You are on page 1of 24

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA


DANA PENSIUN

Oleh Kelompok 4:
Muhammad Hari Setiawan

B1C1 14 039

Faldi salim

B1C1 14 015

Firda yuningsih

B1C1 14 016

Jumrianti

B1C1 14 029

Rezki wulandari yusuf

B1C1 14 047

Adelina putri zusriadi

B1C1 14 057

Ida rosida

B1C1 13 033

Halin bahayulanda
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

B1C1 14 059

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang tak pernah
berhenti memberikan kita semua rejeki-Nya yang melimpah termasuk
kesehatan untuk mengerjakan makalah ini.
Adapun dalam makalah ini kami membahas tentang dana pension,
dimana dana pension adalah salah satu lembaga keuangan bukan bank di
Indonesia yang mempunyai aktivitas memberikan jaminan kesejahteraan
pada masyarakat baik untuk kepentingan pensiun maupun akibat
kecelakaan.
Tak lupa, kami sangat berterima kasih kepada dosen mata kuliah bank
dan lembaga keuangan lainnya, Bapak Prof. Dr. H. Dedy Takdir
Syaifuddin.,SE.,M.Si yang telah banyak membimbing dan mengarahkan kami
dalam proses pembuatan makalah ini. Juga, terima kasih banyak kepada
orang tua kami yang telah mendukung kami serta teman-teman
seperjuangan yang banyak memberikan masukan pada kami.
Akhir kata, kami sangat mengharapkan saran dan kritik guna
membantu kami menyelesaikan makalah dengan lebih baik kedepannya.

Kendari,

Penulis

Mei 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang pasti akan pensiun. Dan itu adalah momen yang akan
Anda hadapi. Pensiun adalah masa seseorang tidak lagi dapat
menghasilkan. Karena merupakan sebuah kepastian, maka sudah
sewajarnya setiap orang mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam
fase pensiun dengan menyiapkan dana pensiun. Tentunya, di luar
fasilitas pensiun yang diberikan oleh perusahaan. Persiapan ini mencakup
berbagai bidang termasuk psikologis, mental-spiritual, kesehatan dan
tentu saja financial.
Pada prinsipnya, dana pensiun merupakan salah satu alternatif untuk
memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Adanya jaminan
kesejahteraan tersebut memungkinkan karyawan untuk memperkecil
masalah-masalah yang timbul dari risiko-risiko yang akan dihadapi dalam
perjalanan hidupnya, misalnya risiko kehilangan pekerjaan, lanjut usia,
dan kecelakaan yang mengakibatkan cacat tubuh atau bahkan mungkin
kematian. Risiko-risiko tersebut memberikan dampak finansial, terutama
bagi kehidupan karyawan dan keluarganya. Sehingga kesejahteraan yang
bersangkutan secara otomatis akan terganggu dan menimbulkan
guncangan-guncangan, yang pada gilirannya akan mengganggu
kelangsungan hidupnya.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah kami sebagai berikut:
1. Apa itu dana pensiun?
2. Apa saja jenis-jenis dana pensiun?
3. Apa itu program pensiun dan apa saja jenis-jenisnya?
4. Apa tujuan dan fungsi dari dana pensiun?
5. Apa peran dana pensiun?
6. Bagaimana perkembangan dana pensiun syariah?
7. Bagaimana pedoman dan tata kelola dana pensiun syariah?
8. Bagaimana potensi pasar dana pensiun syariah?
9. Apa saja asas-asas dana pensiun?
10.
Apa landasan hukum operasional dana pesiun?
11.
Bagaimana struktur organisasi dana pensiun?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
apa itu dana pensiun, jenis-jenis dana pensiun, program pensiun, tujuan
dan fungsi dari dana pensiun, peran dana pensiun, bagaimana pedoman
dan tata kelola dana pensiun syariah serta potensi pasarnya, apa saja
asas-asas dana pensiun dan landasan hukum operasionalnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian pensiun dan uang pensiun


Saat dimana seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya
sudah mencapai batas pensiun atau atas kemauan sendiri sehingga
harus diberhentikan dinamakan dengan Pensiun.
Saat pensiun, kita akan mendapatkan hak uang pensiun. Uang
pensiun adalah hak pekerja berupa penghasilan yang diperoleh setelah
bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun. Penghasilan ini
biasanya berupa uang yang dapat diambil setiap bulannya atau diambil
sekaligus pada saat seseorang memasuki masa pensiun, hal ini
tergantung dari kebijakan yang terdapat dalam suatu perusahaan.
B. Peraturan
Pensiun

Perundang-undangan

Yang

Mengatur

Mengenai

1. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Dalam pasal 167 UU No.13/2003 menyatakan bahwa :

Bila pengusaha telah mengikutkan pekerja pada program pensiun yang


iurannya dibayar penuh oleh pengusaha, maka pekerja tidak berhak
mendapatkan:
o uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 2;
o uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
3.
Tetapi tetap berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal
156 ayat 4. (Pasal 167 ayat 1 UU No.13/2003).

