun.
Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di negara berkembang.
Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun 2010
menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum
muda berusia 10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia,
jumlah remaja terbilang besar, mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7
% dari total penduduk (BKKBN, 2012).
Peran perawatn dalam asuhan keperawatan keluarga dengan
tahap

anak

usia

remaja

adalah

membantu

keluarga

untuk

menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan


kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa
teratasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi remaja?
2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?
4. Bagiamana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak
remaja?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga
sesuai dengan masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga
dengan anak remaja.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a) Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
b) Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan
anak remaja.
c) Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak
remaja.
d)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja


Istilah adolescence

atau

remaja

berasal

dari

kata

latin

adolescence (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang


berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsurangsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial
serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum,
yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase
lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap
demi setahap (Al-Mighwar, 2006).
2.2 Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja
dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih
terheranheran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuhnya

sendiri

dan

dorongan-dorongan

yang

menyertai

perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiranpikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh
lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebihlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap
ego. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti
orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan narastic, yaitu mencintai
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai
sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam
kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang
mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis

atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja


pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan
cinta

pada

ibu

sendiri

pada

masa

kanak-kanak)

dengan

mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.


c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju
periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal
dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public).
2.3 Karakteristik Perkembangan Remaja
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja
dapat dibedakan menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam
Wong (2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada
masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode
remaja

awal

dimulai

dengan

awitan

pubertas

dan

berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada


saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja
dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan
diri.
Pada

periode

selanjutnya,

individu

berharap

untuk

mencegah otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas


diri sebagai lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok
menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas
pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan
masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum

mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka


dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
1) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki
suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa
memiliki kelompok adalah hal yang penting karena mereka
merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat
memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan
cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah.
Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman
sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa
memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka
dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara
menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi
individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima
dan diasingkan dari kelompok.
2) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan
hubungan yang mereka kembangkan antara diri mereka
sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti halnya arah
dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa
yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi
merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan
periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan
identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang
penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun
demikian,

jika

setahap

demi

setahap

digantikan

dan

diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif


pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran
terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan
identitas dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi
identitas peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok
teman

sebaya

mulai

mengomunikasikan

beberapa

pengharapan
bersamaan

terhadap
dengan

hubungan

kemajuan

heterokseksual

perkembangan,

dan

remaja

dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran


seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun
orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap
budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok
sosioekonomis.
4) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada
masa remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah
dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih mengalami
periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai
menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja
akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional,
remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu
dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu
dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima
masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan
emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka
menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan
kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong
(2009), remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual,
yang merupakan ciri periode berpikir konkret; mereka juga
memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada
saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan
perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan
suatu

rangkaian

peristiwa

yang

mungkin

terjadi,

seperti

kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala


sesuatu

mungkin

dapat

berubah

di

masa

depan,

seperti

hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka,


misalnya

dikeluarkan dari

sekolah. Remaja

secara

mental

mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada

waktu

yang

bersamaan.

Misalnya,

mereka

dapat

mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan


waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat
mendeteksi

konsistensi

atau

sekelompok

pernyataan

dan

inkonsistensi
mengevaluasi

logis
sistem,

dalam
atau

serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.


c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong
(2009), masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan
serius mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan
mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan
kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan
juga

memahami

konsep

peradilan

yang

tampak

dalam

penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau


penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah.
Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan
moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi
remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang
dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas
yang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai
dan ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap
berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil
dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik
pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas
ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual
dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin
memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
Membandingkan

agama

mereka

dengan

orang

lain

dapat

menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka


sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan
penguatan spiritualitas mereka.
e. Perkembangan Sosial

Untuk

memperoleh

membebaskan

diri

kematangan

mereka

dari

penuh,

dominasi

remaja
keluarga

harus
dan

menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang


orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik
dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin
bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka
mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan
kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah
dari menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai
kemandirian

sering

kali

melibatkan

kekacauan

dan

ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar


untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai

selesai,

sementara

pada

saat

bersamaan,

penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan


yang

menyakitkan,

yang

penting

untuk

menetapkan

hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka


untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering
kali menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka
menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada
hampir semua situasi atau masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama
dalam sebagian besar kehidupan, bagi sebagian besar
remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan penting
ketika

masa

Kelompok

remaja

teman

dibandingkan

sebaya

masa

memberikan

kanak-kanak.

remaja

perasaan

kekuatan dan kekuasaan.


a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan
suka berkelompok. Dengan demikian kelompok teman
sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk
memperoleh

penerimaan

kelompok,

remaja

awal

berusaha untuk menyesuaikan diri secara total dalam

berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut,


selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan
individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada
remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain
yang berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama
jenis. Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil daripada
hubungan

yang

pertengahan,

dan

dibentuk

pada

penting

untuk

masa

kanak-kanak

pencarian

identitas.

Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu


tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan
suatu

peran

bersamaan,

mereka

saling

memberikan

dukungan satu sama lain.


