Professional Documents
Culture Documents
TUJUAN
Untuk Membandingkan kejadian infeksi saluran kemih (ISK ) pada pasien pasca-TRUS biopsi
prostat dengan antibiotik oral profilaksis ciprofloxacin 1000 mg dosis tunggal dengan cefotaxime
1000 mg iv dosis tunggal dengan parameter cf leukosit darah, CRP, dan kultur urin.
Kelompok pertama adalah pasien yang menjalani TRUS biopsi prostat dengan antibiotik
profilaksis cefotaxime 1000 mg iv dosis tunggal.
kelompok kedua adalah pasien yang menjalani TRUS biopsi prostat dengan antibiotik
ciprofloxacin profilaksis 1.000 mg oral dosis tunggal .
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien LUTS pasien USG transrectal yang
mengalami LUTS, biopsi prostat, dan memiliki kultur urin steril. Semua pasien sebelumya
diminta tentang riwayat kesehatan, riwayat operasi dan penggunaan antibiotik.
tes laboratorium termasuk CBC, CRP, tes fungsi ginjal, urinalisis dan kultur urin adalah
Pemeriksaan yang bertujuan untuk menyingkirkan adanya insufisiensi ginjal dan
pemeriksaan infeksi salura kemih (koloni bakteri 105 cfu / ml ) ini dilakukan untuk
pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal diulang 3 hari sesudah prosedur. Khususnya untuk
pemeriksaan kultur urin, sampel diambil dari urine midstream sebelum biopsi (pada hari
yang sama) dan 3 hari setelah biopsi. Sedagkan Plain abdominal x-ray diambil untuk
memastikan bahwa tidak ada benda asing di saluran kemih seperti (DJ Stent, batu saluran
kemih, dan benda asing) .analisis ini dilakukan secara deskriptif dan analisis deskriptif
dilakukan dalam identifikasi bakteri.tes perlormed menggunakan Chi Siuare Interential
adalah tingkat analisis perbandingan signifikansi yang digunakan adalah 0,05
HASIL
WANDA BELUM
Ada 4 pasien (11.8%) dengan bakteriuria yang tidak signifikan. Klebsiella
pneumonia >105 cfu/ml ditemukan pada 5 pasien (14.7%) dari total sampel.
Pseudomonas aeruginosa >105 cfu/ml dan burkholderia cepacia >105 cfu/ml.
masing-masing ditemukan pada 2 pasien (11.8%) grup cefotaxime. Sisanya, 19
pasien (55.9%) memperlihatkan kultur urin yang steril. (table 5)
Dari seluruh pasien, baik keluhan, pemeriksaan fisik ( nadi dan suhu ), atau
hasil lab ( leukosit dan CRP) setelah 3 hari prosedur tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi. (table 6)
Pada pasien dengan hasil kultur urin positif (table 7), kedua grup cefotaxime
dan ciprofloxacin, dengan memperhatikan keluhan, pemeriksaan fisik ( nadi dan
suhu ), atau hasil lab ( leukosit dan CRP) tidak menunjukan pertanda infeksi.
Hasil
Kultur
cfu/ml
Grup
Total
Cefotaxime
Ciprofloxacin
E. Coli <103
3
1 (5.9%)
E. Coli >103
0
2 (11.8%)
(0%)
Klebsiella
pneumonia>1
05
2
3 (17.6%)
(11.8%)
5 (14.7%)
2
0 (0%)
(11.8%)
2 (5.9%)
2
0 (0%)
(11.8%)
2 (5.9%)
8
11 (64.7%)
(47.1%)
19 (55.9%)
Pseudomonas
aeruginosa>1
05
Burkholderia
cepacia>105
steril
(17.6%)
4 (11.8%)
2 (5,9%)
total
17
(100%) 34 (100&)
17 (100%)
Table 6. karakteristik pasien dengan hasil kultur urin <103 cfu/ml
Kultur
pasca
biopsi
antibiotik
Nadi
(x/mnt)
Suhu
(oC)
Leukosit
(x1000/
mm3)
CRP
(mg/l)
keluhan
E. Coli
cefotaxim
e
80
36.7
E. Coli
cefotaxim
e
78
36.7
E. Coli
cefotaxim
e
78
36.5
6.6
E. Coli
ciprofloxa
cin
78
36.5
8.8
9,4
Nadi
(x/mnt)
Suhu
(oC)
Leukosit
(x1000/
mm3)
CRP
(mg/l)
keluhan
antibiotik
Burkholderia
cepacia
80
36,5
6,5
cefotaxim
e
Burkholderia
cepacia
82
36,7
10,4
cefotaxim
e
Klebsiella
pneumonia
Klebsiella
pneumonia
Pseudomonas
Sp
Pseudomonas
Sp
E. Coli
80
36,5
7.2
1,9
80
36,7
6,5
2.8
82
36,7
7,8
78
36,7
4,2
80
36,5
10.5
4.7
E. Coli
76
36,6
8.4
Klebsiella
pneumonia
Klebsiella
pneumonia
Klebsiella
pneumonia
-
80
36,5
9.6
3.3
80
36,5
8,8
78
36,6
7.8
cefotaxim
e
cefotaxim
e
cefotaxim
e
cefotaxim
e
ciprofloxac
in
ciprofloxac
in
ciprofloxac
in
ciprofloxac
in
ciprofloxac
in
variabel
nadi
Grup
Cefotaxime
ciprofloxacin
0,47 1.94
-0.11 2.17
p
0.41
Suhu
Leukosit
CRP
0,00 0.12
0.00 0.09
0.15 1,94
-0.20 1.00
0.31 2.07
0.54 1.96
1
0,5
0,74
DISKUSI
Penelitian ini menemukan bahwa kebanyakan pasien yang berdistribusi adalah kelompok usia 60
70 tahun, dengan kelompok cefotaxime dan ciprofloxacin. Kelompok cefotaxime mempunyai
range usia 48 81 tahun dan kelompok ciprofloxacin dengan range usia 51 78 tahun. Tidak ada
perbedaan yang signifikan secara statistic yang terlihat dalam distribusi usia pada kedua
kelompok.