Bila besarnya jaminan atau manfaat pensiun yang diterima oleh


pekerja sekaligus dalam program pensiun yang didaftarkan oleh
pengusaha ternyata lebih kecil daripada jumlah uang pesangon 2 kali
ketentuan Pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja 1 kali
ketentuan Pasal 156 ayat 3, dan uang penggantian hak sesuai

ketentuan Pasal 156 ayat 4, maka selisihnya dibayar oleh pengusaha


(Pasal 167 ayat 2 UU No.13/2003).

Bila pengusaha telah mengikutsertakan pekerja/buruh dalam program


pensiun yang iurannya/preminya dibayar oleh pengusaha dan
pekerja/buruh, maka pekerja/buruh tetap dapat memperoleh uang
pesangon dari selisih uang pensiun yang didapat dari premi/iuran yang
dibayarkan oleh pengusaha. (Pasal 167 ayat 3 UU No.13/2003).

Bila pengusaha tidak mengikutsertakan pekerja/buruh yang mengalami


pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun pada program pensiun
maka pengusaha wajib memberikan kepada pekerja/buruh (Pasal 167
ayat 5 UU No.13/2003) yaitu :
o uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat
(2);
o uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156
ayat (3); dan
o uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

2. Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial


Tenaga Kerja
Pekerja formal di sektor swasta berhak atas skema jaminan hari
tua, yang dikelola oleh PT. Jamsostek dan berdasarkan mekanisme
dana/tabungan wajib. Seperti yang diatur dalam pasal 14 UU
No.3/1992 :
Jaminan Hari Tua dibayarkan sekaligus, atau secara berkala kepada
seorang pekerja ketika
a) ia telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun;
b) ia dinyatakan cacat tetap total oleh dokter (pasal 14 ayat 1 UU
No.3/1992).
Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayarkan
kepada janda/duda atau anak yatim piatu dari pekerja (pasal 14 ayat
2 UU No.3/1992).
3. Undang-undang No. 11 tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai
(Pegawai Negeri Sipil) dan Pensiun Janda/Duda Pegawai

Undang-Undang ini mengatur mengenai jaminan hari tua bagi


para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan santunan kematian bagi keluarga
mereka. Pensiunan PNS dan anggota militer berhak mendapatkan
tunjangan pensiun bulanan dan tunjangan hari tua yang dibayarkan
sekaligus setelah mencapai usia pensiun. Tunjangan pensiun bulanan
berjumlah 2,5% dari gaji bulanan terakhir dikalikan dengan jumlah
tahun pengabdian, sampai maksimum 80%, sementara jumlah
keseluruhan jaminan hari tua berdasarkan perkalian jumlah tahun
pengabdian, gaji akhir, dan 0,6 (faktor pengali yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan).
C. Jenis-Jenis Pensiun
Di dalam proses pelaksanaannya para penerima pensiun dapat
memilih salah satu dari beberapa jenis pensiun yang ditawarkan, dengan
melihat situasi dan kondisi yang terjadi. Berikut adalah jenis-jenis pensiun
yang ditawarkan oleh perusahaan :

Pensiun Normal
Pensiun yang diberikan untuk karyawan yang usianya telah
mencapai masa pensiun yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk
wilayah Indonesia rata-rata seseorang memasuki masa pensiun pada
usia 55 tahun dan 60 tahun pada profesi tertentu.

Pensiun Dipercepat
Pensiun yang dilakukan apabila perusahaan
pengurangan karyawan di dalam tubuh perusahaan.

menginginkan

Pensiun Ditunda
Pensiun yang diminta sendiri oleh karyawan meskipun usianya
belum memasuki usia pensiun. Karyawan tersebut berhenti bekerja
tetapi dana pensiun miliknya di perusahaan tempat dia bekerja baru
akan keluar pada masa umur karyawan ini telah memasuki masa
pensiun.