2.4 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa

remaja

menurut

(Hurlock, 2001) antara lain :


a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita
Tugas perkembangan pada

masa

remaja

menuntut

perubahan besar dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya,


hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat
diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut selama awal
masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat.
Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa
remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan
sikap dan pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan
masa
remaja

yang

penting

akan

menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan


dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada
dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan
dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia

kematangan yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan


banyak tekanan yang menganggu para remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan
fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan
konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa
nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan
untuk mempelajari cara-cara

memperbaiki penampilan diri

sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.


d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat
tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka
telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak.
Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak,
mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran
sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin
dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut,
seringkali
penyesuaian

merupakan
diri

tugas

selama

pokok

yang

bertahun-tahun.

memerlukan

Karena

adanya

pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang


selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, makan
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus
mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan
bagaimana

harus

bergaul

dengan

mereka.

Sedangkan

pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan


teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha
untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah.
Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian
perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan

membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan


emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini
menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya
tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang
akrab dengan anggota kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja
memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau
remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan
yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian
ekonomi

bilamana

mereka

secara

resmi

menjadi

dewasa

nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung


selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk
bekerja selesai dijalani.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan
perkawinan
penting

merupakan

dalam

tugas

tahuntahun

perkembangan

remaja.

Meskipun

yang

paling

tabu

sosial

mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur mengendur


dapat

mempermudah

persiapan

perkawinan

dalam

aspek

seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang


dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu
penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh
remaja dibawa ke masa remaja.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk berperilaku mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk
nilai-nilai yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan
banyak dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa
bertentangan

dengan

teman

sebaya,

masa

remaja

harus

memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman


yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja
ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi

hal ini seringkali

diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap


tidak bertanggung jawab.

2.5 Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak
tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial.
Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim.
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang
yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan
bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anakanaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut
Mubarak, dkk (2009) keluarga adalah perkumpulan dua orang atau
lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan
tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3
jenis (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008), yaitu :
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu
keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
belum menikah.
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah
pihak.
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya
terdiri dari ayah, ibu dan anak yang telah menikah dan masih
menumpang pada orang tuanya.
2.6 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya
tahapan ini tergantung jumlah anak dan adaatau tidaknya anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.Tugas
perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

2.7 Masalah-Masalah

yang

Terjadi

Pada

Keluarga

dengan

Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja


Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang
ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan anggota-anggota
keluarga,terus menerus mengritik atau buat komentar-komentar
yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota
keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada
saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis
pada setiap usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini
anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri
dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang
lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan
dalam

menguasai

tugas

hubungan-hubungan

perkembangan

keluarga

ditandai

masa
dengan

remaja.

Kalau

pertentangan,

perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja


kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku
yang tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya
kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk
dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik
dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang
tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul
dengan

orang

lain

dianggap

tidak

matang

dan

kurang

menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik.


Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah
dan penuh romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan
masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya
tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa ini akan membuat
remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-anak,
tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa.
Situasi ini membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan
terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol
dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya
mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya,

karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilainilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan,
meskipun sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan
yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam masa ini adalah
teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan
gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng,
dengan menjadi anggota geng mereka akan saling memberi dan
mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti genggeng

motor

yang

terlibat

kegiatan

merupakan

bentuk

dari

kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakantindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan
berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering
mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan
organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai
kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan
untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial
melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal
untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan
hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi
diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syaratsyarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia
remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam
bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno.
Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma
masyarakat,

tetapi

mereka

melakukannya

dengan

sembunyi-

sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana
dalam menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan
mengurangi control secara bertahap terhadap anaknya, sehingga
mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap sampai
akhirnya dewasa.

MASALAH-MASALAH KESEHATAN
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik.
Tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktorfaktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga,
seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai dari usia
35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria
dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih
rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi
promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama
kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan patah
tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi .
Penyalahguanaan

obat-obatan

dan

alkohol,

keluarga

berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan


konseling seks merupakan bidang perhatian yang relevan. Dalam
mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak
dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda,
remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji
kehamilan,

menggunakan

obat-obatan,

uji

AIDS,

keluarga

berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin.


Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima
perawatan

kesehatan

tanpa

ijin

orang

tua.