Dar hasil pemeriksaan laboratorium setelah 3 hari pengobatan, terdapat peningkatan leukosit
darah pada kelompok cefotaxime, sementara pada kelompok ciprofloxacin terdapat penurunan
level leukosit darah, meskipun juga tidak signifikan secara statistic (p = 0,74 dan p = 0,42).
Walaupun terdapat perbedaan, level leukosit darah kelompok masih dalam batas normal (4.000
12.000/mm3). Berdasarkan parameter CRP darah, kedua kelompok cefotaxime dan ciprofloxacin
menunjukkan elevasi level dari CRP darah setelah pengobatan, tapi tidak signifikan secara
statistic (p = 0,53 dan p = 0,27). Walaupun meningkat, level CRP kedua kelompok masih sama
dalam batas normal (< 10 mg/l).
Berdasarkan dari hasil kiltur urin setelah pengobatan, kelompok ciprofloxacin ditemukan hasil
kultur urin positif lebih rendah dibanding dengan kelompok cefotaxime (29,4% : 35,3%),
walaupun tidak signifikan secara statistic (p = 1,00).
Ada 4 pasien (11,8%) dengan bakteriuria non-signifikan, yaitu dengan hasil urine kultur E. coli <
103 cfu/ml, 3 pasien (17,6%) dalam kelompok cefotaxime, dan 1 pasien (5,9%) dalam kelompok
ciprofloxacin. Pada pasien ini, pada pemeriksaan nadi dan suhu tidak memperlihatkan
peningkatan leukosit darah yang signifikan dan pemeriksaan CRP tidak ditemukan tanda infeksi.
Bagaimanapun, kami masih tidak bisa menghilangkan kemungkinan terkontaminasi ketika
samping urin pada pasien ini.
Di amerika serikat, pada 1998, Kapoor dkk menyelenggarakan pengamatan multicenter
membandingkan ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal dengan placebo misalnya antibiotik
prophylaxis dari TRUS biopsi prostat. Mereka menemukan 3% pada grup ciprofloxacin dan 8%
pada grup placebo dengan kultur urin positif. Jumlah ini lebih kecil dari hasil penelitian kami.
Yang mana 29,4% pada grup ciprofloxacin dan 35,3% pada grup cefotaxim. Tetapi, penelitian
Kapoor dkk ada 2% pasien dengan urosepsis yg harus diopname, walaupun semua pasien
sembuh tanpa sequelae. Pada penelitian kami, tidak ada pasien dengan hasil kultur urin positif yg
disertai tanda sepsis. Semua pasien, salah satu pemeriksaan fisik atau pemeriksaan laboratorium,
tidak ada tanda inflamasi yg disebabkan infeksi.
Penelitian ini memperoleh total 11 pasien (32,3%) dengan hasil kultur urin positif. Sebagian
besar kita menemukan kultur Klebsiella pneumoniae, sebanyak 45,5% dari total bakteri, diikuti
E.coli, Pseudomonas aeruginosa dan Burkhoderia cepacia, sekitar 18,1%. Hasil ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya bahwa E.coli adalah bakteri yg paling banyak ditemukan. Kapoor
dkk menemukan 76% hasil kultur urin terdapat E.coli, sementara itu Aron dkk menemukan 77%.
Walaupun E.coli adalah bakteri yg sering ditemukan di rektum (108-1010/ml), famili
Enterobacteriae lainnya termasuk Klebsiella pneumoniae di rektum. Kedua bakteri flora normal
pada saluran pencernaan manusia. Meskipun flora normal, bakteri ini oportunis. Contohnya
E.coli memiliki endotoksin, hasil dari kapsul dam pili yg memungkinkannya untuk melekat pada
host, jadi ketika sistem imun lemah, E.coli masuk ke dalam saluran kencing dan memulai untuk
mendiami tempat tersebut dan menyebabkan infeksi. Begitu pula Klebsiella pneumoniae,
walaupun termasuk bakteri oportunis patogen, dia juga memiliki endotoksin, kapsul adhesion
protein dan resisten pada jenis obat antimikroba. Dengan kemampuannya untuk menyebabkan
infeksi, ketika bakteri pindah dari habitat aslinya, mereka dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih.
KESIMPULAN
Cefotexamine dan Ciprofloxaxin dapat digunakan sebagai antibiotic profilaksis pada biopsy
prostat.