Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri
(Manuaba, 1999 Hal : 138). Masa Nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu (Mochtar R,1998 hal : 15). Masa Nifas atau puerperium dimulai setelah
kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin. A.B, 2001 hal
122).
Episiotomi adalah insisi perineum untuk memperlebar ruang pada lubang keluar
jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran anak. (Harry. O, 1996, hal : 441).
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa post partum (masa nifas/puerperium) spontan
dengan episiotomi adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang berlangsung
dengan tenaga Ibu sendiri, melalui jalan lahir dan dengan dilakukan insisi perineum untuk
memperlebar ruang jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran anak.
B. INDIKASI DILAKUKAN EPISIOTOMI
Keadaan yang mungkin terjadi ruptur perineum, janin premature, janin letak sungsang,
persalinan dengan ekstraksi cunam, vakum dan janin besar. (Mansjoer. A, 1999, hal 338).
C. MACAM-MACAM EPISIOTOMI
1. Episiotomi Mediana : Merupakan insisi yang paling mudah diperbaiki, lebih baik dan
jarang menimbulkan dispareuni, episiotomi ini dapat menyebabkan ruptur perenei totalis.
2. Episiotomi Mediolateral : Merupakan insisi yang banyak digunakan karena lebih aman,
jarang terjadi ruptur parinei totalis.
3. Episiotomi Lateralis : Tidak dianjurkan hanya dapat menimbulkan sedikit relaksasi
introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.
(Mansjoer. A, 1999, hal. 338)
D. FASE-FASE PENYEMBUHAN LUKA
Fase I (termasuk respon inflamasi). Penyembuhan luka, leukosit menceerna bakteri dan
jaringan rusak, fibrin bertumpuk dan mengisi luka dan pembuluh darah tumbuh pada luka
dari benang fibrin sebagai kerangka, berlangsung selama 3 hari.
Fase II berlangsung 3-14 hari, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai berisi kolagen
serabut protein pitih dan berneganerasi dalam 1 minggu.
Fase III kolagen terus bertumpuk menekan pembuluh daarh baru dan arus darah menurun.
Berlangsung kurang lebih dari minggu ke-2 sampai minggu ke-6 post insisi.
Fase IV berlangsung beberapa bulan setelah proses insisi, gatal pada luka, luka menciut dan
tegang.
(Barbara. C. Long, 1996, hal. 67).
E. FISIOLOGI NIFAS
1. Periode post partum ada 3 yaitu :
a. Immadiate post partum adalah masa 24 jam post partum.
b. Early post partum adalah waktu minggu pertama post partum.
c. Late post partum adalah masa post partum pada minggu pertama sampai minggu keenam
post partum.
Faktor yang mempengaruhi pembetukan dan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) : Anatomi buah
dada, Fisiologi, makanan, Istirahat, Isapan Anak, Obat-obatan, Psikologi, perawatan buah
dada.(Christina. S.Ibrahim, 1996 hal. 10)
d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6 minggu post natal, serviks menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali keadaan
sebelum hamil (nulipara) yang berupa lunang kecil seperti jarum, serviks hanya kembali pada
keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup tapi bentuk celah.
Dengan demikian os servisis wanita yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu
tanda yang menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina.
e. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peradangan yang sangat besar selama proses
melahirkan tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur, setelah 3 minggu,
vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
Himen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi pervagina dan yang tersisa hanya sissasisa kulit yang disebut karunkulae mirtiformis. Orifisium vagina biasanya tetap sedikit
membuka setelah wanita tersebut memiliki anak.
f. Perineum
Setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebalumnya tereenggan oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari kelima, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
melahirkan (nulipara). Relaksasi dasar panggul dan otot-otot abdomen juga dapat bertahan.
Yang perlu diawasi pada perineum
a) Redness yaitu warna merah pada daerah vulva dan perineum.
b) Edema yaitu ada atau tidaknya penimbunan cairan secara berlebihan pada derah vulva atau
perineum.
c) Enchymosis atau lebam yaitu ada atau tidaknya perubahan warna kulit menjadi biru gelap
karena ada penimbunan darah.
d) Drainase yaitu aliran dari pengeluaran lokhea dilihat dari warna, bau, jenis, dan
banyaknya.
e) Aproximate yaitu perlekatan jahitan pada daerah perineum.
g. Traktus Urinarius
Buang air kecil seringa sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfinter
dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
h. Sistem Gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun keadaan
progesteron menurun setelah melahirkan. Namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari. Gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering
kosong jika sebelum melahirkan diberi enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalangi keinginan kebelakang.
i. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar haemoglobin
kembali normal pada hari keliama.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung
cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
j. Perubahan Psikologis
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan Ibu yang berada
dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu
diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sesudah terkuras oleh
tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing baginya
sseperti preparat analgesik narkotik yang diberikan pada persalinan.
Depresi ringan yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah 4 th day bluess
(kemurungan hari keempat). Serig terjadi dan banyak ibu yang baru pertama kali mempunyai
anak mendapati dirinya menangis, paling tidak satu kali, hanya karena masalah yang sering
sepele. Sebagian Ibu merasa tidak berdaya dalam waktu singkat, namun perasaan ini
umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh. Apabila
ddepresi dan insomnia bertahan lebih dari 1 atau 2 hari, pasen harus dirujuk sebagian psikiatri
untuk menyingkirkan kemungkinan psikosis nifas. (Helen Farree, 1996 hal 226-227).