Bila

orang

tua

diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka


dikumpulkan .
Kebutuhan

kesehatan

yantg

lain

adalah

dalam

bidang

hubungan dan bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan


dan hubungan remaja dengan orang tua. Konseling langsung yang
bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber dalam
komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat
rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan
promosi kesehatan umum juga diindikasikan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Gambaran Kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013 jam 10.00 WIB
pada keluarga Bp. R (38 tahun). Bp. R merupakan kepala keluarga dari
Ibu R (30 tahun), An. H (14 tahun), An. F (12 tahun), An. L (9 tahun)
dan Nenek. R (61 tahun). Pendidikan terakhir Bp. R adalah SMP.
Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh di pabrik dan MC (pembawa acara)
di acara-acara pernikahan. Alamat tinggal sekarang ini di RT 02 RW 02
Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Keluarga
Bp. R merupakan keluarga extended family (keluarga luas/besar) yang
terdiri dari keluarga inti dan orang tua dari Bp.R yaitu Nenek. R.
Diamana keluarga Bp. R merupakan keluarga yang didalamnya masih
terdapat hubungan darah, perkawinan dan saling berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing, karena didalam
satu rumah di keluarga Bp. R terdiri dari 6 orang yang hidup bersama,
segala kebutuhan dicukupi oleh kepala keluarga. Keluarga Bp. R
mengatakan bersuku Betawi. Keluarga Bp. R mempunyai kebiasaan jika
ada anggota keluarga yang sakit dibelikan obat warung terlebih dahulu
untuk pertolongan pertamanya. Ibu. R mengatakan keluarga beragama
Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat 5 waktu
dan bepuasa. Di keluarga Bp. R pencari nafkah utama adalah Bp. R
yang bekerja sebagai buruh, selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai
pembawa acara/MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R
terlihat jarang ada dirumah. Ibu. R mengatakan bahwa dirinya merasa
cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Ibu. R mengatakan tidak
memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya sesekali anaknya
mengajak berwisata. An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan
dirinya stress maka dia akan main keluar dengan teman-temannya,
biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau
rental PS dan menonton balapan motor. An. H juga mengatakan sering
main dengan teman-temannya hingga malam hari.

Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Bp. R berada dalam


tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja dimana tugas
perkembangan keluarga dengan remaja yaitu: Memberikan kebebasan
yang seimbang dengan tanggung jawab remaja mengingat remaja yang
sudah bertambah dewasa, mempertahankan hubungan yang intim
dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua, hindari perdebatan Ibu. R mengatakan bahwa An. H adalah
anak pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat
memasuki usia remja An. H sudah jarang berkumpul dengan keluarga,
jika berada dirumah An. H banyak menghabiskan waktu di dalam
kamarnya. An. H mengatakan jarang berbicara dengan Bp. R karena
menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu,
misalkan belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An. H malas untuk
menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenanrnya Bp. R baik, tetapi
memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. R juga
mengatakan bahwa An. H sulit diatur semenjak memasuki SMP. An. H
mengtakan tidak mengetahui tugas perkembangan maupun tanggung
jawabnya

sebagai

mendapatkan

remaja.,

informasi

karena

mengenai

sebelumnya

tugas

tidak

pernah

perkembangan

maupun

tanggung jawabnya sebagai remaja.


Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m 2. Desain interior
rumah terbagi menjadi 6 ruangan. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih
yang berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun,
jendela yang selalu terlihat terbuka ini jarang dibersihkan. Anak-anak
Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di
daerah setempat RW 02. An. H mengatakan sudah jarang (suka
membolos) dalam mengikuti pengajian. An. H berteman dengan
beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat
rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan
menggunakan motor. Ibu. R mengatakan bahwa komunikasi pada
keluarganya menekankan keterbukaan. Namun, An. H mengatakan lebih
suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan

kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja
dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. Ibu. R juga
mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa
saja tugas setiap anggota keluarga. Ibu. R mengatakan urusan anaknya
lebih banyak diserahkan kepada ibuya. An. H mengatakan malas belajar
dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya. Ibu. R mengatakan bahwa
anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ibu. R mengatakan tidak
pernah memantau aktivitas belajar anakya di rumah.
Ibu. R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah
dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H
termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapatnya.
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan degan baik.
Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada anggota yang sakit, maka yang
sakit akan

langsung diberikan obat dari warung atau dari apotik.

Keluarga Ibu. R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS,


tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka
hanya diobati di rumah saja. Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan
An. H yang sudah memasuki masa remaja. An. H sudah mulai ditawari
untuk mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah
maupun teman di lingkungan rumahnya. An. H juga sering nongkrong
tidak jelas dengan teman sekoah maupun teman di sekitar rumahnya
tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran dengan
teman-teman sekolahnya. An. H mengatakan sudah memiliki teman
dekat wanita (pacar).
3.2 Pengkajian
a. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) :
2. Jenis Kelamin
:
3. Pendidikan Terakhir :
4. Usia
:
5. Pekerjaan
6. Alamat
:

Bp. R
Laki-laki
SMP
38 tahun
: Buruh
RT 02 RW Kelurahan Cisalak Pasar Kec.
Cimanggis

7. Komposisi Keluarga :
N

Nama

Jenis

Hubung

Usia

Pendidik

o
1

Ibu R

An. H

An. F

An. L

Nenek R

Kelamin
Perempua
n
Laki-laki
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n

an dg KK

an

Istri

30 thn

Anak 1

14 thn

Anak 2

12 thn

SD kls 6

Anak 3

9 thn

SD kls 3

Ibu

61 thn

SD

Genogram :
Nenek R
61 thn
Bp. R
38 thn

An. H
14 thn

Ibu R
30 thn

An. F
11 thn

An. L
9 thn

SMP
SMP kls
2

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Remaja / Pasien
: Cerai
: Tinggal dalam satu rumah
8. Tipe Keluarga :
Keluarga Bp. R termasusk tipe keluarga extended family
(keluarga luas/besar). Keluarga Bp. R (38 thn) terdiri dari Bp.
R, Ibu R, ketiga anaknya dan ibu dari Bp. R yaitu nenek R (61
thn).
9. Suku Bangsa :
Bp. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya, Ibu R juga
berasal dari Jakarta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka
gunakan sehari-hari di rumah adalah Bahasa Indonesia dalam
percakapan. Ibu R mengatakan keluarganya tidak memiliki
kebiasaan khusus yang mempengaruhi status kesehatan
keluarga yang diajarkan turun-temurun.
10. Agama :
Seluruh keluarga Bp. R beragama Islam. Kegiatan ibadah
keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat 5 waktu dan puasa
dilakukan. Menurut keluarga Bp. R, agama berperan penting
dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika
ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga uga selalu
mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sedang
sakit tersebut.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Di keuarga Bp. R pencari nafkah utama di keluarga adalah
Bp. R yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan
2.000.000 2.500.000 setiap bulan. Selain itu Bp. R juga
masih aktif

menjadi pembawa

acara/MC

di acara-acara

pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang ada di rumah.


