You are on page 1of 20

TUGAS

ATELEKTASIS

Oleh:
Ni Kadek Pranita Santhi
H1A 008 036
Pembimbing:
dr. H. Hasan Amin, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat banyak penyakit yang menyerang alveolus dan/atau interstisial paru, baik lokal
maupun difus, yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan. Jaringan paru yang masih sehat
dapat mengalami kerusakan akibat serangan bakteri, virus, fungus, protozoa, atau sel-sel ganas
serta inhalasi debu dan asap yang merangsang. Kerusakan endotel kapiler alveolus oleh berbagai
penyebab, dapat mengakibatkan edema pada interstisial, dinding alveolus dan intraalveolar.
Jaringan fibrosis yang berlebihan akan terbentuk sebagai gejala sisa berbagai penyakit, biasanya
yang berasal dari peradangan atau alergi. Akibatnya adalah berkurangnya keregangan paru (paru
yang kaku) dan terhambatnya jalur difusi gas. Kekurangan surfaktan, seperti yang terjadi pada
syndrome distress paru, juga dapat mengakibatkan hal yang sama.

Kelainan fisiologik yang terlihat pada pasien dengan penyakit parenkim paru sangat
bervariasi, dan sampai tingkat tertentu bergantung pada luas proses patologisnya. Sering terjadi
kelainan yang bersifat restriktif disertai berkurangnya volume paru, pernafasan cepat dan
dangkal. Hipoksemia merupakan kelainan gas darah yang paling penting dan sering disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi yang mengakibatkan ventilasi berlebihan
atau perfusi yang percuma akibat adanya pirau. Tidak satupun dari kelainan-kelainan fisiologik
ini yang bersifat spesifik, tetapi uji fungsi paru dapat membantu menentukan derajat kelainan,
member petunjuk untuk terapi dan menilai hasil-hasil pemeriksaan yang didapat.
Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya dengan
penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru-paru yang
tidak sempurna dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang terserang
tidak mengandung udara dan kollaps. Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paruparu akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkeolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal. Kolaps ini dapat meliputi subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis
dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering
terjadi pada anak yang lebih muda daripada anak yang lebih tua dan remaja. Stenosis dengan
penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (atau kolaps) dari suatu
lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda
pengempisan lobus. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan khusus lainnya seperti bronkoskopi
dan bronkografi, dapat menentukan atau menegakkan diagnosis dari atelektasis.
Klasifikasi atelektasis ada 2 yaitu atelektasis obstruksi dan atelektasis kompresi. Penyebab
dari atelektasis bisa karena obstruksi saluran udara, kompresi paru-paru dari luar, ataupun karena
kurangnya surfaktan di dalam cairan yang melapisi alveolus. Gejala klinis yang nampak adalah
suara nafas tidak ada (setelah paru kolaps), takipneu, sianosis, berkurangnya gerakan dada,
cenderung berkembang pada penderita dengan akumulasi sekret dan sulit batuk setelah intubasi
dan pembedahan thoraks. Pada kasus atelektasis sangat dianjurkan untuk dilakukan fisioterapi
nafas. Fisioterapi nafas merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang mengalami retensi
sekret dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk mengencerkan dan
mengeluarkan sekret. Bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pernafasan dan ekspansi paru,
memperkuat otot pernafasan, membantu mengalirkan sekret, pasien dapat bernafas dengan bebas
dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup. Fisioterapi nafas meliputi proper positioning,
latihan nafas, drainase postural, dan latihan batuk.
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Atelektasis (Atelectasis) adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
2.2 Anatomi
Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus dilapisi oleh membran
mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara, laring
merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita
suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu pohon
dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan
yang tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea,
cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus
segmentalis, percabangan ini berjalan menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya sangat
kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara yang mengandung alveoli,
setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat pertukaran gas.
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak dalam rongga dada
atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah
paru-paru dan bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian
hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada paru-paru kiri. Paruparu kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua lobus. Lobuslobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Suatu
lapisan yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura yang
melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru (pleura vesiralis).
Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang berpungsi
untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah sela

perpisahan thorak dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfer, untuk mencegah kolaps paru-paru.
Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis. Sirkulasi
bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan
berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besarmengalirkan darahnya
ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan
darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena
pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah yang tidak
teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung. Arteri pulmonalis yang
berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah
tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari
dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas
antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena
pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan kepada sel-sel melalui sirkulasi
sistemik.