Pensiun Cacat

Pensiun yang diberikan kepada karyawan yang mengalami


kecelakaan sehingga dianggap tidak mampu dipekerjakan seperti
semula, sedangkan umurnya belum memenuhi masa pensiun.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Dana Pensiun
Dana pensiun adalah salah satu lembaga keuangan bukan bank di
Indonesia yang mempunyai aktivitas memberikan jaminan kesejahteraan
pada masyarakat baik untuk kepentingan pensiun maupun akibat
kecelakaan.
B. Jenis-jenis dana pensiun
Berdasarkan UU No 11 tahun 1992 mengenai Dana Pensiun, di
Indonesia mengenal 3 jenis Dana Pensiun tetapi hanya 2 jenis yang
berlaku, yaitu:

Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)

Dana pensiun yang dibentuk dan dikelola oleh perusahaan


pemberi kerja dan memberi program pensiun manfaat pasti dan iuran
pasti bagi seluruh karyawannya.

Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)


Dana pensiun yang didirikan oleh bank atau perusahaan asuransi
jiwa bagi masyarakat umum, baik karyawan maupun pekerja mandiri.

C. Macam-macam Program Pensiun DPPK


Program pensiun adalah suatu program yang mengupayakan
tersedianya uang pensiun (atau sering disebut manfaat pensiun) bagi
pesertanya. Berikut adalah macam-macam program pensiun:

Program Pensiun Manfaat Pasti


Besar uang pensiun ditentukan berdasarkan rumus tertentu yang
telah ditetapkan, yaitu:
Program pensiun manfaat pasti = Faktor Penghargaan x Masa Kerja x
Penghasilan Dasar Pensiun
Kelebihannya:
a) uang pensiun ditentukan terlebih dahului, mengingat uang
dikaitkan dengan gaji karyawan
b) dapat mengakomodasi masa kerja yang telah dilalui pekerja apabila
program pensiun dibentuk jauh setelah perusahaan berjalan
c) Pekerja lebih dapat menentukan besarnya uang yang akan diterima
pada saat mencapai usia pensiun.
Kelemahannya:
a) perusahaan menanggung resiko atas kekurangan dana apabila hasil
investasi tidak mencukupi
b) relatif lebih sulit untuk diadministrasikan.

Program Pensiun Iuran Pasti


Program pensiun yang menetapkan besarnya iuran yang
dibayarkan pekerja dan perusahaan (pemberi kerja). Program ini terdiri
dari money purchase plan, profit sharing plan dan saving plan.

Program pensiun
pengembangannya

iuran

pasti

akumulasi

iuran

hasil

Kelebihannya:
a) pendanaan
[biaya/iuran]
dari
perusahaan
lebih
dapat
diperhitungkan/diperkirakan
b) pekerja dapat memperhitungkan besarnya iuran yang dilakukan
setiap tahunnya
c) lebih mudah untuk diadministrasi.
Kelemahannya:
a) penghasilan pada saat mencapai usia pensiun lebih sulit untuk
diperkirakan
b) karyawan menanggung resiko atas ketidakberhasilan investasi
c) tidak dapat mengakomodasikan masa kerja yang telah dilalui
karyawan
D. Tujuan dan Fungsi Dana Pensiun
Tujuan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan
pemberi kerja, karyawan dan lembaga pengelola pensiun dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Bagi Pemberi Kerja
Kewajiban Moral, dimana perusahaan mempunyai kewajiban moral
untuk memberikan rasa aman kepada karyawan terhadap masa
yang akan datang karena tetap memiliki penghasilan pada saat
mereka mencapai usia pensiun.
Loyalitas, karyawan diharapkan mempunyai loyalitas terhadap
perusahaan serta meningkatkan motivasi karyawan dalam
melaksanakan tugas sehari-hari.
Kompetisi pasar tenaga kerja, dimana perusahaan akan memiliki
daya saing dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas
dan profesional di pasaran tenaga kerja.
Memberikan penghargaan kepada karyawannya yang telah
mengabdi terhadap perusahaan. Agar di usia pensiun karyawan
tersebut tetap dapat menikmati hasil yang diperoleh setelah
bekerja di perusahaannya.
Meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat dan
pemerintah.
2. Bagi Karyawan