Ibu R sehari-hari membuka warung yang menjual kebutuhan
sehari-hari

dan

makanan

ringan

di

rumahnya

dengan

penghasilan perhari 50.000-an. Keperluan keluarga sehari-hari


adalah untuk makan dan jajan An. H, An. F dan An. L. Ibu R
mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan
suaminya saat ini. Bp. R saat ini memiliki tabungan atau dana
kesehatan dari tempatnya bekerja.
12. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Bp. R tidak memiliki jadwal khusus untuk
rekreasi

keluarga,

hanya

sesekali

anaknya

mengajak

berwisata. Waktu liburan biasanya disesuaikan dengan jadwal


libur kerja dan libur anak sekolah, tetapi sekarang jarang
dilakukan., hanya jika ada waktu saja keluarga pergi rekreasi.
Ibu R juga mengatakan biasanya dirinya berkunjung ke rumah
kerabat yang letak rumahnya berdekatan dengan rumah
keluarga Bp. R. Di rumah Ibu R mengatakan keluarganya dapat
menikmatihiburan melalui TV dan radio yang tersedia di
rumahnya. An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan
membuat dirinya stress maka dia akan main keluar dengan
teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak
jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan
motor. An. H juga mengatakan sering main dengan temantemannya hingga malam hari.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
13. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :
Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan
keluarga dengan anak remaja yang dilakukan oleh keluarga
antara lain :
a. Menyeimbangkan

kebebasan

dengan

tanggung

jawab

ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri.


Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. H
untuk memilih apa yang ingin dilakukan. An. H mengatakan
tanggung jawabnya adalah belajar dan membantu orang
tua, itupun jarang dilakukan atas kemauannya sendiri. An.
H sudah memiliki cita-cita, yaitu menjadi seorang pemain
bola,

tetapi

hanya

sebatas

harapan

bagaimana mencapai tujuannya.

dan

tidak

tahu

b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.


Pernikahan Bp. R dan Ibu R saat ini sudah berlangsung
selama

15

tahu,

anaknya

yang

paling

kecil

sudah

memasuki usia sekolah. Saat ini, Ibu R dan Bp. R


mengatakan untuk berusaha membesarkan ketiga anaknya
dengan memenuhi segala kebutuhan mereka.
14. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi :
a. Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
Ibu R mengatakan bahwa An. H adalah anak yang
pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama
saat memasuki usia remaja, An. H sudah mulai jarang
berkumpul dengan keluarga, jika berada di rumah An. H
banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya. An. H
mengatakan

jarang

berbicara

dengan

Bp.

karena

menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh


sesuatu misalnya belajar, Bp. R sering marah-marah
sehingga An. H malas untuk menanggapinya. Ibu R
mengatakan sebenarnya Bp. R baik, tetapi memang agak
keras

untuk

mendidik

anak-anaknya.

Ibu

juga

mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak


memasuki SMP. An. H mengatakan tugas perkembangan
maupun

tanggung

sebelumnya
mengenai
15.

tidak
tugas

jawabnya
pernah

sebagai

remaja,

mendapatkan

perkembangan

maupun

karena

informasi
tanggung

jawabnya sebagai remaja.


Riwayat Keluarga Inti :
Bp. R dan Ibu R menikah pada tahun 1998, dan anak

pertamanya lahir setahun kemudian. Ibu R dan Bp. R baru


memutuskan memakai kontrasepsi setelah kelahiran anak ke3. Jenis kontrasepsi yang dipih adalah pil KB.
16. Riwayat Keluarga Sebelumnya :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila
sakit, keluarga Bp. R pergi ke dokter swasta langganan
keluarga. Tidak ada pola makan atau jenis makanan yang
dibatasi.

c. Lingkungan
17. Karakteristik Rumah :
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah
permanen peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m 2.
Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling
depan adalah ruang tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan yang paling
belakang adalah dapur dan kamar mandi. Kamar tidur 1
digunakan oleh Bp. R dan Ibu R, sedangkan 2 kamar tidur
lainnya digunakan oleh anak-anak dan Nenek R yang tinggal
bersama Bp. R dan Ibu R. Lantai rumah terbuat dari kerami.
Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter
di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat
selalu terbuka ini jarang dibersihkan. Warna dinding rumah
adalah putih yang kondisinya cukup bersih. Kondisi rumah
tampak rapi dan bersih dan terdapat beberapa perabot rumah
yang sesuai. Sumber air yang digunakan oleh keluarga berasal
dari tanah (sanyo) sehingga airnya tidak berasa, tidak
berwarna dan tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap
pencahayaan lampu dalam rumah Bp. R terbilang terang.
Denah Rumah
Kamar
Mandi

Dapur

T
Ruang
Tudur

Ruang
Keluarga

e
r
a
s

Ruang

Ruang

Warung
Tidur

Tamu

10 m

Teras

7m

18.

Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :


Bp. R jarang berkumpul dengan tentangga

karen

akesibukannya, namun Ibu R aktif di arisan PKK dan pengajian


yang ada di lingkungan rumah. Ibu R sendiri tidak bekerja
hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan mengurus warung
yang ada di rumah. Keluarga Bp. R tinggal di RT 02 RW 02, di
sisi kanan rumah Bp. R yaitu rumah saudaranya dan sebelah
kiri adalah rumah tetangganya, di belakang rumah ada tanah
kosong dan jalan. Kehidupan bertetangga terlihat rukun dan
harmonis.
19. Mobilitas Geografis Keluarga :
Saat ini keluarga Bp. R sudah tinggal menetap di rumah
yang sekarang selama

15 tahun dan tidak berniat untuk

pindah. Bp.R sendiri sudah tinggal di rumah tersebut sejak Bp.


R lahir, karena Bp. R adalah anak tunggal dari kedua orang
tuanya yang telah bercerai maka di rumah tersebut ditinggali
keluarga Bp. R dan ibunya. Rumah Bp. R dibangun di atas
tanah milik orang tuanya, kepemilikan tanah masih milik
ibunya Bp. R.
20. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Bp. R selalu menekankan pada Ibu R supaya mengikuti
acara yang diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan
RT dan kegiatan lainnya. Apabila ada waktu luang Ibu R
mengajak anaknya bermain ke tetangga. Hubungan anggota
keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu dengan
yang lain (terlihat harmonis).
Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RT 02. An. H mengatakan
sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian.
Bp. R sendiri sering diminta untuk menjadi pembawa acara/MC

di acara-acara pernikahan ataupun acara yang diadakan


RT/RW. Ibu R juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri
dan depan rumahnya. Saudara Ibu R tinggal tidak jauh dari
rumah Ibu R, setiap hari selalu bertemu. An. H berteman
dengan beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos
hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan
jalan-jalan dengan menggunakan motor.
21. Sistem Pendukung Keluarga :
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang
menyelesaikan

dengan

anggota

keluarga.

Kadang

juga

melibatkan orang tua, karena dengan orang tua tinggal


bersama

dan

berdekatan.

Hal

yang

dirasakan

sebagai

pendukung keluarga adalah keluarga yang tinggal tidak jauh


dari rumah yang memperhatikan bila ada anggota keluarga
yang sakit dan tetangga yang idup saling menghormati serta
menghargai. Disamping itu adanya fasilitas dana kesehatan
dari tempat kerja Bp. R untuk anggota keluarga yang sakit
menurut Ibu R sangat membantu keluarga.
d. Struktur Keluarga
22. Pola Komunikasi Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya
menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga,
Ibu R mendiskusikan bersama Bp. R, terkadang meminta
bantuan

nasihat

dari

orang

tu.

Waktu

yang

biasanya

digunakan untuk komunikasi pada saat santai yaitu malam


hari dan waktu makan bersama dengan anggota keluarga.
Namun

An.

mengatakan

lebih

suka

menceritakan

masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada


orang tua ataupun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja
dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya.
23. Struktur Kekuatan Keluarga :
Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai
kepala keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu
ketika Ibu R punya pendapat sendiri dan membuat keputusan
sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan rumah tangga

dan mengatur posisi perabotan rumah tangga. Terkadang Ibu


R juga berinisiatif sendiri untuk membawa anaknya ke
pelayanan kesehatan, bila ada yang sakit dan tidak bisa
sembuh dengan mengkonsumsi obat warung.
24. Struktur Peran :
Bp. R
Sebagai kepala keluarga, bertanggung

jawab

dalam

mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah


tangga.
Ibu R
Ibu R mengatakan

urusan

anaknya

lebih

banyak

diserahkan kepada ibunya. Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu


rumah tangga dan juga membuka usaha warung di rumah.
An. H
An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan
tugas sekolahnya. Ibu R mengatakan bahwa anaknya
jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ibu R mengatakan
tidak pernah membantu aktivitas belajar anaknya di
rumah.
An. F
Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu R yang pada tahun ini
akan memasuki SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari
An. H dan kakak dari An. L.
An. L
Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu R juga berperan
sebagai adik dari kedua orang kakaknya yaitu An. H dan
An. F.
Nenek R
Sebagai ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya yaitu
An. H, An. F dan An. L.
Ibu R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang
jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga.
25. Nilai dan Norma Keluarga :
Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaru oleh
norma budaya. Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat
baik, setiap masalah yang ada diutarakan dan menerima
kehadiran perawat.

e. Fungsi keluarga
26. Fungsi Efektif :
Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam
rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat
walaupun An. H termasuk anak yang pendiam dan jarang
menyampaikan pendapat.
27. Fungsi Sosialisasi :
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan
dengan baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga
juga baik apalagi keluarga Bp. R tergolong paling lama tinggal
di wilayah tersebut.
28. Fungsi Perawatan Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga
yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari
warung

atau

dari

apotek.