2.3 Etiologi
Etiologi dari atelektasis merupakan akibat suatu kelainan paru yang dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
a. Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor
bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat
panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
b. Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura,
peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti
tumor mediastinum.
c. Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru
yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya.
Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus
dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat
keadaan atelektasis.
d. Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang
menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang
dapat memperberat terjadinya atelektasis.
2.4 Patofisiologi
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah perifer akan
diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan dan
penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa disebabkan adanya infeksi.
Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan
kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia
mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru. Pengeluaran
transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru.
Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume.
Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada
nyeri dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi dan kortek
serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah atelektasis yang luas yang
menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paruparu kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran

darah pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang. Tekanan CO2 biasanya normal atau
seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru yang normal.
Atelektasis Bawaan (Neonaturum) adalah atelektasis yang terjadi sejak lahir, dimana paruparu tidak dapat berkembang secara sempurna. Terjadi pada bayi (aterm/prematur) yang
dilahirkan dalam kondisi telah meninggal (still born) atau lahir dalam keadaan hidup lalu
bertahan hanya beberapa hari dengan pernapasan buruk. Paru-paru tampak padat, kempis, dan
tidak berisi udara. Atelektasis Resorbsi yaitu kondisi bayi yang mampu bernapas dengan baik,
tetapi terjadi hambatan pada jalan napas yang mengakibatkan udara dalam alveoli diserap
sehingga alveolus mengempis kembali (timbul pada penyakit membran hyaline).
Atelektasis obstruksi terjadi akibat adanya obtruksi total pada jalan napas, mulai dari laring
sampai dengan bronkhiolus. Udara dalam alveolus diserap sampai rongga alveolus kolaps.
Faktor lain penyebab atelektasis adalah melemahnya gerakan napas (otot parasternal/diafragma).
Atelektasis obstruksi dapat terjadi pada pasien dengan : 1) Asma bronchial 2)Bronkhitis kronis
3)Bronkhiektasis 4)Aspirasi benda asing 5)Pasca bedah 6)Aspirasi darah beku 7)Neoplasma
bronchus. Kondisi lain yang dapat menyebabkan atelektasis obstruksi antara lain: usia (sudah tua
atau usia anak-anak) dan kondisi tubuh dengan kesadaran menurun (pengaruh anestesi) yang
mengakibatkan kelemahan otot-otot napas sehingga tidak dapat mengeluarkan sumbatan pada
jalan napas.
Atelektasis kompresi terjadi akibat adanya tekanan dari luar. Tekanannya dapat bersifat:
1. Menyeluruh (Complete)
Terjadi bila tekanan besar dan merata.
Terjadi pada : hidrothoraks, hemothoraks,empiema, dan pneumothoraks.
Terjadi terutama pada bagian basal.
2. Sebagian (Partial)
a)Terjadi bila tekanan hanya terlokalisasi(setempat)
b)Terjadi misalnya pada : tumor dankardiomegali.
Sindroma Lobus Medialis merupakan atelektasis jangka panjang,dimana lobus media
(tengah) dari paru-paru kanan mengkerut. Penyebabnya biasanya adalah penekanan bronkus oleh
suatu tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Paru-paru yang tersumbat dan mengkerut,
dapat berkembang menjadi pneumonia yang tidak dapat sembuh total dan peradangan kronis,
jaringan parut dan bronkiektasis.
Atelektasis percepatan biasanya terjadi pada pilot pesawat tempur. Penerbangan dengan
kecepatan tinggi akan menutup saluran pernafasan yang kecil, menyebabkan alveoli (kantong
udara kecil diparu-paru) menciut.
6