Rasa aman bagi karyawan terhadap masa yang akan datang karena
tetap memiliki penghasilan pada saat mereka mencapai usia
pensiun.
Kompensasi yang lebih baik yaitu karyawan mempunyai tambahan
kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia
pensiun atau berhenti bekerja.
3. Penyelenggara Dana Pensiun
Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan .
Turut membantu dan mendukung program pemerintah.
Sebagai bakti sosial terhadap karyawan.
Adapun fungsi program dana pensiun antara lain:
a. Asuransi, yaitu peserta yang meninggal dunia atau cacat sebelum
mencapai usia pensiun dapat diberikan uang pertanggungan atas
beban bersama dari dana pensiun.
b. Tabungan, yaitu himpunan iuran peserta dan iuaran pemberi kerja
merupakan tabungan untuk dan atas nama pesertanya sendiri.
c. Pensiun, yaitu seluruh himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja
serta hasil pengelolaannya akan dibayarkan dalam bentuk manfaat
pensiun sejak bulan pertama, sejak mencapai usia pensiun, selama
seumur hidup peserta, dan janda/duda peserta.
E. Peran Dana Pensiun
Untuk dapat memahami peran dana pensiun perlu dilihat pada
konsideran UU No. 11/1992 sebagai berikut :
1. Bahwa sejalan dengan hakikat pembangunan nasional diperlukan
penghimpunan
dan
pengelolaan
dana
guna
memilahara
keseimbangan penghasilan pada hari tua dalam rangka mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
2. Bahwa dana pensiun merupakan sarana penghimpunan dana guna
meningkatkan
peran
serta
masyarakat
dalam
melestarikan
pembangunan nasional yang meningkat dan berkelanjutan.
3. Bahwa adanya dana pensiun dapat meningkatkan motivasi dan
ketenangan kerja untuk meningkatkan produktifitas.
4. Berperan secara aktif dalam pembiayaan pembangunan sebagai salah
satu lembaga keuangan penghimpun dana sekaligus membantu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja dan
memperbesar produksi nasional.
F. Dana Pensiun Syariah

Sampai sekarang, baru beberapa perusahaan yang mengelola dana


pensiun syariah di antaranya; Bank Muamalat Indonesia (BMI), Manulife
(Principal Indonesia) dan Allianz.
Perkembangan dana pensiun syariah relatif tertinggal bila
dibandingkan dengan industri keuangan syariah yang lain. Hal ini terjadi
di antaranya disebabkan minimnya dukungan strategi dan regulasi. Hal
ini dapat terlihat dalam beberapa hal:
1. Dalam konteks strategi pengembangan industri. Ketika perbankan,
asuransi dan pasar modal syariah sudah memiliki dan masuk dalam
road map strategi pengembangan masing-masing industri, dana
pensiun syariah belum disentuh sedikitpun dalam Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Industri Dana Pensiun Tahun 2007-2011.
2. Dalam konteks regulasi. Jika perbankan, asuransi, obligasi dan
reksadana syariah sudah banyak memiliki peraturan dan juga
dukungan fatwa DSN-MUI, maka dana pensiun syariah belum ada
satupun peraturaan dan fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi
sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu
pada peraturan dana pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga
umum, tidak bersifat khusus.
3. Ketentuan investasi langsung dalam UU No.11/1992 tentang Dana
Pensiun. Selama ini Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) syariah
mengeluhkan tentang produk investasi terikat (mudharabah
mukayyadah/restricted investemnet) yang berpotensi besar, tidak
dapat dimasuki oleh DPLK Syariah. Produk mudharabah mukayyadah
merupakan produk bank syariah berupa investasi di bidang properti
atau infrastruktur dengan nilai proyek sangat besar.
Dana pensiun syariah tersebut tetap perlu diperkuat lebih jauh lagi
sehingga memungkinkan untuk terus berekspansi secara cepat dan
penerimaan masyarakat juga semakin meningkat. Dalam konteks
pengembangan Dana Pensiun Syariah, dibutuhkan tindakantindakan
penting yang harus diambil untuk memperkuat kelembagaanya. Tindakan
yang paling mendasar adalah menegakkan Good Islamic Pension Fund
Governance (GIPFG). Tanpa GIPFG yang efektif, kecil kemungkinan untuk
memperkuat dana pesiun syariah dan memungkinkan mereka untuk
berekspansi secara cepat serta menjalankan perannya secara efektif.
Peserta dana pensiun telah berinvestasi dan mengambil bagian dalam
untung atau rugi pada sistem syariah, sehingga kepentingan mereka
harus dilindungi. Para pegawai juga memiliki kepentingan. Kontribusi
mereka terhadap kinerja dana pensiun syariah yang efisien dan imbalan
mereka keduanya ditentukan oleh struktur insentif perusahaan.