Keluarga

Ibu

juga

sering

memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah


sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya
diobati di rumah saja. Bp. R mengatakan bahwa dirinya tidak
memiliki keluhan fisik dan tidak merokok hanya saja jika
sedang

banyak

pekerjaan

yang

harus

diselesaikannya

biasanya Bp. R mengeluhkan pegal-pegal pada badannya.


f. Stress dan Koping Keluarga
29. Stressor Jangka Pendek :
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang
sudah memasuki masa remaja. An. H sudah mulai ditawari
untuk mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di
sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An. H juga
sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun
teman di lingkungannya tersebut. An. H juga mengatakan
pernah ikut-ikutan tawuran dengan teman-teman sekolahnya.
An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita
(pacar).
30. Stressor Jangka Panjang :

Ibu R mengeluhkan biaya sekolah ketiga anaknya yang


semakin mahal, terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An.
F akan lulus dari SD dan akan memasuki SMP.
31. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah :
Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan
keluar dari masalah tersebut dengan jalan musyawarah.
Keluarga meyakini kalau setiap masalah ada jalan keluarnya,
misalnya dengan meminta bantuan dari orang tua dan
tetangga yang terdekat.
32. Strategi Koping yang Digunakan :
Ibu R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah
yang terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk
mengatasi masalah yang ada.
33. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak ada.
g. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan perawat berkunjung
ke

rumahnya

adalah

keluarga

dapat

mengetahui

status

kesehatan keluarga. Dengan demikian keluarga berharap akan


selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka juga
berharap

akan

banyak

mendapatkan

banyak

pengetahuan

tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara perawatannya.

h. Pemeriksaan Fisik
No
1

Nama
Bp. R
(38 tahun)

TD
(mmH

Nadi
(x/meni

RR
(x/meni

g)
130/9

t)

t)

Suhu

BB

TB

(0C)

(Kg)

(cm)

68

172

Keluhan/R

86
21
36,7
0
Tidak memiliki keluhan fisik

PS
Riwayat

Bp. R mengatakan

penyakit
dahulu
Pemeriksa
an Fisik

Kepala :
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan
pipi, rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan
tangan

pemeriksa,

tidak

ada

nyeri

tekan,

diameter pupil 2 mm, reaksi cahaya +/+,


konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik,
memakai kacamata jika membaca.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris,
dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak
pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis
dengan baik.
Bentuk hidung

simetris,

warna

kulit

sama

dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau


cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih,
tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak
mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak

terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke


kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada,
tidak

ada

retraksi

intercostae,

terdengar

dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ


2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat murmur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris,

warna

dada

sama

dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam,


kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal,
pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri
dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler,
dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan
kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan),
perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising
usus terdengar 10x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit,
tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan
menahan

beban

dengan

baik,

refleks

brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks


platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5
5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo
matang, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap

No

Nama

Ibu. R
(30 tahun)

benda tumpul dan tajam baik.


TD
Nadi
RR
Suhu
(mmH (x/men (x/men
(0C)
g)
it)
it)
110/7
82
19
36,8

BB

TB

(Kg)

(cm)

48

154

Pemeriksa
an Fisik

0
Kepala :
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan
pipi, rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan
tangan

pemeriksa,

tidak

ada

nyeri

tekan,

diameter pupil 2 mm, reaksi cahaya +/+,


konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris,
dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak
pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis
dengan baik.
Bentuk hidung

simetris,

warna

kulit

sama

dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau


cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih,
tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak
mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak
terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke
kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada,
tidak

ada

retraksi

intercostae,

terdengar

dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ


2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat murmur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris,

warna

dada

sama

dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam,

kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal


(juga pada payudara), pernafasan 19 x/menit,
tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan
kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan),
perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising
usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit,
tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan
menahan

beban

dengan

baik,

refleks

brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks


platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5
5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo
matang,

No

Nama

An. H
(14 tahun)
Pemeriksa
an Fisik

elastis,

tidak

ada

lesi,

sensitifitas

terhadap benda tumpul dan tajam baik.


TD
Nadi
RR
Suhu
BB
TB
(mmH (x/men (x/men
(0C)
(Kg)
(cm)
g)
it)
it)
120/8
88
20
36,5
51
156
0
Kepala :
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan
pipi, rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan
tangan

pemeriksa,

tidak

ada

nyeri

tekan,

diameter pupil 2 mm, reaksi cahaya +/+,


konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :

Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris,


dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak
pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis
dengan baik.
Bentuk hidung

simetris,

warna

kulit

sama

dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau


cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih,
tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak
mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak
terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke
kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada,
tidak

ada

retraksi

intercostae,

terdengar

dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ


2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat murmur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris,

warna

dada

sama

dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam,


kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal,
pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus sama kiri
dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler
dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan
kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan),
perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising
usus terdengar 9x/menit.

Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit,
tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan
menahan

beban

dengan

baik,

refleks

brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks


platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5
5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap,
elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap

No

Nama

An. F
(12 tahun)
Pemeriksa
an Fisik

benda tumpul dan tajam baik.