Mikroatelektasis Tersebar atau Terlokalisasi. Pada keadaan ini, sistem surfaktan paru-paru
terganggu. Surfaktan adalah zat yang melapisi alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan
permukaan, sehingga mencegah pengkerutan.
2.5 Tipe Atelektasis
Atelektasis paru dapat dibagi dalam lima tipe, berdasarkan mekanismenya: resoptif, adesif,
kompresif, sikatrisasi, dan gravitasi. Meskipun demikian,dapat terjadi bersamaan.
A. Tipe resoptif/obstruktif
Tipe yg paling sering, resopsi udara dari alveoli ketika hubungan antara alveolidan
trakea terobstruksi.
Etiologi yg paling penting karsinoma bronkogenik. Lainnya: neoplasma paru primer
dan metastasis, inflamasi (TB), aspirasi korpal, jendalan mukus, dan malposisi ETT,
kompresi ekstrinsik oleh neoplasma, linfadenopati, atau kardiomegali.
Resoptif biasanya akibat obstruksi bronkiolus perifer kecil, kegagalan transportasi
mukosiliari sekret tertahan di jalan nafas yg lebih kecil.
Jalan nafas yg besar paten air bronkogram (+) dalam paru yg atelekasis mungkin
tanda tidak adanya neoplasma yg mengobstrksi di sentral.
B. Tipe adesif
Akibat defisiensi surfaktan, alveolar collapse, sekali kolaps sulit untuk re-ekspansi.
Etiologi: penyakit Membran hialin, ARDS, inhalasi rokok, CABG, uremia, dan nafas
dangkal yg lama.
C. Tipe kompresif
Akibat SOP dalam thoraks menekan paru dan mendorong udara keluar alveoli.
Etiologi: efusi pleura (kecuali empyema), pneumothoraks, tumor pleura, masa
parenkim paru yang besar, bula emphysematous besar, dan emfisema lobaris.
Lainnya: hernia diafragmatika dan distensi abdomen.
Perbedaannya dengan tipe pasif tidak jelas.
D. Tipe sikatrisasi
Akibat penurunan komplian paru karena fibrotik paru.
Biasanya terkait bronkiektasis paru yang terkena.
Etiologi: fibrosis paru idoopatik, sarkoidosis, pneumoconiosis, penyakitvaskuler
kolagen, TB, dan radiasi.
E. Tipe bergantung grafitasi
Normal bila bagian yang paling terkena gravitasi, banyak perfusi sedikitekspansi
alveolar. Kondisi ini dapat memicu atelektasis pasien yang terlalu lama di kasur
dengan nafas dangkal.
2.6 Gejala Klinis
7

Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis. Pada
umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma, neoplasma, asma dan
penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis, bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang
menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah
atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang
cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan
menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada perkusi redup dan mungkin pula normal bila
terjadi emfisema kompensasi. Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari
satu lobus, bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar, biasanya didapatkan
adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma. Pada perkusi mungkin
batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin meninggi.
2.7 Diagnosa
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang jelas dari
berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian
diafragma, penyimpangan dari trakea, janrtung dan mediastinum dan selam lobus kehilangan
udara, di celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus
menjadi lebih opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak
beraturan. Dan pemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan bronkografi, dapat degan
tepat menetukan cabang bronkus yang tersumbat.

2.8 Radiologi
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru
baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi
bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah atelektasis,
sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.
Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu emfisema
kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemithorak yang
sehat kearah hemethorak yang atelektasis.
Komplete atelektasis dari keseluruhan paru adalah saat (1) paru kolaps secara keseluruhan,
ditunjukkan dengan bentukan opak pada seluruh hemitoraks dan pergeseran ipsilateral
mediastinum, (2) Pergeseran mediastinum membedakan atelektasis dengan efusi pleura massif.
Keterangan:
Komplete atelektasis
opasifikasi,

dan

paru.

hilangnya

Pergeseran
volume

paru

mediastinum,
tampak

pada

hemitoraks kiri

Keterangan:
Komplete atelektasis paru kanan.

Pada kolaps lobus superior dextra, akan terjadi pergeseran ke arah medial dan superior,
menyebabkan elevasi hilum kanan dan fisura minor. Terkadang lobus superior dextra kolaps ke
lateral, membentuk bagian opak menyerupai massa yang mungkin akan terlihat seperti efusi
pleura terlokalisir. Fisura minor pada kolaps lobus superior dextra biasanya berbentuk konveks
ke arah superior, tetapi mungkin juga dapat muncul sebagai bentukan konkaf karena adanya
suatu massa. Hal ini dikenal dengan tanda Golden S. Puncak pleura diafragmatikum
justaprenikus merupakan tanda lainnya, yang dapat membantu menegakkan diagnosis atelektasis
lobus superior dextra. Setelah CT scan, kolaps lobus superior dextra muncul sebagai bagian opak
di paratektal kanan, dan fisura minor muncul berbentuk konkav di bagian lateral. Berikut ini
adalah, gambaran radiologinya:
Keterangan:
Atelektasis. Kolaps

lobus

superior

sinistra

menunjukkan

gambaran opak yang berlanjut hingga ke aortic knob, hemitorak


kiri yang lebih kecil, dan pergeseran mediastinum.