G. Pedoman dan Tata Kelola Dana Pensiun Syariah


Dalam rangka menyongsong ketentuan Bapepam-LK bagai dana
pensiun untuk menyusun sekaligus menerapkan Pedoman dan Tata Kelola
Dana Pensiun sejak 1 Januari 2008, maka industri dana pensiun syariah
perlu segera mempersiapkan diri. Untuk membangun sistem tata kelola
yang efektif bagi dana pensiun syariah dalam konteks ke-Indonesiaan
saat ini, ada sejumlah pilar yang mesti ditegakkan dalam mekanisme
GIPFG. Beberapa pilar mendasar tersebut diantaranya:
1. Peran strategis Dewan Pengawas Syariah (Sharia Supervisory Board).
DPS memiliki peran dan tanggung jawab sentral melalui mekanisme
kerjanya untuk memberikan keyakinan bahwa seluruh transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan tidak melanggar kaidah-kaidah syariah.
2. Dana pensiun syariah juga harus memiliki sistem internal kontrol dan
manajemen risiko yang tangguh. Dengan sistem ini, dana pensiun
syariah dapat mendeteksi dan menghindari terjadinya mismanagement dan fraud maupun kegagalan sistem dan prosedur pada
lembaga dana pensiun syariah.
3. Peningkatan sistem transparansi pengelolaan dana pensiun syariah.
4. Peran yang lebih luas auditor eksternal
5. Transformasi budaya korporasi yang Islami dan peningkatan kualitas
SDM
6. Perangkat hukum dan peraturan dari Bapepam-LK yang sesuai dengan
karakteristik dana pensiun syariah.
H. Potensi Pasar Dana Pensiun Syariah
Pengelolaan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran Islam akan
memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang
loyal terhadap syariah. Al-Quran sendiri mengajarkan umatnya untuk
tidak meninggalkan keturunan yang lemah dan menyiapkan hari esok
agar lebih baik. Ajaran tersebut dapat dimaknai sebagai pentingnya
pencadangan sebagian kekayaan untuk hari depan. Hal ini sangat
penting, mengingat setelah pensiun manusia masih memiliki kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi. Dengan pencadangan tersebut ketika
seseorang memasuki masa kurang produktif, masih memiliki sumber
pendapatan.
Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di
Indonesia dengan sejumlah alasan.
1. Masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program
dana pensiun.

2. Dengan berkembangnya lembaga keuangan dan bisnis syariah,


tentunya SDM yang bekerja dalam institusi tersebut menjadi
segmented target atau captive market yang jelas bagi dana pensiun
syariah.
3. Dan ketiga, rasa percaya (trust), rasa memiliki, dan awarness
masyarakat terhadap pentingnya industri keuangan dan bisnis syariah
yang terus membaik
Dengan demikian dana pensiun syariah masih merupakan pilihan
masyarakat yang dianggap menarik dan trennya memang akan bergerak
demikian.Untuk itu kebijakan dan program akselerasi sangat dibutuhkan
untuk mempercepat pertumbuhan dana pensiun syariah.
I. Asas-asas Dana Pensiun
Dalam pengelolaan dana pensiun, pemerintah menganut asas-asas
berikut ini:
1.
Penyelenggaraan yang dilakukan dengan sistem pendanaan
Dengan asas ini, penyelenggaraan program pensiun, baik bagi
karyawan, maupun bagi pekerja mandiri, harus dilakukan dengan
pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri
sehingga cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta.
Pemupukan dana tersebut bersumber dari iuran dan hasil
pengembangannya. Oleh karena itu, pembentukan cadangan pensiun
dalam perusahaan untuk membiayai pembayaran manfaat pensiun
tidak diperkenankan.
2.
Pemisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan pendiri
Kekayaan dana pensiun harus dipisahkan dari kekayaan pendiri.
Dengan demikian, tidak diperkenankan adanya pembentukan
cadangan pensiun dalam pembukuan pendiri atau perusahaan.
3.

4.

Kesempatan untuk mendirikan dana pension


Setiap pemberi kerja memperoleh kesempatan untuk mendirikan
dana pensiun bagi karyawannya. Keputusan untuk membentuk dana
pensiun merupakan tindak lanjut dari prakarsa pemberi kerja yang
menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawannya. Janji itu membawa
konsekuensi pendanaan, yaitu timbulnya kewajiban pemberi kerja
untuk membayar iuran.
Penundaan manfaat
Penghimpunan dana dalam penyelenggaraan program pensiun
dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah
pensiun agar kesinambungan penghasilan terpelihara. Sejalan dengan
itu, berlaku asas penundaan manfaat yang mengharuskan pembayaran

5.