TD
Nadi
RR
Suhu
BB
TB
(mmH (x/men (x/men
(0C)
(Kg)
(cm)
g)
it)
it)
110/8
91
21
36,8
36
139
0
Kepala :
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan
pipi, rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan
tangan

pemeriksa,

tidak

ada

nyeri

tekan,

diameter pupil 2 mm, reaksi cahaya +/+,


konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris,
dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak
pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis
dengan baik.
Bentuk hidung

simetris,

warna

kulit

sama

dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau


cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih,
tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada

nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak


mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak
terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke
kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada,
tidak

ada

retraksi

intercostae,

terdengar

dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ


2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat murmur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris,

warna

dada

sama

dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam,


kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal
(juga pada payudara), pernafasan 21 x/menit,
tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan
kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan),
perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising
usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit,
tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan
menahan

beban

dengan

baik,

refleks

brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks


platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5
5
5
5
Kulit :

Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo


matang,

No
5

Nama
An. L
(9 tahun)
Pemeriksa
an Fisik

elastis,

tidak

ada

lesi,

sensitifitas

terhadap benda tumpul dan tajam baik.


TD
Nadi
RR
Suhu
BB
TB
(mmH (x/men (x/men
(0C)
(Kg)
(cm)
g)
it)
it)
110/7
92
22
36,9
31
134
0
Kepala :
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan
pipi, rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan
tangan

pemeriksa,

tidak

ada

nyeri

tekan,

diameter pupil 2 mm, reaksi cahaya +/+,


konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris,
dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak
pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis
dengan baik.
Bentuk hidung

simetris,

warna

kulit

sama

dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau


cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih,
tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak
mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak
terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke
kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada,

tidak

ada

retraksi

intercostae,

terdengar

dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ


2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat murmur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris,

warna

dada

sama

dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam,


kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal
(juga pada payudara), pernafasan 22 x/menit,
tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan
kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan),
perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising
usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit,
tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan
menahan

beban

dengan

baik,

refleks

brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks


platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5
5
5
5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap,
elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap

No

Nama

Nenek. R
(61 tahun)
Pemeriksa

benda tumpul dan tajam baik.


TD
Nadi
RR
Suhu
(mmH (x/men (x/men
(0C)
g)
it)
it)
140/9
90
23
37
0
Kepala :

BB

TB

(Kg)

(cm)

52

155

an Fisik

Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat


merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan
pipi, rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan
tangan

pemeriksa,

tidak

ada

nyeri

tekan,

diameter pupil 2 mm, reaksi cahaya +/+,


konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris,
dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak
pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis
dengan baik.
Bentuk hidung

simetris,

warna

kulit

sama

dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau


cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih,
tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak
mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak
terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke
kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada,
tidak

ada

retraksi

intercostae,

terdengar

dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ


2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat murmur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris,

warna

dada

sama

dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam,


kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal

(juga pada payudara), pernafasan 23 x/menit,


tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan
kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan),
perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising
usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit,
tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan
menahan

beban

dengan

baik,

refleks

brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks


platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5
5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo
matang,

elastis,

tidak

ada

lesi,

sensitifitas

terhadap benda tumpul dan tajam baik.

Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik :


Bp. R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan
pada pemerikasaan fisiknya, Bp. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya,
tidak merokok, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
Ibu R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan
pada pemerikasaan fisiknya, Ibu R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya,
tidak merokok, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
An. H

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh


seimbang, tidak meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan
dalam 3 bulan.
An. F
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh
seimbang, tidak meiliki keluhan penyakit, tidak ada riwayat pengobatan
dalam 3 bulan.
An. L
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh
kurus, tidak meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3
bulan.
Nenek R
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak meiliki
keluhan

fisik,

penglihatan

mulai

berkurang,

tidak

ada

riwayat

pengobatan dalam 3 bulan.


3.3 Analisa Data
No
.
1.

Data

Etiologi

DS :
-

Ibu.

Ketidak
R

mengatakan mampuan

dirumahnya
peraturan

tidak
yang

ada keluarga
jelas mengenal

tentang apa saja tugas masalah


-

setiap anggota keluarga. tentang tugas


An. H mengatakan tidak
dan
fungsi
mengetahui
tugas
perkembangan
perkembangan maupun
keluarga
tanggung
jawabnya
dengan
anak
sebagai remaja.
remaja.
An.
H
mengatakan
sebelumnya tidak pernah
mendapatkan
mengenai

informasi
tugas

Problem
Ketidakefektifa
n
peran

performa
remaja

An. H keluarga
Bp. R

perkembangan
tanggung
-

maupun
jawabnya

sebagai remaja.
Ibu.
R
mengatakan
urusan

anaknya

banyak

lebih

diserahkan

kepada ibunya
DO :
-

An. H marupakan anak

pertama dalam keluarga.


An. H berusia 14 tahun,
berada

pada

remaja awal.
Dirumahnya tidak

masa
ada

yang mengajarkan peran


dan
2.

tanggung

jawab

kepada remaja (An. H)


DS :
-

Ibu.

urusan

lebih keluarga

diserahkan mengenal

kepada ibunya
masalah
Ibu. R mengatakan An. H
tentang
lebih suka menghabiskan
pentingnya
waktunya didalam kamar
komunikasi
dari
pada
berkumpul
efektif
antara
dengan keluarga
orang tua dan
Ibu. R mengatakan Bp. R
remaja.
memang
agak
keras
untuk

mengatakan mampuan
anaknya

banyak

Ketidak

mendidik

anaknya
An. H mengakui
pernah
masalah

anaktidak

menceritakan
yang

Ketidakefektifa
n

koping

keluarga Bp.R

dihadapinya pada orang


-

tua
An.

mengatakan

kadang

percakapan

dengan orang tua akan


berakhir
-

dengan

ketegangan
An. H mengatakan lebih
suka

menceritakan

masalahnya

kepada

teman-temannya
debandingkan
orang

tua

kepada
ataupun

keluarganya yang lain.