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus superior dextra, menunjukkan Golden
sign of S

10

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus superior dextra dan konsolidasi.

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus superior dextra

Kolaps lobus medial dextra mengaburkan batas kanan jantung pada foto posterioranterior
(PA). Terkadang, dapat ditemukan adanya opasitas triangular. Kenampakan lateral menunjukkan
opasitas triangular tampak di atas jantung karena fisura mayor bergeser ke atas dan fisura minor
bergeser ke bawah. Setelah CT scan, atelektasis lobus medial dextra tampak sebagai opasitas
triangular terhadap perbatasan jantung kanan dengan puncak mengarah ke lateral, dan hal ini
dinyatakan sebagai tilted ice cream cone sign
Keterangan:
Atelektasis. Foto x-ray thorax lateral yang menegaskan diagnose
kolaps lobus medial dextra. Fisura minor bergeser ke bawah, dan
fisura mayor bergeser ke atas, menimbulkan opasitas wedgeshaped

11

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus inferior sinistra.

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus medial dextra menunjukkan obliterasi
batas kanan jantung

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus medial dextra pada foto x-ray lateral
Thorax

Pada kolaps lobus inferior dextra, kolaps tersebut akan bergeser ke posterior dan inferior.
Mungkin akan tampak opasitas triangular yang menutupi arteri pulmonary lobus inferior dextra.
Fisura mayor, yang normalnya tidak tampak, akan terlihat pada kolapsnya lobus inferior dextra.
Struktur mediastinum superior akan bergeser ke kanan, menyebabkan tanda triangle superior.
Kolapsnya lobus inferior dextra mengaburkan sepertiga posterior dari hemidiafragma dextra.
Pada CT scan, tampak adanya kenampakan menyerupai massa paraspinal. Seiring dengan
terjadinya atelektasis lobus medial dextra dan lobus inferior dextra, mungkin akan muncul
peningkatan hemidiafragma dextra atau efusi subpulmo.

12

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus inferior dextra

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus inferior dextra dan lobus medial dextra.
Paru kiri terlalu meregang.

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus inferior dextra ke arah inferior dan
posterior.

13

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus inferior dextra tanpa kolaps lobus
medial, fisura mayor bergeser ke bawah, dan tampak pada foto
ini.

Pada kolaps lobus superior sinistra, lobus yang mengalami atelektasis akan bergeser ke
anterior dan superior. Setengah dari kasus yang ada, hiperexpanded segmen superior dari lobus
inferior sinistra terletak antara lobus diatas bagian yang mengalami atelektasis dengan arkus
aorta. Hal ini memberikan kenampakan seperti bulan sabit pada paru, dikenal dengan Luft Sichel
sign. Pada penampakan lateral, fisura mayor bergeser ke anterior dan hiperexpanded lobus
superior dextra mungkin mengalami herniasi melewati garis tengah. Pada penampakan PA,
atelektasis lobus superior sinistra membentuk opasitas tipispada hemitorak superior sinistra,
Menyebabkan obliterasi batas kiri jantung. Pada CT scan tampak daerah inferior dari lobus yang
mengalami kolaps dan pergeseran lobus superior dextra melewati garis tengah.
Keterangan:
Atelektasis. Kolaps

lobus

superior

sinistra

menunjukkan

gambaran opak yang berlanjut hingga knob aorta, hemitorak kiri


lebih kecil, dan ada pergeseran mediastinum.

Keterangan:
Atelektasis. CT scan dari lobus superior sinistra yang kolaps
dengan sedikit efusi pleura.