6.

hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta memasuki masa


pensiun dan dapat diberikan secara berkala.
Pembinaan dan pengawasan
Pengelolaan dan penggunaan kekayaan dana pensiun harus
dihindarkan dari pengaruh kepentingan-kepentingan yang dapat
mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama dari pemupukan
dana, yaitu memenuhi kewajiban pembayaran hak peserta. Di samping
pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Dana Pensiun Departemen
Keuangan dan pelaksanaan sistem pelaporan, pengawasan dilakukan
pula melalui kewajiban para pengelola dana pensiun untuk
memberikan informasi kepada para pesertanya.
Kebebasan
Maksud asas ini adalah kebebasan untuk membentuk atau tidak
membentuk dana pensiun. Berdasarkan asas ini, keputusan
membentuk dana pensiun merupakan prakarsa pemberi kerja untuk
menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawan, yang membawa
konsekuensi pendanaan. Dengan demikian, prakarsa tersebut harus
didasarkan pada kemampuan keuangan pemberi kerja.
J. Landasan Hukum Operasional Dana Pensiun
Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga
pemerintah maupun swasta. Pelaksanaan dana pensiun pemerintah di
Indonesia antara lain jamsostek, suatu program kontribusi tetap wajib
untuk karyawan swasta dan BUMN di bawah Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi. Namun, Departemen Keuangan memegang peranan
dalam pengawasannya (UU No. 3/1992). Taspen, yaitu tabungan pensiun
pegawai negeri sipil dan program pensiun swasta yang ditanggungjawabi
oleh Departemen Keuangan (Keputusan Presiden No. 8/1997), dan
ASABRI dana pensiun angkatan bersenjata, berada di bawah Departemen
Pertahanan (Kepres No. 8/1977). Ketiga program ini diatur melalui
ketentuan hukum yang berbeda-beda.
Undang-undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka
hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-undang ini
didasarkan pada prinsip kebebasan untuk memberikan janji dan
kewajiban untuk menapatinya yaitu, walaupun pembentukan program
pensiun bersifat sukarela, hak penerima manfaat harus dijamin. Tujuan
utama diajukannya Undang-Undang Pensiun adalah untuk menetapkan
hak peserta, menyediakan standar peraturan, yang dapat menjamin
diterimanya
manfaat-manfaat
pensiun
pada
waktunya,
untuk
memastikan bahwa manfaat pensiun digunakan sebagai sumber
penghasilan yang berkesinambungan bagi para pensiunan, untuk

memberikan pengaturan yang tepat untuk dana pensiun, untuk


mendorong mobilisasi tabungan dalam bentuk dana pensiun jangka
panjang, dan untuk memastikan bahwa dana tersebut tidak ditahan dan
digunakan oleh pengusaha untuk investasi-investasi yang mungkin
berisiko dan tidak sehat, tetapi akan mengalir ke pasar-pasar keuangan
dan tunduk pada persyaratan tentang penanggulangan resiko.
Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah,
dalam konteks regulasi misalnya. Jika perbankan, asuransi, obligasi dan
reksadana syariah sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan
fatwa DSN-MUI, berbeda halnya dengan dana pensiun syariah, menurut
seorang konsultan Ekonomi Syariah, yang juga seorang praktisi, Izzuddin
Abdul Manaf, Lc. MA Belum ada satupun peraturaan dan fatwa yang
mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana
pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang
umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus. Hal ini pula
lah yang menjadi salah satu faktor lambatnya pertumbuhan dana
pensiun syariah di Indonesia.
K. Struktur Organisasi
1. Pendiri Dana Pensiun
Adalah setiap Orang atau Badan yang mempekerjakan karyawan
dapat
mendirikan
Dana
Pensiun
Pemberi
Kerja,
untuk
menyelenggarakan program pensiun bagi karyawannya
Kewajiban Pendiri

Membuat pernyataan tertulis mengenai kesediaannya untuk


membiayai penyelenggaraan Dana Pensiun & bertanggung jawab
atas kecukupan dana untuk memenuhi kewajibannya membayar
manfaat pension

Membayar iuran, baik iuran normal maupun iuran tambahan

Memungut iuran peserta dan menyetorkannya ke Dana Pensiun


(apabila peserta mengiur)

Memperlihatkan buku, catatan, dokumen serta memberikan


keterangan yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan langsung
oleh Menkeu

Wewenang Pendiri

Mendirikan/Membubarkan Dana Pensiun

Menetapkan dan mengubah Peraturan Dana Pensiun

Menunjuk dan memberhentikan Pengurus dan Dewan Pengawas

Menunjuk Penerima Titipan

Menetapkan Arahan Investasi

Hak Pendiri

Mendapat laporan dari Pengurus


portofolio investasi dan hasilnya

Menerima
pertanggungjawaban
pengelolaan Dana Pensiun

Mendapat laporan dari dewan pengawas


pengawasannya atas pengelolaan Dana Pensiun

mengenai

dari

perkembangan

Pengurus

mengenai

mengenai

hasil

2. Mitra Pendiri Dana Pensiun


Adalah Pemberi Kerja yang ikut serta dalam Dana Pensiun yang
didirikan oleh Pendiri untuk kepentingan Karyawan Mitra Pendiri
Kewajiban Mitra Pendiri