DO :
-

Bp. R sibuk bekerja dan


jarang
berbicara

menyempatkan
kepada

anaknya.

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R b/d
ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan
fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja.
2. Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan
keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi
efektif antara orang tua dan remaja.

3.5 Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah

1. Diagnosa : Ketidakefektifan performa peran remaja An. H


keluarga Bp. R b/d ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga
dengan anak remaja.
Kriteria
SIFAT
MASALAH
(bobot = 1)
- Tidak sehat
- Ancaman
-

SKOR
3
2
1

kesehatan
Krisis

Hasil
3/3 x 1
=1

Pembenaran
Saat ini An. H masih
dalam

tahap

perkembangan
remaja

yang

membutuhkan

atau

keadaan

perhatian

sejahtera

komunikasi

dan
yang

efektif

dalam

mengungkapkan
masalahnya.

Orang

tua biasanya hanya


menanyakan
kemana An. H pergi
dan

kadang

memarahi jika ada


masalah

dengan

KEMUNGKINAN

sekolah.
An. H masih dapat

MASALAH

diajak

DAPAT

DIUBAH (bobot = 2)
- Dengan mudah
- Hanya sebagian
- Tidak dapat

2
1
0

2/2 x 2 berkomunikasi
=2

dan

menurut pada orang


tuanya,

melalui

pendekatan
komunikasi

yang

efektif

akan

pengenalan

peran

dan tanggung jawab


remaja

maka

penerapan
pada

peran

remaja

di

keluarga Bp. R akan


efektif.
Adanya

POTENSIAL
MASALAH

DAPAT

yang baik dari orang

DICEGAH (bobot = 3
2
1)
1
- Tinggi
- Cukup
- Rendah

1/3 x 1 tua dan saudara An.


= 1/3

peran dan

2/2 x 1
=1

berat, 1

tidak

mengatakan

ada

masalah dan segera


perlu

segera

ditangani

karena mereka takut

ditangani
0
Ada
masalah,
tapi

akan

tanggung jawabnya.
Keluarga

MASALAH (bobot =

harus

H
perkembangan

MENONJOLKAN
1)
- Masalh

perhatian

anaknya tidak bisa


penerapkan

perlu

peran

dan tanggung jawab

segera ditangani
Masalah
tidak

remaja di
keluarga.

dirasakan
Total

4 1/3

3. Diagnosa : Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak


mampuan

keluarga

mengenal

masalah tentang

pentingnya

komunikasi efektif antara orang tua dan remaja.


SIFAT

Kriteria
MASALAH

(bobot = 1)
- Tidak sehat
- Ancaman
-

kesehatan
Krisis

SKOR
3
2
1

atau

Hasil
3/3 x 1
=1

Pembenaran
Timbul mekanisme
koping negatif baik
pada
keluarga
remaja

orangtua,
maupun
karena

keadaan

kurangnya

kualitas

sejahtera

komunikasi

antara

mereka.

KEMUNGKINAN

Pola

MASALAH

antara

DAPAT

DIUBAH (bobot = 2)
- Dengan mudah
- Hanya sebagian
- Tidak dapat

2
1
0

komunikasi
remaja

2/2 x 2 orang
=2

dan
tua

merupakan

suatu

proses

yang

harus

dimulai

dan

dijaga

keberlangsungannya
,

keluarga

sudah

memberikan respon
positif

DAPAT

MASALAH (bobot =

harus
-

berat, 1

=1

yang

cara

mencegahnya.

Keluarga
1/2 x 1
= 1/2

menganggap
masalah
tetapi

segera

tidak

komunikasi

3/3 x 1 dan

terjadi
tidak

menjadikan masalah

0
ditangani
Ada
masalah,
tapi

cara

mengetahui stressor

DICEGAH (bobot = 3
2
1)
1
- Tinggi
- Cukup
- Rendah
MENONJOLKAN
1)
- Masalah

bertanya

baik dengan remaja.


Keluarga
sudah

POTENSIAL
MASALAH

dengan

ini prioritas utama.

perlu

segera ditangani
Masalah
tidak
dirasakan
Total

4 1/2

3.6 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan
keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi
efektif antara orang tua dan remaja.

2. Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R b/d


ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas
dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang
terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan
hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini
terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu.Pada
setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran,

dan

adopsi

yang

bertujuan

untuk

menciptakan,

mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,


mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat

perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu


dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat
4.2 Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
keluarga melalui penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan
perkembangan keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang
tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan kesehatan keluarga yang
optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu
perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan
keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta


Santrock, J. W. 2007. Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Slameto. 2006. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Mubarak, dkk. 2009. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia
Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
ners.unair.ac.id/materikuliah/askep%20remaja%20new.pdf

You might also like