14

Keterangan:
Atelektasis. Lobus superior sinistra kolaps ke arah anterior pada
foto lateral x-ray thorax

Keterangan:
Atelektasis. Lobus superior sinistra kolaps. Pada foto ini tampak
dengan jelas adanya Luft Sichel sign

Pada kolapsnya lobus inferior sinistra, terjadi peningkatan siluet opasitas retrokardiak arteri
pulmonalis lobus inferior sinistra dan hemidiafragma sinistra pada penampakan depan. Hilum
bergeser ke bawah, dan rotasi jantung menimbulkan pendataran basis jantung, yang diketahui
dengan flat-waist sign. Mediastinum superior mungkin bergeser dan menimbulkan obliterasi
arkus aorta, bagian atas dari aortic-knob sign. Pada foto radiografi lateral, opasitas membentuk
sepertiga posterior dari diafragma sinistra tampak kabur. Pada CT scan tampak atelektasis lobus
inferior sinistra pada lokasi inferior posterior.
Keterangan:
Atelektasis. Hilangnya volume pada sisi kiri; peningkatan dan
siluet pada diafragma kiri; dan gambaran opak dibelakang
jantung, disebut dengan sail sign.

15

Keterangan:
Atelektasis. Kolaps lobus inferior sinistra.

2.9 Komplikasi
Atelektasis

yang

berkepanjangan

dapat

menyebabkan

penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat
menyebabkan pirau (jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat
menyebabkan hipoksemia.
2.10

Pencegahan

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:


Anjurkan untuk nafas dalam dan batuk efektif untuk mencegah penumpukan sekresi dan
untuk mengeluarkan eksudat.
Posisi pasien sering diubah, terutama dari posisi supinasi ke posisi tegak,
untuk meningkatkan ventilasi dan pencegahan penumpukan sekret.
Tingkatkan ekspasi dada yang sesuai selama pernapasan untuk memenuhi paru-paru

dengan udara secara keseluruhan.


Berikan opiod dan sedatif secara bijaksana untuk mencegah depresi pernapasan.
Lakukan suksion untuk membuang sekresi trakeobronkial
Lakukan drainase postural dan perkusi dada
Anjurkan ambulasi dini
Ajarkan teknik yang sesuai untuk spirometri insentif.
Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk

teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.


Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan
dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu
mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terusmenerus ke paru-paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran
pernafasan tidak dapat menciut.
2.11 Penatalaksanaan
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan bronkoskopi
b. Pemberian oksigenasi
16

c. Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)


d. Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
Pengobatan pada atelektasis juga dapat dilakukan. Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan
dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena. Tindakan yang
biasa dilakukan :
Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa

mengembang
Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
Postural drainase
Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau
menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu

diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan
kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan
lainnya.
2.12 Prognosis
Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah dihilangkan kecuali
jika ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya pnyembuhan tergantung pula pada luasnya daerah
atelektasis. Atelektasis pada umumnya mudah terjadi infeksi, karena gerakan mukosilier pada
bronkus yang bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak bekerja. Jika infeksi ini
berlangsung lebih lanjut, dapat pula mengakibatkan bronkiektasis atau abses paru.
BAB III
SIMPULAN
Atelektasis (Atelectasis) adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
Etiologi dari munculnya atelektasis adalah, bronkus yang tersumbat, adanya tekanan ekstra
pulmonary, paralisis atau paresis gerakan pernafasan, hambatan gerak pernafasan oleh kelainan
pleura atau trauma thorak. Atelektasis paru dapat dibagi dalam lima tipe, berdasarkan
mekanismenya: reseptif, adesif, kompresif, sikatrisasi, dan gravitasi. Gejala klinis yang mungkin
muncul pada pasien dengan atelektasis bergantung dari sebab dan luasnya atelektasis. Gejala
17

yang mungkin timbul adalah dispneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi
dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan menyebabkan penurunan
kesadaran atau syok.
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru
baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi
bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah atelektasis,
sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.

18

Tinjauan Pustaka
Barry A, Shapiro, MD,DABa, FCCP, Cs : Clinical Application of Respitory Care, 49 53
Elida,

Nuresa

Ninis.

2012.

Atelektasis.

Available

from

http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9205844464_abs.pdf. accessed : 6 November


2012.
Laurence Martin, Md, FACP, FCEP. Pulmonary Psyology Inclinical Practise, 1987, 33 39
Malueka, Ghazali Rusdy. 2006. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press : Yogyakarta
MD, Chen Y. M. Michael., 2004. Basic Radiology. McGraw-Hill Companies : United States
Rahardjo E, Penanganan gangguan Nafas dan Pernafasan Buatan Mekanik , 1997, 1- 5
Robert, M.K, PHD and James K. Stoller, MD., Current Respiratory Care, 1988,90 - 92

19

You might also like