Menyatakan kesediaannya untuk tunduk pada PDP yang ditetapkan


Pendiri

Memberi kuasa penuh pada Pendiri untuk melaksanakan PDP

Menyatakan kesediaannya untuk membiayai


program pensiun untuk karyawannya

penyelenggaraan

Memungut iuran Peserta Mitra Pendiri dan menyetorkannya ke DP


(apabila peserta mengiur)

Memperlihatkan buku, catatan, dokumen dan memberikan


keterangan yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan langsung
oleh Menkeu

Memberikan data kepesertaan Karyawan Mitra Pendiri ke DP

Hak Mitra Pendiri

Pendiri dapat mengakhiri kepesertaan Karyawan Mitra Pendiri dari


Dana Pensiun dengan memenuhi ketentuan yang berlaku

Memperoleh keterangan dan data dari pengurus dan dewan


pengawas ttg hal-hal yang berhubungan dengan DP

Memberikan usul, saran dan pendapat untuk kelancaran dan


pengembangan DP

3. Pengurus Dana Pensiun


Syarat Pengurus

WNI, memiliki akhlak dan moral yang baik, tidak pernah melakukan
perbuatan tercela di bidang perekonomian dan atau dihukum
karena melakukan tindak pidana perekonomian, memiliki
pengetahuan dan atau pengalaman di bidang Dana Pensiun
(dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat pengetahuan dasar dan
pengetahuan lanjutan di bidang Dana Pensiun)

Ditunjuk dan diberhentikan oleh Pendir

Tidak dapat merangkap jabatan Pengurus dana pensiun lain atau


Direksi dan atau jabatan eksekutif pada perusahaan lain

Wewenang Pengurus

Membuat perjanjian dengan Penerima Titipan

Membuat perjanjian dengan pihak ketiga

Melakukan tindakan hukum untuk dan atas nama Dana Pensiun dan
mewakili Dana Pensiun di dalam atau di luar pengadilan

Kewajiban Pengurus

Mengelola Dana Pensiun

Mengumumkan perkembangan portofolio investasi dan hasilnya


pada peserta sekurang-kurangnya 6 bln sekali dan melaporkannya
kepada Pendiri dan Dewan Pengawas

Melaporkan perkembangan portofolio investasi dan hasilnya kepada


Pendiri dan Dewan Pengawas minimal 6 bulan sekali

Melaporkan kepada menteri Keuangan, Laporan keuangan dan


perkembangan investasi dan hasilnya yang telah diaudit Akuntan
Publik paling lambat 5 bulan setelah tahun buku beserta laporan
semesteran paling lambat 2 bulan tiap akhir semester, Laporan
teknis, Laporan Aktuaris minimal 3 tahun sekali dan Laporan
apabila Pendiri tidak membayar iuran 3 bulan berturut-turut

Mengumumkan pembentukan Dana Pensiun dan pengesahan


Peraturan Dana Pensiun dengan menempatkan Keputusan Menteri
Keuangan tentang pengesahan Dana Pensiun pada Berita Negara RI

Memberitahukan kepada Pendiri apabila Mitra Pendiri tidak


membayar iuran 3 bulan berturut-turut atau Mitra Pendiri bubar

Memperlihatkan buku, catatan, dokumen dan memberikan


keterangan yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan langsung
oleh Menkeu

Menyampaikan kepada Peserta, Neraca dan perhitungan hasil


usaha, Hal-hal yang timbul dalam kepesertaan dan Setiap
perubahan Peraturan Dana Pensiun

Menyusun tata cara bagi Peserta untuk menyampaikan saran dan


pendapat mengenai perkembangan portofolio investasi dan
hasilnya dan membicarakan saran dan pendapat dimaksud
bersama Pendiri dan Dewan Pengawas

Tanggung Jawab Pengurus

Pengurus masing-masing atau bersama-sama bertanggung jawab


secara pribadi atas segala kerugian yang timbul pada kekayaan
Dana Pensiun akibat tindakan Pengurus yang melanggar atau
melalaikan tugas dan atau kewajibannya

Pengurus bertanggung jawab kepada Pendiri

4. Dewan Pengawas Dana Pensiun


Persyaratan Dewan Pengawas

WNI, memiliki akhlak dan moral yang baik, tidak pernah melakukan
perbuatan tercela di bidang perekonomian dan atau dihukum karena
melakukan tindak pidana perekonomian