3. Penyesuaian Ibu (Maternal Adjustmen)
Menurut Riva Rubins ada 3 tahap yaitu :
1) Fase Dependent/Taking in
Terjadi pada hari 1 dan 2 post partum. Pada fase ini Ibu membutuhkan perlindungan dan
pelayanan. Ia memffokuskan energinya pada bayinya yang baru. Ia mungkin selalu
membicarakan pengalaman melahirkan berulang-ulang. Ibu melepaskan rasa nyaman,
istirahat dan ada kegembiraan berlebihan.
2) Fase Dependent-Independent/Taking Hold
Dimulai pada hari ketiga post partum sampai minggu keempat dan kelima. Ibu mulai
menunjukkan pergeseran fokus perhatian dengan memperlihatkan bayinya. Ibu mulai
melakukanbayi dan menerima pendidikan kesehatan.
3) Fase Independent/fase kemandirian (Letting go)
Fase ini dimulai pada minggu kelima sampai keenam. Terjadi peningkatan kemampuan
independen dalam perawatan bayi dan dirinya. Ibu dan keluarga berinteraksi sebagai suatu
sistem dan mengenal bahwa bayi terpisah dari Ibu.
F. PATHWAYS
Partus Spontan dengan episiotomi
Nifas
Perlukaan
Uterus
Laktasi
Perineum
hipofise
Proses involusio
lobus hipofise
lobus
Posterior
Anterior
In adekuat
Adekuat
Adekuat
Tidak adekuat
In adekuat
Perdarahan
After pain
Perdarahan cepat
Oksitosin
Prolaktin
Prolaktin
berhenti
sedikit
tidak
Hipovolemik
terbentuk
Proses
merangsang
Penyembuhan
otot
sel-sel acini
Luka baik
payudara lemah
Adekuat
Merangsang
oksitosin
Kontraksi
Kontraksi
otot
kerja sel-sel
payudara kuat
acini tidak
maksimal
kelemahan
pancaran ASI
maksimal
tidak maksimal
Gangguan
produksi ASI
Pancaran ASI
pembengkakan
Maksimal
payudara
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah lengkap, urinalisis.
2. Haemoglobin/haematokrit
Penentuan haemoglobin/hematokrit diperoleh pada hari pertama post partum untuk
pemeriksaan darah yang hilang selama melahirkan.
H. PENATALAKSANAAN DAN PERAWATAN MASA NIFAS
1. Penatalaksanaan medis
a. Tablet Vitamin
Diagnosa keperawatan dan perencanaan yang mungkin muncul pada post partum adalah:
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau
distensi efek-efek hormonal. (Mrrilynn E Doenges, 2001, hal : 388).
Tujuan :
- menurunkan atau meminimalkan nyeri
Kriteria hasil :
- klien dapat mengidentifikasi sumber ketidak nyamanan
- klien dapat menggunakan tindakan-tindakan tepat untuk menurunkan ketidaknyamanan
Intervensi :
- tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri.
- Kaji neri tekan uterus, tentukan adanya dan frakuensi/intensitas after pain, perhatikan
faktor-faktor pemberat
- Barikan posisi tidur yang nyaman dan lingkungan yang tenang
- Penggunaan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri dengan massage, mendi air hangat
atau taarik nafas dalam
- Kolaborasi dalam pamberian analgesik
- Rasional
- Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat
- Selama 12 jam pertama post partum kontraksi otot kuat dan reguler dan ini berlanjut selama
2-3 hari selanjutnya, meskipus frekuensi dan intensitasnya berkurang
- Persalinan dan kelahiran adalah proses yang melelahkan, ketanangan dan istirahat dapat
mencegah kelelahan
- Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya ketidaknyamanan dan after pain
(kontraksi), massage fundus
- Analgesik mengurangi rasa nyeri
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakan kulit,
penurunan Hb, prosedur invasif dan atau peningkatan pemanjaan lingkungan (Marilynn E.
Doenges, 2001, hal 394).
Tujuan :
- Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil
- Bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhea dan karakter normal
Intervensi :
- Pantau suhu dan nadi ddengan rutin dan sesuai indikasi
- Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus, perhatihan perubahan involusional atau adanya nyeri
tekan uterus eksterem
- Catat jumlah dan bau rubas lokhea atau perubahan pada kemajuan normal dari lokhea rubra
menjadi serosa
- Anjurkan perawatan perineal ddengan menggunakan botol atau rendam duduk 3-4 kali
sehari atau setelah berkemih atau defekasi
- Anjurkan dan gunakan teknnik mencuci tangan dan pembuangan pembalut dan lien
terkontaminasi dengan tepat
- Catat Hb dan Ht, beriakn preparat zat basi dan vitamin bila perlu
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik spectrum luas
Rasional :
- Peningkatan suhu tubuh sampai 38,30 C dalam a24 jam dari 10 hari pertama pasca partum
adalah bermakna
- Fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilikus, meningkat 1-2 cm/hari
- Lokhea secara normal mempunyai bau amis
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta. EGC.
Doenges M.F. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta. EGC.
Farrer H. (1999). Perawatan Maternal Edisi 2. Jakarta. EGC.
Ibrahim C.J. (1996). Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas). Jilid 5. Jakarta. Bhratara karya.
Long B.C (1996). Perawatan Medikal Bedah (Sesuatu Pendekatan Proses Keperawatan).
Terjemahan oleh Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan. Bandung.
Masjoer. Arif (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid pertama. Jakarta. Media
Aesculapius FKUI.
Manulaba Ida B.G (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC.
Mochtar R. (1998). Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi jilid 2 edisi 2. Jakarta. EGC.
Oxorn H (1996). Ilmu Kebidanan : Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta. Yayasan
Essensia Medica.