Ditunjuk dan diberhentikan oleh Pendiri

Tidak dapat merangkap jabatan Pengurus

Terdiri dari Wakil Peserta dan wakil Pemberi Kerja dalam jumlah yang
sama

Direksi atau pejabat yang setingkat dengan itu dalam Pemberi Kerja
tidak dapat ditunjuk sebagai wakil Peserta

Wakil Peserta adalah karyawan yang menjadi Peserta dan atau


Pensiunan

Jika wakil Peserta > 1 org dan jml Pensiunan > 50 org, mk min. 1 wk
Peserta hrs berasal dr Pensiunan

Wakil Pemberi Kerja dapat berasal dari Karyawan atau bukan


Karyawan

Tugas dan Wewenang Dewan Pengawas

Mengawasi pengelolaan Dana Pensiun

Menunjuk akuntan publik dan aktuaris

Bersama Pendiri menetapkan Arahan Investasi ( dalam hal PPIP )

Menyetujui Rencana Investasi

Kewajiban Dewan Pengawas

Membuat pernyataan tertulis tentang kesediaannya ditunjuk sebagai


anggota Dewan Pengawas

Bersama Pengurus membicarakan secara berkala pendapat dan


saran dari Peserta mengenai perkembangan portofolio investasi dan
hasilnya

Melaporkan
hasil
pengawasannya
kepada
mengumumkan salinannya kepada Peserta

Pendiri

dan

5. Kepesertaan
Persyaratan

Setiap karyawan yang termasuk dalam golongan karyawan yang


memenuhi syarat kepesertaan dalam Dana Pensiun yang didirikan
oleh Pemberi Kerja, berhak menjadi Peserta apabila telah berusia
setidak-tidaknya 18 tahun atau telah menikah dan telah memiliki
masa kerja sekurang-kurangnya 1 tahun, pada Pendiri atau Mitra
Pendiri

Tidak bersifat wajib

Tidak dapat mengundurkan diri atau menuntut haknya dari Dana


Pensiun bila masih memenuhi syarat kepesertaan

Kewajiban Peserta

Membayar iuran kepada Dana Pensiun

Membuat pernyataan tertulis tentang kesediaannya dipotong gaji


untuk membayar iuran pensiun tiap bulan

Mematuhi Peraturan Dana Pensiun dan peraturan pelaksanaannya

Memberikan
keterangan/data
kepesertaannya
termasuk
mendaftarkan suami/istri,anak dan pihak yg ditunjuk beserta
perubahannya dengan lengkap dan benar dan sesuai bukti yang sah

Hak Peserta

Mendapatkan Manfaat Pensiun

Mengajukan wakilnya dalam Dewan Pengawas

Memperoleh pengumuman dari Pengurus mengenai perkembangan


portofolio investasi dan hasilnya minimal 6 bln sekali

menyampaikan saran dan pendapat kepada Pendiri, Pengurus dan


Dewan Pengawas mengenai perkembangan portofolio investasi dan
hasilnya

Memperoleh salinan hasil pengawasan Dewan Pengawas atas


pengelolaan Dana Pensiun

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dana pensiun adalah salah satu lembaga keuangan bukan bank di
Indonesia yang mempunyai aktivitas memberikan jaminan kesejahteraan
pada masyarakat baik untuk kepentingan pensiun maupun akibat
kecelakaan. Jadi pada hakikatnya, dana pensiun mengajak masyarakat
maupun karyawan mempersiapkan diri untuk masa tua dengan cara
menyisipkan sebagian dari penghasilan yang diterima selama bekerja

pada program pensiun karena setiap manusia tidak pernah tau apa yang
akan terjadi kedepannya.
B. Saran
Melihat betapa bermanfaatnya uang pensiun di masa tua maupun jika
terjadi kecelakaan dsb, dana pensiun seharusnya lebih mempromosikan
diri lagi agar masyarakat termasuk karyawan dapat lebih mengetahui dan
mau menyisipkan sebagian penghasilannya demi menikmati masa-masa
tua mereka dengan lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2008. Dana Pensiun. [Online]. Tersedia dalam: http://spbunkanpusn1.blogspot.com/2008/04/dana-pensiun.html. [2 Mei 2015]
Gunawan, Hendra. 2015. Dana Pensiun Swasta Ancam Bubarkan Diri. [Online].
Tersedia dalam: http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/04/21/dana-pensiunswasta-ancam-bubarkan-diri. [2 Mei 2015]
Purwani, Yasri. 2014. Makalah Dana Pensiun. [Online]. Tersedia dalam :
http://yasripurwani.blogspot.com/2014/05/makalah-dana-pensiun.html. [31
Mei 2015]

You might also like